Anda di halaman 1dari 17

MODUL IV

A. Judul : Sistem Terner Air – Kloroform – Asam Asetat


B. Tujuan
1. Menggambarkan diagram sistem terner air-kloroform-asam asetat
2. Menentukan garis dasi Pada sistem terner air-kloroform-asam asetat
C. Dasar Teori
Fasa merupakan keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, tidak
hanya dalam komposisi kimianya tetapi juga dalam keadaan fisiknya.
Contohnya: dalam sistem terdapat fasa padat, fasa cair dan fasa gas. Berdasarkan
hukum fasa gibs, jumlah terkecil variabel bebas yang dilakukan untuk
menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan di
ungkapkan sebagai berikut.
F=C–P+2
Keterangan:
F= jumlah derajat kebebasan
C= Jumlah komponen
P= jumlah fasa
Dalam ungkapan di atas, kesetimbangan dipengaruhi oleh temperatur, tekanan
dan komposisi sistem (Oktaviana, 2012).
Sistem tiga komponen mempunyai derajat kebebasan F = 3-P, karena tidak
mungkin membuat diagram dengan 4 variabel, maka sistem tersebut dibuat pada
tekanan dan suhu tetap. Sehingga diagram hanya merupakan fungsi komposisi.
Harga derajat kebebasan maksimal adalah 2, karena harga P hanya mempunyai 2
pilihan 1 fasa yaitu ketiga komponen bercampur homogen atau 2 fasa yang
meliputi 2 pasang misibel (Endang Widjajanti, 2008).
Umumnya sistem 3 komponen merupakan sistem cair-cair- cair. Jumlah
fraksi mol ketiga komponen berharga 1. Dengan adanya berbagai bentuk
kesetimbangan antara komponen-komponen yang ada, digunakan diagram fase
segitiga (Sari, 2001).
Bentuk diagram fasa 3 komponen tersebut dilukiskan dalam segitiga sama
sisi, yang terjadi pada suhu dan tekanan yang tetap. Aturan Gibbs yang
digunakan untuk menentukan keadaan sistem adalah sebagai berikut. V = C– P
Dengan V adalah derajat kebebasan, C adalah jumlah komponen, dan P adalah
jumlah fasa dalam sistem. Untuk sistem terner ini, C bernilai 3 sehingga
persamaan Gibbs menjadi:
V=3–P

Kloroform yang kelarutannya dalam air sangat kecil, apabila ditambahkan asam
asetat kelarutannya bertambah besar. Hal ini disebabkan karena asam asetat
mudah larut dalam air, begitu pula asam asetat dapat larut dalam kloroform dalam
berbagai perbandingan.
Bentuk diagram hasil kelarutan tersaebut dilukiskan dalam segitiga sama
sisi, yang terjadi pada suhu dan tekanan yang tetap. Aturan Gibbs yang
digunakan utnuk menen tukan kedudukan sistem adalah sebagai berikut ,
persamaan (1)
V=C–P
(1)
Dengan V adalah derajat kebebasan, C adalah jumlah komponen, dan P adalah
jumlah fasa dalam sistem.
Untuk sistem terner ini C bernilai 3, sehingga persamaan Gibbs menjadi
persamaan (3)

V=3–P
(3)
Dengan menggunakan persamaanz tersbebut, derajat kebebasan yang
diperlukan untuk menentukan kedudukan sistem dalam daerfah satu fasa adalah
sebanyak dua.
Peehatikan gambar 1 untuk sistem tiga komponen air- kloroform-asam
asetat. Kedudukan sistem ditentukan sebagai berikut :
A adalah tempat kedudukan sistem 100 % A; 0 % B; 0 % % C
B adalah tempat kedudukan sistem 100 % B; 0 % A; 0 % C
C adalah tempat kedudukan sistem 100 % C; 0 % A; 0 % B
Garis miring AC dan yang sejajar dengannya, secara berturut-turut dari
kiri ke kanan, merupakan tempat kedudukan sistem 0 % B, 10 % B, 20 % B, dan
seterusnya sampainya 100 % B pada titik B.

A B
Gambar 6.1 Penentuan Komposisi Sistem

Garis miring BC dan yang sejajar dengannya, secara berturut-turut dari kanan ke
kiri, merupakan tempat kedudukan sistem 0 % A, 10 % A, 20 % A dan seterusnya
sampai 100 % A pada `titik A. Sementara itu garis mendatar AB dan yang sejajar
dengannya, secara berturut-turut dari bawah ke atas, merupakan tempat
kedudukan sistem0 % C, 10 % C, 20 % C, dan seterusnya sampai 100 % C pada
titik C. Titi D adalah kedudukan sistem dengan komposisi 20 % B, 30 % C dan
50 % A.
Bentuk diagram kloroform-air-asam asetat pada suhu dan tekanan tertentu
seperti terlihat pada gambar 12 di bawah ini.
Kurva yang terdapat dalam segitiga merupakan kelarutan antara ketiga zat.
Di dalam kurva terdiri atas campuran sistem yang memiliki fasa cair-cair; yaitu
asam asetat dengan kloroform yang larut dalam air dan asam asetat dengan air
yang larut dalam kloroform. Garis PQ menentu komposisi sistem, yang letaknya
tidak sejajar dengan garis H2O – CHCl3 dan disebut garis dasi ( tie line).

CH3COOH

daerah
satu fasa
K’
R Q
P
daerah dua fasa
CHCl3 K H2O

Gambar 6.2 Diagram Fasa Kloroform-air-asam asetat

Misalkan suatu sistem dimulai dari komposisi K, berdasarkan aturan Lever


sistem ini memiliki jumlah air yang lebih banyak dari pada kloroform. Sistem ini
merupakan sistem dua fasa (jika dikocok akan terlihat keruh). Dengan menitrasi
campuran oleh asam asetat, maka komposisi sitem akan berjalan sepanjang karis
KK’ menuju titik 100 % CH3COOH. Dengan pengocokan secara hati-hati
selama titrasi akan diperoleh tetesan terakhir ketika kekeruhan tepat hilang, yaitu
titik K’.
D. Alat dan Bahan
1. Alat
No Nama Alat Gambar Fungsi
1 Buret Digunakan untuk
meneteskan sejumlah
larutan yang sangat teliti,
tepat terukur, volume
variable
2 Labu Erlenmeyer Digunakan untuk tempat
zat yang akan dititrasi.
Kadang-kadang boleh
juga digunakan untuk
memanaskan larutan
3 Pipet Tetes Untuk meneteskan bahan
atau cairan tetes demi
tetes.

4 Piknometer Digunakan dalam


penentuan Massa Jenis

5 Corong Pisah

6 Statif dan Klem Untuk menahan buret


pada saat proses titrasi
sedang berlangsung
2. Bahan

No Nama Bahan Sifat Fisik Sifat Kimia


1 Asam Asetat - Rumus Molekul - Larut dalam
CH3COOH air
- Massa Molar 60 gr/mol - Bersifat
- Densitasfase 1.049 korosif
- Titik didih 1180C - Asam lemah
- Tak berwarna - Merupakan
monobasic
2 Aquades - Cairan bening tak - Pelarut polar
berwarna - Merupakan
- Titik didih 100 0C ion H+ dan
- Titik beku 0 0C OH-
3 NaOH - Berwarna Putih Larut dalam air
- Titik didih -33,40C dan etanol
- Titik leleh -77.7 0C
4 Kloroform

E. Prosedur Kerja

H2O CHCl3 CH3COOH

- Memasukan kedalam masing-


msing buret
- Menentukan Massa Jenis
mengunakan piknometer

Masa Jenis.......
4 gram Aquades 1 gram CHCl3

- Memasaukan kedalam labu


erlenmeyer

- Mentitrasi dengan CH3COOH


sampai tidak keruh
- Mencatat Volume titrasi

Volume tebaca......

3 gram Aquades 2 gram CHCl3

- Memasaukan kedalam labu


erlenmeyer

- Mentitrasi dengan CH3COOH


sampai tidak keruh
- Mencatat Volume titrasi

Volume tebaca......

2 gram Aquades 3 gram CHCl3

- Memasaukan kedalam labu


erlenmeyer

- Mentitrasi dengan CH3COOH


sampai tidak keruh
- Mencatat Volume titrasi

Volume tebaca......
1 gram Aquades 4 gram CHCl3

- Memasaukan kedalam labu


erlenmeyer

- Mentitrasi dengan CH3COOH


sampai tidak keruh
- Mencatat Volume titrasi

Volume tebaca......

F. Hasil Pengamatan
Untuk Kurva
Volume/mL Massa/gram
Zat Cair
I II III IV I II III IV
Kloroform 0.71 1.4 2.1 2.8 1 2 3 4
Aquades 4.04 3.03 2.02 1.01 4 3 2 1
Asam Asetat 3.4 4.1 4.8 5.5 3.53 4.26 4.99 5.72

Untuk Garis Dasi


Massa asam
Komponen Massa/gram Jumlah Basa ml
asetat/gram
L1 0.41 6.5 1
L2 2.38 11.5 1
Perhitungan
1. Diagram Sistem terner air-kloroform-asam asetat

Dik : Berat piknometer kosong : 11.45 gr


Berat piknometer + H2O : 21.32 gr
Berat piknometer + CHCl3 : 25.96 gr
Berat piknometer + CH3COOH : 21.84 gr
Volume Piknometer : 10 ml
Mr H2O : 18 gr/mol
Mr CHCl3 : 119.5 gr/mol
Mr CH3COOH : 60 gr/mol
Dit : Diagram sistem Terner =... ?
Penyelesaian
- Massa jenis setiap larutan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝐶𝐻𝐶𝑙3−𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
ρ CHCl3 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
25,96 𝑔𝑟−11.45 𝑔𝑟
=
10 𝑚𝑙

= 1.45 gr/ml
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝐻2𝑂−𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
ρ CHCl3 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
21.32 𝑔𝑟−11.45 𝑔𝑟
=
10 𝑚𝑙

= 0.987 gr/ml
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟+𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻−𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
ρ CHCl3 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
21.84 𝑔𝑟−11.45 𝑔𝑟
=
10 𝑚𝑙

= 1.04 gr/ml
Untuk labu 1
𝑝.𝑣 1.45 𝑔𝑟/𝑚𝑙 .0.71 𝑚𝑙
na = = = 0.0086 mol
𝑀𝑟 119.5 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑝.𝑣 0.987 𝑔𝑟/𝑚𝑙 .4.04 𝑚𝑙
nb = = = 0.22 mol
𝑀𝑟 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑝.𝑣 1.04 𝑔𝑟/𝑚𝑙 .3.4 𝑚𝑙
nc = = = 0.058 mol
𝑀𝑟 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

Fraksi Mol
𝑛𝑎 0.0086 𝑚𝑜𝑙
Xa = 100%= 100% = 2.99 %
𝑛𝑎+𝑛𝑏+𝑛𝑐 0.0086+0.22+0.058
𝑛𝑏 0.22 𝑚𝑜𝑙
Xb = 100%= 100% = 76.8 %
𝑛𝑎+𝑛𝑏+𝑛𝑐 0.0086+0.22+0.058
𝑛𝑐 0.058 𝑚𝑜𝑙
Xc = 100%= 100% = 20.16 %
𝑛𝑎+𝑛𝑏+𝑛𝑐 0.0086+0.22+0.058
Untuk labu 2
𝑝.𝑣 1.45 𝑔𝑟/𝑚𝑙 .1.4 𝑚𝑙
na = = = 0.0169 mol
𝑀𝑟 119.5 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑝.𝑣 0.987 𝑔𝑟/𝑚𝑙 .3.03 𝑚𝑙
nb = = = 0.166 mol
𝑀𝑟 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑝.𝑣 1.04 𝑔𝑟/𝑚𝑙 .4.1 𝑚𝑙
nc = = = 0.071 mol
𝑀𝑟 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

Fraksi Mol
𝑛𝑎 0.0169 𝑚𝑜𝑙
Xa = 100%= 100% = 6.65 %
𝑛𝑎+𝑛𝑏+𝑛𝑐 0.0169+0.166+0.071
𝑛𝑏 0.166 𝑚𝑜𝑙
Xb = 100%= 100% = 65.38 %
𝑛𝑎+𝑛𝑏+𝑛𝑐 0.0169+0.166+0.071
𝑛𝑐 0.071 𝑚𝑜𝑙
Xc = 100%= 100% = 27.96 %
𝑛𝑎+𝑛𝑏+𝑛𝑐 0.0169+0.166+0.071
Untuk Labu 3
𝑝.𝑣 1.45 𝑔𝑟/𝑚𝑙 .2.1 𝑚𝑙
na = = = 0.025 mol
𝑀𝑟 119.5 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑝.𝑣 0.987 𝑔𝑟/𝑚𝑙 .2.02 𝑚𝑙
nb = = = 0.1107 mol
𝑀𝑟 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑝.𝑣 1.04 𝑔𝑟/𝑚𝑙 .4.8 𝑚𝑙
nc = = = 0.0832 mol
𝑀𝑟 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

Fraksi Mol
𝑛𝑎 0.025 𝑚𝑜𝑙
Xa = 100%= 100% = 11.45 %
𝑛𝑎+𝑛𝑏+𝑛𝑐 0.025+0.1107+0.0832
𝑛𝑏 0.1107 𝑚𝑜𝑙
Xb = 100%= 100% = 50.41 %
𝑛𝑎+𝑛𝑏+𝑛𝑐 0.025+0.1107+0.0832
𝑛𝑐 0.0832 𝑚𝑜𝑙
Xc = 100%= 100% = 38.13 %
𝑛𝑎+𝑛𝑏+𝑛𝑐 0.025+0.1107+0.0832
Untuk Labu 4
𝑝.𝑣 1.45 𝑔𝑟/𝑚𝑙 .2.8 𝑚𝑙
na = = = 0.0339 mol
𝑀𝑟 119.5 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑝.𝑣 0.987 𝑔𝑟/𝑚𝑙 .1.01 𝑚𝑙
nb = = = 0.0553 mol
𝑀𝑟 18 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
𝑝.𝑣 1.04 𝑔𝑟/𝑚𝑙 .5.5 𝑚𝑙
nc = = = 0.095 mol
𝑀𝑟 60 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙

Fraksi Mol
𝑛𝑎 0.0339 𝑚𝑜𝑙
Xa = 100%= 100% = 18.40 %
𝑛𝑎+𝑛𝑏+𝑛𝑐 0.0339+0.0553+0.095
𝑛𝑏 0.0553 𝑚𝑜𝑙
Xb = 100%= 100% = 30.02 %
𝑛𝑎+𝑛𝑏+𝑛𝑐 0.0339+0.0553+0.095
𝑛𝑐 0.095 𝑚𝑜𝑙
Xc = 100%= 100% = 51.57 %
𝑛𝑎+𝑛𝑏+𝑛𝑐 0.0339+0.0553+0.095

Gambar Kurva
2. Menentukan Garis Dasi
Dik : Berat Labu Kosong I = 104.88 gr
Berat Labu Kosong II = 102.50 gr
Berat Labu + Larutan LI = 105.29 gr
Berat Labu + Larutan LII = 104.88 gr
M NaOH = 0.1 M
V NaOH L1 = 6.5 ml
V NaOH L2 = 11.5 ml
Dit : Garis dasi=.....?
Penyelesaian
Massa L1 = Berat Labu + Larutan LI - Berat Labu Kosong I
= 105.29 – 104.88 = 0.41 gr
Massa L2 = Berat Labu + Larutan LII - Berat Labu Kosong II
= 104.88 – 102.50 = 2.38 gr
Persen asam asetat pada L1
Mol NaOH = V NaOH x M NaOH
= 6.5 ml x 0.1 M
= 0.65 mmol = 6.5 x 10-4 mol (untuk 1 ml L1)
𝑚 0.41
Volume L1 = = = 0.415 ml
𝑝 0.987
0.415 𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Mol NaOH total = =
1 6.5 𝑥 10−4
Mol = 0.415 x 6.5 x10-4 = 2.697 x 10-4 mol
Mol asam asetat = mol NaOH = 2.697 x 10-4 mol
Massa asam asetat = 2.697 x 10-4 mol x 60 gr/mol = 1.61 x 10-2 gr
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
% massa asam asetat = 100%
𝐿1
0.0161 𝑔𝑟
= 100%
0.41
= 3.92 %
Persen asam asetat pada L2
Mol NaOH = V NaOH x M NaOH
= 11.5 ml x 0.1 M
= 1.15 mmol = 1.15 x 10-3 mol (untuk 1 ml L2)
𝑚 2.38
Volume L1 = = = 2.411 ml
𝑝 0.987
2.411 𝑚𝑜𝑙 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Mol NaOH total = =
1 1.15 𝑥 10−3
Mol = 2.411 x 1.15 x10-3 = 2.77 x 10-3 mol
Mol asam asetat = mol NaOH = 2.77 x 10-3 mol
Massa asam asetat = 2.77 x 10-3 mol x 60 gr/mol = 1.66 x 10-1 gr
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡
% massa asam asetat = 100%
𝐿2
0.166 𝑔𝑟
= 100%
2.38
= 6.97 %
G. Pembahasan
Dalam percobaan ini yang pertama di lakukan adalah menentukan rapat
massa setiap cairan yang akan digunakan. Penentuan rapat massa menggunakan
alat piknometer tetapi sebelum menggunakannya alat piknometer harus di
kalibrasi. Kalibrasi ini bertujuan untuk mendapatkan berat piknometer yang ideal.
Kalibrasi alat ini dengan cara memanaskannya dalam air lalu dilakukan
pengovenan selama 24 jam. Timbang piknometer kosong kemudian memasukan
larutan yang akan ditentukan rapat massanya. Pengisian larutan kedalam
piknometer haruslah sampai benar-benar penuh sehingga ketika ditutup maka
cairan akan keluar yang menandakan bahwa piknometer telah penuh dengan
cairan. Setelah proses tersebut di timbang piknometer yang telah berisi cairan.
Cara menentukan rapat massa yaitu berat piknometer yang berisi cairan dikurangi
berat piknometer kosong di bagi dengan volume piknometer.
Pada percobaan ini kami menetukan rapat massa cairan kloroform, air, dan
asam asetat. Setelh melakukan proses di atas diperoleh data sebagai berikut :
1. Kloroform = 1.45 gr/ml
2. Air = 0.987 gr/ml
3. Asam asetat = 1.04 gr/ml
Penentuan rapat massa ini adalah sebagai dasar untuk perhitungan selanjutnya.
Dari perhitungan sebelumnya dengan menentukan fraksi mol maka
dibuatlah diagram sistem terner dimana dari diagram sistem terner tersebut dapat
dijelaskan bahwa didalam kurva terdiri tas campuran sistem yang memiliki 2 fasa
cair-cair dalam kesetimbangan, yaitu asam asetat dengan kloroform yang larut
dalam air dan asam asetat dengan air yang larut dalam kloroform. Pada saat air
ditambahkan kedalam kloroform terbentuk larutan du fase (air dan kloroform
tidak saling melarutkan) ketika penambahan pertama asam asetat, asam asetat ini
akan bercampur dengan aquades dan kloroform. Ketika terus dilakukan
penambahan asam asetat, maka asam asetat yang larut dalam aquades dan
kloroform semakin bnyak sehingga lama kelamaan akan terjadi sistem satu fasa.
Hal ini disebabkan karena asam asetat mudah larut dlam aquades dan asam asetat
dapat larut dalam kloroform dalam berbagai perbandingan. Dalam percobaan ini,
saat kekeruhan larutan hilang di ansumsikan bahwa campuran telah membentuk
satu fasa dan dalam diagram terner merupakan titik wal terjadi fase tunggal (labu
1, labu 2, labu 3, dan labu 4). Penggabungan titik-titk ini dengan garis akan
membentuk kurva yang membatasi sistem 2 fasa dan sistem 1 fasa.
Menentukan garis dasi pada sistem terner air-kloroform-asam asetat. Garis
dasi digunakan untuk garis penentu komposisi sistem. Pada percobaan dilakukan
titrasi terhadap asam asetat yang telah terionisasi dengan mengunakan NaOH.
Asam asetat dapat terlarut dalam kloroform serta dalam air. Penentuan persen
kandungan asam asetat di dalam koloroform dan air dapat digunakan sekaligus
untuk menentukan komposisi komponen lainnya. Penerikan garis dari komposisi
asam asetat dalam kloroform dengan komposisi asam asetat pada air, akan
memotong kurva pada 2 titik. Dari kurva ini sendiri akan terlihat beberapa
komposisi komponen lainya. Sehingga garis dasi dapat digunakan untuk
menentukan komposisi suatu campuran. Pada kasus ini, berarti jumlah asam asetat
yang ditambahkan kedalam campuran akan tersebar kedalam aquades dan ke
kloroform sesuai dengan persentase yang diperoleh dari perhitungan, yaitu asam
asetat terdapat sebesar 3.92 % dalam campuran asam asetat kloroform atau L1 dan
sebesr 6.97% dalam campuran asam asetat dan aqudes atau L2. Ditunjukan dalam
diagram pada garis yang bernomor PQ.
H. Kesimpulan
1. Diagram sistem terner air-klroform-asam asetat sebagai berikut

2. Garis dasi (tie line) pada sistem terner air- kloroform-asam asetat yaitu
lapisan bawah (L1) pada titik 3,92% dan lapisan atas (L2) pada titik 6.97%
ysng didapat dari persen massa asam asetat.
DAFTAR PUSTAKA

Castelan, G.W., (1983), Physical Chemistry, 3th ed., Addison Wesley Publishing
Co.,USA.
Daniels, F., et Al., (1970), Experimental Physical Chemistry, 2nd ed., McGraw
Hill Book Co., Japan

Levitt, B.P., (1973), Findlay’s Practical Chemistry, 9th ed., Longman Group Ltd.,
New York.

Mattews. G. Peter., (1985), Experimental Physical Chemistry, OxfordUniversity


Press, New York.

Soemaker, David P., Garland Carl W., Nibler Joseph W, (1996), Experimental in
Physical Chemistry, sixth Edition, McGraw-Hill Co. Inc., USA

Anda mungkin juga menyukai