A. MAN
Man (Manusia) berkaitan dengan aspek tenagakerja yang dapat dilihat dari
aspek (Misbahuddin, 2008) :
1. Lemahnya pengetahuan
2. Kurang ketrampilan
3. Pengalaman
4. Kelelahan
5. Kekuatan fisik
6. Lambatnya kecepatan kerja
7. Banyak tekanan kerja
8. Stress dll.
Dalam aspek Man terdapat faktor yang mempengaruhi penentuan
ketenagakerjaan, antara lain :
1. Kebutuhan tenagakerja perawat
Kebutuhan tenagakerja perawat dapat ditentukan berdasarkan klasifikasi
pasien, antara lain :
a. Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
Menurut Douglas (1984), klasifikasi kebergantungan klien terbagi
tiga kategori:
Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam / 24 jam dengan
kriteria:
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulansi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap jaga (shift)
5) Pengobatan minimal dgn status psikologis stabil
Perawatan parsial memerlukan waktu 3-4 jam /24 jam dengan
kriteria:
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Obsevasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) Ambulansi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4) Klien dengan kateter urin, pemasukan, dan pengeluaran dicatat
5) Klien dengan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur
Perawatan total memerlukan waktu 5-6 jam / 24 jam dengan
kriteria:
1) Segala keperluan klien dibantu
2) Perubahan posisi, observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap
2 jam
3) Makan melalui selang lambung , terapi intravena
4) Dilakukan suksion
5) Gelisah / disorientasi
b. Jumlah tenagakerja perawatan yang diperlukan
Jumlah tenagakerja perawat yang diperlukan dapat dihitung dengan
berbagai metode (Mugianti, 2016), antara lain :
Menurut Minetti & Hurchinsun (1975) dengan memperhatikan
waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan keperawatan
1) Waktu keperawatan langsung:
self care = ½ x 4 jam = 2 jam
partial care = ¾ x 4 jam = 3 jam
total care = 1- 1 ½ jam x 4 jam = 4 – 6 jam
intensif care = 2 x 4 jam = 8 jam
Rata-rata waktu keperawatan langsung 4 – 5 jam per klien per
hari
2) Waktu keperawatan tidak langsung:
Gillies, 1989 menyebut rata-rata 38 menit/psn/hr
Wolfe dan Young dalam Gillies 1989 menyebutkan 60
mnt/psn/hr
3) Waktu penyuluhan klien
Penyuluhan kesehatan klien sebaiknya dilakukan kurang lebih
15 menit/ pasien/ hari
Penghitungan waktu yang diperlukan untuk keperawatan klien
diperoleh dari jumlah waktu keperawatan langsung, tidak langsung
dan penyuluhan kesehatan. Penentuan tenaga kerja tergantung:
1) Jumlah klien/hr/tahun dalam 1 unit
2) Kondisi/ tingkat ketergantungan
3) Rata-rata hari rawat
4) Waktu yang dibutuhkan untuk tindakan keperawatan
5) dll (sosek, bencana, politik, hukum, dan peraturan pemerintah,
musim, kemajuan IPTEK)
Rumus:
∑ jam kprw yg Rata-rata ∑ jam kprw yg
dibutuhkan X sensus psn/hr X ∑ hr/thn = dibutuhkan/th psn/hr
Hari/thn - hari libur msg-msg X ∑ jam kerja ∑ jam kerja
perawat msg prwt prwt perth
= jumlah perawat di unit tsb
c) Kerugian
Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau total sehingga
proses keperawatan sulit dilakukan.
Apabila pekerjaan selesai cenderung meninggalkan klien
dan melakukan tugasnon keperawatan.
Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai dan sulit
diidentifikasi kontribusinya terhadap pelayanan.
Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai
keterampilan saja.
d) Hal – hal yang harus dipertimbangkan
Pendekatan fungsional lebih menekankan teknik –
prosedural, tidak memperhatikan keberadaan klien secara
utuh dan unik
Pelayanan terfragmentasi, kesinambungan asuhan tidak
terjamin
Ada kemungkinan, jenis tugas tertentu tidak teridentifikasi
sehingga luput dari perhatian staf
Semua anggota tim harus paham terhadap permasalahan
klien – intervensi dan dampaknya – karenanya dibutuhkan
case conference secara periodik dan berkesinambungan
2. Metode Tim Keperawatan
Metode tim keperawatan yaitu pengorganisasian pelayanan
keperawatan oleh sekelompok klien dan sekelompok klien.
Kelompok ini dipimpin oleh perawat profesional yang
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya
(registered nurse). Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan
oleh pimpinan kelompok/ketua tim. Selain itu ketua tim
bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota grup/tim.
Sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan
keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam
menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan. Selanjutnya
ketua tim yang melaporkan pada kepala ruangan tentang kemajuan
pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien.
Tim keperawatan dikembangkan pada tahun 1950-an dalam
upaya mengurangi masalah yang berhubungan dengan fungsi
pengorganisasian pelayanan pasien. Banyak yang percaya
meskipun terus-menerus kekurangan staf perawat professional,
system pelayanan pasien harus dikembangkan untuk mengurangi
pelayanan yang terpilah-pilah dari metode keperawatan fungsional.
Dalam keperawatan tim, tenaga pendukung berkolaborasi dalam
memberikan pelayanan terhadap sekelompok pasien di bawah
arahan seorang perawat professional. Seorang ketua tim
bertanggung jawab mengetahui kondisi dan kebutuhan seluruh
pasien yang dirawat oleh tim. Kewajiban ketua tim bergantung
kepada kebutuhan pasien dan beban kerja, termasuk membantu
anggota tim, memberikan pelayanan langsung kepada pasien,
mendidik pasien dan melakukan koordinasi terhadap aktivitas
pasien. Melalui komunikasi tim yang terus-menerus, pelayanan
kompehensif akan dapat diberikan kepada pasien meskipun relative
banyak staf pendukung. Keperawatan tim biasanya berkaitan
dengan pola kepemimpinan demokratis. Anggota tim diberikan
otonomi sebanyak mungkin dalam mengerjakan tugas meskipun
juga berbagi dalam tanggung jawab dan tanggung gugatnya.
Mengakui nilai-nilai individual karyawan dan memberikan
otonomi kepada anggota tim akan menghasilkan kepuasan kerja
yang tinggi.
Beberapa keuntungan dan kerugian metode keperawatan tim dapat
dilihat sebagai berikut:
a) Keuntungan
Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang
komprehensif
Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
Konflik atau perbedaan pendapat antar staf daapt
ditekan melalui rapat tim cara ini efektif untuk
belajar.
Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan
interpersonal
Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota
tim yang berbeda-beda dengan aman dan efektif.
b) Kerugian
Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi
sibuk rapat tim ditiadakan atau terburu-buru
sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan
koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga
kelancaran tugas terhambat.
Perawat yang belum terampil dan belum
berpengalaman selalu tergantung atau berlindung
kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
Akuntabilitas dalam tim kabur
c) Pelaksanaan metode tim harus didasarkan pada konsep
berikut:
Ketua tim diberikan pada perawat profesional dan
harus mampu menggunakan berbagai tehnik
kepemimpinan, manajemen dan komunikasi efektif.
Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang
prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi
asuhan keperawatan.
Komunikasi yang efektif penting untuk menjamin
kontinuitas rencana perawatan. Komunikasi yang
terbuka dapat dilakukan
Melalui berbagai cara terutama melalui rencana
perawatan tertulis yang merupakan pedoman
pelaksanaan asuhan, supervisi dan evaluasi.
Anggota tim harus menerima dan menghargai
kepemimpinan ketua tim. Ketua tim membantu
anggotanya untuk memahami dan melakukan tugas
sesuai dengan kemampuan mereka.
d) Prinsip tim keperawatan:
Suatu model asuhan yang dilaksanakan oleh suatu
tim terhadap satu atau sekelompok klien/pasien
Tim dipimpin oleh seorang perawat yang secara
klinis kompeten, mempunyai kemampuan yang baik
dalam komunikasi, mengorganisasi, dan memimpin
Dalam model ini, tim dapat terdiri dari pelaksana
asuhan dengan level kemampuan yang berbeda
tetapi semua aktifitas tim harus terkoordinasi secara
baik
Dalam proses asuhan, dibutuhkan kesinambungan
antar tim untuk setiap shift dinas (Pagi – Sore –
Malam). Dokumentasi akurat, timbang terima
berbasis pasien
Semua anggota tim harus paham terhadap
permasalahan klien – intervensi dan dampaknya –
karenanya dibutuhkan case conference secara
periodik dan berkesinambungan
3. Metode Primer
Metode keperawatan primer merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan, dimana seorang perawat register
bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dalam 24 jam.
Metode keperawatan primer berkembang pada awal tahun 1970-an
menggunakan beberapa konsep pelayanan keperawatan total dan
membawa perawat teregister kembali ke sisi tempat tidur untuk
memberikan pelayanan klinis. Sesungguhnya Manthey (2001)
dalam Marquis, B.L. & Huston, C., J. (2002) menganjurkan bahwa
hanya keperawatan primer jenis pemberian pelayanan pasien yang
mengharuskan hubungan perorangan antara seorang perawat dan
pasien dengan tanggung jawab dalam perencanaan dan pengelolaan
pelayanan secara jelas. Keperawatan primer didesain dengan
seorang tenaga keperawatan profesional terhadap 4-5 klien sebagai
perawat primer yang bertanggung jawab terhadap kondisi klien,
semua kebutuhan dan koordinasi dengan tim kesehatan lainnya.
Perawat primer bertanggung jawab mulai klien masuk sampai
pulang. Perawat Primer bertangungjawab untuk mengadakan
komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika
diperlukan. Pada saat tidak bertugas perawat primer lain bertindak
sebagai perawat asosiet.
Tanggung jawab penting perawat primer adalah mengatur
komunikasi yang jelas di antara pasien, dokter, perawat asosiet,
dan tim kesehatan lainnya. Kombinasi komunikasi yang baik dan
keberadaan interdisiplin dalam satu grup dalam memberikan
pelayanan langsung meningkatkan kualitas pelayanan pasien secara
holistic.
Meskipun kepuasan kerja tinggi dalam keperawatan primer,
metode ini sulit diimplementasikan karena dibutuhkan tanggung
jawab dan otonomi yang tinggi dari perawat primer. Sehingga bila
perawat mengembangkan kemampuannya dalam pemberian
pelayanan keperawatan primer, mereka akan merasa tertantang dan
harus mendapatkan harga yang setimpal. Berikut beberapa
keuntungan dan kerugian metode keperawatan primer:
a) Keuntungan
Model praktek keperawatan profesional dapat
dilakukan atau diterapkan.
Memungkinkan asuhan keperawatan yang
komprehensif
Memungkinkan penerapan proses keperawatan
Memberikan kepuasan kerja bagi perawat
Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga
menerima asuhan keperawatan
b) Kerugian
Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain
4. Metode Moduler
Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi
keperawatan tim – primer, yang dilaksanakan untuk meningkatkan
efektifitas konsep keperawatan tim melalui penugasan modular.
Perawat profesional dan vokasional bekerjasama dalam merawat
sekelompok klien dari mulai masuk ruang rawat hingga pulang
(tanggung jawab total)
Metode ini juga memerlukan perawat yg berpengetahuan
luas dan trampil, kemampuan kepemimpinan baik dimana
pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan
oleh perawat profesional dan non profesional (trampil) untuk
sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang
disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini
diperlukan perawat yang berpengetahuan, terampil dan memiliki
kemampuan kepemimpinan. Idealnya 2-3 perawat untuk 8 – 12
orang klien.
a) Keuntungan dan Kerugian
Sama dengan gabungan antara metode tim dan
metode keperawatan primer.
Semua metode di atas dapat digunakan sesuai
dengan situasi dan kondisi ruangan. Jumlah staf
yang ada harus berimbang sesuai dengan yang telah
dibahas pembicara yang sebelumnya. Selain itu
kategori pendidikan tenaga yang ada perlu
diperhatikan sesuai dengan kondisi ketenagaan yang
ada saat ini di Indonesia
5. Metode Kasus
Metode ini adalah suatu penugasan yang diberikan kepada
perawat untuk memberikan asuhan secara total terhadap seorang
atau sekelompok klien.
a) Berpusat pada client/pasien
Perawat bertanggung jawab untuk melakukan asuhan secara
komprehensif terhadap satu atau sekelompok pasien pada
shift dinas tertentu
b) Secara konsisten pasien dilayani oleh perawat yang sama
dalam satu periode/shift dinas
c) Dibutuhkan level kompetensi yang tinggi dari pelaksana
asuhan
7. Dokumentasi
P P P P P P P P P P
No Aspek Yang Dinilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A Pengkajian
1 Mencatat data yang dikaji dengan pedoman
pengkajian
2 Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang
3 Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara
status kesehatan dengan norma dan pola fungsi
kehidupan
B Diagnosa keperawatan
1 Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang
telah dirumuskan
2 Merumuskan diagnosa keperawatan actual/potensial
C Rencana tindakan
1 Berdasarkan diagnosa keperawatan
2 Disusun menurut urutan prioritas
3 Rumusan tujuan mengandung komponen
pasien/subjek perubahan, perilaku, kondisi pasien dan
atau criteria
4 Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan
kalimat perintah, terinci dan jelas
5 Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan
pasien atau keluarga
6 Rencana tindakan menggambarkan kerjasama tim
kesehatan lain
D Tindakan
1 Tindakan dilaksanakan sesuai rencana
2 Perawat mengobservasi respon pasien terhadap
tindakan keperawatan
3 Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi
4 Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat
ringkas dan jelas
E Evaluasi
1 Perawat mengevaluasi respon pasien sesuai dengan
kriteria hasil yang sudah ditentukan
2 Perawat mengevaluasi respon pasien, analisa
masalah keperawatan dan rencana tindak lanjut.
F Catatan asuhan keperawatan
1 Menulis pada format yang baku
2 Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan yang
dilaksanakan
3 Setiap melakukan tindakan perawat mancantumkan
paraf/nama jelas dan tanggal jam dilakukan tindakan
4 Berkas catatan keperawatan disimpan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
TOTAL
RATA-RATA
DAFTAR PUSTAKA
Emerson, H dalam Phiffner, J.F. dan Robert, P.V. 1960. 5 Unsur
Manajemen.
Mugianti, S. 2016. Manajemen dan Kepemimpinan dalam Praktik
Keperawatan. Jakarta : Kemenkes RI
Mumarridzoh, Z. 2015. Managemen Keperawatan. Malang. PSIK
Universitas Brawijaya.
Satrianegara, M. Fais. 2009. Buku Ajar Organisasi dan Managemen
Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika,
Dasar-Dasar Manajemen. Yayasan Trisakti.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja.
Bandung : Mandar Maju