Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LANDASAN TEORI
A. DEFINISI LARUTAN
Larutan didefinisikan sebagai campuran dua atau lebih zat yang membentuk satu
macam fasa (homogen) dan sifat kimia setiap zat yang membentuk larutan tidak
berubah.Larutan disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah.
Larutan pun disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat
diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun.
Homogen juga dapat diartikan suatu kondisi dimana tidak ada kecenderungan zat-zat
dalam larutan terkonsentrasi pada bagian-bagian tertentu, melainkan menyebar secara
merata di seluruh campuran.Sifat-sifat fisika zat yang dicampurkan dapat berubah atau
tidak, tetapi sifat-sifat kimianya tidak berubah.
Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara.
Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair
misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari
pelarut(solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut adalah medium bagi zat terlarut yang
dapat berperan serta dalam reaksi kimia dalam larutan atau meninggalkan larutan karena
pengendapan atau penguapan. Dan uraian mengenai gejala ini memerlukan komposisi
larutan.
Sedangkan zat terlarut adalah komponen dari larutan yang memiliki jumlah lebih
sedikit dalam sistem larutan.Selain ditentukan oleh kuantitas zat, istilah pelarut dan
terlarut juga ditentukan oleh sifat fisikanya (struktur). Pelarut memiliki struktur tidak
berubah, sedangkan zat terlarut dapat berubah. Contohnya yaitu dapat kita lihat pada
larutan garam. Di dalam larutan garam, air yang digunakan lebih banyak daripada garam,
sehingga air merupakan pelarutnya. Kemudian air sendiri bentuknya tidak berubah (tetap
cair) walaupun telah dicampur dengan garam yang berbentuk kristal. Sebaliknya pada
garam terjadi perubahan bentuk dimana sebelumnya berbentuk kristal menjadi bentuk cair
atau melarut dalam air, sehingga disebut zat terlarut.
Larutan sendiri dapat terjadi karena adanya gaya tarik-menarik antara molekul-
molekul solven dan solute. Pada bagian ini yang dibahas adalah larutan cair. Pelarut cair
umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya benzena, kloroform, eter, dan
alkohol.
B. KLASIFIKASI LARUTAN
1. Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut
a. Larutan Pekat
Larutan pekat yaitu larutan yang relatif mengandung lebih banyak
solute (zat terlarut) dibanding solvent (zat pelarut) atau memiliki konsentrasi
yang lebih tinggi.
b. Larutan Encer
Larutan encer yaitu larutan yang relatif mengandung lebih sedikit
solute (zat telarut) dibanding solvent (zat pelarut) atau memiliki konsentrasi
yang lebih rendah.
b. Elektrolit Lemah
Elektrolit lemah memiliki ciri-ciri sebagai berikut; terionisasi sebagian, dapat
menghantarkan arus listrik, lampu menyala redup, dan terdapat gelembung gas
namun tidak sebanyak pada elektrolit kuat.
Pada asam-asam lemah seperti CH3COOH, H2S, HCN, dan H2SO3, gugus sisa
asamnya memiliki daya tarik kurang kuat sehingga tidak semua molekul-molekul
asam ini dalam air terionisasi, tetapi hanya sebagian kecil.Sisanya tetap dalam
bentuk molekulnya.
Tanda panah dua arah menunjukkan hanya sebagian kecil dari asam asetat
terurai menjadi ion-ionnya.Umumnya tetap sebagai molekul.Larutan elektrolit
lemah biasanya berupa senyawa-senyawa dari asam lemah (HCN, CH3COOH)
serta basa lemah (NH4OH, Al(OH)3 ).
3. Berdasarkan kejenuhannya
a. Larutan Sangat Jenuh
Larutan sangat jenuh yaitusuatu larutan yang mengandung lebih banyak solute
(zat terlarut) daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh.Larutan tidak dapat lagi
melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan.Larutan sangat jenuh terjadi apabila
bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp sehingga menyebabkan pengendapan (kelewat
jenuh).
b. Larutan Jenuh
Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang partikel- partikelnya tepat habis
bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi
apabila hasil konsentrasi ion = Ksp maka larutan tersebut tepat jenuh.
4. Larutan Asam-Basa
a. Asam Basa Menurut Arhenius
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air
meningkatkan konsentrasi ion H+(aq). Asam Arrhenius dirumuskan sebagai HxZ, yang
dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut :
HxZ ⎯ ⎯ → x H+ + Zx-
Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi
asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepaskan ion H+
disebut ion sisa asam.
Berdasarkan valensinya, asam dibedakan atas:
1) Asam bervalensi satu, misalnya: HCl, HCN, HNO3, CH3COOH, dan
lain-lain.
2) Asam bervalensi dua, misalnya: H2SO4, H2CrO4, H2CO3, dan lain-lain.
3) Asam bervalensi tiga, misalnya: H3PO4, H3AsO4, dan lain-lain.
Sifat-sifat asam diantaranya, yaitu di dalam air menghasilkan ion H+ , dapat
mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah, larutannya dalam air dapat
menghantarkan arus listrik (larutan elektrolit), dan dapat menyebabkan perkaratan
pada logam (korosif).
Basa adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air dapat meningkatkan
konsentrasi ion OH-(aq).Jadi, pembawa sifat basa adalah ion OH-.
Jumlah ion OH- yang dapat dihasilkan oleh satu molekul basa disebut valensi
atau martabat basa. Berdasarkan valensinya basa dibedakan atas:
1) Basa bervalensi satu, misalnya: NaOH, KOH, AgOH, NH4OH, dan
lain-lain.
2) Basa bervalensi dua, misalnya: Ca(OH)2, Mg(OH)2,Fe(OH)2, dan lain-
lain.
3) Basa bervalensi tiga, misalnya: Fe(OH)3, Cr(OH)3, dan lain-lain.
Sifat yang dimiliki oleh basa, yaitu jika di dalam air dapat menghasilkan ion
OH-, dapat mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru, larutannya dalam air
dapat menghantarkan arus listrik (larutan elektrolit), dan jika mengenai kulit, maka
dapat menyebabkan kulit melepuh (kaustik).
c. Asam-Basa Lewis
Pada umumnya definisi asam-basa mengikuti apa yang dinyatakan oleh
Arrhenius atau Bronsted-Lowry, tapi dengan adanya struktur yang diajukan Lewis
muncul definisi asam dan basa baru. Asam Lewis didefinisikan sebagai spesi yang
menerima pasangan electron dan merupakan senyawa dengan elektron valensi < 8.
Basa Lewis didefinisikan sebagai spesi yang memberikan pasangan electron dan
mempunyai pasangan elektron bebas.
Reaksi antara boron trifluorida dengan amonia menurut teori ini merupakan
reaksi asam-basa; dalam hal ini boron trifluorida berindak sebagai asam dan amonia
sebagai basa. Dengan menggunakan diagram dot-elektron, persamaan reaksi kedua
spesies ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Di dalam kulit valensi atom pusat N dalam molekul NH3, terdapat tiga pasang
elektron ikatan (N-H) dan satu pasang elektron menyendiri, sedangkan untuk atom
pusat B alam molekul BF3 terdapat tiga pasang elektron ikatan (B-F). Sepasang
elektron menyendiri atom elektron non bonding ini dapat disumbangkan kepada atom
pusat B untuk kemudian dimiliki bersama-sama, Dengan demikian terjadi ikatan
kovalen koordinat B-N dan struktur yang terjadi berupa dua bangun tetrahedron
bersekutu pada salah satu sudutnya.
d. Kekuatan Asam- Basa
Asam dapat dibedakan menjadi asam kuat dan asam lemah, begitu pula
basa. Reaksi ionisasi asam kuat, secara umum dapat ditulis
1) Asam kuat
Disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya
(α = 1 Untuk menyatakan derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung
dari konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya.
2) Asam lemah
Disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1).Penentuan besarnya derajat keasaman tidak
dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya
asam kuat).
3) Basa kuat
Disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α
= 1). Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu
dihitung nilai pOH dari konsentrasi basanya.
4) Basa lemah
Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion
seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak
dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya
basa kuat).
Larutan penyangga asam yang terdiri dari campuran asam lemah dan basa konjugasinya.
a. Larutan penyangga basa yang terdiri dari campuran basa lemah dan asam
konjugasinya.
Larutan penyangga dapat dibuat secaralangsung dan secara tidak langsung.Hal
ini tergantung dari sumber asam konjugasi/basa konjugasi dari asam lemah/ basa
lemahnya.
Contoh :
Mereaksikan 100 mL larutan NH4OH 0,1M dengan 50 mL larutan HCl 0,1M
sehingga secara stokiometri dalam 150 mL campuran yang dihasilkan terdapat 0,005
mol NH4OH (sisa reaksi) dan NH4+ (hasil reaksi)
Kegunaan Larutan Penyangga
Dalam tubuh manusia terdapat sistem penyangga yang berperan dalam mempertahankan pH,
seperti:
a. Buffer darah, pH darah berkisar 7,35- 7,45. pH darah < 7,35 disebut
keadaan asidosis. Jika pH darah lebih kecil dari 7,0 atau lebih besar dari 7,8 ;
maka akan menimbulkan kematian. Untuk menjaga agar pH darah tidak
banyak berubah, maka dalam darah terdapat sistem penyangga H2CO3 / HCO3-
.
b. Bffer cairan tubuh. Dalam cairan sel tubuh terdapat sistem penyangga H2PO4- /
HPO42-. Campuran penyangga tersebut berperan juga dalam ekskresi ion
H+ pada ginjal
2. Dalam industri farmasi, larutan penyangga berperan dalam pembuatan obat- obatan,
agar zat aktif obat tersebut mempunyai pH tertentu Larutan penyangga yang umum
digunakan dalam industri farmasi adalah larutan asam basa konjugasi senyawa fosfat.
C. KONSENTRASI LARUTAN
Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat (unsur/molekul). Ketika
ditempatkan dalam air, kebanyakan zat akan terlarut dan zat yang terlarut ini disebut
soluble (dapat larut) dan yang lainnya yang tidak dapat larut disebut insoluble (tidak
dapat larut). Garam dan gula sangat mudah larut dalam air.
Dalam suatu larutan, zat yang menunjukkan jumlah yang lebih besar disebut dengan
pelarut dan zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut. Apa artinya bahwa suatu
zat terlarut dalam zat lainnya? Hal ini berarti bahwa molekul-molekul dari zat terlarut
terpisah dan terdistribusikan secara merata dalam pelarut
Zat tidak dapat larut (insoluble) mempertahankan keadaannya agar tidak terdistribusi
dalam pelarut. Biasanya yang digunakan sebagai pelarut adalah air, karena kebanyakan
zat padat akan terlarut dalam air, tetapi sebenarnya hampir semua cairan dapat dijadikan
pelarut
Konsentrasi adalah jumlah zat yang terlarut yang hadir terhadap jumlah pelarut atau
terhadap jumlah larutan tertentu. Dalam hal ini kita bisa mengasumsikan zat terlarut yang
wujudnya cair atau padat, sedangkan pelarutnya berwujud zat cair. Ada beberapa jenis
konsentrasi, diantaranya molaritas (M), molalitas (m), normalitas (N), persen (%), ppm
(part per million), ppb (part per billion), dan sebagainya.
Banyaknya zat yang terdapat dalam suatu larutan dapat diketahui dengan
menggunakan konsentrasi larutan yang dinyatakan dalam molaritas. Molaritas adalah
suatu cara menyatakan konsentrasi atau kepekaan larutan. Molaritas menyatakan
banyaknya mol zat dalam 1 liter larutan. Molaritas dilambangkan dengan M dan memiliki
satuan mol/L atau mmol/mL. Secara matematis, rumus molaritas adalah sebagai berikut.
Dimana n merupakan jumlah mol yang terlarut dan V merupakan volume larutan
dalam setiap liter. Jika yang diketahui bukan mol tetapi gram zat terlarut, rumus diatas
dapat pula dinyatakan dengan :
3) Persen Konsentrasi
PPM atau “Part per Million” jika dibahasa Indonesiakan akan menjadi “Bagian
per Sejuta Bagian” adalah satuan konsentrasi yang sering dipergunakan di dalam
cabang Kimia Analisa. Satuan ini sering digunakan untuk menunjukkan kandungan
suatu senyawa dalam suatu larutan misalnya kandungan garam dalam air laut,
kandungan polutan dalam sungai, atau biasanya kandungan yodium dalam garam juga
dinyatakan dalam ppm.
Seperti halnya namanya yaitu ppm, maka konsentrasinya merupakan
perbandingan antara berapa bagian senyawa dalam satu juta bagian suatu sistem.
Sama halnya denngan “prosentase” yang menunjukan bagian per seratus. Jadi rumus
ppm adalah sebagai berikut
𝑴𝒈 𝒁𝒂𝒕 𝑻𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕
Ppm = 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑳𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏 (𝑳) × 𝟏𝟎𝟎%
PPB atau “Part per Billion” jika dibahasa Indonesiakan akan menjadi “Bagian per
Semiliar Bagian” Satuan ini sering digunakan untuk menunjukkan kandungan suatu
senyawa dalam suatu larutan misalnya kandungan garam dalam air laut, kandungan
polutan dalam sungai, atau biasanya kandungan yodium dalam garam juga
dinyatakan dalam ppm.
Seperti halnya namanya yaitu ppm, maka konsentrasinya merupakan
perbandingan antara berapa bagian senyawa dalam satu juta bagian suatu sistem.
Sama halnya denngan “prosentase” yang menunjukan bagian per seratus. Jadi rumus
ppb adalah sebagai berikut :
𝝁 𝒁𝒂𝒕 𝑻𝒆𝒓𝒍𝒂𝒓𝒖𝒕
Ppb = 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑳𝒂𝒓𝒖𝒕𝒂𝒏 (𝑳) × 𝟏𝟎𝟎%
Neraca digital merupakan alat yang sering ada dalam laboratorium yang digunakan
untuk menimbang bahan yang akan digunakan. Neraca digital berfungsi untuk membantu
mengukur berat serta cara kalkulasi fecare otomatis harganya dengan harga dasar satuan
banyak kurang. Cara kerja neraca digital hanya bisa mengeluarkan label, ada juga yang
hanya timbul ditampilkan layar LCDnya. Kita mengenal neraca digital sebagai alat ukur
untuk satuan berat. Dibandingkan dengan neraca jaman dulu yang masih menggunakan
neraca analog atau manual, neraca digital memiliki fungsi lebih sebagai alat ukur,
diantaranya neraca digital lebih akurat, presisi, akuntable (bisa menyimpan hasil dari
setiap penimbangan)
Menimbang benda adalah menimbang sesuatu yang tidak memerlukan tempat dan
biasanya tidak dipergunakan pada reaksi kimia, seperti menimbang cawan, gelas kimia
dan lain-lain. Menimbang zat adalah menimbang zat kimia yang dipergunakan untuk
membuat larutan atau akan direaksikan. Untuk menimbang zat ini diperlukan tempat
penimbangan yang dapat digunakan seperti gelas kimia, kaca arloji dan kertas timbang.
Menimbang zat dengan penimbangan selisih dilakukan jika zat yang ditimbang
dikhawatirkan akan menempel pada tempat menimbang dan sukar untuk dibilas. Pada
penimbangan selisih akan diperoleh berat zat yang masuk ke dalam tempat yang
diinginkan bukan pada tempat menimbang.
Dalam praktikum biologi neraca ini biasa digunakan untuk menimbang bahan-bahan
yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil. Beberapa praktikum yang sering
memerlukan alat ini yaitu praktikum mikrobiologi dan kultur jaringan, dimana neraca ini
digunakan untuk menimbang bahan yang akan digunakan untuk membuat media untuk
bakteri, jamur ataupun untuk media tanam kultur jaringan.
Selain itu dengan adanya tingkat ketelitian yang tinggi maka hal tersebut dapat
meminimalkan kesalahan dalam pengambilan media yang dibutuhkan. Jumlah media
yang tidak tepat dalam pembuatan media baik untuk kultur jaringan ataupun media
bakteri tentunya akan berpengaruh terhadap konsentrasi zat dalam media. Hal tersebut
dapat menyebabkan terjadinya kekeliruan dalam hasil praktikum yang dilaksanakan.
PENIMBANGAN SAMPEL
Dalam penimbangan sampel, dapat digunakan dua jenia neraca yaitu neraca analitik
sederhana dan neraca analitik digital. Neraca analitik digital merupakan salah satu
neraca yang memiliki tingkat ketelitian tinggi, neraca ini mampu menimbang zat atau
benda sampai batas 0,0001g. Sedangkan neraca analitik sederhana adalah neraca yang
memiliki dua pinggan, yang harus diperhatikan titik nolnya sebelum menimbang.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan bekerja dengan neraca ini adalah :
a. Neraca harus dalam keadaan datar, perhatikan waterpass agar berada di tengah
b. Neraca harus dalam keadaan bersih, hindari bersentuhan langsung kulit dengan
bagian - bagian neraca agar lemak tidak menempel. Gunakan sarung tangan bila
perlu
c. Sesuai standar operasional prosedur, ruangan yang baik untuk neraca adalah ruang
yang kedap udara dan tertutup rapat.
Langkah kerja penimbangan yang meliputi :
a. Persiapan pendahuluan alat-alat penimbangan, siapkan alat dan zat yang akan
ditimbang, sendok spatula, kaca arloji dan kertas isap.
b. Pemeriksaan pendahuluan terhadap neraca meliputi: periksa kebersihan neraca
(terutama piring-piring neraca), kedataran dan kesetimbangan neraca.
Penanganan Neraca
Kedudukan timbangan harus diatur dengan sekrup dan harus tepat horizontal
dengan “Spirit level (waterpass) sewaktu-waktu timbangan bergerak, oleh karena itu,
harus dicek lagi. Jika menggunakan timbangan elektronik, harus menunggu 30 menit
untuk mengatur temperatur. Jika menggunakan timbangan yang sangat sensitif, anda
hanya dapat bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan.
Timbangan harus terhindar dari gerakan (angin) sebelum menimbang angka
“nol” harus dicek dan jika perlu lakukan koreksi. Setiap orang yang menggunakan
timbangan harus merawatnya, sehingga timbangan tetap bersih dan terawat dengan baik.
Jika tidak, sipemakai harus melaporkan kepada manajer lab. timbangan harus dikunci
jika anda meninggalkan ruang kerja.
Kebersihan Neraca
Kebersihan timbangan harus dicek setiap kali selesai digunakan, bagian dan
menimbang harus dibersihkan dengan menggunakan sikat, kain halus atau kertas (tissue)
dan membersihkan timbangan secara keseluruhan timbangan harus dimatikan, kemudian
piringan (pan) timbangan dapat diangkat dan seluruh timbangan dapat dibersihkan
dengan menggunakan pembersih seperti deterjen yang lunak, campurkan air dan
etanol/alkohol. Sesudah dibersihkan timbangan dihidupkan dan setelah dipanaskan, cek
kembali dengan menggunakan anak timbangan.
Berikut adalah prosedur yang harus diharus diketahui dan harus dilakukan dalam
mengoprasikan neraca digital sebelum hingga setelah penimbangan :
1. Keadaan neraca harus siap pakai
2. Neraca harus bersih (terutama piring-piring neraca)
3. Anak timbangan dalam keadaan lengkap
4. Persiapan pendahuluan terhadap alat bantu penimbangan
5. Pemeriksaan kedataran neraca dan kesetimbangan neraca
6. Pekerjaan penimbangan dan perhitungan hasil penimbangan
7. Melaporkan hasil penimbangan
8. Mengembalikan neraca pada keadaan semula Proses Pengukuran
Dalam.proses pelarutan sampel perlu di perhatikan hal - hal yang menjadi titik kritis,
ini untuk menghindari analat - analat yamg dapat tertinggal tidak melarut sempurna. Hal -
hal tersebut diantaranya :
1. Pada tahap penimbangan, timbang sampel secara perlahan - lahan agar tidak
menyebabkan ketidakseimbangan neraca.
2. Tuangkan sampel dalam wadah secara perlahan - lahan, pastikan seluruh analat
masuk ke dalam wadah dengan menggunakan pengaduk dan pastikan tidak ada yang
terjatuh. Bilas secara berturut - turut kaca arloji dengan pelarut kemudian bilas
batang pengaduk di atas wadah pelarutan. Jumlah pelarut yang masuk dalam
pembilasan maksimum setengah dari volume target.
3. Larutkan analat dengan batang pengaduk, gunakan magnetic stirrer bila perlu
1. Perhitungan penimbamgan analat yang salah, hal ini dapat menurunkan kualitas
larutan karena kesalahan konsentrasi
Adanya kontaminasi zat lain yang menyebabkan terbentuknya endapan dan perubahan warna
akibat alat - alat yang digunakan kurang diperhatikan kebersihannya
BAB III
PEMBAHASAN
AR Na = 23
AR Cl = 35.5
MR NaCl = 58.5
Perhitungan =
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝐶𝑙 1000
𝑀= ×
𝑀𝑅 𝑁𝑎𝐶𝑙 𝑚𝑙 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Perhitungan =
AR H = 1
AR S= 32
AR O = 16
MR H2SO4= 98
BE H2SO4= ½ MR = 49
ml H2SO4 = 48.5 ml
Perhitungan =
[NH4OH] = 25 %
Volume NH4OH yg akan dibuat= 100 ml
[NH4OH] yang akan dibuat =10%
100 𝑚𝑙 ×10%
= = 40 𝑚𝑙
25%
1. Siapkan dua buah piala gelas 500 ml dan satu buah piala gelas 1000 ml
2. Timbang 6,8 gram kalium dihidrogen posfat, larutkan dengan 500 ml air dalam piala
gelas 500 ml A
4. Campur kedua larutan pada poin nomor 2 dan nomor 3 dalam piala gelas 1000 ml
A. SIMPULAN
Larutan adalah suatu sistem homogen yang terdiri dari molekul atom ataupun ion
dari dua zat atau lebih. Larutan akan terjadi jika atom, molekul atau dari suatu zat
semuanya terdispersi. Larutan terdiri atas zat yang dilarutkan (zat terlarut) yang disebut
solute dan pelarut yang dinamakan solvent. Solvent atau pelarut merupakan senyawa
dalam jumlah yang lebih besar sedangkan senyawa dalam jumlah yang lebih sedikit
disebut solute atau zat terlarut. Pembuatan larutan adalah suatu cara mempelajari tentang
pencampuran 2 bahan antara cair atau padat dengan konsentrasi tertentu. Untuk
menyatakan kepekaaan atau konsentrasi suatu larutan dapat di lakukan berbagai cara
tergantung pada tujuan penggunaannya. Adapun satuan yang digunakan untuk
menentukan kepekaan larutan adalah molaritas. Molaritas,Normalitas, persen berat,
persen volume, atau sebagainya.
B. SARAN