Anda di halaman 1dari 5

HAM dalam Demokrasi Indonesia : Konsep dan Implementasi

Nilna Aliyan Hamida


160710101438

Abstrak
Perkembangan zaman mampu membawa peradaban manusia menjadi lebih baik diakibatkan
dari proses panjang penemuan jati diri setiap individu. Pemahaman dan kesadaran akan
pentingnya kebebasan memberikan nilai berbeda pada setiap orang untuk menjalani
kehidupannya. Di tengah perubahan pandangan menuju kesadaran, peran hak individu menjadi
prioritas utama untuk dilindungi dan diakui keberadaannya, sehingga memunculkan hak asasi
manusia sebagai elemen pokok dalam kehidupan bernegara. Suatu penegasan bahwa HAM
adalah penekan tindakan kesewenangan seseorang terhadap orang lain, yaitu bentuk
penghormatan terhadap pemilik hak. Penjaminan bahwa hak tersebut tidak dilanggar adalah
melalui pembentukan aturan hukum Negara. Pada konteks Indonesia HAM sudah diatur dalam
UU, selain itu sebagai Negara Demokrasi tentunya HAM tidak dapat terpisahkan. Namun
konsistensi penerapan hukum HAM tentu dipengaruhi dengan realita masyarakatnya.
Penerapan HAM Indonesia berbeda dengan Negara lain dimana terdapat pengaruh budaya
sebagai ciri khas yang melekat. Walaupun HAM disesuaikan dengan budaya agar mencapai
implementasi sesuai tetapi pada realitanya tidak demikian bahkan semakin memicu terjadinya
pelanggaran HAM. Sehingga Negara Demokrasi seakan hanya menjadi teori belaka karena
pengekangan hak individu masih dirasakan oleh rakyat.

Keywords : Konsep dan Implementasi, HAM, Demokrasi Indonesia

Kesadaran manusia akan peran penting untuk melindungi dan menghormati hak asasi
miliknya menjadi awal lahirnya HAM. HAM merupakan konsep social dari proses panjang
peradaban manusia agar harkat martabatnya dapat diakui sehingga menghasilkan konsep berbeda
pada setiap kelompok social seluruh dunia. Tetapi intinya adalah bagaimana HAM menjadi alasan
kesewenangan seseorang dapat dibatasi karena menghendaki adanya kesamaan derajat pada diri
setiap manusia. Selaras dengan pengertian yang diberikan oleh JanMaterson bahwa HAM terikat
pada diri manusia sebab kealpaannya membuat manusia tidak dapat hidup selayaknya manusia.1
Pernyataan serupa dituangkan dalam UU No. 39 Tahun 1999 bahwa HAM adalah hak yang
menyatu pada diri manusia sebagai makhluk Tuhan sehingga tidak satupun dapat diingkari dan
dilanggar.2 Pada dasarnya HAM menjadi inti manusia menjalani kehidupan, perlu dihormati,
dihargai dan tidak dapat dikekang serta dilawan oleh setiap orang dengan alasan apapun karena
secara kondrati berasal dari Tuhan Yang Maha Esa.3

1
Karyadin Karyadin, “KORELASI ANTARA HAK ASASI MANUSIA DAN DEMOKRASI DI
INDONESIA” (2016) 5:01 J Huk Uniski 79 at 79.
2 UU No.39 Tahun 1999 pasal 1 butir 1.
3 Karyadin, supra note 1 at 79.
Banyaknya perbedaan pada setiap individu merefleksikan bahwa konsep HAM memberikan
pemahaman kesetaraaan, persamaan tanpa diskriminasi. Maka dunia sepakat bahwa dibutuhkan
suatu pelindung di tengah pertentangan perbedaan. Melalui DUHAM konsep universal HAM
dideklarasikan berupa kontribusi Negara barat sebagai titik temu kebebasan individu dan warga
Negara.4 Hal tersebut memberi pengaruh keberadaan HAM di Indonesia saat ini dengan berbagai
penyesuaian latar belakang bangsa. Sebab mengingat asal-muasal HAM, sangat wajar pro-kontra
masih mewarnai eksistensinya, terutama menyangkut bagaimana seharusnya Negara menjalankan
tujuannya dengan batasan hak politik warga negara. Penjaminan hak tersebut menghendaki Negara
mengaturnya dalam aturan pasti dan jelas agar tidak seorangpun membantahnya.5

HAM adalah penjelmaan pelindung masyarakat dalam suatu komunitas yaitu setiap
kehendak tidak dapat dipaksakan jika menciderai hak asasi sekalipun dilakukan oleh Negara.
Pengadopsian berbagai negara dunia mengenai HAM mampu memberi perubahan besar untuk
meminimalisir pelanggaran hak serta sikap absolutisme seseorang. Walaupun pada kenyataan tidak
semua negara menyetujui bahwa pengakuan hak masyarakat mampu menjadikan negara lebih
makmur.6 Hal ini berkaitan terhadap penerimaan HAM berbagai Negara karena belum tentu semua
negara mengakui universalitas HAM. Setiap Negara memiliki perbedaan pandangan dan tindakan
kepada warga negaranya maka mengakibatkan penerimaan konsep HAM yang berbeda pula
termasuk Indonesia. Indonesia merupakan Negara dengan sejarah kelam hingga hak rakyat dapat
diakui sebagai jaminan Negara bertindak sesuai kewenangannya. Pengakuan hak setiap manusia
memberi dampak positif terhadap kelangsungan kehidupan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan
kuantitas pelanggaran hak asasi di Indonesia mengalami penurunan sejak masa orde baru.7 Sehingga
memicu pertanyaan seberapa kuat HAM berpengaruh di Indonesia? Konsep HAM diakui memberi
kontrbusi besar kepada bangsa bahwa kehendak kesamaan derajat sebagai pemicu suara penegakkan
HAM. Universalitas HAM hadir di Indonesia sebagai seruan masyarakat, sesuai pendapat Soetandyo

4
Saldi Isra, “Peran Mahkamah Konstitusi dalam penguatan hak asasi manusia di Indonesia” (2014) 11:3 J
Konstitusi 409 at 413.
5 Yogi Zul Fadhli, “Kedudukan Kelompok Minoritas dalam Perspektif HAM dan Perlindungan Hukumnya di
Indonesia” (2014) 11:2 J Konstitusi 352 at 367.
6 Richard Robison, “The politics of ‘Asian values’” (1996) 9:3 Pac Rev 309 at 310–311.
7 MOH ULIN NUHA & JIALQURA DAN, “PENYALAHGUNAAN KEKUASAAN DAN BUSANA NON-
SYAR’I”.
Wignjosoebroto bahwa apapun latar belakang manusia mereka tetap sama, tidak ada jarak
pemutusnya sehingga ia bersifat universal.8

Teori universalitas HAM tidak selalu menjadi dasar pembentukan hukum HAM bahwa
adoptisitas disesuaikan dengan Negara masing-masing terlebih lagi konsep ini berasal dari
Liberalisme Barat dimana tidak semua memiliki paham sama. Dalam konteks Indonesia HAM
masih terikat dengan budaya berupa filterisasi konsep yang layak untuk diterapkan.9 Sehingga inilah
penyebab mengapa tidak semua kebebasan individu dapat dilakukan di Indonesia. Menjadi Negara
kaya akan budaya membuat setiap hal harus menyesuaikannya. Ini menyatakan bahwa kemajuan
peradaban bukan menjadi alasan bahwa untuk dikatakan manusia modern harus menerima
keterbukaan. Di Indonesia hak asasi diberikan dengan suatu batasan karena bersumber pada
Pancasila sebagai prinsip dasar kehidupan yaitu segala pertentangan terhadap pancasila tidak dapat
diimplementasikan.10 Sedangkan HAM Barat tidak membatasi apapun terkait hak masyarakat
bahkan Negara tidak diperbolehkan ikut campur urusan pribadi warganya. Perbedaan inilah
menjadikan Indonesia memiliki konsep HAM mandiri, seperti kebebasan memilih keyakinan yang
ditetapkan dan menjadi urusan Negara.11 Terlebih lagi keyakinan dapat menjadi urusan bersama
dimana setiap orang dapat menentukan pilihan orang lain. Begitu juga dengan batasan untuk
meyakini aliran tertentu padahal jelas UUD 1945 menjamin kebebasan beribadah.12 Misalnya syiah
yang menjadi pro-kontra yang menyebabkan penganutnya tidak dapat hidup selayaknya warga
Negara lain sehingga memicu diskriminasi bagi penganutnya.

Selain itu budaya mengharapkan suatu keteraturan dalam masyarakat dengan membuang
jauh pemikiran tentang LGBT. Bukan hanya karena berasal dari barat tetapi juga karena menentang
nilai Indonesia, bahwa LGBT sebagai penghancur bangsa yang melegalkannya.13 Pengekangan bagi
rakyat bukan hanya karena budaya tetapi karena kebebasan bertentangan dengan nilai Indonesia
seperti pembubaran ormas dengan alasan tidak rational.14 Padahal Negara jelas menjamin kebebasan

8 M Syafi’ie, “Instrumentasi Hukum HAM, Pembentukan Lembaga Perlindungan HAM di Indonesia dan Peran
Mahkamah Konstitusi” (2012) 9:4 J Konstitusi 681 at 683.
9
Hesti Armiwulan, “Hak Asasi Manusia dan Hukum” (2004) 7:2 J Yustika at 315.
10 Kurniarpan Kunto Yuliarso & Nunung Prajarto, “HAM di Indonesia: Menuju’Democratic Governances’” 8:3

JSP J Ilmu Sos Dan Ilmu Polit 291 at 299.


11 Rhona KM Smith dkk, Hukum Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam

Indonesia, 2008) at 19.


12 Pasal 28E Ayat 2 UUD 1945.
13 Istiqomah, “Keberadaan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transegender (LGBT) di Indonesia melalui Cermin

Sosial dan Budaya dalam Perspektif Hukum dan HAM” (2017) 17:1 70 at 73.
14 metrotvnews developer, “HTI: Pengesahan Perppu Ormas Menjadi UU Tak Rasional”, online:
hak berorganisasi siapapun, tetapi Negara diperbolehkan merampas hak asasi dengan
mengatasnakaman pancasila sebagai unifikasi budaya.15 Tidak ada tolak ukur pasti sejauh mana
budaya itu sesuai atau tidak dengan hal-hal yang berkembang di Indonesia. Begitu juga berbagai
tafsir pancasila hingga memicu sikap otoriter sehingga membuat rakyat menjadi korban. Hal ini
membuktikan bahwa HAM masih semu dalam Negara demokrasi Indonesia yaitu konsep demokrasi
seakan tidak mengutungkan bagi rakyat. Walaupun demokrasi Indonesia berbeda tetapi seharusnya
melalui konsep HAM milik Indonesia pelanggaran tidak terjadi karena diimplementasikan
berdasarkan kondisi dan latar belakang bangsa. Kebebasan hak individu dapat direalisasikan melalui
penyesuaian social dan budaya tetapi pada faktanya tidaklah demikian. Kebebasan memilih
keyakinan tidak diikuti dengan toleransi dan tidak ikut campur terhadap keyakinan orang lain.
Terbukti kasus keyakinan seakan menjadi pemicu kekacauan inilah alasan mengapa Negara barat
memilih untuk tidak ikut campur terhadap urusan keyakinan warganya karena ada batasan sejauh
mana Negara dapat mencampuri hal tersebut.16 Perlakuan diskriminatif terhadap kelompok
minoritas juga memicu hilanganya keharmonisan yang dapat menghambat kehidupan bernegara
dimana ada sikap lebih baik atau lebih buruk. Sementara HAM tidak menghendaki hal demikian,
kesamaan, kesederjatan dan memberikan kebebasan itulah tujuan HAM.17 HAM tidak selalu identic
dengan pelanggaran berat tetapi pelanggaran ringan justru dapat berdampak besar pula. Saling
serang keyakinan, diskriminasi minoritas, pengekangan hak politik warga negara juga bagian
menciderai HAM terlebih dalam Negara demokrasi yang jelas bertujuan memberikan kebebasan
untuk kenyamanan setiap individu.18 Seharusnya dengan nilai budaya sendiri HAM mampu
ditegakkan tetapi nyatanya hal tersebut tidak menjamin bahwa pelanggaran HAM dapat
diminimalisir. Pancasila sebagai alat pembenaran kebebasan dikekang, hak politik dibatasi sehingga
demokrasi tidak tercermin sebagai sebuah sistem pengakuan HAM.

Pancasila adalah suatu kesepakatan untuk menjadikan bangsa lebih baik bukan dijadikan
untuk membenarkan tindakan otoriter dalam wujud demokrasi. Seyogyanya Negara tidak hanya
memberikan batasan pada rakyat tetapi juga membatasi sejauh mana kewenangan Negara dalam

metrotvnews.com <http://news.metrotvnews.com/politik/ob3AoQYK-hti-pengesahan-perppu-ormas-menjadi-
uu-tak-rasional>.
15 Pasal 28E Ayat 3 UUD 1945.
16
Berita Utama et al, “Adnan: Diskriminasi Agama Disebabkan Campur Tangan Negara”, online:
<https://sumbar.antaranews.com/berita/2024/adnan-diskriminasi-agama-disebabkan-campur-tangan-
negara.html>.
17 Rhona KM Smith dkk, Hukum Hak Asasi Manusia (Yogyakarta: Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam

Indonesia, 2008) at 39–40.


18 Thomas Carothers, “Democracy assistance: political vs. developmental?” (2009) 20:1 J Democr 5 at 9.
mencampuri urusan rakyatnya. Sebab HAM dengan nilai Indonesia bukan jaminan untuk mampu
ditegakkan tetapi mungkin sebaliknya menjadi memicu pertikaian. Batasan sebagai tujuan agar HAM
berjalan sesuai prosedur tetapi faktanya menjadi pelanggaran bagi keberadaan HAM. Indonesia
tidak dipaksakan untuk menyetujui segala bentuk HAM tetapi bagaimana Indonesia harus berupaya
untuk menjaga nilai HAM. Nilai Indonesia digunakan untuk melindungi masyarakatnya bukan
untuk mencidari HAM maka tidak mustahil nilai itu akan berbalik merusak masyarakatnya dan
mengakibatkan rakyat menuntut karena kebebasannya dibatasi. Sehingga perlu ada keseimbangan
antara budaya sebagai karakter tetapi tetap memperhatikan HAM sebgai hak individu.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa HAM adalah penolong tindakan kesewenangan
seseorang atau Negara. Tidak ada alasan bagi Negara membenarkan untuk menciderai HAM karena
semua orang harus diperlakukan tanpa diskriminatif. Selain itu budaya bukan alasan untuk
mengekang kebebasan tetapi jika itu terjadi menjadi pemicu penghancur Negara sehingga membuat
rakyat tidak percaya pada Negara. Bahkan lebih jauh masyarakat dapat membenci budaya karena
mereka tidak dapat merasakan sebagai manusia di tengah keteraturan budaya untuk dipatuhi.
Indonesia adalah Negara dengan kemajemukan budaya dimana HAM memberikan kebebasan
dengan harapan untuk mensejahterakan dan mewujudkan keteraturan melalui sikap toleransi serta
jaminan hukum. Sebab faktanya konsep HAM Indonesia masih memberi pengekangan dengan
membenarkan Pancasila bahkan ketika kebebasan diberikan, negara seakan tidak konsisten dengan
bebas membatasi hak politik masyarakat melalui pembubaran ormas tanpa alasan pasti.

Anda mungkin juga menyukai