1. DEFENISI
Angina pektoris adalah nyeri dada yang ditimbulkan karena iskhemik miokard
dan bersifat sementara atau reversibel, selain itu angina pektoris ini juga diartikan sebagai
sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang khas yaitu seperti
ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar ke lengan sebelah kiri yang
timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas berhenti.1,2
1. Lokasinya biasanya di dada, sedikit di kirinya, dengan penjalaran keleher, rahang, bahu
kiri sampai dengan lengan dan jari-jari bagian ulnar, punggung/pundak kiri.
2. Kualitas nyeri biasanya nyeri yang tumpul seperti rasa tertindih beban berat di dada, rasa
yang kuat dari dalam bawah diafragma, seperti dada mau pecah dan biasanya pada
keadaan yang berat ditandai dengan keringat dingin, sesak nafas dan timbul perasaan
takut mati. Nyeri berhubungan dengan aktivitas, hilang dengan istirahat, tapi tak
berhubungan dengan gerakan pernafasan atau gerakan dada ke kiri dan kekanan.
3. Kuantitas: Nyeri yang pertama sekali timbul biasanya agak nyata, dari beberapa menit
sampai kurang dari 20 menit. Bila lebih dari 20 menit dan berat maka harus
dipertimbangkan sebagai angina pektoris tidak stabil (unstable angina pectoris = UAP)
sehingga dimasukkan kedalam sindrom koroner akut (ACS) perlu perawatan khusus.
Nyeri dapat dihilangkan dengan nitrogliserin sublingual dalam hitungan detik sampai
beberapa menit.
1
d. Sifat, tempat dan penyebaran nyeri dada mirip dengan angina pektoris stabil.
e. Durasi serangan dapat timbul lebih lama dari angina pektoris stabil.
f. Pencetus atau penyebab dapat terjaddi pada keadaan istirahat atau pada tingkat aktivitas
ringan.
g. Lebih sering ditemukan depresi segmen ST.1
2. KLASIFIKASI
Klasifikasi menurut Braunwald adalah sebagai berikut :
Kelas I : Angina yang berat untuk pertama kali atau makin bertambah beratnya
nyeri dada.
Kelas II : Angina pada waktu istirahat dan terjadinya subakut dalam waktu 1
bulan, tapi tidak ada serangan angina dalam waktu 48 jam terakhir.
Kelas III : Adanya serangan angina waktu istirahat dan terjadinya secara akut baik
sekali atau lebih, dalam waktu 48 jam terakhir.
Kelas A : Angina tidak stabil sekunder, karena adanya anemia, infeksi lain atau
febis.
Kelas B : Angina tidak stabil yang primer, tidak ada faktor ekstra kardiak.
Kelas C : Angina yang timbul setelah serangan infark jantung.
2
3. ETIOLOGI
1. Emosi ; 2.Stres ;3.Beban sirkulasi tambahan : makan dalam jumlah banyak atau pada
cuaca dingin ; 4. Banyak merokok ; 5.Kerja fisik terlalu berat.7
5. FAKTOR RESIKO
Hiperlipidemia Usia
Hipertensi Ras
Stres RPK7
Obesitas
Kurang Aktifitas
Diabetes Melitus
3
6. EPIDEMIOLOGI
Di amerika serikat setiap tahun 1 juta pasien dirawat di rumah sakit karena angina
pectoris tak stabil, dimana 6-8% kemudian mendapat serangan infark jantung yang tidak
fatal atau meninggal dalam satu tahun setelah diagnosis ditegakkan.
7. PATOFISIOLOGI
Pada saat beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga
meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang sehat, arteri-arteri
koroner akan berdilatasi dan akan mengalirkan banyak darah dan oksigen ke otot jantung.
Akan tetapi apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat
aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan
oksigen dan kemudian akan terjadi iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium.
4
asam laktat, nyeri angina pektoris mereda. Dengan demikian, angina pektoris adalah suatu
keadaan yang berlangsung singkat.2
Patofisiologi lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya angina pektoris tidak stabil : 4
1. Ruptur Plak
Sebagai reaksi terhadap gangguan faal endotel, terjadi agregasi platelet dan
platelet melepaskan isi granulasi sehingga memicu agregasi yang lebih luas,
vasokonstriksi dan pembentukkan trombus. Faktor sistemik dan inflamasi ikut
berperan dalam perubahan terjadinya hemostase dan koagulasi dan berperan dalam
memulai trombosis yang intermiten, pada angina tak stabil.
5
3. Vasospasme
Terjadinya vasokonstriksi juga mempunyai peran penting pada angina tak stabil.
Diperkirakan adanya disfungsi endotel dan bahan vasoaktif yang diproduksi oleh
platelet berperan pada perubahan dalam tonus pembuluh darah dan menyebabkan
spasme. Spasme yang terlokalisir seperti pada angina prinzmetal juga dapat
menyebabkan angina tak stabil, dan mempunyai peran dalam pembentukan trombus.
8. PENATALAKSANAAN
Tindakan Umum
Pasien perlu perawatan di rumah sakit,sebaiknya di unit intensif koroner, pasien perlu
diistirahatkan (bed rest), diberi penenang dan oksigen. Pemberian morfin atau petidin
perlu pada pasien yang masih merasakan sakit dada walaupun sudah mendapat
nitrogliserin.
1. Obat anti-iskemia
6
sublingual atau infus intravena. Dosis pemberian intravena : 1-4 mg/jam. Bila
keluhan sudah terkendali maka dapat diganti dengan per oral.
Preparat :
7
2. Obat anti-agregasi trombosit
Obat antiplatelet merupakan salah satu dasar dalam pengobatan angina tidak stabil
maupun infark tanpa elevasi ST segmen. Tiga gologan obat anti platelet yang terbukti
bermanfaat seperti aspirin, tienopiridin dan inhibitor GP Iib/IIIa.
Obat-obat ini telah dipakai untuk pengobatan angina tak stabil maupun
untuk obata tambahan dalam tindakan PCI terutama pada kasus-kasus angina tak
stabil.
8
3. Obat anti-trombin
a. Unfractionated Heparin
9
rumah sakit. Pada pasien dengan faal jantung yang masih baik dengan penyempitan
pada satu pembuluh darah atau dua pembuluh darah atau bila ada kontraindikasi
tindakan pembedahan PCI merupakan pilihan utama.
10
9. PENCEGAHAN
1. Perubahan life style (termasuk berhenti merokok dan lain-lain), penurunan BB,
penyesuaian diet, olahraga teratur dan lain-lain.4
2. Mengobati faktor predisposisi dan faktor pencetus : stress, emosi, hipertensi, penyakit
DM, hiperlipidemia, obesitas, anemia.8
3. Menghindari bekerja pada keadaan dingin atau stres lain yang diketahui mencetuskan
serangan angina klasik pada seseorang.1
10. KOMPLIKASI
1. Infark miokardium (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen yang berkepanjanga. Hal ini adalah respon letal terakhir terhadap
iskemia miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati setelah
sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini, kemampuan sel
untuk menghasilkan ATP secara aerobs lenyap dan sel tidak memenuhi kebutuhan
energinya.1
2. Aritmia
Karena insidens PJK dan hipertensi tinggi, aritmia lebih sering didapat dan dapat
berpengaruh terhadap hemodinamik. Bila curah jantung dan tekanan darah turun
banyak, berpengaruh terhadap aliran darah ke otak, dapat juga menyebabkan angina,
gagal jantung.4
3. Gagal Jantung
Gagal jantung terjadi sewaktu jantung tidak mampu memompa darah yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrien tubuh. Gagal jantung disebabkan
disfungsi diastolik atau sistolik. Gagal jantung diastolik dapat terjadi dengan atau
tanpa gagal jantung sistolik. Gagal jantung dapat terjadi akibat hipertensi yang lama
11
(kronis). Disfungsi sistolik sebagai penyebab gagal jantung akibat cedera pada
ventrikel, biasanya berasal dari infark miokard.1
11. PROGNOSIS
Pada angina tidak stabil bila dapat didiagnosis dengan tepat dan cepat serta memberikan
pengobatan yang tepat dan agresif maka dapat menghasilkan prognosis yang baik.
Namun bila tidak dapat menimbulkan kematian.
12. KESIMPULAN
Angina pektoris tidak stabil merupakan suatu gejala atau sindrom yang menandakan
adanya iskemi pada sel-sel otot jantung. Iskemi tersebut timbul akibat ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen pada jantung yang biasanya terjadi karena
arterosklerosis. Sindrom tersebut timbul dengan rasa nyeri pada kiri dan dapat menyebar
ke lengan kiri, punggung, rahang, atau ke daerah abdomen. Angina tidak stabil dapat
terjadi pada saat istirahat atau saat melakukan kerja dan dapat disertai dengan keluhan
seperti mual, muntah,sesak napas, dan keringat dingin.
12
DAFTAR PUSTAKA
13