Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau
gonorrhoea) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher
rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva).
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya,
terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran
kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri
pinggul dan gangguan reproduksi. Namun penyakit gonore ini dapat juga
ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang dekat. Kuman patogen
tertentu yang mudah menular dapat ditularkan melalui makanan, transfusi
darah, alat suntik yang digunakan untuk obat bius.
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi
diantara PMS. Pada pengobatan terjadi pula perubahan karena sebagian
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang paling resisten terhadap
penicillinase dan di sebut Pellicilinase Producing Nesseria Gonorrhoeae
( PPNG). Penyakit menular seksual juga disebut penyakit venereal merupakan
penyakit yang paling sering ditemukan di seluruh dunia. Kuman ini terjadi
secara luas di seluruh dunia dengan prevalensi yang lebih tinggi di berbagai
negara berkembang termasuk Indonesia.
Angka serangan paling tinggi pada orang berusia 15-24 tahun yang
tinggal di kota, termasuk dalam kelompok sosio-ekonomi rendah, tidak
menikah atau homoseksual, atau memiliki riwayat PMS terdahulu.
Pada umumnya penularan melalui hubungan kelamin yaitu secara
genito-genital, oro-genital dan ano-genital. Oleh karena itu secara garis besar
dikenal gonore genital dan gonore ekstra genital
Pengobatan penyakit ini efektif dan penyembuhan cepat sekali. Namun,
beberapa kuman yang lebih tua telah menjadi kebal terhadap obat-obatan dan
telah menyebar ke seluruh dunia dengan adanya banyak perjalanan yang
dilakukan orang-orang melalui transportasi udara.

1.2 Rumusan Masalah

1
1.2.1 Bagaimana Konsep Dasar Penyakit dari Gonorea?
1.2.2 Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Gonorea?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar penyakit dari gonorea
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana konsep dasasr asuhan keperawatan pada
gonorea

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR PENYAKIT


2.1.1 Definisi
Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau
gonorrhoea) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher
rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva).
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya,
terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke
saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga
timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.

2
Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Neisseria gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik
melalui genito-genital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi
lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva.
(M.C.Lachlan)
Gonorhea adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
Gonorhea yang pada umumnya ditularkan melalui hubungan kelamin,
tetapi dapat juga secara langsung dengan eksudat yang infektif.
(Dr.Soedarto, Penyakit-penyakit Infeksi di Indonesia,1990,Hal.74)

2.1.2 Epidemiologi
Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga
ditularkan kepada janin pada saat proses kelahiran berlangsung.
Walaupun semua golongan rentan terinfeksi penyakit ini, tetapi insidens
tertingginya berkisar pada usia 15-35 tahun. Di antara populasi wanita
pada tahun 2000, insidens tertinggi terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6
per 100.000) sebaliknya pada laki-laki insidens rata-rata tertinggi terjadi
pada usia 20-24 tahun (589,7 per 100.000).
Epidemiologi N. gonorrhoeae berbeda pada tiap – tiap negara
berkembang. Di Swedia, insiden gonore dilaporkan sebanyak
487/100.000 orang yang menderita pada tahun 1970. Pada tahun 1987
dilaporkan sebanyak 31/100.000 orang yang menderita, pada tahun 1994
dilaporkan penderita gonore semakin berkurang yaitu hanya sekitar
31/100.000 orang yang menderita.
Di Amerika Serikat, insiden dari kasus gonore mengalami
penurunan. Pada tahun 1975 dilaporkan 473/100.000 orang yang
menderita, dimana dengan angka tersebut menunjukkan bahwa kasus
gonore di Amerika Serikat mengalami penurunan sampai tahun 1984.
Faktor-faktor resiko:
a. hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi
b. mempunyai banyak pasangan seksual

3
c. pada bayi – saat melewati jalan kelahiran dari ibu yang
terinfeksi
d. pada anak – penyalahgunaan seksual (sexual abuse) oleh
penderita terinfeksi.

2.1.3 Etiologi
 Kuman : Neisseria gonorrhea
 Perantara : manusia
 tempat kuman keluar : penis, vagina, anus, mulut
 cara penularan : kontak seksua langsung
 tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut
 yang bisa terkena : orang yang berhubungan seks tak aman
Penyebab gonore adalah gonokok yang di temukan oleh
NEISSER pada tahun1879 dan baru diumumkan apada tahun 1882.
Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4
spesies, yaitu :
 N. gonorrhoeae dan N. meningitidis yang bersifat patogen
 serta N. cattarrhalis dan N. pharyngis sicca yang bersifat
komensal.
 Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes
fermentasi
 N. gonorrhoeae adalah bakteri yang tidak dapat bergerak,
tidak memiliki spora, jenis diplokokkus gram negatif dengan
ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak tahan
terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi
transmisi seksual.

Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya


memerlukan 2-10% CO2 dalam pertumbuhannya di atmosfer.
Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan
mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin.
Organisme ini tidak dapat hidup pada daerah kering dan suhu

4
rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37o dan pH 7,2-7,6 untuk
pertumbuhan yang optimal.
Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2 bersifat
patogenik dan type 3 dan 4 tidak bersifat patogenik. Tipe 1 dan 2
memiliki pili yang bersifat virulen dan terdapat pada
permukaannya, sedang tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili dan bersifat
non-virulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan
menimbulkan reaksi radang.Daerah yang paling mudah terinfeksi
ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang
belum berkembang (immature), yakni pada wanita sebelum
pubertas.
Galur N. gonorrhoeae penghasil penisilinase (NGPP)
merupakan galur gonokokus yang mampu menghasilkan enzim
penisilinase atau beta-laktamase yang dapat merusak penisilin
menjadi senyawa inaktif, sehingga sukar diobati dengan penisilin
dan derivatnya, walaupun gejala dengan peninggian dosis.

2.1.4 Patofisiologi
Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan
melalui jaringan sub epitel di mana gonokokus ini terpajan ke system
imun (serum, komplemen, immunoglobulin A(IgA), dan lain-lain), dan
difagositosis oleh neutrofil. Virulensi bergantung pada apakah
gonokokus mudah melekat dan berpenetrasi ke dalam sel penjamu,
begitu pula resistensi terhadap serum, fagositosis, dan pemusnahan
intraseluler oleh polimorfonukleosit. Faktor yang mendukung virulensi
ini adalah pili, protein, membrane bagian luar, lipopolisakarida, dan
protease IgA.
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran
anus, konjungtiva dan farings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan
prostate, vas deferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis pada pria

5
dan kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba fallopi dan ovarium
pada wanita.

6
2.1.5 PATHWAY
Kontak seksual (anus, orogenital, genital)

Neisseria Gonorhoe

Mukosa Rektum Faring Urethra, endoserviks

(saluran anus) Konjungtiva (neonates)

Inflamasi nyeri gangguan pola tidur


akut
infeksi meivas
Laki-laki(Prostat, vasdeferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis)
Perempuan (Kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba falopii, ovarium)

Gonorhoe Kurangnya pengetahuan

Disuria Ansietas berhubungan seksual


(tanpa pelindung)

Gangguan Eliminasi
Resiko Penularan

7
2.1.6 Manifestasi klinis

Gonore pada mata bayi

8
a. Pada traktus genitourinari pria dapat ditemukan:
1) Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah
terinfeksi
2) Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai
dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra
3) Retensi urin akibat inflamasi prostat
4) Keluarnya nanah dari penis.
5) Bila ada infeksi lebih lanjut, cairan semakin sering keluar dan
bercampur darah
6) infeksi pada uretra umumnya menyebabkan duh uretra yang
mukopurulen atau purulen (>80%) dan atau disuria (>50%),
7) pada infeksi anal: gatal-gatal pada daerah anus
8) infeksi oral: mungkin tanpa gejala atau sakit tenggorokan
b. Pada wanita:
1) Pada traktus genitourinari wanita bagian bawah:
a) serviks yang mukopurulen atau purulent
b) vagina atau pendarahan; vulvaginitis pada anak-anak
c) Nyeri ketika berkemih
d) Keluarnya cairan dari vagina
2) Pada traktus genitourinari wanita bagian atas:
a) PID (Pelvic Inflamatory Diseases)
b) nyeri bagian bawah perut
c) demam

Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur,


uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam
ketika berhubungan seksual
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks
melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita
akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya
keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar
serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.

9
2.1.7 Pemeriksaan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan
pemeriksaan pembantu yang terdiri atas 5 tahap, yaitu:
a. Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan
diplokokus gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler, leukosit
polimorfonuklear.
b. Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan
kultur. Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.
c. Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi
positif), tes fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
d. Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan
warna kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim
beta laktamase
e. Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini
digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah
berlangsung.

2.1.8 Komplikasi
a. Komplikasi pada pria:
1) uretra yang berparut atau berbintik pada pria kemungkinan
mengarah ke menurunnya fertilitas atau obstruksi kandung kemih
2) Prostatitis
3) Cowperitis
4) Vesikulitis seminalis
5) Epididimitis
6) Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior.
7) Infertilitas
b. Komplikasi pada wanita:
1) Komplikasi uretra
adanya parutan pada kornea dan kebutaan permanen akibat
infeksi gonokokkus pada mata
2) Bartholinitus

10
3) Endometritis dan metritis
4) Salphingitis.
5) Infertilitas
6) parutan atau bintik-bintik pada traktus reproduksi atas pada
wanita dengan PID (penyakit radang panggul) kemungkinan
mengarah ke infertilitas, nyeri pelvis kronik dan kehamilan
ektopik
c. Komplikasi pada bayi
1) Adanya kemungkinan lahir prematur, infeksi neonatal dan
keguguran akibat infeksi gonokokkus pada wanita hamil.
2) Adanya parutan pada kornea dan kebutaan permanen akibat
infeksi gonokokkus pada mata
3) Adanya sepsis pada bayi baru lahir karena gonore pada ibu.
4) adanya kelainan neurologik lanjut akibat gonokokkal meningitis
5) destruksi permukaan sendi articular
6) destruksi katup jantung
7) kematian karena CHF atau meningitis

Arthritis (radang sendi). Miokarditis (radang otot jantung).


Endokarditis (infeksi katup jantung). Perikarditis (peradangan pada
katup jantung). Meningitis (jika mengenai otak). Dermatitis (jika
mengenai kulit).
Penyakit GO ini dapat sembuh dengan baik apabila penderita
melakukan pengobatan yang efektif dan benar. Pengobatan yang
efektif dan benar tersebut adalah pengobatan yang dilakukan secara
rutin dan cepat yaitu belum menimbulkan komplikasi yang berat
seperti meningitis. Karena apabila telah sampai kepada tahap
tersebut maka hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kecacatan
bagi penderita.

11
d. Bartolinitis
Bartolinitis, yaitu membengkaknya kelenjar Bartholin sehingga
penderita sukar jalan karena nyeri.
 Komplikasi dapat ke atas menyebabkan kemandulan, bila ke
rongga perut menyebabkan radang di perut dan usus.
 Selain itu baik pada wanita atau pria dapat terjadi infeksi
sistemik (seluruh tubuh) ke sendi, jantung, selaput otak dan lain-
lain.
 Pada ibu hamil, bila tidak diobati, saat melahirkan mata bayi
dapat terinfeksi, bila tidak cepat ditangani dapat menyebabkan
kebutaan
 Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau beberapa
sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga
pergerakannya menjadi terbatas.
 Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya
bintik-bintik merah berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak
badan atau nyeri di beberapa sendi yang berpindah dari satu
sendi ke sendi lainnya (sindroma artritis-dermatitis).
 Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis). Infeksi pembungkus
hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang menyerupai
kelainan kandung empedu.
 Komplikasi yang terjadi bisa diatasi dan jarang berakibat fatal,
tetapi masa penyembuhan untuk artritis atau endokarditis
berlangsung lambat.

2.1.9 Penatalaksanaan
a. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
 Bahaya penyakit menular seksual
 Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
 Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan
seks tetapnya

12
 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai
kondom jika tidak dapat dihindari.
 Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.
b. Medikamentosa
 Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangan sensitif
terhadap penicilin, banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten.
Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap
merupakan pengobatan pilihan.
 Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit
ditambah 1 gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan
penicillin merupakan pengobatan yang memadai.
 Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten
dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM
untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
 Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan
meningitis gonokokus.

2.1.10 Pencegahan
a. Mengunakan kondom dan menghindari oral seksual dengan
pasangan yang tidak aman adalah cara sederhana yang dapat
meminimalkan tertularnya penyakit ini, namun demikian cara
pencegahan yang paling baik adalah jangan melakukan
hubungan seksual dengan pasangan yang tidak resmi
b. Jangan berganti-ganti pasangan

2.1.11 Prognosis
Prognosis pada penderita dengan gonore tergantung
cepatnya penyakit dideteksi dan diterapi. Penderita dapat sembuh
sempurna bila dilakukan pengobatan secara dini dan lengkap.
Tetapi jika pengobatan terlambat diberikan, maka kemungkinan
besar dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut.

13
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas
Nama, Umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.
b. Keluhan Utama
Biasanya nyeri saat kencing
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri,
daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri
dan kapan keluhan dirasakan.
d. Riwayat Penyakit Dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya,
(sinovitis, atritis)
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah dikeluarga klien ada yang menderita penyakit yang
sama dengan klien.
f. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Biasanya pasien tidak menyadari bahwa ia telah menderita penyakit
gonorhea. Dia akan menyadari setelah penyakit tersebut telah parah.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu, namun apabila infeksi
terjadi pada tenggrokan maka pasien akan merasakan nyeri pada
tenggorokannya sehingga ia akan sulit makan.
3) Pola eliminasi
Penderita akan mengalami gejala seperti desakan untuk berkemih, nyeri
ketika berkemih dan keluar cairan pada alat kelamin. Kaji frekwensi,
warna dan bau urin.
4) Pola latihan /aktivitas
Tanyakan bagaiman pola aktivitas klien. Biasanya aktivitas klien tidak
begitu terganggu.
5) Pola istirahat tidur
Perlu di kaji bagaimana kebiasaan pola tidur klien setiap harinya,
sebelum dan setelah sakit, biasanya klien akan mengaami gangguan

14
pola tidur karena proses inflamasi dan pembengkakan jika telah terjadi
komplikasi.
6) Pola persepsi kognitif
Biasanya pola ini tidak terganggu, namun apabila terjadi infeksi pada
mata pasien maka kita harus mengkaji peradangan pada konjunctiva
pasien.
7) Pola persepsi diri
Tanyakan kepada klien bagaimana ia memandang penyakit yang
dideritanya. Apakah klien bisa menerima dengan baik kondisi yang ia
alami saat ini. Tanyakan apakah sering merasa marah, cemas, takut,
depresi, karena terjadi perubahan pada diri pasien. Biasanya klien
merasa cemas dan takut terhadap penyakitnya.
8) Pola Koping dan toleransi stress
Kaji bagaimana pola koping klien, bagaimana tingkat stres klien,
apakah stres yang dialami mengganggu pola lain seperti pola tidur, pola
makan dan lain-lain. Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam
menghadapi masalah dan apakah tindakan tersebut efektif untuk
mengatasi masalah tersebut atau tidak. Apakah ada orang lain tempat
berbagi dan apakah orang tersebut ada sampai sekarang. Apakah ada
penggunaan obat untuk penghilang stress
9) Pola peran hubungan
Bagaimana peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Apakah
hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat. Apakah klien mampu
bergaul dengan masyarakat dengan baik. Tanyakan tentang sistem
pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll.
Biasanya klien merasa kesepian dan takut tidak diterima dalam
lingkungannya.
10) Pola reproduksi seksual
Perawat perlu mengkaji bagaimana pola reproduksi seksual klien.
Berapa jumlah anak klien. Tanyakan masalah seksual klien yang
berhubungan dengan penyakitnya.
11) Pola keyakinan
Tanyakan apa keyakinan atau agama klien, bagaimana aktivitas ibadah
klien, apakah klien taat beibadah. Tanyakan apakah ada pengaruh
agama dalam kehidupan.

2.2.2 Diagnosa

15
1. Nyeri akut b.d agen cedera (biologis,kimia,fisik,fsikologis)
2. Gangguan eliminasi urine b.d infeksi saluran kemih
3. Ansietas b.d stress,ancaman kematian
4. Gangguan pola tidur b.d gangguan (untuk tujuan
terapeutik,pemantauan, pemeriksaan laboratorium)
5. Defisiensi pengetahuan b.d keterbatasan kognitif
2.2.3 Intervensi
DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
NANDA NOC (NIC)
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Pain management
berhubugan asuhan keperawata -lakukn pngkajian nyeri secara
degan agen selama …x 24 jam konfrensif, durasi ,frekuesi,
cedera diharapkan nyeri kualitas da paktor fresisitasi
(biologis,zat pasien dapat -observasi reaksi nonverbal dari
kimia,fisik,fsi berkrang dengan ketidak nyamanan
klogis) criteria hasil: -gunakan teknik komunikasi
-Mampu mengontrol teraufetik untuk mengetahui
nyeri (tahu penyebab pengalaman nyeri pasien
nyeri , mampu
menggunakan teknik
nonfarmakologik
untuk mengurangi
nyeri, mencari
bantuan)
-melaorkan bahwa
nyeri berkurang
dngan menggunakan
manajemen nyeri
-mampu megenali
nyeri (skala,intesitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)

16
2. Gangguan Setelah dilakukan Urinary retention care
eliminasi urine asuhan keperawatan -memantau kegunaan obat
b.d infeksi selama …..x24jam dengan sifat antikolienergic
saluran kemih diharapjan psien tidak -memonitoring efek dari obat
mengalami gangguan obatan yang diiresepkan, seperti
eliminasi dengan kalsium cannel blocker dan
criteria hasil: antikoligenic
-bebas dari ISK -memantau asupan dan keluaaran
-balance cairan
seimbang
-intake cairan dalam
rentang normal

3. Ansietas Setelah diberikan Penurunan kecemasan


b.d asuhan keperawatan -gunakan
stress,anca selama….x24jam pendekatan,menenangkan
man diharapkan pasien tidak -nyatakan dengan jelas harapan
kematian mengalami ansietas terhadap pelaku pasien
dengan criteria hasil: -jelaskan semua prosedur dan apa
-klien mampu yang di rasakan selama prosedur
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas

17
-mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan teknik
untuk mengontrol
cemas
-vital sign dalam batas
normal

4.Gangguan pola Setelah dilakukan Sleep enhancement


tidur b.d gangguan asuhan keperawatan -determiasi efek efek medikasi
(untuk tujuan
selama ….x24jam terhadap pola tidur
terapeutik,
pemantauan, diharapkan pasien tidak -jelaskan pentingnya tidur yang
pemeriksaan mengalami gangguan adekuat
laboratoriun )
pola tidur degan kritria -ciptakan lingkungan yang
hasil: nyaman
-jumlah jam tidur dalam
batas normal 6-8
jam/hari
-pola tidur, kualitas
dalam batas normal
-perasaan segar sesudah
tidur /istirahat
5.defisiensi Setelah diberikan Teaching desase proses
pengetahuan b.d asuhan keperawatan -jelaskan patfisiologi dari
keterbatasan selaman….x24 jam penyakit dan bagaiana hal ini
kognitif diharapkan pasien tidak berhubungan dengan anatomi dan
mengalami defisiensi fisiologi dengan cara yang tepat.
pengetahuan dengan -gambarkan tanda dan gejala
kritria hasil: yang biasa muncul pada penyakit
-pasien dan keluarga dengn cara yang tepat
menyatakan paham -gambarkan proes penyakit

18
tentang penyakit, dengan cara yang tepat.
kondisi, prognosis dan
program pengobatan
-pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur yang dijelskan
secara benar
-pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat / tim
kesehatan lainnya

2.2.4 Implementasi
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang ditentukan
kemudian disesuaikan dengan respons dan kondisi klien saat itu.
Implementasi dilakukan dengan mengacu pada tujuan intervensi pada
setiap diagnosa.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dan
tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana
intervensi dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap
pengkajian, analisis, perencanaan, dan implementasi intervensi.
Evaluasi dibagi menjadi dua antara lain :
a. Evaluasi proses adalah aktivitas dari proses keperawatan dan hasil
kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus
dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
diimplementasikan untuk membantu menilai efektivitas intervensi

19
tersebut. Evaluasi proses harus terus menerus dilaksanakan hingga
tujuan yang telah ditentukan tercapai. Sistem penulisan atau
dokumentasi pada evaluasi proses ini dapat menggunakan sistem
SOAP atau model dokumentasi lainnya.
b. Evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien
pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan pada
akhir asuhan keperawatan secara paripurna. Evaluasi hasil bersifat
objektif, fleksibel, dan efesien.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau
gonorrhoea) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher
rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore
bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit
dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan
menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan
gangguan reproduksi.

20
Daftar Pustaka

Prof. DR. Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 3. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta.
Carpenito, Lynda J. 2001. Buku saku DIAGNOSA KEPERAWATAN Edisi
8.Penerbit buku kedokteran EGC.
Potter Patricia dan Anne G. Perry. Fundamental of Nursing. Jakarta : Salemba
Medika.

21

Anda mungkin juga menyukai