Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian
Pada
Departemen Proteksi Tanaman
Disetujui
Dosen Pembimbing
Diketahui
Ketua Departemen Proteksi Tanaman
Tanggal lulus:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 29 Juli 1990. Penulis adalah anak
ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Heru Wibisono SH, M.Si dan
Almarhumah Ibu Tarsih. Penulis memiliki dua orang kakak yang bernama Prita
Aprianty dan Septi Dwi Hertanti. Penulis memiliki dua orang adik yang bernama
Rieska Kurniasih dan Naira Agustin Wibisono.
Penulis lulus dari SDN Kayuringin Jaya XII pada tahun 2002, kemudian
melanjutkan ke SMPN 7 Bekasi dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama
melanjutkan ke SMAN 3 Bekasi dan lulus pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswi Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswi
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama
mengikuti pendidikan, penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa
Proteksi Tanaman (HIMASITA) Divisi Kewirausahaan periode 2011/2012. Penulis
pernah mengikuti les bahasa Korea, Mandarin, dan Jerman di Unit Bahasa IPB.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan hanya untuk Allah SWT atas seluruh berkah
rahmat dan karunia Nya yang telah diberikan kepada seluruh manusia dan shalawat
dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Survei Evaluasi Program Pemasyarakatan
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Petani Padi di Kecamatan Tambun Utara,
Bekasi”.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir.
Dadan Hindayana, sebagai dosen pembimbing skripsi. Terima kasih kepada Dr. Ir.
Supramana, M.Si selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan banyak masukan
dan koreksi penulisan skripsi ini. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
seluruh staf pengajar Fakultas Pertanian dan laboran Departemen Proteksi Tanaman
yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama menyelesaikan pendidikan di
Fakultas Pertanian IPB.
Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih untuk Ayahanda Heru
Wibisono SH, M. Si yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian penulis.
Terimakasih kepada Ibunda Yani Suryani, Prita Aprianty, Septi Dwi Hertanti, Rieska
Kurniasih, Naira Agustin Wibisono, dan Haryountoro untuk dukungan, do’a, kasih
dan sayang yang selalu diberikan hingga menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
kepada teman-teman DPT 45: Sagita Phinanthie, Rizkika Latania, Fiqi Syaripah,
Aries Rama Saputra, Keisha Disa, dan teman-teman lainnya atas kebersamaan,
semangat, persahabatan dan dukungannya selama kuliah. Terima kasih kepada teman
yang sekaligus telah menjadi keluarga di Bogor: Nursyamsi Syam, Ranityasari, Ratna
Dila, Ari, Ayu, Lia Fauziah, dan Firdha Zahra Alfia atas kebersamaan dan kenangan
indah selama ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi penulisan
yang lebih baik. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan
pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xi
PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
LAMPIRAN ............................................................................................... 46
ix
DAFTAR TABEL
No. Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Kuisioner ............................................................................................. 47
Bekasi .................................................................................................. 71
Penyuluh, petani, dan mahasiswa, (D) Toko tani Desa Srijaya .......... 72
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
tahun, atas dasar hal tersebut penelitian mengenai program PHT perlu dilakukan agar
dapat diketahui perkembangannya.
Tujuan Penelitian
Survei dilakukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan program PHT
khususnya di Kabupaten Bekasi, setelah 20 tahun dicanangkan pemerintah, serta
implikasi pada pengetahuan, sikap, dan tindakan petani padi.
Manfaat Penelitian
Tersedianya informasi mengenai pelaksanaan program PHT di Kabupaten
Bekasi dan kemajuan yang dialami petani padi setelah pelaksanaan program PHT
tersebut.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Padi
Syarat Tumbuh
Padi merupakan tanaman ordo Graminales, family Graminae, genus Oryza, dan
spesies Oryza spp.. Padi dapat tumbuh pada ketinggian 650 sampai 1500 m dpl
dengan temperatur 19 sampai 22 oC., sedangkan ketinggian 0 sampai 650 m dpl
dengan temperatur 22 samapi 27 oC. Padi pada menyukai tanah lumpur yang subur
dengan ketebalan 18 sampai 22 cm dan pH tanah 4 – 7. Pada umumnya tanaman padi
membutuhkan air dalam jumlah relatif banyak, namun tidak semua fase pertumbuhan
membutuhkan air dalam jumlah yang sama (Surowinoto 1983).
Budidaya Padi
Penyiapan benih padi dimulai dengan merendam benih padi selama 6 sampai 12
jam. Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 21 hingga 40 hari, berdaun
5 sampai 7 helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang
hama dan penyakit.
Pemupukan diberikan sesuai dengan dosis yang telah ada, kekurangan atau
kelebihan pupuk dapat menyebabkan tanaman padi menjadi sakit. Pemakaian pupuk
digunakan pada saat tanah diolah, 14 hari sesudah tanam dan 30 hari sesudah tanam.
Pengolahan tanah dapat dilakukan secara sempurna dengan dua kali pembajakan atau
tanpa olah tanah. Pemilihan cara yang akan dilakukan disesuaikan dengan keperluan
dan kondisi lahan (Siregar 1981).
Penggenangan air dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan
anakan, pembungaan dan masa bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan
pada fase sebelum bunting bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase
pemasakan biji untuk menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji (Sumartono
et al. 1972).
5
dengan total produksi telur per-induk mencampai 200 butir. Lama stadia telur hingga
7 hari dan terdapat lima instar pertumbuhan nimfa dengan total waktu mencapai 19
hari. Satu siklus hidup walang sangit mencapai 46 hari. Setelah nimfa menetas
bergerak ke malai mencari butir yang masih stadi masak susu. Nimfa dan imago pada
siang hari bersembunyi di bawah kanopi tanaman. Serangga imago pada pagi hari
aktif terbang dari rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan yang relatif jauh terjadi
pada sore atau malam hari.
Walang sangit menyerang pada fase generatif, menyerang buah padi yang
masak susu. Gejala yang ditimbulkan buah menjadi hampa atau berkualitas rendah
seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak. Daun padi terdapat bercak bekas
isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam. Pengendalian yang sering dilakukan
dengan bertanam serempak, dan sanitasi. Saat tidak ada pertanaman padi atau
tanaman padi masih stadia vegetatif, imago walang sangit bertahan hidup atau
berlindung pada berbagai tanaman yang terdapat pada sekitar sawah. Setelah tanaman
padi berbunga dewasa walang sangit pindah ke pertanaman padi dan berkembang
biak satu generasi sebelum tanaman padi tersebut dipanen. Banyaknya generasi dalam
satu hamparan pertanaman padi tergantung dari lamanya dan banyaknya interval
tanam padi pada hamparan tersebut. Makin serempak tanam makin sedikit jumlah
generasi perkembangan hama walang sangit (BBPADI 2009).
dengan pengaturan air yang baik, penggunaan bibit sehat, melepaskan musuh alami,
menggugurkan tabung daun.
Hama putih menyerang tanaman yang berumur lebih dari 6 minggu. Ciri khas
yang bisa dilihat sebagai tanda hama putih adalah adanya tabung-tabung yang terbuat
dari daun tanaman padi yang tergerek (terpotong) yang berisi larva dan kepompong
yang digunakan untuk perlindungan diri dan penyebaran dalam mencari makan.
Tabung-tabung banyak terapung di areal persawahan, berbeda dengan hama putih
palsu yang hanya menggulung tanaman tanpa memotongnya dan menggerek
klorofilnya. Menyerang daun pada saat masih bibit, kerusakan berupa titik-titik yang
memanjang sejajar tulang daun, ulat menggulung daun padi.
Wereng Batang Cokelat (Nilapavarta lugens)
Wereng coklat berkembang biak secara seksual, masa pra-peneluran 3-4 hari
untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang).
Telur biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah daun, tetapi kalau
populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah daun dan tulang daun. Telur
diletakkan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir. Satu ekor betina
mampu meletakkan telur 100-500 butir.
Di daerah tropis telur menetas setelah 9 hari, sedangkan di daerah subtropika
waktu penetasan telur lebih lama lagi. Nimfa mengalami lima instar, dan rata-rata
waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan periode nimfa mencapai 13 hari. Nimfa
dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah
makroptera (bersayap panjang) yaitu wereng coklat yang mempunyai sayap depan
dan sayap belakang normal. Bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil) yaitu
wereng coklat dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang tumbuh
tidak normal, terutama sayap belakang sangat rudimenter.
Sering disebut sebagai wereng batang cokelat, menyerang pada bagian batang
padi dengan cara mengisap cairan batang padi dan dapat menularkan virus. Gejala
tanaman padi yang terserang wereng batang cokelat menjadi kuning dan mengering,
sekelompok tanaman seperti terbakar, tanaman yang tidak mengering menjadi kerdil.
8
Pengendalian hama ini dapat dengan bertanam padi serempak, menggunakan varietas
tahan wereng seperti IR 36, membersihkan lingkungan, melepas musuh alami seperti
laba-laba, kepinding dan kumbang lebah.
Tikus Sawah (Rattus argentiventer)
Tikus merupakan hewan pengerat yang hidupnya sering menimbulkan kerugian
bagi manusia. Tikus sawah merupakan hama utama tanaman padi dari golongan
mamalia (binatang menyusui), yang mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda
dibandingkan jenis hama utama padi lainnya. Tikus sawah dapat menyebabkan
kerusakan pada tanaman padi mulai dari saat pesemaian padi hingga padi siap
dipanen, dan bahkan menyerang padi di dalam gudang penyimpanan. Hama tikus
Menyerang batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala yang ditimbulkan yaitu
tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat ditengah petak
tidak ada tanaman. Pengendalian yang sering dilakukan dengan pergiliran tanaman,
tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh alami seperti ular.
Tersedianya pakan padi yang cukup dengan kualitas baik, pada saat padi bsudah
berisi dan awal pengisian malai, merupakan faktor yang diduga kuat berpengaruh
terhadap jumlah embrio yang dihasilkan oleh induk betina. Selain itu, diketahui
bahwa tikus-tikus muda yang melahirkan pertama kali akan menghasilkan embrio
lebih banyak dibandingkan tikus betina yang berumur lebih tua (Sudarmaji 2004).
Penurunan jumlah embrio juga disebabkan oleh terbatasnya pakan yang berkualitas
khususnya pada periode bera, dan tikus betina cenderung merespon dengan
mengurangi jumlah anaknya menjadi lebih sedikit agar dapat bertahan hidup setelah
dilahirkan. Tikus betina bunting dapat mengabsorbsi sebagian embrio yang
dikandungnya apabila kondisi lingkungan kurang menguntungkan. Jumlah embrio
yang dihasilkan oleh induk tikus betina bervariasi pada setiap periode kebuntingan.
Terdapat kecenderungan menurunnya jumlah embrio setelah periode kebuntingan
pertama. Jumlah embrio tertinggi dihasilkan oleh induk betina yang bunting pada
periode stadium awal padi bunting sampai pengisian malai (bunting pertama).
9
Sejak tahun 1989 SLPHT telah membuktikan, petani yang mengikuti SLPHT
dengan segala keterbatasannya dapat meningkatkan kualitas dan dedikasinya menjadi
penerap PHT. Ada kecendrungan konsep PHT digeser dengan konsep lain, yaitu PTT
(Pengelolaan Tanaman Terpadu) yang secara prinsip tidak berbeda dengan PHT
(Untung 2007).
Soekartawi (1988) mengatakan bahwa tindakan penerapan inovasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri petani maupun faktor lingkungan.
Faktor dari dalam diri meliputi umur, pendidikan, status sosial, pola hubungan sikap
terhadap pembaharuan, keberanian mengambil resiko, fatalisme, aspirasi, dan
dogmatis (system kepercayaan tertutup). Faktor lingkungan meliputi jarak sumber
informasi, frekuensi mengikuti penyuluhan, keadaan prasarana dan sarana serta
proses memperoleh sarana produksi.
Metode Pelaksanaan
Pemilihan Contoh
Pemilihan desa contoh dalam 1 kecamatan berdasarkan adanya pelaksanaan
program PHT tanaman padi melalui program pemasyarakatan SLPHT, yaitu Desa
Srijaya. Desa Srijaya memiliki 3 kelompok tani dengan masing-masing kelompok
berjumlah 25 anggota. Desa Srijaya memiliki 2 kelompok tani yang telah mengikuti
SLPHT dan 1 kelompok tani yang belum mengikuti SLPHT. Jumlah responden
petani SLPHT dipilih 20 petani dan jumlah responden petani nonSLPHT dipilih 20
petani. Pemilihan kelompok tani dan petani yang dijadikan objek penelitian dilakukan
dengan purpose sampling yaitu dengan memilih kelompok petani yang mengikuti
SLPHT dan petani yang belum mengikuti SLPHT.
Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan melalui metode wawancara menggunakan
kuesioner terstruktur. Pelaksanaan wawancara dengan cara mengunjungi petani ke
rumah, lahan pertanian, atau tempat sekolah lapang berlangsung.
Kuesioner yang digunakan terdiri dari atas 4 komponen, yaitu (1) karakteristik
petani (nama, umur, pendidikan, tamggungan keluarga, pengalaman bertani padi,
pekerjaan sampingan); (2) karakteristik usaha tani (status kepemilikan lahan, luas
lahan keseluruhan, luas lahan yang ditanami padi, varietas padi yang digunakan,
proporsi biaya pestisida terhadap total biaya produksi, hasil panen, dan sistem
penjualan); (3) penerapan komponen PHT secara berkala, masalah hama dan penyakit
padi yang paling penting secara pengendaliannya, pengendalian gulma, pengetahuan
15
tentang musuh alami, cara penggunaan pestisida);(4) sikap petani terhadap program
PHT.
Hasil wawancara dengan kuesioner dipresentasekan berdasarkan perbandingan
antara frekuensi jawaban responden dengan jumlah petani/responden kemudian
dibuat tabulasi data. Penghitungan data yang diperoleh dari kedua kelompok tani
dikelompokkan ke dalam petani SLPHT dan petani nonSLPHT.
Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder mencakup data tentang keadaan umum lokasi yang diperoleh
dari Kantor Kecamatan Tambun Utara. Data tentang pelaksanaan program PHT dan
SLPHT yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bekasi.
16
Wilayah Kabupaten Bekasi secara geografis terletak pada 106° 88’ 78” Bujur
Timur (BT) dan 6 10’ – 6 30’ Lintang Selatan (LS). Secara administratif wilayahnya
berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah Utara, Kabupaten Bogor di sebelah Selatan,
DKI Jakarta dan Kota Bekasi di sebelah Barat, dan Kabupaten Karawang di sebelah
Timur. Secara klimatologis, wilayah Kabupaten Bekasi termasuk ke dalam daerah
yang beriklim tropis dengan suhu rata-rata 28-40 °C. Sampai dengan bulan Desember
2010 jumlah curah hujan 1502.85 mm dengan 88 hari hujan. Kabupaten Bekasi
dilewati oleh 16 sungai diantaranya, sungai Bekasi, Cikarang, Cihea, dan
Cipamingkis yang bermuara di Laut Jawa. Alira air sungai banyak dimanfaatkan
untuk pertanian, industri, perikanan, dan rumah tangga
Kabupaten Bekasi teridiri dari dua wilayah pengembangan pertanian yang
pertama adalah sebelah Utara saluran induk Tarum Barat (Kalimalang) merupakan
daerah pengembangan padi sawah dan palawija, mendapatkan pengairan dari Proyek
Otorita Jatiluhur (POJ). Pengembangan yang kedua adalah wilayah Selatan, yaitu
Kecamatan Setu, Serang Baru, dan Cibarusah merupakan daerah pengembangan
hortikultura, padi, dan perkebunan yang mendapat pengairan dari sungai
Cipamingkis.
17
Penggunaan lahan sawah pengairan teknis merupakan lahan yang paling banyak
ditanamai padi lebih dari 2 kali tanam dengan luas 34 844 ha, sedangakan pengairan
sederhana merupakan lahan sawah yang paling sedikit ditanam padi dengan luas 460
ha (Tabel 1).
Tabel 1 Luas dan status penggunaan lahan sawah di Kabupaten Bekasi tahun 2010
Dalam satu tahun (ha) Sementara
Penggunaan Ditanam padi Tidak tidak Luas
No
lahan ditanam diusahakan (ha)
1 kali 2 kali > 2 kali (ha)
padi
1 Pengairan - 31 956 2 880 8 - 34 844
teknis
2 Pengairan ½ 898 6 026 - 0 0 6 924
teknis
3 Pengairan - 460 - 0 0 460
sederhana
4 Pengairan - 4 135 23 0 0 4 158
pedesaan
5 Tadah hujan 2 939 3 373 - 886 0 7 198
6 Pasang surut - - - - - -
7 Lebak - - - - - -
8 Polder dan - - - - - -
sawah
lainnya
Jumlah 3 837 45 950 2 903 894 0 53 584
a
Sumber: Laporan tahunan pembangunan pertanian tahun 2010 Kabupaten Bekasi
Jumlah penduduk Kabupaten Bekasi tahun 2010 sebesar 2 629 551 jiwa yang
terdiri dari 1 345 500 pria dan 1 284 051 wanita. Jumlah penduduk Kabupaten Bekasi
tersebar di 23 kecamatan. Kecamatan Tambun Utara memiliki jumlah rumah tangga
usaha tani padi, jagung, kedelai, dan tebu seluas 2 551 ha dengan luas lahan
berukuran 0.5-1 ha yang dimiliki oleh 872 rumah tangga (Tabel 2).
18
Table 2 Jumlah rumah tangga usaha tani padi, jagung, kedelai, dan tebu menurut
Kecamatan dan penguasaan lahan di Kabupaten Bekasi tahun 2009a
Golongan luas lahan yang dikuasai (ha)
No Kecamatan
<0.1 0.1-0.5 0.5-1 1-2 2-3 >3 Jumlah
1 Setu 72 3 158 1 053 332 40 21 4 676
2 Serang Baru 96 1 992 1 140 418 75 40 3 761
3 Cikarang Pusat 13 1 702 1 054 450 92 70 3 381
4 Ciakarang Sel. 58 491 213 62 19 12 855
5 Cibarusah 46 1 316 491 247 88 42 2 230
6 Bojongmangu 9 1 723 1 062 497 110 62 3 463
7 Cikarang Timur 62 991 935 449 92 77 2 606
8 Kedungwaringin 2 623 572 437 127 80 1 841
9 Cikarang Utara 145 384 137 60 27 28 781
10 Karangbahagia 4 960 929 579 141 89 2 702
11 Cibitung 31 510 608 671 191 84 2 095
12 Cikarang Barat 249 1 155 270 102 27 17 1 820
13 Tambun Sel. 31 198 59 32 5 4 329
14 Tambun Utara 30 635 872 711 190 113 2 551
15 Babelan 2 529 1 160 940 260 119 3 010
16 Tarumajaya 6 679 740 595 159 107 2 286
17 Tambelang 4 472 820 707 213 111 2 327
18 Sukawangi 1 569 1 155 1 084 279 178 3 266
19 Sukatani 7 730 857 781 225 160 2 760
20 Sukakarya 2 603 996 1 053 337 208 3 199
21 Pebayuran 9 1 617 2 252 1 576 448 366 6 268
22 Cabangbungin 31 1 608 1329 1 025 267 137 4 397
23 Muaragembong 12 721 892 415 92 43 2 175
Jumlah 922 23 366 19 596 13 223 3 504 2 168 62 779
a
Sumber: BPS Kabupaten Bekasi
Tabel 3 Kelembagaan kelompok tani dan usaha di Kabupaten Bekasi Tahun 2010a
Jumlah
No Kelompok tani
Tahun 2009 Tahun 2010
1 Kelompok tani 2 571 1 882
berdasarkan kelas
1 Kelompok tani dewasa 2 356 1626
2 Kelompok wanita tani 132 128
3 Kelompok taruna tani 83 128
2 Kelompok tani 2 562 2 562
berdasarkan jenis usaha
1 Kelompok tani tanaman 2 296 2 296
pangan
Kelompok tani peternakan 101 101
Kelompok tani 77 77
perkebunan
Kelompok tani perikanan 88 88
3 P3A MitraCal 211 211
4 P4K 120 120
5 Gapoktan 184 171
6 Pos penyuluhan pertanian 57 118
a
Sumber: Laporan tahunan pembangunan pertanian tahun 2010 Kabupaten Bekasi
Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan Rencana Strategis Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Bekasi Tahun 2010-2012 adalah :
a. Landasan Idiil Pancasila
b. Landasan konstitusional yaitu Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945
c. Landasan operasional yaitu :
1. Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme.
2. Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
3. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
4. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2008-2013.
6. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 33 Tahun 2001 tentang Visi
dan Misi Kabupaten Bekasi.
7. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 7 Tahun 2009 tentang
pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Bekasi.
8. Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2007-2012.
9. Peraturan Bupati Bekasi Nomor 15 Tahun 2009 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bekasi Tahun 2007-
2012.
22
10. Peraturan Bupati Bekasi Nomor 33 Tahun 2009 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan.
11. Rencana Pembangunan Pertanian Tahun 2010-2014, Departemen
Republik Indonesia.
Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Bekasi
Visi Kabupaten Bekasi pada bidang Dinas Pertanian, Perkebunan, dan
Kehutanan adalah terwujudnya usahatani produktif yang berdaya saing, berwawasan
23
Tabel 4 Lokasi dan jumlah petani pelaksana kegiatan SLPHT tahun 2007a
Sumber
Kecamatan Desa Kelompok tani Peserta (orang)
anggaran
Sukatani Banjarsari Indahsari 25 APBN pangan
Sukakarya Sukakarya Srimurni 25 APBN pangan
Babelan Buih bakti Tambun tani I 25 APBN pangan
Krng Bahagia Krng rahayu Mekar rahayu 25 APBN pangan
Cikarang Utara Krg raharja Setia jaya 25 APBN pangan
Cikarang Utara Waluya jaya Mekkar sari 25 APBN pangan
Cikarang Timur Karang sari Layun sari 25 APBN pangan
Tambun utara Srimukti Gabus tengah 25 APBN pangan
Tambun Sumber jaya Tanggul jaya 25 APBN pangan
Jumlah 225
a
Sumber: Instalasi POPT Subang wilayah Purwakarta 2007-2010.
% Penerapan Teknologi
No Unsur Teknologi % Pertumbuhan
2009 2010
1 Pengolahan tanah 95.80 96.00 0.21
2 Populasi tanaman 77.76 81.50 4.81
3 Kualitas benih 77.00 78.50 1.95
4 Pergiliran varietas 65.00 70.80 8.92
5 Pengairan/tata guna air 92.00 80.00 -13.04
6 Pemupukan berimbang 36.00 40.00 11.11
a. Penggunaan KCL 2.00 2.00 00.00
b. Penggunaan SP 36 50.00 54.60 9.20
c. Penggunaan Urea 77.00 78.00 1.30
d. Penggunaan ZA 4.00 0.00
e. Penggunaan pupuk
75.00 78.50 4.67
ganda/NPK
f. Penggunaan pupuk
40.70 50.00 22.85
organic
7 Penggunaan PPC 38.00 42.00 10.53
8 Pengendalian OPT 95.00 96.00 1.05
9 Pola pertanaman 84.00 85.00 1.19
10 Pasca panen 88.00 89.50 1.70
Rata-rata 62.33 64.15 2.92
a
Sumber: BP4K dan KP (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Pangan).
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dan Pengamatan Hama dan Penyakit (PHP)
kelompok tani di Desa Srijaya adalah Bapak Dono yang diutus dari Kantor
Kecamatan Tambun Utara.
Tabel 7 Inventarisasi dan validasi data kelompok tani dan alumni SLPHT aktif
tahun 2011-2012a
Tahun
Kelompok Ketua Anggota
Kecamatan Desa berlangsungnya
tani kelompok aktif
SLPHT
Tambun Gabus
Srimukti Bosin 25 2011
Utara tempah
Srimahi Alas malap Lajo 25 2011
Sriamas Tari Jaya 2 Nasik 25 2011
Srimahi Burpur H. Klasman 25 2011
Srijaya Cempaka Isini 25 2012
Sumber
Sriamar Karto 25 2012
batu 2
Jumlah 150
a
Sumber: Laporan sementara pembangunan pertanian tahun 2012 Kecamatan Tambun Utara.
Karakteristik Petani
Petani SLPHT
Semua petani responden yang diwawancara adalah laki-laki. Petani padi yang
menjadi responden berumur antara 21-58 tahun. Hasil survei menunjukan bahwa 65%
petani SLPHT berusia 41-50 tahun, 25% petani berusia 21-30 tahun, dan 10% petani
berusia lebih dari 50 tahun (Tabel 9). Petani responden memilki sebaran jenjang
pendidikan yang cukup beraneka ragam, 35% petani SLPHT adalah petani dengan
jenjang pendidikan SD, 30% SMP, 15% SMA, dan 20% tidak bersekolah.
Pengalaman bertani dalam bercocok tanam padi rata-rata lebih dari 20 tahun. Petani
SLPHT yang memiliki pengalaman bertani lebih dari 40 tahun berjumlah 40%. Petani
umumnya memulai kegiatan bertani pada usia 10-20 tahun dan mengikuti pekerjaan
orang tua mereka. Petani SLPHT menjadikan pekerjaan petani padi sebagai mata
pencaharian utama. Salah satu faktor yang mempengaruhi petani dalam mengambil
keputusan bagi usahatani yang dilakukannya adalah kondisi sosial petani tersebut.
Kondisi sosial ekonomi menjadi suatu batasan petani dalam mengikuti informasi
teknologi PHT. Kondisi sosial ekonomi yang diantaranya lama pendidikan,
30
nonSLPHT yang menggunakan varietas Mikongga dan hanya 20% petani nonSLPHT
yang menggunkan varietas Ciherang. Varietas yang digunakan petani SLPHT
terbanyak adalah varietas Mikongga dengan presentase 75% dan varietas Ciherang
hanya digunakan oleh 25% petani SLPHT (Tabel 10).
padat lebih sedikit dibandingkan dengan petani SLPHT. Petani nonSLPHT hanya
mengeluarkan 37.75% pupuk padat sedangkan petani SLPHT 40.44%. Biaya
produksi pestisida lebih banyak dikeluarkan oleh petani nonSLPHT dengan
persentase 5.93% sedangkan petani SLPHT hanya mengeluarkan biaya untuk
pestisida sebesar 2.82%.
Tabel 12 Proporsi biaya input usahatani padi terhadap total biaya produksi per hektar per
musim tanam
Biaya yang dikeluarkan petani (%)
Input usahatani
SLPHT NonSLPHT
Bibit / benih 0 0
Pupuk padat 40.44 37.75
Pupuk cair 2.46 2.54
Pestisida 2.82 5.93
Tenaga kerja 54.27 53.46
petani nonSLPHT mengatakan walang sangit merupakan hama yang paling banyak
ditemukan petani responden di lahan pertanaman. Salah satu pengendalian yang
digunakan oleh seluruh petani responden yaitu dengan cara penanaman serentak.
Sebanyak 70% petani SLPHT dan 70% petani nonSLPHT mengatakan keong mas
merupakan hama yang banyak ditemukan setelah walang sangit. Petani responden
mengendalikan hama keong mas dengan cara mekanis yaitu dengan mengambil dan
mengumpulkan hama keong mas tersebut. Sebanyak 40% petani SLPHT dan 35%
petani nonSLPHT mengatakan tikus merupakan salah satu hama penting yang sering
ditemukan di lahan sawah petani responden. Tikus merupakan salah satu hama yang
dapat merusak pertanaman padi, petani responden mengendalikan hama tikus dengan
cara melakukan gropyokan. Lingkungan yang bersih merupakan syarat utama dalam
manajemen pengendalian hama tikus agar perkembangbiakannya dapat ditekan
(Thamrin et al. 2001). Selain hama terdapat penyakit hawar daun bakteri pada
tanaman padi responden. Penyakit hawar daun bakteri sering disebut petani sebagai
penyakit “kresek”. Pengendalian yang dilakukan oleh petani SLPHT dengan
menggunakan pupuk lengkap sebagai salah satu cara pencegahan penyakit hawar,
sedangkan petani nonSLPHT menggunakan pestisida untuk pengendaliannya.
Pengendalian Gulma
Gulma menjadi salah satu tumbuhan pengganggu di lahan petani, keberadaan
gulma di lahan dapat menyebabkan terjadinya persaingan dalam mendapatkan unsur
hara, air, dan cahaya serta sebagai sumber penyakit bagi tanaman padi. Gulma yang
sering dijumpai oleh petani responden adalah gulma padi-padian (Ecinochloa
colonum) dan bayam-bayaman (Amaranthus spinosus). Pengendalian gulma yang
36
dilakukan umumnya dengan cara menyiangi gulma, menurut petani SLPHT dan
petani nonSLPHT cara seperti ini lebih efektif dan tidak perlu harus mengeluarkan
biaya lagi. Semua petani responden menyatakan tidak ada kesulitan ataupun kendala
dalam mengendalikan gulma.
Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida sintetik masih digunakan 95% oleh petani SLPHT,
namun pengendalian menggunakan pestisida sintetik adalah alternatif terkahir yang
digunakan para petani SLPHT apabila jumlah hama di lahan sudah tinggi
populasinya. Pestisida digunakan akibat kekhawatiran petani SLPHT terhadap
kehilangan hasil panen bila hama dan penyakit yang menyerang sudah sangat luas
dan tidak segera dikendalikan. Terdapat 5% petani SLPHT yang sudah tidak
menggunakan pestisida sintetik dan lebih memilih pestisida nabati. Manfaat yang
didapat dari kegiatan SLPHT sangat dirasakan bagi para petani. Petani yang pada
awalnya hanya mengerti mengendalikan hama dan penyakit menggunakan pestisida,
semenjak mengikuti kegiatan SLPHT menjadi mengerti mengendalikan dengan cara
menggunakan teknik mekanis, musuh alami, maupun dengan menggunakan pestisida
nabati. Petani SLPHT mengeluarkan biaya untuk pestisida sebesar 2.82 % sedangkan
petani nonSLPHT 5.93 % (Tabel 12). Persentase Biaya yang dikeluarkan petani
nonSLPHT cenderung lebih besar, dan jadwal waktu penyemprotan pestisida lebih
sering dengan dosis yang tidak sesuai dengan aturan.
Sebanyak 4 merek dagang pestisida yang dipakai oleh petani responden.
Pestisida yang sering digunakan oleh petani responden adalah Decis, Virtako,
Plenum, dan Matador (Tabel 14). Matador dan Decis merupakan 2 merek dagang
pestisida yang paling banyak digunakan petani responden.
37
Tabel 14 Jenis pestisida yang digunakan petani untuk pengendalian hama dan
penyakit pada tanaman padi.
Petani responden (%)
Jenis pestisida
SLPHT nonSLPHT
Decis 30 30
Virtako 15 20
Plenum 10 0
Matador 10 0
Decis dan Virtako 0 10
Matador dan Decis 35 40
Tabel 16 Pengetahuan dan persepsi petani tentang musuh alami pada tanaman padi
SLPHT (%) NonSLPHT (%)
Pernyataan Cocci- Parasitoid Laba Cocci- Parasitoid Laba-laba
nellidae -laba nellidae
Pernah melihat
di pertanaman 100 100 100 85 80 100
Menganggap
sebagai hama 10 5 0 50 15 20
Mengetahui
sebagai musuh 90 30 100 15 5 30
alami
Menganggap
hanya
bertengger dan 10 35 0 20 85 40
tidak tahu
peranannya
39
Budidaya Tanaman
Penentuan Waktu Tanam
Petani SLPHT dan nonSLPHT di Desa Srijaya Kecamatan Tambun Utara,
Kabupaten Bekasi melakukan teknik penanaman serentak sesuai dengan saran PPL.
Penanaman serentak bermanfaat untuk mengurangi berbagai jenis hama dan
penyakit. Kabupaten Bekasi terdiri dari dua wilayah pengembangan pertanian, yang
pertama adalah di sebelah Utara saluran induk Traum Barat (Kalimalang) merupakan
daerah pengembangan padi sawah dan palawija, mendapatkan pengairan dari Proyek
Otorita Jatiluhur (POJ). Pengembangan yang kedua adalah wilayah Selatan, yaitu
Kecamatan Setu, Serang Baru, dan Cibarusah merupakan daerah pengembangan
hortikultura, padi, dan perkebunan yang mendapat pengairan dari sungai
Cipamingkis. Kecamatan Tambun Utara termasuk sebelah Utara saluran induk Tarum
Barat (Kalimalang). Pengairan sawah petani padi di Desa Srijaya mendapatkan
pengaiaran dari proyek otorita Jatiluhur.
Pemupukan
Seluruh petani responden tidak menggunakan pupuk kandang untuk
menggemburkan tanah walaupun petani responden mengetahui manfaat dari pupuk
kandang tersebut. Sebanyak 85% petani SLPHT dan 13% petani nonSLPHT
menggunakan pupuk organik cair dalam budidaya tanaman padi. Petani padi yang
menggunakan pupuk organik cair beranggapan dengan memakai pupuk organik cair
produksi padi dapat meningkat. Dosis penggunaan pupuk organik cair atau POC
menurut anjuran adalah 2 cc/liter air (Sudarmono 1997). Petani SLPHT dan
nonSLPHT telah menggunakan POC sesuai dengan anjuran. Jenis POC yang sering
digunakan oleh petani adalah Kuda laut dan Bio super.
Sebagian besar petani responden menggunakan pupuk urea dan TSP dengan
memberikan pupuk N, P, dan K. Hasil survei menunjukan hanya 20% petani
nonLSPHT memberikan pupuk N sesuai dengan anjuran, 25% petani nonSLPHT
yang memberikan dosis pupuk P sesuai dengan anjuran, dan tidak ada petani
40
Disamping itu terdapat lebih dari 50% petani yang sudah memberikan pupuk
NPK sesuai dengan dosis anjuran. Untuk memberikan insentif produksi bagi petani
dalam rangka mendukung program intensifikasi usahatani padi, pemerintah
memberikan subsidi pupuk dan benih sekitar satu triliun rupiah pada tahun anggaran
2002 (Suryana dan Hermanto 2004). Kecamatan Tambun Utara merupakan
kecamatan yang tidak mendapatkan subsidi pupuk, sehingga biaya produksi pupuk
menjadi tinggi.
41
Kesimpulan
Program PHT sampai 2012 sudah berjalan, meskipun pelaksanaannya tidak
seideal amanah UU No.12/1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Kabupaten
Bekasi telah menjadikan PHT sebagai kegiatan dalam pengendalian, namun dalam
pelaksanaan program pemasyarakatan pengendalian hama terpadu pada tahun-tahun
berikutnya megalami penurunan. Implikasi pelaksanaan SLPHT pada petani
mengalami dampak yang baik, yaitu pengetahuan bertani petani yang semakin luas
dan pengendalian OPT yang lebih tepat sasaran.
Saran
Untuk meningkatkan penyebaran pemasyarakatan program PHT tanaman padi
dibutuhkan peran pemerintah ataupun petugas pertanian dalam mensosialisasikan
program SLPHT di masyarakat petani. Perlu dilakukan penelitian serupa di daerah
sentra produksi padi di Indonesia.
44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
47
Lokasi :
KARAKTERISTIK PETANI
Nama :
Umur :
Pendidikan terakhir :
Tanggungan keluarga :
Pengalaman bertani (tahun) :
Kursus/latihan pertanian :
Pekerjaan sampingan :
KARAKTERISTIK USAHATANI
Pernyataan B S TT
Membersihkan saluran air dan sawah dari jerami dan rumput liar
Memperbaiki pematang serta mencangkul sudut petak sawah yang
49
Masa panen
Bagaimana cara menentukan umur panen padi?
a. Pengamatan visual
b. Pengamatan teoritis (deskripsi varietas dan pengukuran kadar air gabah)
Bagaimana cara petani memanen padi?
a. Panen potong bawah
b. Panen potong tengah
c. Panen potong atas
Sistem panen padi:
a. Sistem panen bebas
b. Sistem panen individual
c. Sistem panen kelompok
50
Pengendalian hayati
Pengetahuan dan persepsi petani tentang musuh alami
Pernyataan Coccinellidae Tabuhan Laba-
laba
Pernah melihat di pertanaman
Menganggap sebagai hama
Mengetahui sebagai musuh alami
Menganggap hanya bertengger dan tidak
tahu peranannya
a) < 1 minggu
b) 1 – 2 minggu
c) Tidak teratur
Analisis pengamatan
a. Berdasarkan jumlah populasi hama
b. Berdasarkan tingkat serangan hama dan penyakit
Hama dan penyakit penting tanaman padi:
a. Penggerek batang padi
b. Wereng coklat
c. Wereng hijau
d. Kepinding tanah
e. Walang sangit
f. Tikus
g. Ganjur
h. Hama putih palsu
i. Hama putih
j. Ulat grayak
k. Ulat tanduk hijau
l. Ulat jengkal palsu hijau
m. Orong-orong
n. Lalat bibit
o. Keong mas
p. Burung
q. Hawar daun bakteri
r. Bakteri daun bergaris
s. Blas
t. Hawar pelepah daun
u. Busuk batang
v. Busuk pelepah daun bendera
55
w. Bercak coklat
x. Bercak Cercospora
y. Hawar daun jingga
z. Tungro
aa. Kerdil rumput
bb. Kerdil hampa
Penyakit abiotik:
a. Defisiensi Nitrogen
b. Defisiensi Fosfor
c. Defisiensi Kalium
d. Defisiensi Belerang
e. Defisiensi Seng
f. Keracunan Besi
Penyebab timbulnya hama dan penyakit pada padi:
a. Tertular dari tanaman sekitar dan iklim tidak sesuai
b. Tertular dari tanaman sekitar, bibit tidak sehat, dan iklim tidak sesuai
c. Tertular dari tanaman sekitar
Penularan:
a. Melalui aliran air dan angin
b. Melalui aliran air, angin, sentuhan
c. Melalui aliran air, angin, tanah, dan serangga vektor
d. Melalui air dan tanah
e. Melalui angin
Apakah menurut Anda penggunaan pestisida dapat meningkatkan produksi
padi? Mengapa?
56
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
................................................................................................
Apakah petani menggunakan pestisida sesuai dengan dosis yang dianjurkan?
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
................................................................................................
Pengendalian gulma
Pengendalian
Dilakukan:
a. disiang 1x pada .............................HST
disiang 2x pada .............................HST
b. herbisida selama tanam 1x / 2x*
Menurut Anda, gulma seperti apa yang sulit dikendalikan?
.........................................................................................................................................
................................................
Menurut Anda, keberadaan gulma dapat menjadi:
a. Sumber penyakit
b. Sebagai pesaing unsur hara
57
Sesuai
Insektisida untuk hama bukan sasaran
Insektisida untuk patogen
Fungisida untuk serangga
59
serangan
Bila tersedia cukup uang untuk membeli pestisida, penyemprotan
sebaiknya secara berjadwal
Bila setelah penyemprotan turun hujan, maka keesokan harinya
pertanaman perlu disemprot lagi
Keterangan: S = setuju, TS = tidak setuju, R = ragu-ragu
c. Tidak tahu
Pada saat penyemprotan, butiran cairan pestisida dapat menempel di tubuh:
a. Setuju
b. Tidak setuju,
alasan.....................................................................................................................
.......................
Pernyataan S TS R
Tanaman yang sering disemprot pestisida dapat mengandung racun
sehingga berbahaya bagi konsumen
Berkurangnya udang dan berbagai jenis ikan di sungai berkaitan
dengan penggunaan pestisida di pertanaman
Penyemprotan yang terlalu sering dapat menyebabkan hama dan
penyakit resisten terhadap pestisida
Pestisida yang digunakan telah memperoleh ijin dari pemerintah
sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan
Penyemprotan pestisida tidak hanya membunuh hama/penyakit, tetapi
juga dapat membunuh makhluk lain yang berguna di pertanaman
Keterangan: S = setuju, TS = tidak setuju, R = ragu-ragu
f. Lainnya................................................................................................................
................................................
Ketertarikan terhadap PHT:
a. Tertarik
b. Tidak tertarik
c. Ragu-ragu
Dasar pengambilan keputusan dalam mengendalikan hama dan penyakit:
a. Pengalaman sendiri
b. Petugas pertanian
c. Petani lain
d. Lainnya................................................................................................................
................................................
Manfaat apa yang petani rasakan dari program PHT?
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.......
Kritik, saran, dan harapan petani terhadap program PHT:
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
......................................................................................................
63
Nama responden Desa Jenis lahan Luas total (ha) Luas untuk padi (ha) Varietas
Rojin Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Cimplong Srijaya Sawah 2ha 2ha Ciherang
Sada Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Pardih Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Gampang Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Nasan Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Emin Srijaya Sawah 2ha 2ha Ciherang
Niming Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Sarih Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Nimin Srijaya Sawah 2ha 2ha Ciherang
Tamin Srijaya Sawah 2ha 2ha Mikongga
Nali Srijaya Sawah 1.7ha 1.7ha Ciherang
Bonin Srijaya Sawah 1ha 1ha Mikongga
Ilan Srijaya Sawah 1ha 1ha Ciherang
Godi Srijaya Sawah 1ha 1ha Mikongga
Minggu Srijaya Sawah 1ha 1ha Mikongga
Dasman Srijaya Sawah 1ha 1ha Mikongga
Ronah Srijaya Sawah 0.5ha 0.5ha Mikongga
Isin Srijaya Sawah 0.7ha 0.7ha Mikongga
Senin Srijaya Sawah 0.3ha 0.3ha Mikongga
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
A B
D
C