BAB I
PENDAHULUAN
tatanan kehidupan baru dalam berbagai bidang, baik politik, ekonomi, sosial dan
Iklim usaha itu sendiri semakin mengalami kemajuan yang pesat. Dalam
hal ini pelaku bisnis tidak hanya dituntut untuk memperoleh keuntungan dari
Responsibility (CSR).
1
2
tentang Perseroan Terbatas (UU PT). Dalam konteks dunia usaha penerapan CSR
perusahaan.
wadah untuk memperoleh keuntungan melalui usaha yang dijalankan dan atau
dikelola olehnya.2
Dengan demikian bukan merupakan sesuatu hal yang aneh jika dalam
dari social responsibility menjadi legal obligation, karena dengan konsep tersebut
lebih dapat mengakomodir tidak hanya kepentingan perusahaan, akan tetapi juga
Hal ini sesuai dengan substansi keberadaan CSR yaitu dalam rangka
1
Jackie Ambadar, 2008, CSR dalam Praktik di Indonesia, PT Elex Media Komputindo,
Jakarta, hlm. 32.
2
Gunawan Widjaja dan Yeremia Ardi Pratama, 2008, Risiko Hukum dan Bisnis
Perusahaan tanpa CSR, PT. Percetakan Penebar Swadaya, Jakarta, hlm 10.
3
dilihat dalam budaya gotong royong yang ada pada masyarakat. Budaya yang
wujud interaksi sosial dalam masyarakat Indonesia, yang diartikan sebagai kunci
dari semua kehidupan sosial karena tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan
Perseroan Terbatas (UU PT) menandai babak baru pengaturan CSR. Seiring
dengan semakin majunya teknologi dan perkembangan dunia bisnis, maka konsep
CSR ini pun begitu marak di Indonesia. Perkembangan CSR yang terjadi di
Indonesia adalah pergeseran paradigma dunia usaha yang tidak hanya semata-
mata untuk mencari keuntungan saja, melainkan juga bersikap etis dan berperan
kegiatan yang berawal dari kesadaran perusahaan dan bersifat sukarela. Cikal
3
Soerjono Soekanto, 2000, Sosiologi: Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 67.
4
Munir Fuady, 2008, Pengantar Hukum Bisnis, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 73.
4
perusahaan yang sering kali bersifat spontanitas dan belum terkelola dengan baik.
tanggung jawab yang perpijak pada single botton line, yaitu nilai perusahaan yang
ganti rugi atas kerusakan apapun yang telah ditimbulkan. Karena konsepsi hukum
dengan perkembangan masyarakat dan dunia usaha serta dengan adanya dorongan
5
Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, 2007, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT
Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 79.
5
2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) dalam bentuk tanggung jawab sosial
Sampai saat ini belum ada kesamaan pandang mengenai konsep dan
penerapan CSR, meskipun kalangan dunia usaha menyadari bahwa CSR ini amat
kepentingan dan memberi rasa keadilan bagi pelaku bisnis dan masyarakat.
Karena tidak akan ada law enforcement kalau tidak ada sistim
pengawasan, dan tidak akan ada rule of law kalau tidak ada law enforcement yang
usaha yang kondusif di Indonesia. Melihat dari kondisi tersebut, maka penting
6
Gunarto Suhardi, 2002, Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi, Universitas
Atma Jaya, Yogyakarta, hlm. 77.
6
Terbatas?
Tujuan penelitian meliputi tujuan umum (het doel van het onderzoek) dan
(ilmu sebagai proses). Adapun tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) yang dapat
dilakukan yaitu:
7
Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana, 2008,
Pedoman Penulisan Usulan Penelitian dan Tesis Program Studi Magister Ilmu Hukum, Denpasar,
hlm. 10.
7
(CSR) tersebut.
permasalahan yang dibahas dalam tesis ini terdiri atas manfaat teoritis dan
manfaat praktis.
Secara teoritis adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini
ilmu hukum, khususnya dalam penggunaan teori dan asas-asas hukum terhadap
konsep dasar Corporate Social Responsibility (CSR) yakni Pasal 1 ayat (3) UU PT
Secara praktis, hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi penulis dalam
rangka memenuhi tugas dan penyelesaian studi pada program studi ilmu hukum
program pasca sarjana Universita Udayana, penulis dapat pengalaman yang sangat
banyak peneliti untuk menjadikannya sebagai objek kajian penelitian. Dari hasil
penelusuran yang dilakukan terhadap tulisan yang berkaitan dengan CSR antara
lain:
Terbatas oleh Ika Safithri, Tesis yang dibuat pada tahun 2008 pada
Sosial pada PT Newmont oleh Hasan Asy’Ari, Tesis yang dibuat pada
tersebut.
provinsi Bali), oleh I Gusti Ngurah Anom, Tesis yang dibuat pada
pengimplementasiannya di masyarakat.
Perseroan Terbatas oleh Ratna Artha Windari, Tesis yang dibuat pada
dilihat dari segi judul dan rumusan masalah yang dibahas. Untuk menghindari
Perseroan Terbatas (UU PT) serta pengaturan sanksi terhadap perseroan yang
yang sehat, pelaksanaannya sangat beragam dan sangat bergantung pada proses
11
interaksi sosial dan bersifat sukarela yang didasarkan pada dorongan moral dan
etika, serta biasanya melebihi dari hanya sekedar kewajiban memenuhi peraturan-
Tanggung jawab sosial sebuah perusahaan atas dampak dari keputusan dan
wilayah kerja dan operasinya, memandang perusahaan sebagai agen moral. Untuk
(moral and etics) yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok
masyarakat lainnya. Konteks tanggung jawab sosial dalam hal ini memiliki
undang-undang.
perusahaan, dapat dikatakan bahwa tanggung jawab sosial lebih menekankan pada
komunitas atau kelompok individu, masyarakat (tidak semua) yang berasal dari
wilayah perusahaan tersebut berdiri, wilayah negara dan bisa juga negara lain
atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan
8
H.R. Otje Salman dan Anthon F. Susanto, 2008, Teori Hukum (Mengingat,
Mengumpulkan, dan Membuka Kembali), PT Refika Aditama, Bandung, hlm. 98.
9
Arif Budimanta, et.al., 2008, Corporate Social Responsibility: Alternatif bagi
Pembangunan Indonesia, ICSD, Jakarta, hlm. 27.
10
E. Freeman, 1984, Strategic Management: A Stakeholder Approach, Pittman Publishing
Inc: Boston, hlm. 46, dalam Ismail Solihin, 2000, Corporate Social Responsibility from Charity to
Sustainability, Salemba Empat, Jakarta, hlm.48.
13
saham itu sendiri, para kreditor, pekerja atau buruh, para pelanggan, pemasok, dan
2. lingkungan;
(Economic Strength).11
harus dimaknai sebagai instrumen untuk mengurangi praktek bisnis yang tidak
etis. Maka dari itu, sangat tepat apabila CSR diberlakukan sebagai kewajiban yang
sifatnya mandatory dan harus dijalankan oleh perseroan selama masih beroperasi.
pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong kepedulian
11
Hendrik Budi Untung, 2008, Corporate Social Responsibility, Sinar Grafika, Jakarta,
hlm.11.
14
bisnis dapat dibantu secara optimal dari pemanfaatan hukum sebagai suatu
instrumen bisnis.12
mencakup:
1. Economic Responsibility.
Tanggung jawab kepada para pemegang saham dalam bentuk
pengelolaan perusahaan agar menghasilkan laba yang optimal. Selain
itu, terdapat tanggung jawab ekonomi kepada para kreditor yang telah
menyediakan pinjaman bagi perusahaan, dalam bentuk menyisihkan
sebagian kas perusahaan untuk membayar angsuran pokok dan bunga
pinjaman yang jatuh tempo.
2. Legal Responsibility.
Perusahaan harus mematuhi berbagai peraturan perundang-undangan
yang berlaku sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan. Hal ini
bertujuan untuk menciptakan “arena permainan bisnis” yang relatif
adil bagi semua pelaku bisnis.
3. Social Responsibility.
Tanggung jawab perusahaan dalam bentuk komitmen secara sukarela
untuk turut meningkatkan kesejahteraan komunitas dan lingkungan
sekitar. 13
sendiri dan terisolasi, perusahaan atau perseroan tidak dapat menyatakan bahwa
12
Ida Bagus Wyasa Putra, 2000, Aspek-Aspek hukum Perdata Internasional dalam
Transaksi Bisnis Internasional, PT Refika Aditama, Bandung, hlm. 5.
13
Ulzi Kidzie's Kingdom, 2011, Corporate Social Responsibility (CSR) Menurut
Perspektif Sosiologi, available from http://ulzikidzie.blogspot.com/2011/03/corporate-social-
responsibility-csr.html, diakses pada tanggal 9 Pebruari 2012.
15
customer, karyawan dan keluarganya, masyarakat sekitar dan mereka yang terlibat
baik secara langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan (the local
bagian yang terintegrasi dari kegiatan usaha (business) dan komitmen perusahaan
terhadap kepentingan pada stakeholders dalam arti luas, lebih dari sekedar
sehingga CSR tidak lagi dimaknai sekedar tuntutan moral, tetapi diyakinkan
berkelebihan jika kedepan CSR harus dimaknai bukan lagi hanya sekedar
dikemukan oleh Lawrence M. Friedman, sistem hukum (legal system) terdiri dari
oleh Friedman agar dalam penerapannya tidak bermasalah. Jika dalam tatanan
tentu saja dalam proses penegakan hukumnya akan menyulitkan. Karena esensi
dari penegakan hukum juga merupakan tolok ukur daripada efektivitas penegakan
Faktor hukumnya sendiri akan menjadi salah satu faktor penyebab tidak
bersifat umum dengan mengingat akan peristiwa konkret (das Sein) tertentu yang
14
Lawrence M. Friedman, 2001, American Law: An Introduction, 2nd edition,
diterjemahkan oleh Wisnu Basuki, Tatanusa, Bandung, hlm. 6.
15
Soerjono Soekanto, 2008, Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 9.15
16
Sudikno Mertokusumo, 2007, Penemuan hukum: Sebuah Pengantar, Liberty,
Yogyakarta, hlm. 37.
17
undang juga dapat dilakukan oleh dosen maupun peneliti hukum dalam penulisan
hasil dari penemuan hukumnya bukanlah sebagai suatu hukum karena tidak
Tujuan utama dari penemuan hukum tidak lain adalah untuk memberikan
rasa keadilan dan jaminan kepastian hukum bagi kepentingan proses hukum yang
tertentu, hukum pun juga hanya dapat dipahami sebagai suatu upaya masyarakat
17
H.F. Abraham Amos, 2007, Legal Opinion: Aktualisasi Teoretis dan Empirisme,
Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 23.
18
Peter Mahmud Marzuki, 2008, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, hlm.76.
18
eksklusif, akan tetapi melihatnya sebagai dua hal yang saling melengkapi. Adanya
suatu usaha legislasi, itu bukan berarti menganggap inisiatif voluntary sebagai
suatu hal yang tidak penting, melainkan usaha atau pemasukan konsep Corporate
kewajiban hukum atau legal obligation hendaknya tidak dilihat sebagai suatu
dasar hukum bagi sektor bisnis agar mampu menjalankan kegiatan usahanya
19
Ni Ketut Supasti Dharmawan, 2010, A Hybrid Framework Suatu Alternative
Pendekatan CSR (Corporate Social Responsibility) di Indonesia, Kertha Patrika, Denpasar, 34 :
10.
20
Ibid.
19
jawaban para pebisnis atas berbagai kegiatan yang dilakukannya selama ini yang
industri.21
yakni Pasal 1 ayat (3) UU PT yang menyebutkan : “Tanggung Jawab Sosial dan
21
Roscoe Pound,1996, Pengantar Filsafat Hukum, Cetakan Kelima, diterjemahkan oleh
Drs. Mohamad Radjab, Bhratara, Jakarta, hlm. 50.
20
dasar terhadap tanggung jawab sosial dari yang semula bersifat social
hukum pada satu sisi dan kewajiban moral pada sisi lain. Kewajiban hukum itu,
yaitu kewajiban untuk mematuhi hukum, berlaku begitu saja dan tidak bertumpu,
suatu tindakan atau sikap tertentu, namun ia tidak diwajibkan secara hukum untuk
melakukannya).
permasalahan hukum yang menjadi ciri dari kajian ini adalah adanya konflik
norma (geschijld van normen), kekaburan norma (vague van normen), dan
22
Meuwissen, 2008, Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, dan
Filsafat Hukum, diterjemahkan oleh Arief Sidharta, Refika Aditama, Jakarta, hlm. 88.
23
Lectric Law Library's Lexicon, 2010, Moral Obligation, available from
http://lectlaw2.securesites.net/lib.html, diakses pada tanggal 12 Pebruari 2012.
21
tolak dari ketidaksinkronan dalam suatu peraturan baik bersifat konflik vertikal
(antara peraturan yang lebih rendah dengan peraturan yang lebih tinggi) maupun
UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas antara Pasal 3 ayat (1) yang
sehingga tidak menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh pembuat undang-
undang itu. Dalam usaha mencari dan menentukan kehendak pembuat undang-
undang itulah maka dalam ilmu hukum dikembangkan beberapa metoda atau cara
hukum yaitu:
kontrol sosial.24
diteliti dalam kerangka penemuan hukum oleh hakim untuk suatu sengketa
24
Otje Salman dan Anthon F. Susanto, 2008, Beberapa Aspek Sosiologi Hukum, Alumni,
Bandung, hlm. 114.
23
yuridik konkret tidak menemukan penyelesaian dalam hukum positif yang berlaku
belum diaturnya suatu ketentuan terkait satu atau beberapa kondisi hukum yang
konstruksi hukum.
yang digunakan untuk menemukan hukum yang sebelumnya tidak diatur dalam
perundang-undangan.
hukum yakni:
akan coba diperluas, dimana peristiwa yang serupa, sejenis atau mirip
25
Jan Gijssels & Mark van Hoecke, 2000, Apakah Teori Hukum itu?, diterjemahkan oleh
B. Arief Sidharta, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, hlm. 103.
26
Jazim Hamidi, 2005, Hermeneutika Hukum, UII Press, Yogyakarta, hlm. 53.
24
undang-undang.27
dibahas dalam penelitian ini setidaknya terdapat 3 (tiga) asas dalam tata urutan
27
Sudikno Mertokusumo, Op.Cit., hlm. 67.
25
1. Pengingkaran (disavowal).
Langkah ini seringkali merupakan suatu paradok, dengan
mempertahankan bahwa tidak ada konflik norma. Seringkali konflik
itu terjadi berkenaan dengan asas lex spesialis dalam konflik
pragmatis atau dalam konflik logika diinterpretasi sebagai pragmatis.
2. Reinterpretasi.
Dalam kaitan penerapan asas preferensi hukum harus dibedakan
dengan reinterpretasi, yaitu dengan mengikuti asas-asas preferensi,
menginterpretasi kembali norma yang utama dengan cara yang lebih
fleksibel. Selain itu dapat juga dengan menginterpretasi norma
preferensi dan kemudian menerapkan norma tersebut dengan
mengesampingkan norma yang lain.
3. Pembatalan (invalidation) yang terdiri dari :
a. Pembatalan abstrak dan formal dilaksanakan misalnya oleh suatu
lembaga khusus. Di Indonesia Pembatalan Peraturan Pemerintah
kebawah dilaksanakan oleh Mahkamah Agung.
b. Pembatalan praktikal, yaitu tidak menerapkan norm tersebut dalam
kasus konkrit.
4. Pemulihan (remedy).
Mempertimbangkan pemulihan dapat membatalkan satu ketentuan.
Misal: dalam hal satu norma yang unggul dalam arti Overruled Norm,
berkaitan dengan aspek ekonomi maka sebagai ganti membatalkan
norma yang kalah maka dengan cara memberikan kompensasi.29
yang menimbulkan inkonsistensi antara Pasal 1 ayat (3) yang bersifat moral
28
Kusnu Goesniadhie, 2010, Harmonisasi Sistem Hukum, Mewujudkan Tata
Pemerintahan Yang Baik, A3, Malang, hlm. 36.
29
P.W. Brouwer et.al., Coherence and Conflict in Law dalam Philipus M. Hadjon dan
Tatiek Sri Djatmiati, 2009, Argumentasi Hukum, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,
hlm. 31.
26
Metode adalah jalan atau cara untuk memikirkan dan memeriksa sesuatu
menurut rencana tertentu, menyangkut cara kerja untuk dapat memahami obyek
dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Oleh
karena itu, metode penelitian dapat digunakan sebagai landasan dalam langkah-
30
M. Marwan & Jimmy P., 2009, Kamus Hukum “Dictionary of Law Complete Edition”,
Reality Publisher, Surabaya, hlm. 434.
31
Soerjono Soekanto, 1986, “Pengantar Penelitian Hukum”, Cetakan Ketiga, UI Press,
Jakarta, hlm. 42.
32
Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit., hlm. 35.
27
doctrinal ini mengkonsepkan hukum sebagai apa yang tertulis dalam peraturan
Responsibility (CSR) dari yang semula bersifat moral obligation menjadi legal
merupakan aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh hukum. Instrumen hukum sangat
33
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 118.
34
Bambang Sunggono, 1997, Metodologi Penelitian Hukum, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, hlm. 41-42.
28
1.7.2 JenisPendekatan
yuridis yang didapat dari studi terhadap literatur-literatur yang mendukung, salah
satu kegunaan pendekatan masalah secara yuridis normatif ini adalah untuk
mengetahui atau mengenal apa dan bagaimana hukum positifnya mengenai suatu
masalah tertentu.35
Dalam hal ini mengenai tinjauan dari segi hukum dalam menganalisa
permasalahan mengenai inkonsistensi konsep dasar CSR dari yang semula bersifat
moral obligation menjadi legal obligation serta terkait sanksi terhadap perusahaan
yang tidak melaksanakan kewajiban CSR ini. Dengan pendekatan hukum yang
Bahan hukum dalam penelitian hukum normatif terdiri atas bahan hukum
primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Sumber bahan hukum
35
Sunaryati Hartono, 2006, Penelitian Hukum di Indonesia pada akhir abad ke-20,
Alumni, Bandung, hlm. 140.
29
ilmiah yang baru atau mutakhir, ataupun pengertian baru tentang fakta
hukum primer terdiri atas buku-buku, artikel yang dimuat dalam media
36
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 29.
30
adalah studi kepustakaan, dengan metode ini penulis mencari, mempelajari dan
system), yang kemudian kartu-kartu ini disusun berdasarkan pokok bahasan untuk
apakah sudah dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan bahan hukum yang
37
Winarno Surachman, 1973, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik,
Tarsito, Bandung, hlm. 257.
38
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, hlm. 129.
31
kelebihan dari suatu undang-undang atau peraturan yang diteliti, serta berupaya
mencari kaitan rumusan suatu konsep hukum atau proposisi hukum antar Pasal
39
Ronny Hanitiyo Soemitro, 1998, Metodelogi Penelitian, Hukum dan Jurumetu, Ghalia
Indonesia, Jakarta, hlm. 12-13.
32
yakni konflik antara Pasal 1 ayat (3) dengan Pasal 74 yang diatur dalam Undang-
dianalisis secara hukum. Analisis bahan hukum akan dilakukan dengan cara
kualitatif, yaitu menguraikan bahan hukum secara bermutu dalam bentuk kalimat
yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif sehingga