PENDAHULUAN
1.3 Hipotesis
Ekstrak etanol kulit kentang dapat dijadikan sediaan gel antijerawat dan
memiliki aktivitas antbakteri terhadap propionibacterium acnes
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui cara ekstraksi kulit kentang yang dapat digunakan sebagai
antijerawat
2. Mengetahui konsentrasi yang tepat dari ekstrak kulit kentang untuk
antijerawat
3. Mengetahui formulasi yang tepat dalam pembuatan gel antijerawat
ekstrak etanol kulit kentang dengan gelling agent Na-CMC
1.5 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai bahwa ekstrak kulit kentang
berkhasiat sebagai antijerawat
2. Memberikan referensi mengenai formulasi sediaan gel antijerawat
dari kulit kentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jerawat
Jerawat adalah penyakit peradangan kelenjar sebasea yang sering
dijumpai dan berkaitan dengan dengan folikel rambut (disebut unit
Pilosebasea). Terdapat dua jenisakne, meradang dan tidak meradang
(Corwin, E.J, 2009). Penyebab munculnyajerawat disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya adalah, sekresi kelenjar sebasea yang aktif,
hiperkeratosis pada infundibulum rambut dan efek dari bakteri
(Mitsui,1997).
Jerawat (akne) adalah penyakit peradangan kelenjar sebasea yang
sering dijumpai dan berkaitan dengan dengan folikel rambut (disebut unit
Pilosebasea).Terdapat dua jenis akne : meradang dan tidak meradang.
Kedua jenis akne tersebut ditandai oleh pembentukan sebum yang
berlebihan.Sebum yang berlebihan tersebut tertimbun di folikel sehingga
folikel membengkak.Proses terjadinya jerwat diawali denga tertutupnya
folikel sebaseus oleh sel kulit mati sehingga menyebabkan terjadinya
akumulasi sebum. Sebum yang terakumulasi kemudian menjadi sumber
nutrisi bagi pertumbuhan Propionibacterium acnes. Bakteri ini
menghasilkan metabolit yang memicu terjadinya inflamasi (Jawertz,et all,
2000).
Bakteri penyebab jerawat antara lain Propionibacterium acnes,dan
Staphylococus epidermis. Propionibacterium acnes merupakan flora normal
darikelenjar pilosebaseus kulit manusia, bakteri ini menyebabkan jerawat
denganmenghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari lipid
kulit. Asam lemak inidapat mengakibatkan inflamasi jaringan ketika
berhubungan dengan sistem imun danmendukung terjadinya jerawat.
Bakteri ini termasuk tipe bakteri anaerob gram positifyang toleran terhadap
udara (Brook.et al.,2012).
Pengobatan jerawat biasanya dilakukan dengan pemberian antibiotik
dan bahan-bahan kimia seperti sulfur, resorsinol, asam salisilat, benzoil
peroksida, asam azelat, tetrasiklin, eritromisin dan klindamisin, namun
obat-obatan tersebut juga memiliki efek samping seperti resistensi
terhadap antibiotik dan iritasi kulit.
2.2 Kentang
Klasifikasi kentang (Solanum tuberosum), menurut Rukmana (2012)
Sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Solanum
Species :Solanum tuberosum L.
Sinonim: Solanum Aquinas Bukasov
Kentang merupakan tanaman yang berbentuk semak atau herba,
dengan susunan utama terdiri atas stolon, umbi, batang, daun, bunnga,
serta akar. Stolon merupakan tunas lateral yang tumbuh dari ketiak daun
di bawah permukaan tanah stolon tumbuh memanjang dan melengkung di
bagian ujungnya, kemudian membesar dan membengkak untuk
membentuk umbi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan
(Rukmana,2012).
Kulit kentang merupakan bahan makanan, tidak banyak orang untuk
memanfaatkannya dan dibuang begitu saja. Kulit kentang diduga memiliki
kandungan senyawa polifenol. Kandungan senyawa fenolik dalam kulit
kentang memungkinkan tinggginya aktivitas antioksidan. Ekstrak etanol
kulit kentang dari hasil pengujianaktivitas antibakteri menunjukan bahwa
ekstrak kulit kentang memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteriPropionibacterium acnes. Konsentrasi hambat minimum (KHM) yang
dimiliki olehekstrak etanol kulit kentang pada konsentrasi 5% dengan
diameter zona hambat sebesar 0,46 cm. Nilai banding 1 mg ekstrak kulit
kentang setara dengan 1,16 x10mgklindamisin.
2.3 Gel
Gel merupakan sediaan topikal yang mudah diaplikasikan pada kulit
serta memiliki penampilan fisik yang menarik dibanding sediaan topikal
lainnya (Wyatt et al., 2001). Penggunaannya lebih disukai karena sediaan
gel memiliki kandungan air yang bersifat mendinginkan, menyejukkan,
melembabkan, mudah penggunaannya, mudah berpenestrasi pada kulit,
sehingga memberikan efek penyembuhan yang lebih cepat sesuai dengan
basis yang digunakan (Ansel, 2005).
Sediaan gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya tidak
lengket, mudah dioleskan, mudah dicuci dan tidak meninggalkan lapisan
berminyak pada kulit sehingga mengurangi resiko timbulnya peradangan
lebih lanjut akibat menumpuknya minyak pada pori-pori (Lieberman et al.,
1998).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
b. Pengujian Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara sampel gel dioleskanpada
sekeping kaca atau bahantransparan lain yang cocok, sediaanharus
menunjukkan susunan yanghomogen dan tidak terlihat adanyabutiran
kasar (Ditjen POM, 1985).
c. Pengujian pH
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan stik pH
universal yang dicelupkan ke dalam sampel gel yang telah
diencerkan.Setelah tercelup dengan sempurna, pH universal tersebut.
dilihat perubahan warnanya dan dicocokkandengan standar pH
universal. pH sediaan gel harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5 – 6,5
(Tranggono, 2007).
Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta
: UI Press.
Brook, G.F, J.S.Butel, S.A.Morse. 2012. Mikrobiologi Kedokteran edisi 25.
Jakarta: EGC.
Corwin, E.J .2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi III. EGC : Jakarta
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Djajadisastra, J., Mun’im, A., Desi, N.P. 2009. Formulasi Gel Topikal Dari
Ekstrak Nerii folium Dalam Sediaan Antijerawat. Jurnal Farmasi
Indonesia 4 (4) : 210-216.
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., and Sigla, A.K. 2002.Spreading of Semisolid
Formulation: An Update.Pharmaceutical Tecnology.September 2002 : 84
102.
Harahap, M., 2000, Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.
Jawetz, M.A. 2005. Mikrobiologi Kedokteran ( Medical Microbiology) Edisi 20.
Jakarta: EGC
Lieberman, A. H., Rieger, M.M., dan Banker S.G., 1998, Pharmaceutical Dosage
Forms:Disperse System, 2nd Ed.,Revised and Expanded, 3, 265-267,
272273,Marcell Dekker,Inc.,NewYork.
Mitsui T (ed.), 1997, New Cosmet issliense, Elsevier, Tokyo.
Rukmana, R. (2012). Varietas unggulan, Usaha Tani Kentang Sistem Mulsa
Plastik. Yogyakarta : Kanisus.
Sawarkar et al. 2010. Development and Biological Evaluation of Herbal Anti-
Acne Gel, 2(3), 2028-2029.
Tranggono, Retno Iswari, Latifah, Fatmah. 2007. Buku Pegangan Ilmu
Pengetahuan Kosmetik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press. Yogyakarta.
Wyatt, E., Sutter, S. H., Drake, L. A., 2001, Dermatology Pharmacology, in
Goodman and Gilman’s The Pharmacological basic Of Therapeutics,
Hardman, J. G., limbird, L. E., Gilman, A. G., (editor), 10 , 1801-1803,
McGraw-hill, New York.