Laporan P6
Laporan P6
PERCOBAAN 6
KONTROL SERVO POSISI
7.1 Tujuan
1. Mempelajari karakteristik plant servo posisi.
2. Mengetahui prinsip kerja plant servo posisi.
3. Mengetahui karakteristik dari sistem kontrol tertutup.
masukan keluaran
Proses Actuator
+ -
Keluaran
posisi awal
Waktu
Gambar 7.2 Kurva Tanggapan Plant Servomotor
Terminal-terminal Op-amp :
Terminal catu daya.
Op-amp membutuhkan catu daya +V dan –V yang keduanya
dihubungkan ke supplay daya.
Terminal keluaran
Ujung tegangan keluaran Vo diukur terhadap ground, karena dalam
sebuah Op-amp hanya ada satu terminal keluaran. Batas keluaran Vo disebut
tegangan kejenuhan positip(+Vsat) dan batas bawahnya disebut tegangan
kejenuhan negatip (-Vsat).
Terminal-terminal masukan
Dalam Op-amp terdapat masukan bertanda (-) yang kemudian disebut
masukan inverting dan yang bertanda (+) disebut masukan non inverting.
Tegangan keluaran Vo tergantung pada perbedaan tegangan kedua terminal
tersebut.
Rf
Ri
_
Ei Ed
+ Vout
Ei Eo Eo Rf
=- , atau =-
Ri Rf Ei Ri
Rf
Ri
_
Ed
+ Vout
Ei
a) Konstruksi Motor DC
Suatu motor listrik , akan berfungsi apabila memiliki :
Kumparan medan, untuk menghasilkan medan magnet
Kumparan jangkar, untuk mengimbaskan ggl pada konduktor – konduktor
yang terletak pada alur-alur jangkar.
Celah udara yang memungkinkan berputarnya jangkar dalam medan
magnet.
Pada motor DC, kumparan yang berbentuk kutub sepatu dinamakan
stator ( bagian yang tidak berputar ). Stator ini menghasilkan medan magnet,
baik yang dibangkitkan koil atau magnet permanen.Dan kumparan jangkar
merupakan rotor ( bagian yang berputar ). Rotor ini berupa sebuah koil dimana
sebuah arus listrik mengalir. Bila kumparan jangkar berputar dalam medan
magnet, akan dibangkitkan tegangan (ggl) yang berubah-ubah arah setiap
setengah putaran, sehinggga merupakan tegangan bolak-balik :
e=Emakssint...................................................................................................(5.4)
Untuk memperoleh tegangan searah diperlukan alat penyearah yang disebut
komutator dan sikat.
b) Prinsip Kerja Motor DC
Suatu motor listrik adalah suatu mesin yang mengubah tenaga listrik ke
tenaga mekanik. Kerjanya atas dasar prinsip bahwa apabila suatu penghantar
yang membawa arus diletakkan didalam suatu medan magnet, maka akan timbul
gaya mekanik yang mempunyai arah sesuai dengan hukum tangan kiri dan
besarnya adalah : F = B i l ( newton ).
kE b a
Jadi N = , dimana k = tetap.
Φ PZ
Dari persamaan ini dapat dilihat bahwa kecepatan N berbanding terbalik
dengan ggl lawan Eb dan berbanding terbalik dengan fluksi .
c) Motor Steper
Bila suatu tegangan di pasang pada motor AC atau DC, maka motor akan
berputar secara terus menerus. Dalam hal inilh letak perbeedaan Motor Steper,
dimana pengoperasian motor ini berdasarkan pulsa listrik. Setiap kali mengirim
pulsa ke pengontrol elektronik, maka motor akan bergerak “selangkah”, yaitu
satu putaran sudut kecil. Ukuran langkah tersebut tergantung pada perancangan
motor. Motor akan berputar lebih cepat atau lambat dengan mengirim lebih
banyak atau sedikit pulsa dalam setiap detiknya.
Torsi
v (rpm)
e b
I a
Θ If = konstan
Jika medan arus konstan, flkus juga konstan dan torsi mempunyai arah
sesuai arus kumparan magnet sehingga :
T=KIa .................................................................................................(5.13)
Dimana apabila arah arus Ia dibalik maka tanda dari torsi akan berbalik
pula. Hal ini akan menyebabkan berbaliknya arah putaran motor.
Bila kumparan magnet berputar, maka tegangan akan sebanding dengan
hasil kali fluks dan kecepatan sudut yang diinduksikan pda kumparan magnet.
Untuk fluks yang konstan, tegangan induksi eb berbanding lurus dengan
kecepatan sudut dθ/dt, atau :
d
eb=Kb ..............................................................................................(5.14)
dt
dengan eb adalah back EMF dan Kb adalah kontanta.
Seperti yang pernah disinggung diatas, sebuah motor servo dapat berupa
sebuah motor dc, ac, atau motor dc tanpa sikat yang dikombinasikan dengan
sebuah perangkat sensor posisi. Motor servo mempunyai tiga kabel masukan
yaitu satu kabel untuk suplai tegangan, satu kabel untuk ground, dan datu kabel
untuk masukan kontrol dimana sinyal-sinyal mengaktifkan input servo untuk
berada pada posisi tertentu. Servo dapat berputar pada batas yang ditentukan
yang besarnya sekitar 180o atau lebih. Motor servo mempunyai jenis yang
beragam sesuai dengan fungsinya masing-masing, misalnya motor servo
hidraulik yang pada dasarnya merupakan penguat daya hidraulik dengan
pengontrolan katup pandu dan aktuator. Kutub pandu adalah suatu katup
imbang, yang berarti bahwa semua gaya tekan yang bekerja padanya adalah
setimbang. Keluaran daya yang sangat besar dapat dikontrol dengan katup pandu
yang posisinya dapat disetel dengan daya yang sangat kecil. Kemudian ada juga
motor servo dua fasa, motor arus searah dengan pengontrolan jangkar dan motor
arus searah dengan pengontrolan medan.
Sebuah motor servo dikendalikan dengan mengirim kepada sistem servo
tersebut sebuah “pulsa“ dengan lebar bervariasi. Parameter dari pulsa ini adalah
pada pulsa tersebut memiliki sebuah lebar minimum, sebuah lebar maksimum
dan sebuah lebar rata-rata berulang. Karakteristik motor servo yang paling
penting adalah percepatan yang dapat diperoleh. Untuk suatu torsi yang bekerja,
momen inersia motor harus minimum. Karena motor servo bekerja pada kondisi
yang selalu berubah, maka selalu terjadi percepatan dan perlambatan. Motor
servo harus mampu menyerap energi mekanik maupun membangkitkannya.
Motor servo memiliki beberapa rangkaian kontrol dan sebuah
potensiometer yang dihubungkan dengan tungkai keluaran. Potensiomotor
mengijinkan rangkaian kontrol untuk memonitor sudut pada motor servo saat
itu juga. Jika tungkai terletak pada sudut yang benar, maka motor akan diam.
Jika rangkaian kontrol menemukan bahwa sudut dari motor tidak tepat maka,
rangkaian motor akan menggerakkan motor pada arah yang benar.
Potensiometer berfungsi sebagai sensor yang mengubah perubahan mekanik
menjadi tegangan dengan prinsip pembagi tegangan. Keluaran tungkai dari
motor servo mampu untuk bergerak kesuatu arah 180o.
Sejumlah power yang disuplai ke motor adalah proporsional tergantung
pada jarak yang ditentukan untuk bergerak. Maka, jika tungkai memerlukan
putaran yang menempuh jarak jauh, motor akan berputar pada kecepatan penuh.
Jika hanya berputar pada jarak yang dekat, maka motor akan berputar dengan
kecepatan yang lebih pelan. Hal ini dinamakan kontrol proporsional.
7.3.2.1.2 Variable
a. Menyiapkan modul B3510-J
b. Membuat rangkaian plant seperti pada gambar
c. Menentukan set point awal dengan mode variable
d. Mengukur tegangan pada TP1(posisi awal).
e. Mengukur tegangan pada TP3 sambil memindah posisi P2 sebagai
reference sesuai yang dikehendaki.
f. Mengukur tegangan pada TP3 setelah P1 berhenti.
g. Mengukur tegangan pada TP2.
h. Mengulangi percobaan untuk setiap nilai set point yang berbeda.
7.3.2.1.3 Loop kontrol dengan gain bervariabel
a. Menyiapkan modul B3510-J
b. Membuat rangkaian plant seperti pada gambar.
c. Mengatur gain pada posisi yang diinginkan.
d. Menentukan set point awal dengan mode variable.
e. Mengukur tegangan pada TP1 (posisi awal).
f. Memindah posisi P2 sebagai reference sesuai yang dikehendaki sambil
mencatat waktu perpindahan posisi P1 sampai berhenti.
g. Mengukur tegangan TP4 yang merupakan keluaran gain.
h. Mengulangi percobaan dengan gain yang sama, posisi yang sama, namun
arah perpindahan posisi P2 dibalik.
i. Mengulangi langkah (c) sampai (h) untuk setiap gain yang berbeda (dari
gain rendah sampai gain tertinggi) sebanyak 3 variasi.
7.3.3 Data percobaan
7.3.3.1 Data Karakteristik Umum Servo Posisi
7.3.3.1.1 Fixed
Tabel 7.1Tabel data karakteristik umum servo posisi fixed
Error (volt)
Voutput (volt) Vinput (volt) Posisi
Sebelum Setelah
5,15 5,09 4,03 0,01 30
7.3.3.1.2 Variable
Tabel 7.2 Tabel data karakteristik umum servo posisi variable
Voutput Vinput Error (volt )
Posisi Keluaran
( volt ) ( volt ) Sebelum Setelah
8,47 8,39 30-10 -14,19 1,87 0,01
6,53 6,47 10-20 12,09 0,01 0,01
1,42 1,41 20-50 12,09 0,08 0,01
Dari data yang terdapat pada tabel 7.4 berikut P2 (reference) sebagai
masukan diposisikan pada posisi fixed, sedang keluaran adalah post
transducer (P1) yang berjalan sampai ke posisi 30 satuan yang merupakan
titik tengah dari panjang lintasan modul yang bisa dilalui oleh P2 dan P1.
Hubungan antara Vinput dengan Voutput, dapat dilihat dari nilai tegangan yang
terukur pada summing node (TP3). TP 3 merupakan error, dimana besarnya
error adalah tegangan keluaran dikurangi dengan masukan.
Pada percobaan ini nilai yang terukur pada masukan pada posisi
fixed adalah 5,09 V dan tegangan keluaran adalah 5,15 V. Secara teoritis
untuk mendapakan nilai error dapat dicari dengan persamaan sebagai
berikut :
input
Kontroller Plant
Plant
+ - Error
Sensor
Sensor
Dari gambar close loop gain di atas dapat diketahui bahwa gain (G)
dapat menguatkan error. Sehingga mempercepat tercapainya keluaran sistem
yang diinginkan.
Untuk menghitung gain Av, atau perolehan tegangan dilakukan dengan
membandingkan nilai tegangan masukan
Av = Voutput : Vinput....................................................................(5.21)
Dari tabel di atas diketahui bahwa hubungan antara gain dengan waktu
adalah berbanding terbalik. Semakin besar nilai gain maka semakin kecil /
singkat waktu yang diperlukan P1 untuk mencapai set point begitu juga
sebaliknya. Jadi nilai gain berbanding terbalik dengan waktu. Hal ini dapat
digambarkan sebagai berikut
Waktu
(s)
gain
Gambar 7.13 Grafik ideal hubungan waktu dan gain
7.5 Penutup
7.5.1 Kesimpulan
1. Perpindahan P1 dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri memberikan
tegangan masukan (TP1) lebih kecil dari tegangan keluaran (TP2) karena
nilai tegangan keluaran merupakan jumlah tegangan masukan dan nilai
error.
2. Hubungan antara gain dan waktu adalah berbanding terbalik. Semakin besar
gain maka waktu yang diperlukan untuk mencapai set poin semakin kecil,
begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena semakin besar tegangan
maka energi yang dibutuhkan semakin besar.
3. TP2 adalah tegangan yang menunjukkan nilai dari tegangan feedback dan
TP1 adalah nilai tegangan reference. Sementara TP3 adalah tegangan
summing node yang menunjukkan besarnya error (perbedaan tegangan)
antara TP1 dan TP2.
4. Pada percobaan mode fixed terlihat bahwa error awal (TP3 sebelum) = 4,03
V diperkecil hingga menjadi error akhir (TP3 setelah) = 0,01 V. Sistem
melakukan ini agar output sistem sama dengan input yang diinginkan.
5. Prinsip kerja dari servo posisi adalah pendeteksian error terhadap 2 titik
yaitu reference dan feedback yang kemudian dikuatkan untuk memberi
masukan bagi motor penggerak. Motor penggerak ini menggerakkan post
transducer yang besarnya sebanding dengan nilai error hingga posisi
dimana nilai error mendekati nol.
6. Mode Fixed merupakan mode untuk menunjukkan titik tengah lintasan dari
modul ketika P1 semula pada posisi sembarang kecuali dititik tengah
lintasan (posisi fixed itu sendiri), kemudian jika dijalankan pada posisi SW1
fixed, P1 akan selau berhenti pada posisi fixed (dalam plant yang digunakan
adalah posisi 30 satuan) sedangkan mode Variable adalah mode yang
mengikuti referensi pada modul pada saat masukan (reference) digeser ke
kanan menuju ke posisi skala 30, maka seketika itu pula motor DC akan
mulai berputar akibat dari tegangan masukan yang diberikan. Perputaran
motor DC tersebut menghasilkan pergeseran pada feedback menuju posisi
yang ditunjukkan reference.
7. Pada percobaan variabel, dapat terlihat hubungan antara pergerakan posisi
sistem dengan tegangan keluaran. Untuk nilai tegangan masukan TP1
(reference) yang terukur pada Voltmeter sebesar 8,39 V posisi P1 bergerak
dari kanan ke kiri (30 ke 10), nilai tegangan keluarannya 8,47 V . Pada saat
TP1 bernilai 6,47 V, P1 bergerak dari kanan ke kiri (10 ke 20) dan tegangan
keluaran bernilai 6,53 volt. Sedangkan saat TP1 bernilai 1,41 V, posisi P1
bergerak dari kanan ke kiri (20 ke 50) dan tegangan keluaran bernilai 1,42
V.
8. Pada percobaan variable jika P1 bergerak dari kanan ke kiri maka sistem
akan memberikan nilai tegangan keluaran yang semakin kecil jika posisi
semakin jauh karena nilai tegangan keluaran merupakan penjumlahan dari
nilai tegangan masukan dan nilai error, dengan polaritas tegangan masukan
seluruhnya positif. Perbedaan ini disebabkan kurangnya ketelitian dalam
melakukan pengamatan dan pengambilan data percobaan tersebut.
9. Adanya error ditunjukkan pada perbedaan tegangan masukan dengan
tegangan keluaran. Error juga bisa terjadi karena post transducer bergerak
tidak tepat sampai ke titik yang sama dengan reference. Error = Voutput –
Vinput
10. Berdasarkan percobaan, terdapat perbedaan antara hasil perhitungan dengan
hasil percobaan. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor, yaitu
kesalahan pengamatan dalam praktikum dan kekurang telitian praktikan
dalam melakukan percobaan.
7.4.2 Saran
1. Sebaiknya laboratorium praktikum diperbesar dan kursinya diperbanyak
agar praktikum lebih nyaman
2. Pemasangan rangkaian percobaan dilakukan dengan teliti untuk
menghindari kesalahan. Untuk mengamati hasil pengukuran sebaiknya
dilakukan dengan lebih hati-hati dan lebih teliti.
3. Perlunya ada pembaruan modul praktikum untuk mengurangi nilai error dan
kesalahan dalam pengukuran.