Pengertian Persediaan Bab 7
Pengertian Persediaan Bab 7
Pada umumnya persediaan mencakup barang jadi yang telah di produksi atau barang
dalam penyelesaian, termasuk bahan serta perlengkapan yang akan di gunakan dalam proses
produksi. Dalam perusahaan dagang, persediaan meliputi barang yang dibeli dan di simpan
untuk di jual kembali, sedangkan dalam perusahaan jasa, persediaan termasuk biaya jasa
seperti upah dan biaya personalia lainnya yang berhubungan langsung dengan pemberian
jasa. Dengan demikian, pengertian persediaan menurut PSAK No. 14 (revisi 2008) digunakan
untuk menyatakan aset yang:
Sedangkan bab 11 tentang persediaan SAK ETAP memberikan batasan persediaan adalah
aset:
Batasan dimaksud diterapkan untuk semua jenis persediaan tetapi dikecualikan untuk:
1. Persediaan dalam proses dalam kontrak konstruksi termasuk biaya jasa yang terkait
secara langsung
2. Efek tertentu
Persediaan dapat pula di kaitkan dengan hak pemilikan barang sesuai syarat penyerahan
pada saat transaksi yang meliputi:
Pengukuran persediaan
Dalam pengukuran persediaan bahwa persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau
nilai realistis neto, mana yang lebih rendah. Biaya persediaan di maksud dalam PSAK No. 14
meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya yang lain yang timbulsampai
persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini. Untuk lebih menjelaskan pengertian
biaya persediaan perlu dipahami pengertian berikut:
1. Biaya pembelian
Biaya pembelian meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang
kemudian dapat di tagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya
pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat di
atribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa. Diskon dagang,rabat, dan hal
lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.
2. Biaya konversi
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit
yang di produksi contoh biaya tenaga kerja langsung termasuk juga alokasi sistematis
overhead produksi tetap dan variable yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi
barang jadi.
3. Biaya-biaya lain
Biaya-biaya lain hanya di bebankan sebagai biaya persediaan sepanjang timbul,agar
persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
Sedangkan nilai realisasi bersih dapat diilustrasikan bahwa biaya persediaan mungkin
tidak akan diperoleh kembali bila persediaan rusak,seluruh atau sebagian persediaan telah
usang,atau harga jualnya telah menurun. Biaya persediaan juga tidak akan di peroleh kembali
bila estimasi biaya penyelesaian atau estimasi biaya untuk membuat penjualan telah
meningkat. Dalam praktik penurunan nilai persediaan di bawah biaya menjadi biaya realisasi
bersih konsisten dengan pandangan bahwa asetseharusnya tidak dinyatakan melebihi
perkiraan jumlah yang dapat direalisasi dari penjualan atas penggunaanya. Khususnya dalam
SAK ETAP bahwa entitas harus mengukur persediaan pada nilai mana yang lebih rendah
antara biaya perolehan dan harga jual dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual.
Dengan demikian, biaya persediaan mencakup seluruh biaya pembelian, biaya konversi, dan
biaya lainnya yang terjadi untuk membawa persediaan ke kondisi dan lokasi sekaran.
Nilai tercatat persediaan harus di akui sebagai beban pada saat persediaan dijual dan
pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Demikian bila terjadi penurunan
nilai di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih, seluruh kerugian persediaan tersebut
diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Demikian
pada SAK ETAP menyatakan bila persediaan dijual, maka jumlah tercatatnya diakui sebagai
beban periode pada saat pendapatan yang terkait diakui. Untuk beberapa persediaan yang di
gunakan sebagai komponen aset tetap yang di bangun sendiri. Sedangkan untuk alokasi
persediaan ke aset lain diakuinya sebagai beban selama umur manfaat aset tersebut.
Pencatatan persediaan
1. Sistem perpetual
Dalam sistem perpetual ini persediaan biasanya dpat diketahui secara terus menerus
tanpa melakukan inventarisasi fisik(stock opname). Oleh karena itu, setiap jenis
barang di buat kartu,dan setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu,baik harga
maupun jumlah barang (kuantitas) sehingga pengendalian persediaan menjadi sangat
mudah, yaitu dengan melakukan pencocokan antara kartu persediaan dan hasil
inventarisasi fisik. Pencatatan persediaan menggunakan sistem perpetual menjadi
rumit bila ternyata jenis barang yang dicatatnya cukup banyak, kecuali jika sistem
informasi yang memanfaatkan teknologi komputer telah diaplikasikan.
Sebagai contoh:
a. Pada tanggal 2 Januari 2016 Tuan Yahya membeli 4.000 karung semen @ Rp.
40.000,00 perkarung dari PT Semen Cibinong.
b. Pada tanggal 5 Januari 2016 Tuan Yahya menjual 3.000 karung semen @
Rp.45.000,00 kepada PT Maju
a. Paada saat pembelian.
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Persediaan 160.000.000,00
Utang dagang 160.000.000,00
b. Pada saat penjualan.
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Piutang dagang 135.000.000,00
Penjualan 135.000.000,00
2. Sistem periodik
Dalam sistem periodik, persediaan di hitung dengan melakukan inventarisasi pada
akhir periode. Hasil perhitungan tersebut di pakai untuk menghitung harga pokok
penjualan. Pada sistem periodik, setiap mutasi persediaan tidak dibuatkan pencatatan
dan perhitungan persediaanya, seperti telah disebutkan dan tetap di lakukan
pengendalian persediaan. Contoh sebagaimana disebutkan selanjutnya dapat di buat
jurnal sebagai berikut:
a. Pada saat pembelian
Tanggal Akun Debit (Rp) Kredit (Rp)
Pembelian 160.000.000,00
Utang dagang 160.000.000,00
Untuk sistem periodik,ayat jurnal yang berhubungan dengan harga pokok tidak di buat
karena harga pokok penjualan di hitung secara periodik pada akhir periode akuntansi.
Harga pokok penjualan terdiri atas seluruh pengeluaran,baik langsung maupun tidak
langsung,untuk memperoleh persediaan tersebut, dalam hal tertentu sebagai contoh dalam
perusahaan industri, persediaan dapat di kategorikan sebagai persediaan bahan baku atau
persediaan barang jadi.
Th 2016 Th 2017
Rp.382.000,00 Rp.417.000,00
Th 2016 Th 2017
Rp382.000,00 Rp.417.00,00.
2016 2017
Dalam kegiatan perusahaan, terutama pada perusahaan dagang atau industri terdapat
pergerakan atau arus masuk atau keluar barang, baik itu barang dagangan atau bahan baku.
Untuk kepentingan analisis, pengendalian, atau penilaian persediaan, arus pergerakan tersebut
harus di nilai dengan metode yang sama.
Penetapan besarnya nilai persediaan akhir atau harga pokok penjualan dapat
menggunakan metode berikut ini.
d. Metode rata-rata(average)
Dengan metode rata-rata pembebanan ke harga pokok untuk barang yang di jual
atau untuk persediaan akhir menggunakan harga rata-rata. Metode harga rata-rata
terdiri atas:
1.) Rata-rata sederhana(simple average)
Harga rata-rata di hitung dengan cara menjumlahkan harga pokok per-unit
(tanpa mengalikan jumlah barang) dibagi dengan banyaknya harga.
Contoh:
Rata-rata persediaan=
Rp(10.000.000+11.500.000+12.500.000+12.000.000)
= Rp.46.000.000
=Rp.11.500.000,00