HEMIPLEGI
HEMIPLEGI
FT. NEUROMUSKULAR II
DISUSUN OLEH:
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit non infeksi yang berkembang saat ini adalah penyakit
atau gangguan sistem peredaran darah yang menimbulkan kerusakan pada sistem
saraf pusat dan lebih lanjut menyebabkan kelumpuhan pada sebagian anggota
badan dan wajah sehingga menurunkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional
pasien.
Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak. Gangguan peredaran
darah dapat berupa Iskemia, yaitu aliran darah berkurang atau terhenti pada
sebagian daerah di otak dan perdarahan yang biasanya terjadi karena dinding
pembuluh darah robek. Seperti bagian-bagian tubuh lainnya, otak mendapatkan
suplai darah dari pembuluh darah agar dapat mempertahankan fungsinya secara
normal. Gangguan peredaran darah ini mengakibatkan fungsi otak terganggu dan
bila berat dapat mengakibatkan kematian sebagian sel-sel otak (disebut infark).
Hemiplegia diambil dari bahasa yunani yaitu “hemi” yang berarti setengah
dan “plegia” yang berarti kelumpuhan. Jadi, hemiplegia adalah kelumpuhan yang
di alami oleh salah satu sisi dari bagian tubuh (Wikipedia).
Hemiplegi merupakan suatu kondisi yang ditandai adanya kelumpuhan
separuh badan, wajah, lengan, dan tungkai berupa gangguan motorik dan gerakan
ADL lainnya.
BAB II
A. Kortek Cerebri
Kortek cerebri yang mengatur fungsi motoris terletak
pada sulcus presentralis.Sulcus presentralis berjalan ke
anterior sejajar dengan sulkus sentralis. Sulkus presentralis
terbagi lagi menjadi sulkus presentralis superior dan sulkus inferior. Sulkus
frontalis superior dan inferior berasal dari sulkus presentralis menuju kearah
depan dan bawah serta membagi permukaan lateral lobus frontalis menjadi tiga
gyrus yang sejajar yaitu gyrus frontalis superior, medius, dan inferior.
Pada lobus frontalis terdapat area motorik untuk gerakan volunteer, area
ini terbagi lagi yaitu untuk kaki, ankle, lutut, pinggul, badan, siku, wrist, angan,
leher, muka, lidah , lariynx, yang bekerja dari atas kebawah. Area – area ini
berhubungan dengan motor cranial dan AHC, secara menyilang ke samping yang
berlawanan di daerah kortiko spinal track. Lobus parietalis terdapat area sensorik,
sensasi kinestetik terjadi akibat adanya impuls yang ditimbulkan oleh
perangsangan propioseptor diotot, tendon, dan sendi secara tidak disadari namun
sampai saraf pusat, bila mana ada kerusakan maka rehabilitasinya sangat sulit.
Lobus oksipitalis di sini terdapat area penglihatan, informasi yang diterima mata
tidak akan diproses di otak bila area ini mengalami kerusakan. Kerusakan pada
area ini akan berakibat berkurangnya pendengaran atau hilang sama sekali.
Berkaitan dengan gangguan motorik pada stroke bagian kortek cerebri
yang dapat dipergunakan sebagai dasar referensi bagi lokalisasi proses fisiologis
dan patologis dengan memakai angka – angka yang dibuat oleh Broadman dengan
memberikan label – label pada masing – masing daerah yang dianggap berbeda
dalam kortek cerebri. Pada lobus frontalis daerah tersebut telah terbagi menjadi
beberapa area diantaranya area 4 terletak pada gyrus presentralis dan lobus
precentralis merupakan daerah motorik yang utama. Area 6 terletak pada gyrus
frontalis superior dan medial merupakan bagian sirkuit ekstrapiramidal dan
premotor. Area 8 terletak pada gyrus frontalis superior dan medial berhubungan
dengan pergerakan mata dan perubahan pupil.Area 9, 10, 11, 12 daerah asosiasi
frontalis.
B. Traktus Pyramidalis dan Exstrapyramidalis
Di dalam perjalanannya implus motorik dibagi menjadi dua bagian,
yaitu upper motor neuron yang menghantarkan implus dari pusat motorik di
cortex cerebri sampai batas synapsis cornu anterior medulla spinalis dan
lower motor neuron yang menghantarkan implus dari cornu anterior medulla
spinalis sampai ke otot. Dalam pembahasan upper motor neuron ini akan
disinggung tentang tractus pyramidalis, tractus extrapyramidalis serta stimulasi
tractus pyramidalis dan tractus extrapyramidalis.
1) Tractus pyramidalis
Serabut – serabut saraf motoris central yang tergabung dalam suatu
berkas yang berfungsi menjalarkan implus motorik yang disadari disebut tractus
pyramidalis. Tractus ini membentuk pyramidal pada mendulla oblongata
dan karena itu dinamakan system pyramidal turun dari kapsula interna daeri
cortex cerebri. Kira –kira 80 % serabut – serabut ini menyilang garis tengah dalam
decussatio pyramidium untuk membentuk tractus corticospinalis lateralis, sisanya
turun sebagai tractus corticospinalis anterior.
2) Tractus extrapyramidalis
Sistem tractus extrapyramidalis dapat dianggap suatu system fungsional
dengan tiga lapisan integrasi, yaitu cortical, striatal (basal ganglia) dan tegmental
(mesensephalon). Fungsi utama dari extrapyramidalis berhubungan dengan gerak
yang berkaitan, pengaturan sikap dan integrasi otonom.(Chusid.1993). Stimulasi
dari tractus pyramidalis dan extrapyramidalis menurut John Chas pada tahun
1975, bekerja bersama untuk memberikan pola gerakan yang berupa gerak
sinergis yang benar dan reaksi postural. Ada beberapa teori yang menjelaskan
terjadinya gerakan volunter, yaitu permulaan keinginan/ide untuk bergerak,
stimulasi dari motoneuron, perubahan atau kotrol inhibisi dari antagonis, aktifitas
dari sinergis dan otot fiksator, postur dan perubahan pola postur untuk
membuat gerakan yang diinginkan. Pada pyramidalis berfungsi pada awal
gerakan yang disusun dalam area centrocephal. Jika tractus ini bekerja sendirian
tanpa bantuan dari system extrapiramidalis, maka gerakan yang dihasilkan akan
cenderung menjadi gerakan yang tidak beraturan. Tractus pyramidalis akan
membentuk suatu gerakan yang berarti, sedangkan tractus extrapyramidalis
berpengaruh pada kumpulan motoneuron untuk membuat gerakan yang
diinginkan tanpa melibatkan aktifitas yang tidak diinginkan.
Vaskularisasi otak
Penelitian kebutuhan vital jaringan otak akan oksigen dapat dicerminkan
dengan melakukan percobaan dengan menggunakan kucing, para peneliti
menemukan lesi permanen yang berat didalam cortex kucing setelah sirkulasi
darah otaknya dihentikan hampir selama 3 menit. Diperkirakan bahwa
metabolisme otak menggunakan kira – kira 18% dari total konsumsi oksigen oleh
tubuh.Pada manusia, dalam suatu saat mungkin otak mengandung kira – kira 7 ml
total oksigen, yang dengan kecepatan pemakainan normal akan habis kira - kira 10
detik, oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau masa hidup jaringan SSP yang
menghadapi kekurangan oksigen cukup singkat (Chusid, 1993).Berat otak hanya
2,5 % dari berat badan seluruhnya namun otak merupakan organ yang paling
banyak menerima darah dari jantung yaitu 20 % dari seluruh darah yang
mengalir ke seluruh bagian tubuh (Lumantobing, 2001). Pengaliran darah ke otak
dilakukan oleh dua pembuluh arteri utama yaitu sepasang arteri karotis interna
yang mengalir sekitar 70% dari keseluruhan jumlah darah otak dan sepasang
arteri vertebralis yang memberikan 30% sisanya. Arteri karotis bercabang
menjadi arteri cerebri anterior dan arteri cerebri media yang memperdarai
daerah depan hemisfer cerebri, pada bagian belakang otak dan di bagian otak
dibalik lobus temporalis. Kedua bagian otak terakir ini memperoleh darah dari
arteri cerebri posterior yang berasal dari arteri vertebralis (Chusid, 1993).
Peredaran darah otak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Tekanan darah dikepala (perbedaan antara tekanan arterial dan venosa
pada daerah setinggi otak), tekanan darah arteri yang penting dan
menentukan rata –rata 70 mmHg, dan dibawah tekananan ini akan terjadi
pengurangan sirkulasi darah yang serius.
b. Resistensi cerebrovasculer yaitu Resistensi aliran darah arteri melewati
otak dipengaruhi oleh :
1) tekanan liquor cerebrospinalis intracranial atau peningkatan
resistensi terhadap aliran darah terjadi sejajar dengan meningginya
tekanan liquor cerebrospinalis, pada tekanan diatas 500 mm air,
terjadi suatu restriksi sirkulasi yang ringan sampai berat.
2) Viskositas darah, sirkulasi dapat menurun lebih dari 50 % pada
polycythemia, suatu peningkatan yang nyata didalam sirkulasi darah
otak dapat terjadi pada anemia berat.
3) Keadaan pembuluh darah cerebral, terutama arteriole. Pada keadaan
patologis, blok ganglion stelata dapat mengalami kegagalan untuk
mempengaruhi aliran darah otak (Chusid,1993)
BAB III
PATOLOGI
A. Definisi
a. pada daerah yang mengalami hipoksia akan timbul edema sel otak
dan bila berlangsung lebih lama, kemungkinan besar akan terjadi
infark.
b. daerah sekitar infark timbul daerah penumbra iskemik dimana sel
masih hidup tetapi tidak berfungsi.
c. daerah diluar penumbra akan timbul edema lokal atau hiperemis
berarti sel masih hidup dn berfungsi.
B. Etiologi
D. Patofisiologi
Selain itu, darah yang keluar dari arteri meneken sistem piramidalis yang
mengganggu impuls saraf atau perintah yang di berikan oleh girus presentralis.
Tekanan darah ini mengganggu kapsula interna sebagai tempat di bentuknya jaras
kortikospinalis dan kortikobular di daerah genu sampai krus posterior, gangguan
ini juga dapat menyebabkan lesi di daerah kapsula interna sehingga kapsula
interna ini tidak dapat meneruskan perintah yang di berikan untuk sampai di kornu
anterior dorsalis untuk di teruskan ke otot yang di tuju demi menghasilkan
gerakan yang di inginkan
Sindrom Weber
Sindroma Raymond
Adalah suatu kombinasi parese N.VI dengan hemiplegi kontralateral,
sebagai akibat keterlibatan traktus piramidalis yang berdekatan dengan N.VI.
Sindroma Milard-Gubler
Awalnya, Pica dianggap sebagai arteri utama yang diblokir, namun hal ini
telah dibuktikan dari studi otopsi. Dalam delapan dari 10 kasus, arteri
vertebralislah yang tersumbat akibat penumpukan plak atau karena perjalanan dari
bekuan yang berasal dari jantung. Pada pasien yang lebih muda, diseksi arteri
vertebralis menyebabkan infark. Luas stroke hanya sekitar 0,39 dalam (1 cm)
secara vertikal di bagian lateral medula dan tidak melintasi garis tengah.
Mata pada sisi yang terkena memiliki kelopak mata sayu dan seorang
murid kecil.Para goncang mata ketika orang bergerak di sekitar, ini
disebut nistagmus . Ada penurunan rasa sakit dan persepsi suhu pada sisi yang
sama dari wajah. Anggota tubuh pada sisi yang berlawanan menunjukkan
penurunan persepsi sensorik .Gerakan sukarela dari lengan pada sisi yang terkena
yang canggung. Kiprah adalah "mabuk," dan pasien kesukaran dan mengarah ke
satu sisi.
BAB IV
PROSES FISIOTERAPI
A. Pemeriksaan Fisioterapi
A. Anamnesis
a. Anamnesis Umum
Nama : Dilan Husada
Umur : 36 tahun
Alamat : Jl. Bawa Karaeng
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
b. Anamnesis Khusus
Keluhan Utama : Lemah separuh badan bagian kiri.
Letak keluhan : sisi kiri badan
Kapan terjadi : 2 Tahun yang lalu
Riwayat penyakit : ± 2 tahun yang lalu pasien
mengalami kelumpuhan saat bangun
tidur. Tiba-tiba pasien merasakan
tangan dan kakinya lemah dan tidak
bisa digerakkan. Pada awalnya
pasien tidak sadar dan dirawat di
rumah pribadi selama 3 bulan
karena keadaan pasien yang
semakin memperihatinkan maka
pasien di bawa ke RS wahidin
sudirohusodo.
Riwayat penyakit dahulu : Pasien mengalami stroke yang
pertama kalinya.
c. Anamnesis Sistem
a. Kepala dan leher : Tidak Ada gangguan
b. Kardiovaskuler : Tidak ada gangguan
c. Respirasi : Ada gangguan
f. Musculoskeletal : Kelemahan pada ekstremitas sisi
sinistera.
d. Pemeriksaan Fisik
a) Vital Sign
Tekanan Darah : 170/90 mmHg
Denyut Nadi : 131 x/menit
Pernapasan :35 x/menit
Temperatur : 390 C
b) Inspeksi
Statis :
o Pasien dalam keadaan terbaring dan memakai ventilator
yang terpasang di hudung pasien.
o Terdapat oedema di tangan dan tungkai.
Dinamis :
o Pasien tidak dapat menggerakkan tangan dan
tungkainya.
o Pasien tidak mampu membuka mulutnya.
B. Pemeriksaan Spesifik
a. Tes sensorik
- tes tajam tumpul : terganggu
- tes rasa sakit : terganggu
- tes rasa gerak : terganggu
b. Tes motorik
reaksi keseimbangan sudah ada
pasien belum mampu memutar badan, duduk maupun berdiri.
Pasien belum mampu melakukan transfer/berpindah dengan
baik.
c. Tes Refleks
Biceps refleks : hipotonus
Triceps refleks : hipotonus
KPR : hipotonus
APR : hipotonus
d. Tes tonus
Ada hipertonus pd m. biceps brachii, fleksor wrist dan pada fleksor
tungkai bawah.
d. Tes ADL koordinasi
- ADL makan dan minum
- ADL berpakaian
- ADL berjalan
Hasilnya pasien tidak dapat melakukan.
e. Tes Koordinasi
a) Finger to noise : terganggu
b) Finger to finger terapis : terganggu
c) Heel to knee : terganggu
d) Heel to finger terapis : terganggu
Fleksor Wrist 0 3
Ekstensor Wrist 0 3
Fleksor elbow 1 4
Ekstensor elbow 1 4
Supinator elbow 0 3
Pronator elbow 0 3
Fleksor Shoulder 0 4
Ekstensor Shoulder 0 4
Adduktor Shoulder 1 3
Abduktor Shoulder 1 3
Fleksor Knee 1 4
Ekstensor knee 1 3
Fleksor Hip 0 3
Ekstensor Hip 0 4
Adduktor Hip 1 4
Abduktor Hip 1 4
C. Diagnosis Fisioterapi
“Gangguan fungsional ekstremitas sisi sinistera akibat hemiplegi post
stroke HS”
D. Problematik FT
Gangguan mental.
Oedema
Gangguan pernapasan.
Kelemahan otot.
E. Program Rencana Tindakan Fisioterapi
1. Tujuan
a. Support mental
b. Melancarkan jalan nafas
c. Mengurangi oedma
d. Menstimulasi kontraksi otot
e. Mencegah kontraktur
f. Mencegah komplikasi decubitus
F. Interfensi Fisioterapi
a. Infra Red Rays
Tujuan : Pree eleminary exercise
b. Breathing exercise
Tujuan : melancarkan jalan nafas
c. Positioning
Tujuan : mencegah decubitus
d. Stimulasi tonus
Tujuan : Menstimulasi munculnya kontraksi otot
e. Stretching
Tujuan : mencegah kontraktur
f. Pasif ROM exercise
Tujuan : menjaga mobilitas sendi dan mengurangi oedama.
H. Evaluasi
1. Evaluasi sesaat : Pasien nampak lelah setelah latihan
2. Evaluasi berkala :
Setelah beberapa hari, perkembangan keadaan pasien sebagai berikut ;
Belum terdapat perubahan nilai otot.
Pasien sudah mampu menggerakkan mulutnya.
Oedema agak berkurang.
DAFTAR PUSTAKA