PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
maupun teks lisan yang merupakan ungkapan pikiran manusia. Bahasa yang
digunakan dalam teks mencerminkan ide, sikap dan nilai penggunanya karena
oleh kenyataan bahwa kemampuan menalar peserta didik Indonesia masih sangat
rendah.
(TIMSS) yang dilakukan oleh Agusrida pada tahun 2011, hanya lima persen
pemikiran, sedangkan sisanya 95 persen hanya sampai pada level menengah, yaitu
1
teks. (Agusrida, M.Pd. : Pembelajaran Bahasa Indonesia Dalam Kurikulum 2013:
dicapai siswa SMK kelas X semester I (ganjil) pada kurikulum 2013. Teks
hidup seseorang. Teks Anekdot ditulis secara singkat, pendek dan lucu tentang
berbagai topik seperti pendidikan, politik, hukum dan sebagainya. Umumnya teks
anekdot ditulis untuk memberikan sindiran kepada tokoh publik atau pelayanan
umum.
permasalahan perihal menulis teks anekdot. Siswa masih banyak yang mengalami
teks anekdot masih kurang. Saat proses pembelajaran menulis teks anekdot secara
dan menentukan bahan untuk menulis teks anekdot. Kepekaan siswa terhadap
kritis, logis, dan sistematis. Selain itu, kegiatan pembelajaran yang tidak
bervariasi kurang mendapat respon positif dari siswa yang sedang berada dalam
Keberadaan buku paket sebagai media bantu pelajaran belum berfungsi secara
optimal. Siswa cenderung malas membuka buku paket. Siswa akan membaca
buku paket jika guru meminta untuk membaca atau mengerjakan soal-soal yang
2
ada di dalamnya. Selain itu, kesulitan mencari media yang sesuai dengan
dapat dilihat pada hasil ulangan harian siswa. Hasil ulangan harian siswa
(KKM) dalam proses pembelajaran untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Hanya
30% siswa yang memenuhi ketuntasan belajar dalam menyusun dan menentukan
struktur teks anekdot. Kesulitan yang dialami oleh siswa terletak pada bagian
krisis teks anekdot. Krisis merupakan bagian yang menjelaskan mengenai masalah
utama dalam teks anekdot. Pada bagian krisis siswa sulit menemukan dan
menentukan ide untuk memberikan sindiran atau kritikan terhadap tokoh publik.
siswa yang masih rendah sehingga seringkali guru harus melakukan kegiatan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru mata
beberapa kendala. Guru masih dipengaruhi oleh kurikulum 2006 (KTSP). Guru
masih belum memahami dengan jelas apa yang diinginkan dari pembelajaran
bahasa Indonesia kurikulum 2013. Hal ini tentu akan berpengaruh pada aksi di
dalam kelas. Guru sendiri kurang menikmati proses mengajar dan akhirnya
3
menggunakan cara lama yakni metode ceramah. Penggunaan metode ini, kurang
hanya membagikan teks atau menampilkan teks sebagai media. Hasilnya, hanya
beberapa siswa yang benar-benar memperhatikan penjelasan dari guru. Hal ini
sebuah pembelajaran paling utama terletak pada guru. Selain berguna sebagai alat
kontrol, maka persiapan mengajar juga berguna sebagai pegangan bagi guru
sendiri. Salah satu persiapan yang harus disiapkan secara matang oleh guru adalah
Pemanfaatan media merupakan salah satu dari sekian banyak masalah dalam
Permasalahan ini relevan dengan bukti empiris yang terjadi di lapangan. Guru
Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2011: 3) mengatakan media apabila dipahami
secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi
Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.
4
Bang One adalah salah satu bentuk media penyiaran yang dijadikan sebagai
maskot berita di channel tv One. Tayangan Bang One dipilih karena Bang One
terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini tentu sejalan
dengan pengertian dan tujuan dari teks Anekdot. Beberapa alasan lain, Bang One
animasi melibatkan dua panca indra manusia yakni penglihatan dan pendengaran.
Dengan melibatkan dua panca indra tersebut fokus siswa akan lebih terarah
yang menarik, tayangan kartun Bang One juga dikemas dalam sajian ringan dan
ringkas sehingga siswa tidak akan merasa bosan dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran menulis saat ini lebih banyak disajikan dalam bentuk teori. Hal
ini menyebabkan kurangnya motivasi siswa dalam menulis. Siswa cenderung sulit
untuk menuangkan ide mereka dalam tulisan. Siswa pada tingkat sekolah
dan perasaannya secara tertulis. Guru sebagai pengembang ilmu, sangat penting
yang baik dapat dilihat dari suasana kelas yang kondusif serta terjadinya interaksi
antara siswa dan guru. Pembelajaran akan menjadi lebih menarik jika memberikan
karena itu, penulis tertarik untuk mengambil judul Pengaruh Media Kartun
5
1.2 Rumusan Masalah
Bang One di channel tv One terhadap kemampuan menulis teks Anekdot siswa
terhadap kemampuan menulis teks Anekdot siswa kelas X-B SMKN 8 Mataram.
2. Menambah variasi sumber belajar yang menarik bagi siswa yang dapat
6
1.5 Hipotesis Penelitian
maka akan ada pengaruh kemampuan menulis teks anekdot siswa berlangsung
dengan efektif.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
belum ada penelitian yang mengambil secara khusus media kartun Bang One.
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain, penelitian yang
terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas VII SMPN 6 Banjarmasin. Metode
signifikan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan dan tidak
hasil belajar siswa di kelas yang menggunakan media pembelajaran film animasi
sebelum dan sesudah perlakuan, 4) Ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa
antara kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan media pembelajaran film
8
siswa antara kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan media
satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen, sedangkan penelitian ini
mengambil media berbasis kartun bang One. Perbedaannya juga terdapat pada
objek yang diambil, penelitian terdahulu memfokuskan pada hasil belajar pada
Media Pembelajaran teks Anekdot Berbasis Animasi Pada Siswa Kelas X Sekolah
pada siswa kelas X SMK serta bagaimana hasil validasi pengembangan media
9
pembelajaran berbasis animasi untuk membelajarkan materi teks anekdot pada
siswa kelas X SMK. Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu mendeskripsikan
yakni teks Anekdot. Perbedaannya terletak pada tujuan dari penelitian. Penelitian
animasi apakah bisa digunakan sebagai media atau tidak. Penelitian ini bertujuan
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Weni dan Sri (2015) dengan judul
cerita menggunakan media film kartun dan cara mengatasinya pada siswa kelas V
10
SDN Takeran Magetan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berupa
pelaksanaan pembelajaran oleh guru sebesar 92% dan skor ketercapaian sebesar
69. Sedangkan ketuntasan klasikal kelas sebesar 60% dengan rata-rata ketuntasan
belajar sebesar 77,6. Pada siklus II, hasil penelitian mengalami kenaikan, yaitu
skor ketercapaian sebesar 89,5. Sedangkan ketuntasan klasikal kelas sebesar 85%
dengan rata-rata ketuntasan belajar sebesar 80,35. Hasil pada siklus II telah
Penelitian yang dilakukan oleh Weni dan Sri menggunakan media film kartun
tapi tidak mengkhususkan media film apa yang dipakai. Penelitian ini juga
dengan penelitian yang dilakukan oleh Weni dan Sri dilihat dari persamaan jenis
media yaitu media animasi. Selain itu, fokus keterampilan dalam penelitian Weni
11
meningkatkan kemampuan siswa SMPN 3 Kopang Lombok Tengah kelas VIII-A
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 4 tahapan, yaitu dimulai dari
dilanjutkan dengan langkah yang serupa pada siklus berikutnya. Hasil yang
didapatkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan berbicara siswa
SMP Negeri 3 Kopang Lombok tengah kelas VIII-A dapat dinyatakan meningkat,
yaitu 60,71% pada siklus I dan 92,85% pada pelaksanaan siklus II. Penggunaan
media kartun sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran bukan hanya
meningkat.
Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan. Media adalah segala sesuatu yang dapat
12
digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran) yang merangsang
media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun suatu kondisi atau
Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.
Sejalan dengan pendapat di atas, Gagne’ dan Briggs (dalam Arsyad, 2011:4)
secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara
fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari
buku, tape recorder, kaset, video, camera, video recorder, film, slide (gambar
bingkai), foto, gambar, grafik, TV, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah
semua komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
dimaksud dengan media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses
13
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
penyampaian pesan atau isi. Di samping itu, media pembelajaran juga dapat
Levie dan Letz (1982) yang dikutip oleh Kustandi dan Sucipto (2011: 19)
b. Fungsi afektif, media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa
ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang
visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang
14
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
siswa yang lemah dan lambat menerima serta memahami isi pelajaran yang
penyampaian pesan pembelajaran, guru harus pandai memililih “bahasa apa” yang
teknologi. Teknologi paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah
sistem percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanistik. Kemudian, lahir
1. Media Visual
Selain itu, fungsi media visual juga berfungsi untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, menggambarkan fakta yang mungkin dapat mudah untuk
15
dicerna, dan diingat jika disajikan dalam bentuk visual. Jenis-jenis media visual
antara lain: Gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, dan
lain-lain.
2. Media Audio
pesan dalam bentuk auditif (pita suara atau piringan suara) yang dapat
proses belajar-mengajar (Sudjana, 2011: 129). Jenis-jenis media audio antara lain:
Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi
kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media audio visual
merupakan sebuah alat bantu audio visual yang dipergunakan dalam situasi
belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan
pengetahuan, sikap, dan ide. Jenis-jenis media audio visual antara lain: Film
4. Media Multimedia
dua elemen atau lebih media. Media multimedia meliputi teks, gambar, grafik,
foto, suara, film, dan animasi secara terintegrasi. Menurut Rosch (dalam Kustandi,
2011: 68) multimedia merupakan kombinasi dari komputer dan video. Contoh
16
dari media multimedia antara lain teks, hyper teks, gambar, gambar berbasis
linier adalah film. Sedangkan multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang
dilengkapi dengan alat pengontrol (atau alat bantu berupa komputer, mouse,
animasi Bang One termasuk ke dalam jenis media multimedia berbasis animasi.
Multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh
user, sehingga dapat memilih sesuatu yang dikehendaki. Artinya, media tersebut
Media Animasi adalah media berupa gambar yang bergerak disertai dengan
terlepas dari alat bantu komputer. Animasi dapat diperoleh melalui grafik tiga
17
dimensi dan dua dimensi. Penggunaan animasi dengan bantuan komputer sebagai
dan merangsang siswa untuk merespon dengan adanya warna, musik, dan grafik.
Media animasi dapat menunjukan perubahan dari waktu ke waktu seperti sebuah
proses (Utami, 2007). Sehingga dapat diartikan media animasi merupakan media
penting dari multimedia. Animasi dapat digunakan secara tepat, dengan adanya
media animasi dalam kegiatan pembelajaran, akan membuat siswa lebih lama
memori otak, pengetahuan awal mengenai konsep yang akan dijelaskan. Lowe
18
memahami materi. Keefektifan media animasi juga dipengaruhi oleh perancangan
pembelajaran di sekolah namun pasti ada kelebihan dan kekurangan yang di miliki
oleh media animasi tersebut sebagai sebuah karakteristik dari media animasi itu
sendiri. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang di miliki oleh media
animasi yaitu :
visual dan dinamis. Ini dapat membuat hubungan atau kaitan mengenai suatu
konsep lebih mudah untuk dipetakan ke dalam pikiran peserta didik dan
penggunaan media yang lain. Peserta didik juga memberikan ingatan yang
lebih lama kepada media yang bersifat dinamis dibanding media yang bersifat
statik.
19
akan membantu dalam proses mengurangkan beban kognitif peserta didik
demonstrasi.
Media animasi membutuhkan peralatan yang khusus. Materi dan bahan untuk
animasi sulit untuk dirubah jika sewaktu-waktu terdapat kekeliruan atau informasi
yang ada di dalamnya. Animasi juga dapat mengalihkan perhatian dari subtansi
materi yang di sampaikan ke hiasan animatif yang justru tidak penting. Maka dari
itu, guru harus teliti katika memilih media animasi yang akan digunakan.
Menurut KBBI (laring) kartun adalah film yang menciptakan khayalan gerak
berlaku (terutama mengenai politik). Bang One merupakan maskot dari stasiun
televisi swasta, TV One. Bang One Show merupakan editorial policy dalam
Redaksi News TV One yang menggunakan animasi kartun. Bang One Show yang
masalah-masalah sosial serta isu nasional yang berkembang saat ini kepada
seluruh masyarakat Indonesia. Acara ini dipandu oleh sebuah kartun animasi yang
20
Bang One Pertama kali tampil pada tanggal 4 Maret 2008. Karakter bang One
ini diciptakan oleh tim kreatif dari gabungan karikaturis yang dipimpin oleh
Boyke Nathanael Sandroto, Rahmat Riyadi, dan Syarif Hidayat. Pertama kali
diciptakan sebagai bagian dari tajuk pemberitaan yang disampaikan pada setiap
akhir penayangan berita di TV One. Bang One hanya berupa kartun bisu yang
dialognya ditampilkan dalam balon kata. Isi dari animasi ini biasanya merujuk
pada peristiwa yang sedang hangat dibicarakan saat itu. Di akhir acara, Bang One
biasanya akan memberi tanggapan dan sindiran dari peristiwa tersebut. Hingga
saat ini karakter ini telah mengisi rubrik "Kabar Bang One" yang diselipkan pada
setiap program berita TV One. Selain itu, Bang One juga telah dipercaya untuk
memiliki program acara sendiri yakni "Bang One Show" yang ditayangkan pada
akhir pekan.
Durasi penayangan Bang One hanya beberapa menit di setiap berita pada
Channel TV ONE. Bang One adalah sosok yang lengkap. Dia menjadi sebuah
video jurnalis yang turun langsung ke lapangan memotret fenomena aktual. Dia
juga menjadi seorang presenter berita handal tanpa melupakan komentarnya yang
Bang One dibuat seolah-olah hidup. Metode penyajian yang menarik serta
pembahasan materi yang jelas menjadikan tayangan ini tidak membosankan. Bang
dengan realita yang ditampilkan. Selain itu, kartun Bang One yang membahas
21
2.2.7 Teks Anekdot
menggelikan (Humor) atau sesuatu yang jenaka. Teks Anekdot adalah cerita
sebenarnya.
Ada pengertian lain yang menyatakan bahwa anekdot dapat merupakan cerita
rekaan yang tidak harus didasarkan pada kenyataan yang terjadi di masyarakat,
yang menjadi partisipan atau pelaku di dalamnya pun tidak harus orang penting.
Teks anekdot juga dapat berisi peristiwa-peristiwa yang membuat jengkel atau
konyol bagi partisipan yang mengalaminya. Perasaan jengkel dan konyol seperti
itu merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan antara
nyaman dan tidak nyaman, puas dan frustrasi, serta tercapai dan gagal. (Maryanto,
2013: 112)
Pada umumnya teks anekdot terdiri dari lima bagian atau struktur generik.
Lima bagian tersebut antara lain abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.
tentang isi teks. Biasanya bagian ini menunjukkan hal unik yang akan ada
di dalam teks.
22
2. Orientasi adalah bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar
3. Krisis adalah bagian yang menunjukkan terjadi hal atau masalah yang unik
atau tidak biasa yang terjadi pada si penulis atau orang yang diceritakan.
4. Reaksi adalah bagian bagaimana cara penulis atau orang yang ditulis
krisis.
5. Koda merupakan bagian akhir dari cerita unik tersebut. Bisa juga dengan
yang ditulis.
1. Menentukan topik
Topik adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau
lebih dikenal dengan topik pembicaraan. Topik adalah hal yang pertama kali
Bahan yang diperoleh bisa menulis teks Anekdot berupa buku, majalah, koran,
(eksplisit).
23
4. Menentukan unsur lucu/konyol/jengkel
Unsur lelucon yang terdapat dalam teks Anekdot adalah unsur lucu yang
membuat perasaan menjadi jengkel atau konyol. Selain lucu, juga berisi kritikan/
Alur dalam teks anekdot harus sesuai dengan struktur teks anekdot, yaitu
24
dengan alat makan anti pecah
replika meja.
Pola
7. Narasi
penyajian
25
ruangan, tempat sang kakek makan sendirian. Mereka
buat ayah dan ibu bila aku besar nanti”. Ayah anak kecil itu
langsung terdiam.
kembali diajak makan di meja yang sama. Tak akan ada lagi
ternoda kuah.
26
2.2.9 Ciri Kebahasaan Teks Anekdot
layanan publik di bidang politik, sosial, dan lingkungan. Sindiran atau kritikan
yang dikemas dengan cerita yang lucu dan menggelitik membuat orang mudah
menerima kritikan sambil tertawa. Untuk memperoleh sindiran yang halus, bahasa
(ungkapan).
27
Orang pintar dikatakan bodoh dan orang bodoh dikatakan pintar (antonim)
6. Pernyataan retoris
7. Konjungsi
Konjungsi adalah kata hubung. Kata hubung yang sering digunakan dalam
setelah, lalu, kemudian dan sebab-akibat yaitu, maka, karena, oleh sebab
28
BAB III
METODE PENELITIAN
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang
dipilih dalam penelitian ini adalah eksperimen semu atau Quasi Experimental
posttest.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan satu kelompok kelas, yaitu kelas
Keterangan :
Kelas Eksperimen O1 X O2
O1 : Tes awal (pretest) pada kelompok kelas eksperimen
29
X : Perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan media kartun
Bang One (Arikunto, 2016: 212)
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 8 Mataram. Lokasi
sekolah Jl. Jend. Sudirman No.8, Rembiga, Selaparang, Kota Mataram, Nusa
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 8 Mataram yang terdiri
2. X-B Farmasi 32
3. X-C Farmasi 32
4. X-D Keperawatan 33
5. X-E Keperawatan 32
6. X-F Keperawatan 33
30
7. X-G Keperawatan 32
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
berikut : 1) siswa-siswi pada kelas ini merupakan siswa-siswi yang berada pada
tingkat sedang; 2) kelas ini terdiri dari dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan
tinggi dan kemampuan rendah. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
8 22 30
dapat dipercaya agar data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk
menjawab masalah penelitian atau untuk menguji hipotesis (Sudjana, 2011: 83).
31
Berdasarkan definisi tersebut data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data pretest dan posttest kelas eksperimen. Sedangkan yang menjadi sumber data
dalam penelitian ini adalah hasil pretest dan posstest siswa kelas X-B SMK
Negeri 8 Mataram.
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
penelitian ini ditentukan dua variabel, yaitu variabel bebas (variabel independen)
1) Variabel Bebas
dependen (terikat). Variabel bebas pada penelitian ini yaitu media kartun Bang
2) Variabel Terikat
terikat pada penelitian ini yaitu kemampuan menulis siswa kelas X-B SMKN 8
Mataram.
32
3.6 Definisi Operasional Variabel
Bang One adalah kartun animasi yang ditayangkan pada channel tv One yang
pembelajaran adalah alat untuk memperjelas bahan pembelajaran pada saat guru
kegiatan penugasan dan latihan, penilaian, serta referensi yang dapat digunakan
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes dapat
penguasaan objek ukur terhadap seperangkat konten atau materi tertentu. (Djaali,
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
33
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemampaun menulis
siswa kelas X-B materi teks anekdot dengan media pembelajaran kartun Bang
One di channel tv One. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bentuk tes uraian. Bentuk tes uraian atau esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang
bahasa sendiri. Dalam bentuk tes uraian itu perserta didik dituntut berpikir tentang
dan mempergunakan apa yang diketahui yang berkenaan dengan pertanyaan yang
Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi karena data
pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data sangat menentukan
bermutu tidaknya hasil penelitian, sedangkan benar tidaknya data bergantung pada
baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Instumen yang baik setidaknya harus
3.9.1 Validitas
2009:12) Sebuah tes bisa dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang hendak
diukur. Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak harus dilakukan melalui
penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili
34
secara proporsional. Instrumen berupa tes tertulis dibandingkan dengan
(construck validity) dan validitas isi (content validity). Untuk menguji validitas
konstrak dapat digunakan pendapat ahli (judgment experts). Para ahli yang
bidang ilmu yang akan diuji validitasnya, apakah tes yang diteskan (Nurgiyantoro,
2017:98). Sedangkan validitas isi merujuk pada pengertian bahwa apakah alat tes
itu mempunyai kesejajaran atau kesesuaian dengan tujuan dan deskripsi bahan
3.9.2 Reliabilitas
andal (reliable) akan menghasilkan data yang andal juga (dapat dipercaya),
yang digunakan merupakan perintah membuat karangan karena itu penelitian ini
apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur sesuatu yang
35
Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari nilai tes
awal (pr-etest) dan nilai tes akhir (post-test) yang diberikan kepada sampel
berikut :
𝐷
𝑡 =
2 (∑𝐷)2
√∑𝐷 − 𝑁
𝑁(𝑁−)
𝐷 : (difference), perbedaan antara skor tes awal dengan skor tes akhir untuk
setiap individu
D2 : kuadrat dari D
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan penggunaan media
kartun Bang One di channel tv one dalam pembelajaran kemampuan menulis teks
anekdot siswa kelas X-B SMK Negeri 8 Mataram. Data-data penelitian ini
diperoleh dari skor pretest untuk mengetahui kemampuan menulis teks anekdot
awal siswa dan skor posttes untuk mengetahui kemampuan menulis teks anekdot
(pretest)
pembelajaran menulis teks anekdot pada kelas eksperimen (pretest). Kelas ini
terdiri dari 32, siswa laki-laki sebanyak 8 siswa dan siswa perempuan sebanyak 24
masing pertemuan :
1) Pertemuan pertama
37
peneliti mempertanyakan keadaan siswa, peneliti memeriksa kehadiran
siswa dan ada satu orang siswa yang tidak hadir pada hari itu. Peneliti
kerja untuk pretest. Ciri pertemuan pertama ini adalah tidak diberikan
saja siswa sudah mengetahui apa itu teks anekdot dan bagaimana ciri-
cirinya.
nilai dari pretest. Nilai pretest lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1
Tabel 4.1
38
12. HANI SUMAYYAH 3 3 3 3 2 14 70
13. HAPIZ ALPAN ALVARIZI 2 2 2 1 2 9 45
14. HIDAYATUL AINI 3 3 3 3 3 15 75
15. I WAYAN ANGGA 4 2 3 3 2 14 70
PRATAMA PUTRA
16. INTAN ANDINI 2 3 2 2 2 11 55
17. IVAN IRWANSYAH 2 1 1 2 3 9 45
18. MUHAMMAD RAHUL 1 1 1 1 2 6 30
19. NAUFAL RISWANDA 2 1 3 2 2 10 50
MALIKI
20. NI KADEK RAHAYU 4 4 3 3 3 17 85
PURNAMI SANTI D.
21. NI PUTU NOVA PRAHAS 1 2 2 3 2 10 50
SISKA
22. NI PUTU WIDIANTARI 3 2 3 3 2 13 65
23. PRAYOGI ANUGRAH 3 2 3 2 3 13 65
ARTA EKA S.
24. PRIHASTUTI FEBRIANA 3 2 2 3 3 13 65
WIBOWO
25. RINDY AYU HARTATI 3 3 4 3 3 16 80
26. ROHMAYUNI 2 2 2 3 2 11 55
27. ROY SAGITA R. 3 2 2 3 2 12 60
PRATAMA
28. SITI ANDRIANI 3 3 2 3 2 13 65
29. TANIA TRI 4 4 3 4 3 18 90
ROSYANTITA
30. WANDA NOVIANTY 2 1 1 1 2 7 35
Jumlah nilai 85 71 72 79 72 379 1895
Rata-rata (mean)
Skor tertinggi
Skor terendah
Mode
Standar deviasi
Keterangan :
1. Kesesuaian isi dengan tema
2. Kelucuan
3. Sindiran
4. Kelengkapan struktur teks
39
5. Ketetapan penggunaan bahasa
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, hasil pretest tertinggi 18 dengan nilai 90 dan
skor terendah 6 dengan nilai 30. Melalui perhitungan spss versi 21 diketahui skor
rata-rata (mean) yang dicapai saat pretest sebesar ….; mode sebesar….; skor
skor pretest kemampuan menulis teks anekdot dapat dilihat pada table 4.2 sebagai
berikut.
Tabel 4.2
Distribusi frekuensi skor pretest kemampuan menulis teks anekdot
skor 6 ada satu orang, siswa yang mendapat skor 7 ada 2 orang, siswa yang
mendapat skor 9 ada 2 orang, siswa yang mendapat skor 10 ada 1 orang, siswa
yang mendapat skor 11 ada 2 orang, siswa yang mendapat skor 12 ada 4 orang,
siswa yang mendapat skor 13 ada 6 orang, siswa yang mendapat skor 14 ada 3
40
orang, siswa yang mendapat skor 15 ada 3 orang, siswa yang mendapat skor 1
orang, siswa yang mendapat skor 16 ada 1 orang, siswa yang mendapat skor 17
pemerolehan nilai kemampuan menulis teks anekdot siswa juga dapat dilihat dari
aspek yang dinilai. Berikut akan dipaparkan pemerolehan nilai pretest per-aspek
sebagai berikut :
Berdasarkan aspek yang kedua, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yang
3. Kandungan amanat
41
Berdasarkan aspek yang ketiga, dapat diketahui skor tertinggi 4 diperoleh
2) Pertemuan kedua
do’a. Peneliti memeriksa daftar hadir siswa dan semua siswa hadir pada
hari itu. Peneliti menampilkan media kartun bang one, siswa diminta
3) Pertemuan ketiga
do’a. peneliti mengecek kehadiran siswa dan ada satu orang siswa yang
42
menanyangkan video kartun bang one. setelah itu, peneliti membagikan
meminta siswa untuk menulis teks anekdot berdasarkan video yang telah
ditampilkan.
Tabel 4.3
43
22. NI PUTU WIDIANTARI 4 3 3 3 2 15 75
23. PRAYOGI ANUGRAH 4 3 3 3 2 15 75
ARTA EKA S.
24. PRIHASTUTI FEBRIANA 3 3 2 3 2 13 65
WIBOWO
25. RINDY AYU HARTATI 3 3 2 2 2 12 60
26. ROHMAYUNI 3 2 2 3 2 12 60
27. ROY SAGITA R. PRATAMA 4 3 3 4 3 17 85
28. SITI ANDRIANI 4 3 3 3 2 15 75
44
29. 4 3 3 4 3 17 85
45
Rata-rata (mean) 79
Skor tertinggi 95
Skor terendah 60
Skor tengah (median) 80
Mode
Standar deviasi 9,68468
dan skor terendah 12 dengan nilai 60. Melalui perhitungan computer dengan
program spss versi 22 diketahui bahwa skor rata-rata (mean) yang dicapai saat
pos-test sebesae 79,000; skor tertinggi 95; skor terendah 60; skor tengah 80; mode
Tabel 4.4
Distribusi frekuensi skor posttest kemampuan menulis teks anekdot
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh jumlah seluruh nilai 2370 dengan siswa yang
tuntas 23 orang.
46
DAFTAR PUSTAKA
Agus Rida, M.Pd : Pembelajaran Bahasa Indonesia Dalam Kurikulum 2013
Sebuah Kajian Dalam Mata Diklat Penerapan Kurikulum
2013.Widyaiswara BDK Padang.
Anita, Ria. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Teks Anekdot Berbasis
Animasi Pada Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan. Bandar Lampung :
Universitas Lampung.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2016. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Hariani, Sri dan Weni Tria Anugrah Putri. 2015. Penggunaan Media Film Kartun
Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Di Sekolah Dasar.
Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
Bahasa Indonesia. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia. Jakarata : Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Komsiyah, Indah. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Teras
Kustandi, Cecep dan Bambang Sutjipto. 2011. Media Pembelajaran Manual dan
Digital. Bogor : Ghalia Indonesia.
Maryanto, dkk. 2013. Buku Guru Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud.
47
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2011. Media Pembelajaran. Bandung : Sinar
Baru Algensindo.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
http://multimediapembelajaran2012c.blogspot.co.id/2015/04/v-
behaviorurldefaultvmlo_10.html, Animasi sebagai media pembelajaran. Diunduh
pada 24 Agustus 2017 21.15 WITA.
48