Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 berorientasi pada

pembelajaran berbasis teks. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang

mengungkapkan makna secara kontekstual. Teks dapat berwujud teks tertulis

maupun teks lisan yang merupakan ungkapan pikiran manusia. Bahasa yang

digunakan dalam teks mencerminkan ide, sikap dan nilai penggunanya karena

bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Dalam

kurikulum 2013, pembelajaran Bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana untuk

mengembangkan kemampuan dan keterampilan menalar. Hal ini dilatarbelakangi

oleh kenyataan bahwa kemampuan menalar peserta didik Indonesia masih sangat

rendah.

Berdasarkan studi Trends in International Mathematics and Science Study

(TIMSS) yang dilakukan oleh Agusrida pada tahun 2011, hanya lima persen

peserta didik Indonesia yang mampu memecahkan persoalan yang membutuhkan

pemikiran, sedangkan sisanya 95 persen hanya sampai pada level menengah, yaitu

memecahkan persoalan yang bersifat hafalan. Ini membuktikan, bahwa

pendidikan Indonesia baru berada pada tatanan konseptual. Untuk itu,

pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu solusi, yaitu dengan

menjadikan bahasa sebagai penghela ilmu pengetahuan dan pembelajaran berbasis

1
teks. (Agusrida, M.Pd. : Pembelajaran Bahasa Indonesia Dalam Kurikulum 2013:

Sebuah Kajian Dalam Mata Diklat Penerapan Kurikulum 2013 )

Memproduksi teks anekdot merupakan satu diantara kompetensi yang harus

dicapai siswa SMK kelas X semester I (ganjil) pada kurikulum 2013. Teks

anekdot merupakan sebuah karangan cerita atau kisah berdasarkan pengalaman

hidup seseorang. Teks Anekdot ditulis secara singkat, pendek dan lucu tentang

berbagai topik seperti pendidikan, politik, hukum dan sebagainya. Umumnya teks

anekdot ditulis untuk memberikan sindiran kepada tokoh publik atau pelayanan

umum.

Berdasarkan hasil observasi di SMKN 8 Mataram ditemukan beberapa

permasalahan perihal menulis teks anekdot. Siswa masih banyak yang mengalami

kesulitan dalam memproduksi teks anekdot. Pengetahuan siswa dalam menyusun

teks anekdot masih kurang. Saat proses pembelajaran menulis teks anekdot secara

tertulis berlangsung, sebagian besar siswa mengalami kesulitan ketika mencari

dan menentukan bahan untuk menulis teks anekdot. Kepekaan siswa terhadap

kreativitasnya sangat rendah padahal teks anekdot membutuhkan penalaran yang

kritis, logis, dan sistematis. Selain itu, kegiatan pembelajaran yang tidak

bervariasi kurang mendapat respon positif dari siswa yang sedang berada dalam

tataran usia remaja.

Keberadaan buku paket sebagai media bantu pelajaran belum berfungsi secara

optimal. Siswa cenderung malas membuka buku paket. Siswa akan membaca

buku paket jika guru meminta untuk membaca atau mengerjakan soal-soal yang

2
ada di dalamnya. Selain itu, kesulitan mencari media yang sesuai dengan

karakteristik pembelajaran serta waktu persiapan mengajar yang terbatas menjadi

alasan guru dalam penggunaan media pembelajaran. Berbagai permasalahan

tersebut turut berpengaruh terhadap tingkat perhatian siswa.

Rendahnya kemampuan siswa SMKN 8 Mataram dalam menulis teks anekdot

dapat dilihat pada hasil ulangan harian siswa. Hasil ulangan harian siswa

memperlihatkan sekitar 70% siswa masih di bawah kriteria ketuntasan minimal

(KKM) dalam proses pembelajaran untuk mata pelajaran bahasa Indonesia. Hanya

30% siswa yang memenuhi ketuntasan belajar dalam menyusun dan menentukan

struktur teks anekdot. Kesulitan yang dialami oleh siswa terletak pada bagian

krisis teks anekdot. Krisis merupakan bagian yang menjelaskan mengenai masalah

utama dalam teks anekdot. Pada bagian krisis siswa sulit menemukan dan

menentukan ide untuk memberikan sindiran atau kritikan terhadap tokoh publik.

Berbagai permasalahan tersebut turut berpengaruh terhadap kemampuan menulis

siswa yang masih rendah sehingga seringkali guru harus melakukan kegiatan

remedial untuk mengatasinya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru mata

pelajaran Bahasa Indonesia SMKN 8 Mataram, diketahui guru masih mengalami

beberapa kendala. Guru masih dipengaruhi oleh kurikulum 2006 (KTSP). Guru

masih belum memahami dengan jelas apa yang diinginkan dari pembelajaran

bahasa Indonesia kurikulum 2013. Hal ini tentu akan berpengaruh pada aksi di

dalam kelas. Guru sendiri kurang menikmati proses mengajar dan akhirnya

3
menggunakan cara lama yakni metode ceramah. Penggunaan metode ini, kurang

melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

SMKN 8 Mataram sudah tersedia LCD sebagai sarana untuk memudahkan

ketika guru mengajar. Namun, guru kurang memanfaatkannya. Guru terkadang

hanya membagikan teks atau menampilkan teks sebagai media. Hasilnya, hanya

beberapa siswa yang benar-benar memperhatikan penjelasan dari guru. Hal ini

diduga karena siswa menganggap pembelajaran bahasa Indonesia membosankan

dan kurang menarik.

Dalam proses pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia, guru harus

membuat persiapan dengan penuh pertimbangan. Keberhasilan pelaksanaan

sebuah pembelajaran paling utama terletak pada guru. Selain berguna sebagai alat

kontrol, maka persiapan mengajar juga berguna sebagai pegangan bagi guru

sendiri. Salah satu persiapan yang harus disiapkan secara matang oleh guru adalah

media yang akan digunakan dalam pembelajaran.

Pemanfaatan media merupakan salah satu dari sekian banyak masalah dalam

pembelajaran di sekolah termasuk pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Permasalahan ini relevan dengan bukti empiris yang terjadi di lapangan. Guru

cenderung pasif dan mengabaikan pemanfaatan media dalam proses pembelajaran.

Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2011: 3) mengatakan media apabila dipahami

secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi

yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

4
Bang One adalah salah satu bentuk media penyiaran yang dijadikan sebagai

maskot berita di channel tv One. Tayangan Bang One dipilih karena Bang One

mengedepankan pandangan-pandangan yang berupa kritik maupun masukan

terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini tentu sejalan

dengan pengertian dan tujuan dari teks Anekdot. Beberapa alasan lain, Bang One

menggunakan format animasi kartun yang menarik berbasis multimedia. video

animasi melibatkan dua panca indra manusia yakni penglihatan dan pendengaran.

Dengan melibatkan dua panca indra tersebut fokus siswa akan lebih terarah

terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Bang One memiliki karakteristik

yang menarik, tayangan kartun Bang One juga dikemas dalam sajian ringan dan

ringkas sehingga siswa tidak akan merasa bosan dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran menulis saat ini lebih banyak disajikan dalam bentuk teori. Hal

ini menyebabkan kurangnya motivasi siswa dalam menulis. Siswa cenderung sulit

untuk menuangkan ide mereka dalam tulisan. Siswa pada tingkat sekolah

menengah atas seharusnya sudah lebih dapat mengekspresikan gagasan, pikiran,

dan perasaannya secara tertulis. Guru sebagai pengembang ilmu, sangat penting

sekali untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat. Pembelajaran

yang baik dapat dilihat dari suasana kelas yang kondusif serta terjadinya interaksi

antara siswa dan guru. Pembelajaran akan menjadi lebih menarik jika memberikan

kemudahan pada siswa dalam menangkap pelajaran yang disampaikan. Oleh

karena itu, penulis tertarik untuk mengambil judul Pengaruh Media Kartun

Sindiran “Bang One” Di Channel tv One Terhadap Kemampuan Menulis Teks

Anekdot Pada Siswa Kelas X-B Di SMKN 8 Mataram.

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh media kartun

Bang One di channel tv One terhadap kemampuan menulis teks Anekdot siswa

kelas X-B SMKN 8 Mataram ?

1.3 Tujuan Penelitian

Mendeskripsikan pengaruh media kartun Bang One di channel tv One

terhadap kemampuan menulis teks Anekdot siswa kelas X-B SMKN 8 Mataram.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi penelitian di bidang

pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya mengenai penggunaan

media dalam pembelajaran memahami struktur teks anekdot.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan alternatif pemecahan masalah tentang media

pembelajaran teks anekdot.

2. Menambah variasi sumber belajar yang menarik bagi siswa yang dapat

digunakan baik secara mandiri maupun bersama kelompok belajarnya

dalam proses pembelajaran untuk mencapai penguasaan konsep.

6
1.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Jika media kartun “Bang One” Di Channel tv One diterapkan dalam

pembelajaran bahasa Indonesia di Kelas X-B SMKN 8 Mataram dengan tepat

maka akan ada pengaruh kemampuan menulis teks anekdot siswa berlangsung

dengan efektif.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan media dalam proses

pembelajaran sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Namun,

belum ada penelitian yang mengambil secara khusus media kartun Bang One.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain, penelitian yang

dilakukan oleh Muhammad dengan judul “Pengaruh Pemanfaatan Media

Pembelajaran Film Animasi Terhadap Hasil Belajar” (2011) Penelitian ini

mengkaji tentang pengaruh pemanfaatan media pembelajaran film animasi

terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas VII SMPN 6 Banjarmasin. Metode

penelitian yang digunakan metode kuantitatif dalam bentuk kuasi eksperimen

dengan dsesain Nonequivalent Control Group Design.

Hasil temuan yang dilakukan oleh Muhammad : 1) Tidak ada perbedaan

signifikan hasil belajar siswa antara kelas yang menggunakan dan tidak

menggunakan media pembelajaran film animasi sebelum perlakuan, 2) Ada

perbedaan hasil belajar siswa di kelas yang tidak menggunakan media

pembelajaran film animasi sebelum dan sesudah perlakuan, 3) Ada perbedaan

hasil belajar siswa di kelas yang menggunakan media pembelajaran film animasi

sebelum dan sesudah perlakuan, 4) Ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa

antara kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan media pembelajaran film

animasi setelah perlakuan, 5) Ada perbedaan peningkatan (gain) hasil belajar

8
siswa antara kelas yang menggunakan dan tidak menggunakan media

pembelajaran film animasi, dan 6) Kendala yang ditemui terkait dengan

pemanfaatan media pembelajaran film animasi dalam proses pembelajaran yakni:

a) kurangnya kompetensi guru dalam merancang dan mengelola penggunaan

media dalam kegiatan pembelajaran dan b) keterbatasan muatan materi film

animasi yang tidak sepenuhnya mampu mengakomodir kebutuhan pembelajaran.

Penelitian terdahulu dan penelitian ini memiliki persamaan pada jenis

penelitian. Menggunakan penelitian kuantitatif berbasis Quasi Experimental

desaign. Namun, desain yang digunakan berbeda. Penelitian oleh Muhammad

menggunakan desain Nonequivalent Control Group Design dengan menggunakan

satu kelas kontrol dan satu kelas eksperimen, sedangkan penelitian ini

menggunakan One Group pretest-posttest dengan menggunakan satu kelas yakni

kelas eksperimen saja. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad juga

menggunakan pemanfaatan film animasi sedangakan penelitian ini secara khusus

mengambil media berbasis kartun bang One. Perbedaannya juga terdapat pada

objek yang diambil, penelitian terdahulu memfokuskan pada hasil belajar pada

mata pelajaran IPS sedangkan penelitian ini mengambil objek kemampuan

menulis teks anekdot pada siswa kelas X.

Penelitian yang dilakukan oleh Ria (2016) dengan judul “Pengembangan

Media Pembelajaran teks Anekdot Berbasis Animasi Pada Siswa Kelas X Sekolah

Menengah Kejuruan” Penelitian ini membahas bagaimana spesifikasi produk

media pembelajaran berbasis animasi untuk membelajarkan materi teks anekdot

pada siswa kelas X SMK serta bagaimana hasil validasi pengembangan media

9
pembelajaran berbasis animasi untuk membelajarkan materi teks anekdot pada

siswa kelas X SMK. Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu mendeskripsikan

spesifikasi produk media pembelajaran berbasis animasi untuk membelajarkan

materi teks anekdot dan mengetahui hasil validasi pengembangan media

pembelajaran berbasis animasi untuk membelajarkan materi teks anekdot pada

siswa kelas X SMK. Melalui beberapa tahapan pengembangan, yakni menetapkan

tujuan dan materi program, membuat struktur program, mengembangkan atau

memproduksi elemen media serta mengevaluasi seluruh desain dan

pengembangan. Media pembelajaran berbasis animasi dinyatakan layak

digunakan pada pembelajaran teks anekdot.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada objeknya

yakni teks Anekdot. Perbedaannya terletak pada tujuan dari penelitian. Penelitian

Ria bertujuan untuk mengembangkan dan mengetahui hasil validasi media

animasi apakah bisa digunakan sebagai media atau tidak. Penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan pengaruh media kartun Bang One terhadap kemampuan

menulis teks anekdot siswa.

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Weni dan Sri (2015) dengan judul

“Penggunaan Media Film Kartun Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak

Cerita Di Sekolah Dasar”. Penelitian ini mendeskripsikan penggunaan media film

kartun untuk meningkatkan keterampilan menyimak cerita, meningkatkan hasil

belajar menyimak cerita siswa dengan penggunaan media film kartun,

mendeskripsikan kendala dalam pelaksanaan pembelajaran materi unsur-unsur

cerita menggunakan media film kartun dan cara mengatasinya pada siswa kelas V

10
SDN Takeran Magetan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian berupa

penelitian tindakan kelas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I persentase keterlaksanaan

pelaksanaan pembelajaran oleh guru sebesar 92% dan skor ketercapaian sebesar

69. Sedangkan ketuntasan klasikal kelas sebesar 60% dengan rata-rata ketuntasan

belajar sebesar 77,6. Pada siklus II, hasil penelitian mengalami kenaikan, yaitu

persentase keterlaksanaan pelaksanaan pembelajaran oleh guru sebesar 100% dan

skor ketercapaian sebesar 89,5. Sedangkan ketuntasan klasikal kelas sebesar 85%

dengan rata-rata ketuntasan belajar sebesar 80,35. Hasil pada siklus II telah

memenuhi indikator keberhasilan dan selain itu kendala-kendala yang muncul

pada siklus I dapat diatasi dengan baik pada siklus II.

Penelitian yang dilakukan oleh Weni dan Sri menggunakan media film kartun

tapi tidak mengkhususkan media film apa yang dipakai. Penelitian ini juga

menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Persamaan penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan oleh Weni dan Sri dilihat dari persamaan jenis

media yaitu media animasi. Selain itu, fokus keterampilan dalam penelitian Weni

dan Sri adalah keterampilan menyimak, sedangkan penelitian ini menfokuskan

pada keterampilan menulis teks anekdot.

Penelitian yang dilakukan oleh Winda (2015) dengan judul “Peningkatan

Keterampilan Berbicara Dengan Menggunakan Media Kartun Siswa Kelas VIII-A

SMP Negeri 3 Kopang Kabupaten Lombok Tengah Tahun Ajaran 2014−2015”

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk

11
meningkatkan kemampuan siswa SMPN 3 Kopang Lombok Tengah kelas VIII-A

dalam keterampilan berbicara. Proses peningkatan tersebut dilakukan dengan

memanfaatkan media kartun sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 4 tahapan, yaitu dimulai dari

tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, evaluasi, dan refleksi yang kemudia

dilanjutkan dengan langkah yang serupa pada siklus berikutnya. Hasil yang

didapatkan dari penelitian tindakan kelas ini adalah kemampuan berbicara siswa

SMP Negeri 3 Kopang Lombok tengah kelas VIII-A dapat dinyatakan meningkat,

yaitu 60,71% pada siklus I dan 92,85% pada pelaksanaan siklus II. Penggunaan

media kartun sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran bukan hanya

meningkatkan kemampuan berbicara, tetapi semangat belajar juga semakin

meningkat.

Penelitian selanjutnya, Penelitian oleh Winda adalah penelitian tindakan kelas

(PTK) untuk meningkatkan kemampuan berbicara, sedangkan penelitian ini

adalah penelitian eksperimen. Penelitian yang dilakukan oleh Winda dengan

penelitian ini memiliki persamaan penggunaan media kartun. Namun, penelitian

terdahulu menggunakan media kartun komik (visual) sedangkan penelitian yang

akan dilakukan menggunakan kartun animasi (multimedia).

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Hakikat Media Pembelajaran

Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari

pengirim kepada penerima pesan. Media adalah segala sesuatu yang dapat

12
digunakan untuk menyalurkan pesan (materi pembelajaran) yang merangsang

pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong

proses pembelajaran. Gerlach dan Ely (dalam Kustandi 2011: 7) mengatakan,

media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun suatu kondisi atau

membuat siswa mampu memperoleh pengtahuan, keterampilan, atau sikap.

Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.

Sejalan dengan pendapat di atas, Gagne’ dan Briggs (dalam Arsyad, 2011:4)

secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara

fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari

buku, tape recorder, kaset, video, camera, video recorder, film, slide (gambar

bingkai), foto, gambar, grafik, TV, dan komputer. Dengan kata lain, media adalah

semua komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi

instruksional di lingkungan siswa yang dapat membantu guru dalam

mengantarkan pesan (materi) kepada siswa.

Berdasarkan pengertian media tersebut dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses

belajar mengajar dan berfungi untuk memperjelas makna pesan yang

disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan atau pemebelajaran

dengan efektif dan efisien.

2.2.2 Fungsi dan Peran Media Pembelajaran

Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat

membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan

13
rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis

terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi

pembelajaran akan sangat membantu efektifitas proses pembelajaran dan

penyampaian pesan atau isi. Di samping itu, media pembelajaran juga dapat

membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik

dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, memadatkan informasi, serta

membangkitkan motivasi dan minat siswa dalam belajar.

Levie dan Letz (1982) yang dikutip oleh Kustandi dan Sucipto (2011: 19)

mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, yaitu :

a. Fungsi atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk

berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual

yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

b. Fungsi afektif, media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa

ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang

visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang

menyangkut masalah sosial atau ras.

c. Fungsi kognitif, media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang

mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar

pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat iformasi atau pesan

yang terkandung dalam gambar.

d. Fungsi kompensatoris, media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian

bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks

14
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan

informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan

siswa yang lemah dan lambat menerima serta memahami isi pelajaran yang

disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

2.2.3 Jenis-jenis Media

Media pada dasarnya adalah “bahasanya guru”. Artinya dalam proses

penyampaian pesan pembelajaran, guru harus pandai memililih “bahasa apa” yang

paling mudah dimengerti dan dipahami siswanya (Komsiyah,2012: 74). Dalam

perjalanannya, perkembangan media pembelajaran mengikuti arus perkembangan

teknologi. Teknologi paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah

sistem percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanistik. Kemudian, lahir

teknologi audio visual yang menggabungkan penemuan mekanistik dan elektronik

untuk tujuan pembelajaran. Teknologi yang muncul terakhir adalah teknologi

mikro-processor, yang melahirkan pemakaian komputer dan kegiatan interaktif.

Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, Menurut Munadi (2010, 55-57)

media dapat diklasifikasikan menjadi 4 bagian yaitu :

1. Media Visual

Media visual berfungsi untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima

pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam bentuk-bentuk visual.

Selain itu, fungsi media visual juga berfungsi untuk menarik perhatian,

memperjelas sajian ide, menggambarkan fakta yang mungkin dapat mudah untuk

15
dicerna, dan diingat jika disajikan dalam bentuk visual. Jenis-jenis media visual

antara lain: Gambar atau foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, dan

lain-lain.

2. Media Audio

Media audio untuk pengajaran, dimaksudkan sebagai bahan yang mengandung

pesan dalam bentuk auditif (pita suara atau piringan suara) yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga terjadi

proses belajar-mengajar (Sudjana, 2011: 129). Jenis-jenis media audio antara lain:

Radio, alat perekam, dan rekaman suara.

3. Media Audio Visual

Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur

gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi

kedua jenis media auditif (mendengar) dan visual (melihat). Media audio visual

merupakan sebuah alat bantu audio visual yang dipergunakan dalam situasi

belajar untuk membantu tulisan dan kata yang diucapkan dalam menularkan

pengetahuan, sikap, dan ide. Jenis-jenis media audio visual antara lain: Film

gerak, film gelang, program TV, dan video.

4. Media Multimedia

Media multimedia adalah alat bantu penyampai pesan yang menggabungkan

dua elemen atau lebih media. Media multimedia meliputi teks, gambar, grafik,

foto, suara, film, dan animasi secara terintegrasi. Menurut Rosch (dalam Kustandi,

2011: 68) multimedia merupakan kombinasi dari komputer dan video. Contoh

16
dari media multimedia antara lain teks, hyper teks, gambar, gambar berbasis

vektor, suara, video dan animasi.

Ada dua, kategori multimedia, yaitu multimedia linier dan multimedia

interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi

dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna.

Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan / lurus). Contoh dari multimedia

linier adalah film. Sedangkan multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang

dilengkapi dengan alat pengontrol (atau alat bantu berupa komputer, mouse,

keyboard dan lain-lain) yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga

pengguna dapat memilih apa yang diinginkan untuk proses selanjutnya.

Multimedia interaktif menggabungkan dan mensinergikan semua media yang

terdiri dari teks, grafik, audio, dan interaktivitas (rancangan).

Dari pengertian jenis-jenis media yang sudah disebutkan di atas. Kartun

animasi Bang One termasuk ke dalam jenis media multimedia berbasis animasi.

Media animasi Bang One termasuk ke dalam media interaktif (brancing).

Multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh

user, sehingga dapat memilih sesuatu yang dikehendaki. Artinya, media tersebut

sudah langsung dapat dijalankan oleh pengguna/guru.

2.2.4 Pengertian Media Animasi

Media Animasi adalah media berupa gambar yang bergerak disertai dengan

suara dan merupakan perkembangan dari IPTEK. Penggunaan animasi tidak

terlepas dari alat bantu komputer. Animasi dapat diperoleh melalui grafik tiga

17
dimensi dan dua dimensi. Penggunaan animasi dengan bantuan komputer sebagai

media pembelajaran memiliki banyak kelebihan. Dapat menambah kesan realisme

dan merangsang siswa untuk merespon dengan adanya warna, musik, dan grafik.

Media animasi dapat menunjukan perubahan dari waktu ke waktu seperti sebuah

proses (Utami, 2007). Sehingga dapat diartikan media animasi merupakan media

yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

Menurut Reiber (Nurtjahjawilasa, 2004) animasi merupakan salah satu bagian

penting dari multimedia. Animasi dapat digunakan secara tepat, dengan adanya

animasi dalam proses penyampaian materi, membuat proses pembelajaran

menjadi lebih menyenangkan dan mudah dimengerti. Dengan menggunakan

media animasi dalam kegiatan pembelajaran, akan membuat siswa lebih lama

mengingat materi, gambar-gambar yang ditampilkan akan memperjelas siswa

dalam memahami materi. Peranan media animasi dalam pembelajaran menarik

perhatian siswa dan memperkuat motivasi. Sehingga peranan media animasi

dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap

materi yang diberikan.

Tingkat keefektifan penggunaan media animasi dipengaruhi oleh kemampuan

memori otak, pengetahuan awal mengenai konsep yang akan dijelaskan. Lowe

(Arsyad, 2011:6) menemukan bahwa penerima informasi yang tidak memiliki

pengetahuan awal akan cenderung memperhatikan perubahan animasi yang

menarik secara konseptual dibandingkan dengan perubahan penting dalam

18
memahami materi. Keefektifan media animasi juga dipengaruhi oleh perancangan

atau pembuatan media animasi.

2.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Media Animasi

Media animasi adalah media yang cukup menarik digunakan dalam

pembelajaran di sekolah namun pasti ada kelebihan dan kekurangan yang di miliki

oleh media animasi tersebut sebagai sebuah karakteristik dari media animasi itu

sendiri. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang di miliki oleh media

animasi yaitu :

A. Kelebihan Media Animasi

1. Media animasi mampu menyampaikan sesuatu konsep yang kompleks secara

visual dan dinamis. Ini dapat membuat hubungan atau kaitan mengenai suatu

konsep lebih mudah untuk dipetakan ke dalam pikiran peserta didik dan

seterusnya membantu dalam proses pemahaman.

2. Animasi digital mampu menarik perhatian peserta didik dengan mudah.

Animasi mampu menyampaikan suatu pesan dengan lebih baik dibanding

penggunaan media yang lain. Peserta didik juga memberikan ingatan yang

lebih lama kepada media yang bersifat dinamis dibanding media yang bersifat

statik.

3. Animasi mampu menawarkan satu media pembelajaran yang lebih

menyenangkan. Animasi mampu menarik perhatian, meningkatkan motivasi

serta merangsang pemikiran peserta didik yang lebih berkesan. Semuanya

19
akan membantu dalam proses mengurangkan beban kognitif peserta didik

dalam menerima suatu materi pelajaran.

4. Persembahan secara visual dan dinamis yang disediakan oleh teknologi

animasi mampu memudahkan dalam proses penerapan konsep ataupun

demonstrasi.

B. Kelemahan Media Animasi

Media animasi membutuhkan peralatan yang khusus. Materi dan bahan untuk

animasi sulit untuk dirubah jika sewaktu-waktu terdapat kekeliruan atau informasi

yang ada di dalamnya. Animasi juga dapat mengalihkan perhatian dari subtansi

materi yang di sampaikan ke hiasan animatif yang justru tidak penting. Maka dari

itu, guru harus teliti katika memilih media animasi yang akan digunakan.

2.2.6 Kartun Bang One

Menurut KBBI (laring) kartun adalah film yang menciptakan khayalan gerak

sebagai hasil pemotretan rangkaian gambar yang melukiskan perubahan posisi;

gambar dengan penampilan yang lucu, berkaitan dengan keadaan yg sedang

berlaku (terutama mengenai politik). Bang One merupakan maskot dari stasiun

televisi swasta, TV One. Bang One Show merupakan editorial policy dalam

Redaksi News TV One yang menggunakan animasi kartun. Bang One Show yang

bertujuan untuk menyampaikan pesan -pesan kepada masyarakat tentang

masalah-masalah sosial serta isu nasional yang berkembang saat ini kepada

seluruh masyarakat Indonesia. Acara ini dipandu oleh sebuah kartun animasi yang

sudah menjadi ikon TVOne yaitu Bang One.

20
Bang One Pertama kali tampil pada tanggal 4 Maret 2008. Karakter bang One

ini diciptakan oleh tim kreatif dari gabungan karikaturis yang dipimpin oleh

Boyke Nathanael Sandroto, Rahmat Riyadi, dan Syarif Hidayat. Pertama kali

diciptakan sebagai bagian dari tajuk pemberitaan yang disampaikan pada setiap

akhir penayangan berita di TV One. Bang One hanya berupa kartun bisu yang

dialognya ditampilkan dalam balon kata. Isi dari animasi ini biasanya merujuk

pada peristiwa yang sedang hangat dibicarakan saat itu. Di akhir acara, Bang One

biasanya akan memberi tanggapan dan sindiran dari peristiwa tersebut. Hingga

saat ini karakter ini telah mengisi rubrik "Kabar Bang One" yang diselipkan pada

setiap program berita TV One. Selain itu, Bang One juga telah dipercaya untuk

memiliki program acara sendiri yakni "Bang One Show" yang ditayangkan pada

akhir pekan.

Durasi penayangan Bang One hanya beberapa menit di setiap berita pada

Channel TV ONE. Bang One adalah sosok yang lengkap. Dia menjadi sebuah

video jurnalis yang turun langsung ke lapangan memotret fenomena aktual. Dia

juga menjadi seorang presenter berita handal tanpa melupakan komentarnya yang

tajam. Bang One tak canggung mewawancarai narasumbernya langsung. Karakter

Bang One dibuat seolah-olah hidup. Metode penyajian yang menarik serta

pembahasan materi yang jelas menjadikan tayangan ini tidak membosankan. Bang

One Show memberikan banyak informasi kepada masyarakat dan didukung

dengan realita yang ditampilkan. Selain itu, kartun Bang One yang membahas

mengenai isu-isu hangat dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang

menarik (Wikipedia Bahasa Indonesia).

21
2.2.7 Teks Anekdot

Teks Anekdot secara luas dapat diklasifikasikan sebagai sesuatu yang

menggelikan (Humor) atau sesuatu yang jenaka. Teks Anekdot adalah cerita

singkat yang menarik karena lucu, menggelikan, jenaka, dan mengesankan,

biasanya berkisar pada orang-orang penting dan berdasarkan kejadian yang

sebenarnya.

Ada pengertian lain yang menyatakan bahwa anekdot dapat merupakan cerita

rekaan yang tidak harus didasarkan pada kenyataan yang terjadi di masyarakat,

yang menjadi partisipan atau pelaku di dalamnya pun tidak harus orang penting.

Namun, tetap memiliki tujuan untuk menghibur sekaligus memberikan sindiran.

Teks anekdot juga dapat berisi peristiwa-peristiwa yang membuat jengkel atau

konyol bagi partisipan yang mengalaminya. Perasaan jengkel dan konyol seperti

itu merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan antara

nyaman dan tidak nyaman, puas dan frustrasi, serta tercapai dan gagal. (Maryanto,

2013: 112)

Pada umumnya teks anekdot terdiri dari lima bagian atau struktur generik.

Lima bagian tersebut antara lain abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.

Berikut penjelasan tentang struktur anekdot :

1. Abstraksi adalah bagian awal paragraf yang berfungsi memberi gambaran

tentang isi teks. Biasanya bagian ini menunjukkan hal unik yang akan ada

di dalam teks.

22
2. Orientasi adalah bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar

belakang bagaimana peristiwa terjadi. Biasanya penulis bercerita dengan

detail di bagian ini.

3. Krisis adalah bagian yang menunjukkan terjadi hal atau masalah yang unik

atau tidak biasa yang terjadi pada si penulis atau orang yang diceritakan.

4. Reaksi adalah bagian bagaimana cara penulis atau orang yang ditulis

menyelesaikan masalah yang timbul di bagian krisis tadi/ tanggapan dari

krisis.

5. Koda merupakan bagian akhir dari cerita unik tersebut. Bisa juga dengan

memberi kesimpulan tentang kejadian yang dialami penulis atau orang

yang ditulis.

2.2.8 Langkah-langkah Penyusunan Teks Anekdot

1. Menentukan topik

Topik adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau

lebih dikenal dengan topik pembicaraan. Topik adalah hal yang pertama kali

ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan.

2. Mencari bahan referensi

Bahan yang diperoleh bisa menulis teks Anekdot berupa buku, majalah, koran,

internet, atau dengan melihat realitas yang terjadi di masyarakat.

3. Menentukan pesan yang akan disampaikan atau sindiran yang disampaikan

Pesan yang akan disampaikan bisa tersirat (implisit) maupun tersurat

(eksplisit).

23
4. Menentukan unsur lucu/konyol/jengkel

Unsur lelucon yang terdapat dalam teks Anekdot adalah unsur lucu yang

membuat perasaan menjadi jengkel atau konyol. Selain lucu, juga berisi kritikan/

sindiran kepada seseorang.

5. Menentukan alur cerita berdasarkan struktur teks anekdot

Alur dalam teks anekdot harus sesuai dengan struktur teks anekdot, yaitu

abstraksi, orientasi, krisis, reaksi, dan koda.

6. Mengembangkan teks anekdot (pola penyajian teks)

Berdasarkan alur yang telah ditentukan, penulisan teks anekdot dapat

dikembangkan sesuai dengan struktur :

No. Aspek Isi

1. Tema Kasih sayang pada orang tua

Anak yang memandang orang tua di masa tuanya sebagai


2. Kritik
orang yang merepotkan

Humor/ Orang dewasa malu karena dikritik oleh anak kecil


3.
lelucon

4. Tokoh Kakek tua, ayah, anak, dan menantu

Kakek tua yang tinggal bersama anak,


Abstraksi
menantu, dan cucu berusia 6 tahun

5. Struktur Kebiasaan makan malam di rumah si anak.


Orientasi
Kakek tua makannya sering berantakan

Krisis Kakek tua diberi meja kecil terpisah di pojok,

24
dengan alat makan anti pecah

Cucu yang berusia 6 tahun membuat replica


Reaksi
meja terpisah

Cucu yang berusia 6 tahun mengungkapkan

Reaksi kelak akan membuat meja terpisah juga untuk

ayah dan ibunya.

Kakek tua tinggal bersama anak, menantu, dan cucunya

yang berusia 6 tahun. Karena sudah tua, mata si kakek rabun

dan tanggannya bergetar sehingga kerap menjatuhkan

makanan dan alat makan. Agar tidak merepotkan, ia


6. Alur
ditempatkan di maja terpisah dengan alat makan anti pecah.

Anak dan menantunya baru sadar ketika diingatkan oleh

cucu yang berusia 6 tahun yang tengah bermain membuat

replika meja.

Pola
7. Narasi
penyajian

Seorang kakek hidup serumah bersama anak, menantu,

dan cucu berusia 6 tahun. Kakek sudah pikun dan sering

mengacaukan segalanya. Mata rabunnya membuat kakek


Teks
8. susah menyantap makanan. Sendok dan garpu kerap jatuh.
anekdot
Saat kakek meraih gelas, sering susu tumpah

membasahi taplak. Anak dan menantunya menjadi gusar.

Suami istri itu lalu menempatkan sebuah meja kecil di sudut

25
ruangan, tempat sang kakek makan sendirian. Mereka

memberikan mangkuk melamin yang tidak gampang pecah.

Saat keluarga sibuk dengan piring masing-masing, sering

terdengar ratap kesedihan dari sudut ruangan. Namun,

suami-istri itu justru mengomel agar kakek tak

menghamburkan akanan lagi.

Sang cucu yang baru berusia 6 tahun mengamati semua

kejadian itu dalam diam.

Suatu hari si ayah memperhatikan anaknya sedang

membuat replika mainan kayu.

“Sedang apa, sayang?” Tanya ayah pada anaknya.

“Aku sedang membuah meja buat ayah dan ibu. Persiapan

buat ayah dan ibu bila aku besar nanti”. Ayah anak kecil itu

langsung terdiam.

Ia berjanji dalam hati, mulai hari itu, kakek akan

kembali diajak makan di meja yang sama. Tak akan ada lagi

omelan saat piring jatuh, makanan tumpah, atau taplak

ternoda kuah.

26
2.2.9 Ciri Kebahasaan Teks Anekdot

Teks anekdot dimanfaatkan masyarakat sebagai media untuk menyindir

layanan publik di bidang politik, sosial, dan lingkungan. Sindiran atau kritikan

yang dikemas dengan cerita yang lucu dan menggelitik membuat orang mudah

menerima kritikan sambil tertawa. Untuk memperoleh sindiran yang halus, bahasa

teks anekdot menggunakan kata kias atau konotasi, pengandaian, perbandingan,

antonim, pertanyaan retoris, ungkapan, dan konjungsi. Bahasa yang digunakan

dalam teks anekdot sebagai berikut.

1. Teks anekdot menggunakan bahasa yang menunjukan waktu lampau.

2. Teks anekdot menggunakan kalimat perintah.

3. Menggunakan kalimat seru.

4. Menggunakan kata kias atau konotasi.

Kata kias bisa berupa ungkapan dan peribahasa. Ungkapan adalah

kelompok kata yang khusus digunakan untuk menyatakan sesuatu

sedangkan peribahasa adalah kalimat yang memiliki makna kias.

Contoh : Kursi yang berarti jabatan, kedudukan, dan kekuasaan

(ungkapan).

5. Kalimat sindiran yang diungkapkan dengan pengandaian, perbandingan,

antonim dan kata yang diplesetkan.

 Peristiwa yang terjadi di Indonesia diandaikan jika terjadi di negeri orang

(sindiran dengan pengandaian)

 Badannya semakin lama semakin kurus seperti es lilin (perbandingan)

27
 Orang pintar dikatakan bodoh dan orang bodoh dikatakan pintar (antonim)

 KUHP singkatan dari kitab undang-undang hukum pidana diplesetkan

menjadi kasih uang habis perkara (plesetan)

6. Pernyataan retoris

Pertanyaan retoris adalah pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban.

Contoh : Apakah kamu mau meninggal hari ini?

7. Konjungsi

Konjungsi adalah kata hubung. Kata hubung yang sering digunakan dalam

teks anekdot adalah kata hubung waktu (konjungsi temporal) yaitu,

setelah, lalu, kemudian dan sebab-akibat yaitu, maka, karena, oleh sebab

itu. Kalimat pengandaian digunakan penulis untuk berandai-andai. (Buku

guru Bahasa Indonesia. 2017 : 124)

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian yang

dipilih dalam penelitian ini adalah eksperimen semu atau Quasi Experimental

Design. Penggunaan metode eksperimen kuasi ini bertujuan untuk mengetahui

keberhasilan penggunaan media kartun Bang One di channel TV One dalam

pembelajaran menulis teks anekdot di kelas X SMKN 8 Mataram. Bentuk desain

quasi eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah one-group-pretest-

posttest.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan satu kelompok kelas, yaitu kelas

eksperimen. Pada kelas eksperimen akan diberi perlakuan menggunakan media

pembelajaran kartun Bang One.

Tabel 3.1Quasi Experiment one-group-pretest-posttest

Keterangan :

Kelompok Pre-Test Perlakuan Post-Test

Kelas Eksperimen O1 X O2
O1 : Tes awal (pretest) pada kelompok kelas eksperimen

O2 : Tes akhir (posttest) pada kelompok kelas eksperimen

29
X : Perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan media kartun
Bang One (Arikunto, 2016: 212)

3.2 Subjek, Lokasi, dan Waktu penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri 8 Mataram. Lokasi

sekolah Jl. Jend. Sudirman No.8, Rembiga, Selaparang, Kota Mataram, Nusa

Tenggara Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017: l17). Populasi

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMK Negeri 8 Mataram yang terdiri

atas tujuh kelas yaitu kelas X-A sampai X-G.

Tabel 3.2 Populasi Penelitian

No. Kelas Jurusan Jumlah

1. X-A Perawat Gigi 22

2. X-B Farmasi 32

3. X-C Farmasi 32

4. X-D Keperawatan 33

5. X-E Keperawatan 32

6. X-F Keperawatan 33

30
7. X-G Keperawatan 32

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2017:118). Dalam penentuan sampel penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive

samping adalah penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017:

124). Sampel dari populasi tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan sebagai

berikut : 1) siswa-siswi pada kelas ini merupakan siswa-siswi yang berada pada

tingkat sedang; 2) kelas ini terdiri dari dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan

perempuan; 3) adanya keberagaman antara siswa yang memiliki kemampuan yang

tinggi dan kemampuan rendah. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah siswa kelas X-B yang berjumlah 30 orang.

Tabel 3.3 Sampel Penelitian

Laki-laki Perempuan Jumlah

8 22 30

3.4 Data dan Sumber Data

Setiap penelitian memerlukan data atau informasi dari sumber-sumber yang

dapat dipercaya agar data dan informasi tersebut dapat digunakan untuk

menjawab masalah penelitian atau untuk menguji hipotesis (Sudjana, 2011: 83).

31
Berdasarkan definisi tersebut data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data pretest dan posttest kelas eksperimen. Sedangkan yang menjadi sumber data

dalam penelitian ini adalah hasil pretest dan posstest siswa kelas X-B SMK

Negeri 8 Mataram.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017:61). Pada

penelitian ini ditentukan dua variabel, yaitu variabel bebas (variabel independen)

dan variabel terikat (variabel dependen).

1) Variabel Bebas

Menurut Sugiyono (2017:61) variabel bebas merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat). Variabel bebas pada penelitian ini yaitu media kartun Bang

One di Channel tv One.

2) Variabel Terikat

Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas, (Sugiyono, 2017:61). Variabel

terikat pada penelitian ini yaitu kemampuan menulis siswa kelas X-B SMKN 8

Mataram.

32
3.6 Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat disiimpulkan bahwa media Kartun

Bang One adalah kartun animasi yang ditayangkan pada channel tv One yang

isinya bertemakan kritikan ataupun sindiran terhadap pelayanan publik. Media

pembelajaran adalah alat untuk memperjelas bahan pembelajaran pada saat guru

menyampaikan pelajaran yang berisi kompetensi dasar, tujuan, materi, kegiatan-

kegiatan penugasan dan latihan, penilaian, serta referensi yang dapat digunakan

dalam proses pembelajaran.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sangat diperlukan dalam penelitian, karena

mengacu pada bagaimana cara data tersebut diperoleh. Adapun teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes dapat

diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau

penguasaan objek ukur terhadap seperangkat konten atau materi tertentu. (Djaali,

dalam Ismawati, 2012: 90)

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

(Arikunto, 2002:136). Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2017: 102)

bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati.

33
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kemampaun menulis

siswa kelas X-B materi teks anekdot dengan media pembelajaran kartun Bang

One di channel tv One. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah

bentuk tes uraian. Bentuk tes uraian atau esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang

menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk uraian dengan memergunakan

bahasa sendiri. Dalam bentuk tes uraian itu perserta didik dituntut berpikir tentang

dan mempergunakan apa yang diketahui yang berkenaan dengan pertanyaan yang

harus dijawab. (Nurgiyantoro, 2016: 135)

3.9 Validitas dan Reliabilitas

Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi karena data

merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat

pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data sangat menentukan

bermutu tidaknya hasil penelitian, sedangkan benar tidaknya data bergantung pada

baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Instumen yang baik setidaknya harus

memenuli dua persyaratan penting, yakni valid dan reliable.

3.9.1 Validitas

Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang

dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai (Sudjana,

2009:12) Sebuah tes bisa dikatakan valid bila mampu mengukur apa yang hendak

diukur. Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak harus dilakukan melalui

penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili

atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai

34
secara proporsional. Instrumen berupa tes tertulis dibandingkan dengan

kompetensi dasar, indikator, dan materi yang akan diajarkan.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak

(construck validity) dan validitas isi (content validity). Untuk menguji validitas

konstrak dapat digunakan pendapat ahli (judgment experts). Para ahli yang

digunakan untuk menguji validitas intrumen yaitu dosen pembimbing 1, dosen

pembimbing 2, dan guru pamong.. Validitas konstruk berkaitan dengan konsep

bidang ilmu yang akan diuji validitasnya, apakah tes yang diteskan (Nurgiyantoro,

2017:98). Sedangkan validitas isi merujuk pada pengertian bahwa apakah alat tes

itu mempunyai kesejajaran atau kesesuaian dengan tujuan dan deskripsi bahan

pelajaran yang diajarkan (Nurgiyantoro, 2017:98).

3.9.2 Reliabilitas

Reabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sebuah instrumen yang sudah

andal (reliable) akan menghasilkan data yang andal juga (dapat dipercaya),

artinya data memang benar sesuai kenyataan (Ismawati, 2012:104). Instrumen

yang digunakan merupakan perintah membuat karangan karena itu penelitian ini

tidak perlu menguji reliabilitas soal.

Menurut Nurgiyantoro reability atau kepercayaan menunjuk pada pengertian

apakah sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur sesuatu yang

diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Koefisien

3.10 Teknik Analisis Data

35
Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari nilai tes

awal (pr-etest) dan nilai tes akhir (post-test) yang diberikan kepada sampel

penelitian. Setelah data diperoleh, kemudian dilakukan pengolahan data dengan

perincian sebagai berikut:

1. Mencari rerata nilai tes awal (01)

2. Mencari rerata nilai tes akhir (02)

3. Menghitung perbedaan rerata dengan uji-t yang rumusnya adalah sebagai

berikut :

𝐷
𝑡 =
2 (∑𝐷)2
√∑𝐷 − 𝑁
𝑁(𝑁−)

t : harga t untuk sampel berkorelasi

𝐷 : (difference), perbedaan antara skor tes awal dengan skor tes akhir untuk

setiap individu

D : rerata dari nilai perbedaan (rerata dari D)

D2 : kuadrat dari D

N : banyaknya subjek penelitian

36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan penggunaan media

kartun Bang One di channel tv one dalam pembelajaran kemampuan menulis teks

anekdot siswa kelas X-B SMK Negeri 8 Mataram. Data-data penelitian ini

diperoleh dari skor pretest untuk mengetahui kemampuan menulis teks anekdot

awal siswa dan skor posttes untuk mengetahui kemampuan menulis teks anekdot

akhir siswa setelah diberikan perlakuan. Hasil penelitian kelompok eksperimen

disajikan sebagai berikut.

a. Deskripsi pelaksanaan pembelajaran menulis puisi pada kelas X-B

(pretest)

Penelitian ini membahas tentang bagaimana proses belajar siswa dalam

pembelajaran menulis teks anekdot pada kelas eksperimen (pretest). Kelas ini

terdiri dari 32, siswa laki-laki sebanyak 8 siswa dan siswa perempuan sebanyak 24

siswa. Proses belajar dilakukan selama 3 kali pertemuan, pertemuan pertama

untuk meperoleh hasil pretest. Pertemuan kedua untuk memberikan contoh

penulisan teks anekdot dengan menggunakan media pembelajaran bang one.

Pertemuan ketiga untuk mendapatkan hasil posttest. Berikut penjelasan masing-

masing pertemuan :

1) Pertemuan pertama

Pertemuan pertama dilakukan pada Kamis 9 November 2017. Peneliti

memasuki ruangan kelas dengan ditemani oleh guru bahasa Indonesia.

37
peneliti mempertanyakan keadaan siswa, peneliti memeriksa kehadiran

siswa dan ada satu orang siswa yang tidak hadir pada hari itu. Peneliti

menginstruksikan untuk tidak mengeluarkan buku dan hanya

mengeluarkan alat tulis saja. Setelah itu peneliti membagikan lembar

kerja untuk pretest. Ciri pertemuan pertama ini adalah tidak diberikan

pemahaman apapun. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan nilai pretest

tanpa adanya tambahan pengetahuan tentang menulis teks anekdot, hanya

saja siswa sudah mengetahui apa itu teks anekdot dan bagaimana ciri-

cirinya.

Berdasarkan penugasan yang diberikan kepada siswa diperoleh

nilai dari pretest. Nilai pretest lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1

Skor pretest kemampuan menulis teks anekdot SMKN 8 Mataram

NO. Nama siswa 1 2 3 4 5 Skor Nilai


1. ALIFIA ISMATILLAH 2 2 2 3 4 13 65
2. ADISTHIA AURORA 2 2 2 3 3 12 60
ISLAMY
3. AJENG NAWANG 4 3 3 3 2 15 75
WULAN
4. BAIQ RIZMA TIKA 4 3 3 3 2 15 75
ALAWIYAH
5. CAHYA USWATUN 3 2 2 3 2 12 60
HASANAH
6. DESHI NATALIA PAATH 4 3 2 3 2 14 70
7. EKA OKTAVIA PUTRI 4 4 4 3 3 18 90
8. ELSHA MEIDYTA 3 3 2 2 2 12 60
9. ERNITA AGUSTINA 3 2 3 3 2 13 65
10. FARRA NUR 4 3 3 4 3 17 85
HIDAYATUL
WACHIDAH
11. FITRIA NINGSIH 2 1 1 1 2 7 35

38
12. HANI SUMAYYAH 3 3 3 3 2 14 70
13. HAPIZ ALPAN ALVARIZI 2 2 2 1 2 9 45
14. HIDAYATUL AINI 3 3 3 3 3 15 75
15. I WAYAN ANGGA 4 2 3 3 2 14 70
PRATAMA PUTRA
16. INTAN ANDINI 2 3 2 2 2 11 55
17. IVAN IRWANSYAH 2 1 1 2 3 9 45
18. MUHAMMAD RAHUL 1 1 1 1 2 6 30
19. NAUFAL RISWANDA 2 1 3 2 2 10 50
MALIKI
20. NI KADEK RAHAYU 4 4 3 3 3 17 85
PURNAMI SANTI D.
21. NI PUTU NOVA PRAHAS 1 2 2 3 2 10 50
SISKA
22. NI PUTU WIDIANTARI 3 2 3 3 2 13 65
23. PRAYOGI ANUGRAH 3 2 3 2 3 13 65
ARTA EKA S.
24. PRIHASTUTI FEBRIANA 3 2 2 3 3 13 65
WIBOWO
25. RINDY AYU HARTATI 3 3 4 3 3 16 80
26. ROHMAYUNI 2 2 2 3 2 11 55
27. ROY SAGITA R. 3 2 2 3 2 12 60
PRATAMA
28. SITI ANDRIANI 3 3 2 3 2 13 65
29. TANIA TRI 4 4 3 4 3 18 90
ROSYANTITA
30. WANDA NOVIANTY 2 1 1 1 2 7 35
Jumlah nilai 85 71 72 79 72 379 1895
Rata-rata (mean)

Skor tertinggi

Skor terendah

Skor tengah (median)

Mode

Standar deviasi

Keterangan :
1. Kesesuaian isi dengan tema
2. Kelucuan
3. Sindiran
4. Kelengkapan struktur teks

39
5. Ketetapan penggunaan bahasa

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, hasil pretest tertinggi 18 dengan nilai 90 dan

skor terendah 6 dengan nilai 30. Melalui perhitungan spss versi 21 diketahui skor

rata-rata (mean) yang dicapai saat pretest sebesar ….; mode sebesar….; skor

tengah (median) sebesar…..; dan standar deviasi sebesar….. distribusi frekuensi

skor pretest kemampuan menulis teks anekdot dapat dilihat pada table 4.2 sebagai

berikut.

Tabel 4.2
Distribusi frekuensi skor pretest kemampuan menulis teks anekdot

Skor Nilai Frekuensi Ketuntasan


6 30 1 TT
7 35 2 TT
9 45 2 TT
10 50 1 TT
11 55 2 TT
12 60 4 TT
13 65 6 TT
14 70 3 TT
15 75 3 T
16 80 1 T
17 85 2 T
18 90 2 T

Berdasarkan table 4.2 di atas, menunjukan bahwa siswa yang mendapat

skor 6 ada satu orang, siswa yang mendapat skor 7 ada 2 orang, siswa yang

mendapat skor 9 ada 2 orang, siswa yang mendapat skor 10 ada 1 orang, siswa

yang mendapat skor 11 ada 2 orang, siswa yang mendapat skor 12 ada 4 orang,

siswa yang mendapat skor 13 ada 6 orang, siswa yang mendapat skor 14 ada 3

40
orang, siswa yang mendapat skor 15 ada 3 orang, siswa yang mendapat skor 1

orang, siswa yang mendapat skor 16 ada 1 orang, siswa yang mendapat skor 17

ada 2 orang, dan siswa yang mendapat skor 18 ada 2 orang.

Berdasarkan nilai KKM bahasa Indonesia, dari 30 siswa hanya 11 orang

siswa yang tuntas dengan persentase

Selain penyajian pemerolehan nilai hasil pretest menggunakan tabel,

pemerolehan nilai kemampuan menulis teks anekdot siswa juga dapat dilihat dari

aspek yang dinilai. Berikut akan dipaparkan pemerolehan nilai pretest per-aspek

sebagai berikut :

1. Kesesuaian isi dengan tema

Berdasarkan aspek tersebut, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yang

diperoleh siswa, yaitu 4 yang diperoleh oleh 8 siswa, 6 orang siswa

memperoleh skor 3, 9 orang memperoleh skor 2, dan skor terendah 1 yang

diperoleh oleh 2 orang siswa.

2. Kelucuan yang mengandung sindiran

Berdasarkan aspek yang kedua, dapat diketahui bahwa skor tertinggi yang

diperoleh siswa, yaitu 4 yang diperoleh 3 orang siswa. 10 orang siswa

memperoleh skor 3, 12 orang siswa memperoleh skor 2, dan skor terendah

1 diperoleh oleh 5 orang siswa.

3. Kandungan amanat

41
Berdasarkan aspek yang ketiga, dapat diketahui skor tertinggi 4 diperoleh

oleh 2 orang siswa, 12 orang siswa mendapat skor 3, 12 orang siswa

mendapat skor 2, dan skor terendah 1 diperoleh oleh 4 orang siswa.

4. Kelengkapan struktur teks anekdot

Berdasarkan aspek terakhir. Skor tertinggi 4 diperoleh oleh

2) Pertemuan kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada Senin 13 November 2017. Peneliti

memasuki ruangan kelas. peneliti meminta ketua kelas untuk memimpin

do’a. Peneliti memeriksa daftar hadir siswa dan semua siswa hadir pada

hari itu. Peneliti menampilkan media kartun bang one, siswa diminta

untuk memperhatikan. Setelah video diputar, peneliti dan siswa

mendiskusikan mengenai video yang baru diputar. Peneliti menjelaskan

tahap-tahap menyusun teks anekdot. Setelah semua dijelaskan, peneliti

meminta siswa untuk menyusun teks anekdot berdasarkan video yang

baru saja diputar.

3) Pertemuan ketiga

Pertemuan ketiga dilakukan pada Kamis 16 November 2017. Peneliti

memasuki ruangan kelas. peneliti meminta ketua kelas untuk memimpin

do’a. peneliti mengecek kehadiran siswa dan ada satu orang siswa yang

tidak hadir. Selanjutnya peneliti menanyakan kembali kepada siswa

mengenai materi sebelumnya untuk memancing ingatan siswa. Peneliti

42
menanyangkan video kartun bang one. setelah itu, peneliti membagikan

lembar kerja yang sama seperti pada pertemuan pertama. Peneliti

meminta siswa untuk menulis teks anekdot berdasarkan video yang telah

ditampilkan.

Berdasarkan penugasan yang diberikan diperoleh nilai dari post-

test. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Skor postest kemampuan menulis teks anekdot SMKN 8 Mataram

NO. Nama siswa 1 2 3 4 5 Skor Nilai


1. ALIFIA ISMATILLAH 4 4 4 4 3 19 95
2. ADISTHIA AURORA 4 4 4 3 2 17 85
ISLAMY
3. AJENG NAWANG WULAN 4 3 4 3 3 17 85
4. BAIQ RIZMA TIKA 4 3 3 3 3 16 80
ALAWIYAH
5. CAHYA USWATUN 3 2 2 3 2 12 60
HASANAH
6. DESHI NATALIA PAATH 4 3 4 3 3 17 85
7. EKA OKTAVIA PUTRI 4 4 4 3 3 18 90
8. ELSHA MEIDYTA 4 2 3 3 3 15 75
9. ERNITA AGUSTINA 3 3 2 4 2 14 70
10. FARRA NUR HIDAYATUL 4 3 4 4 3 18 90
WACHIDAH
11. FITRIA NINGSIH 3 3 2 3 3 14 70
12. HANI SUMAYYAH 4 3 4 4 3 18 90
13. HAPIZ ALPAN ALVARIZI 4 3 4 3 2 16 80
14. HIDAYATUL AINI 4 3 3 4 3 17 85
15. I WAYAN ANGGA 4 3 3 3 2 15 75
PRATAMA PUTRA
16. INTAN ANDINI 4 3 4 3 2 16 80
17. IVAN IRWANSYAH 4 3 3 3 2 15 75
18. MUHAMMAD RAHUL 4 4 4 4 3 19 95
19. NAUFAL RISWANDA 4 3 3 3 2 15 75
MALIKI
20. NI KADEK RAHAYU 4 3 3 3 3 16 80
PURNAMI SANTI D.
21. NI PUTU NOVA PRAHAS 4 3 3 4 3 17 85
SISKA

43
22. NI PUTU WIDIANTARI 4 3 3 3 2 15 75
23. PRAYOGI ANUGRAH 4 3 3 3 2 15 75
ARTA EKA S.
24. PRIHASTUTI FEBRIANA 3 3 2 3 2 13 65
WIBOWO
25. RINDY AYU HARTATI 3 3 2 2 2 12 60
26. ROHMAYUNI 3 2 2 3 2 12 60
27. ROY SAGITA R. PRATAMA 4 3 3 4 3 17 85
28. SITI ANDRIANI 4 3 3 3 2 15 75

44
29. 4 3 3 4 3 17 85

TANIA TRI ROSYANTITA

30. WANDA NOVIANTY 4 4 4 3 2 17 85


JUMLAH 114 92 95 98 75 474 2370

45
Rata-rata (mean) 79
Skor tertinggi 95
Skor terendah 60
Skor tengah (median) 80
Mode
Standar deviasi 9,68468

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, hasil post-test tertinggi 19 dengan nilai 95

dan skor terendah 12 dengan nilai 60. Melalui perhitungan computer dengan

program spss versi 22 diketahui bahwa skor rata-rata (mean) yang dicapai saat

pos-test sebesae 79,000; skor tertinggi 95; skor terendah 60; skor tengah 80; mode

; dan standar deviasi 9,68468.

Tabel 4.4
Distribusi frekuensi skor posttest kemampuan menulis teks anekdot

Skor Nilai Frekuensi Ketuntasan


12 60 3 TT
13 65 1 TT
14 70 2 TT
15 75 7 T
16 80 4 T
17 85 8 T
18 90 3 T
19 95 2 T

Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh jumlah seluruh nilai 2370 dengan siswa yang
tuntas 23 orang.

46
DAFTAR PUSTAKA
Agus Rida, M.Pd : Pembelajaran Bahasa Indonesia Dalam Kurikulum 2013
Sebuah Kajian Dalam Mata Diklat Penerapan Kurikulum
2013.Widyaiswara BDK Padang.
Anita, Ria. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Teks Anekdot Berbasis
Animasi Pada Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan. Bandar Lampung :
Universitas Lampung.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2016. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Hariani, Sri dan Weni Tria Anugrah Putri. 2015. Penggunaan Media Film Kartun
Untuk Meningkatkan Keterampilan Menyimak Cerita Di Sekolah Dasar.
Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
Bahasa Indonesia. 2017. Buku Guru Bahasa Indonesia. Jakarata : Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Komsiyah, Indah. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Teras
Kustandi, Cecep dan Bambang Sutjipto. 2011. Media Pembelajaran Manual dan
Digital. Bogor : Ghalia Indonesia.

Maryanto, dkk. 2013. Buku Guru Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud.

Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2016. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis


Kompetensi. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.

Rahmatullah, Muhammad. 2011. Pengaruh Pemanfaatan Media Pembelajaran


Film Animasi Terhadap Hasil Belajar (Studi Eksperimen pada Mata
Pelajaran IPS Siswa Kelas VII SMPN 6 Banjarmasin). Bandung : Jurnal
Pendidikan. Edisi Khusus No. 1, Agustus 2011.

47
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2011. Media Pembelajaran. Bandung : Sinar
Baru Algensindo.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.

Sugiyono.2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : ALFABETA.

Ismawati, Esti. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra.


Surakarta: Yuma Pustaka.

Widiawati, Winda. 2015. Peningkatan Keterampilan Berbicara Dengan


Menggunakan Media Kartun Siswa Kelas VIII-A SMP Negeri 3 Kopang
Kabupaten Lombok Tengah Tahun Ajaran 2014−2015. Mataram :
Universitas Mataram.
Wikipedia Bahasa Indonesia. Bang One. https://id.wikipedia.org/wiki/Bang_One
diunduh pada 24 Agustus 2017 13.44 WITA.

http://multimediapembelajaran2012c.blogspot.co.id/2015/04/v-
behaviorurldefaultvmlo_10.html, Animasi sebagai media pembelajaran. Diunduh
pada 24 Agustus 2017 21.15 WITA.

48

Anda mungkin juga menyukai