Millennium Development Goals (MDGs) ialah Deklarasi Milenium hasil kesepakatan kepala
negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang telah
dijalankan pada September 2k, berupa delapan butir manfaat untuk dicapai pada tahun 2015.
Targetnya adalah tercapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada 2015.
2) Sasaran MDGs
3) Program MDGs
Pengertian SDGs
SDGs ( Sustainable Development Goals ) yang merupakan sebuah dokumen yang akan menjadi
sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di dunia. Konsep
SDGs melanjutkan konsep pembangunan Milenium Development Goals “MDGs” yang
dimana konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi kerangka pembangunan yang
berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep MGDs sekarang
diganti dengan SDGs.
Sasaran SDGs
Hak-hak anak
i. Pasal 17 (UU RI nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak) Setiap anak
yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau yang berhadapan dengan
hukum berhak dirahasiakan.
ii. Pasal 18 (UU RI nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak) Setiap anak
yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum
dan bantuan lainnya.
iii. Pasal 64 (UU RI nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak) Perlindungan
khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum
perlindungan dari pemberitaan identitas melalui media massa dan untuk menghindari
labelisasi.
pemberian jaminan untuk mempertahankan hubungan dengan orang tua atau keluarga
penyediaan petugas pendamping khusus anak sejak dini
penyediaan sarana dan prasarana khusus
penjatuhan sanksi yang tepat untuk kepentingan yang terbaik bagi anak
pemantauan dan pencatatan terus menerus terhadap perkembangan anak yang
berhadapan dengan hukum
Hak-hak perempuan
Membutuhkan layanan seperti psikososial, medis, dan rumah aman. Terpenting juga saat
proses hukum perempuan sangat membutuhkan peran pendamping atau Paralegal. Ketika
menjadi korban, perempuan membutuhkan pendampingan korban dan fasilitasi pemulihan
serta rehabilitasi pasca kejadian. Sedangkan sebagai pelaku perempuan membutuhkan
pendampingan dalam proses mencari akar masalah ketidakadilan gender struktural yang
menyebabkannya melakukan tindak pidana, dan bantuan hukum.
dalam proses peradilan cenderung terjadi pelanggaran hak asasi manusia, banyak bukti
menunjukkan adanya praktek kekerasan dan penyiksaan terhadap perempuan dan anak
yang masuk dalam proses peradilan;
perspektif perempuan dan anak belum mewarnai proses peradilan;
penjara yang menjadi tempat penghukuman anak terbukti bukan merupakan tempat
yang tepat untuk membina anak mencapai prosespendewasaan yang diharapkan;
selama proses peradilan, perempuan dan anak yang berhadapan dengan hukum
kehilangan hak-hak dasarnya seperti hak berkomunikasi dengan orang tua, hak
memperoleh pendidikan, dan hak kesehatan, kalau perempuan hak perdampingan, dan
lain-lain.
ada stigma yang melekat pada perempuan dan anak setelah selesai proses peradilan,
sehingga akan menyulitkan dalam perkembangan psikis dan sosial ke depannya.
Korban / pendamping yang datang sendiri, melalui proses rujukan maupun yang
diperoleh melalui penjangkauan dilaksanakan proses identifikasi yang meliputi
screening, assesmen dan rencana intervensi sesuai dengan kebutuhan korban.
Jika korban jika korban mengalami luka-luka maka korban sesegera mungkindiberikan
rehabilitasi kesehatan yang meliputi pelayanan non kritis, pelayanan semi kritis dan
pelayanan kritis sesuai dengan kondisi korban. Rekam medis harus memuat selengkap
mungkin hasil pemeriksaan korban karena dapat digunakan sebagai bahan peradilan.
Jika korban memerlukan bantuan hukum maka dilakukan setelah proses rehabilitasi
kesehatan, rehabilitasi sosial, atau bisa langsung diberikan jika memang korban tidak
memerlukan rehabilitasi tersebut. Bantuan hukum diberikan mulai dari proses
pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan di kepolisian, proses penuntutan di kejaksaan
sampai pada proses pemeriksaan di sidang pengadilan.
Proses terakhir dari layanan untuk korban adalah proses reintegrasi sosial, dimana
korban dikumpulkan kembali dengan keluarga atau keluarga pengganti serta
diupayakan agar korban dapat diterima kembali oleh keluarga dan masyarakatnya.
Dalam proses ini termasuk didalamnya adalah pemberdayaan ekonomi dan sosial serta
pembekalan ketrampilan agar dapat menghasilkan secara ekonomi, pemberian
pendidikan untuk korban yang masih bersekolah dan terputus karena menjadi korban
serta adanya monitoring dan bimbingan lanjutan.
Pengaduan/Identifikasi
kegiatan pertama yang dilakukan dalam proses penanganan anak korban kekerasan
untuk mendapatkan informasi atau menggali data-data yang diperlukan dalam rangka
pemberian bantuan dan langkah ini merupakan langkah yang akan mempengaruhi
keberhasilan dari langkah-langkah selanjutnya.
Mekanisme Pelayanan
Bantuan Hukum
penanganan dan perlindungan anak korban kekerasan di bidang hukum, mulai dari tingkat
penyelidikan dan penyidikan di kepolisian, penuntutan di kejaksaan, proses pemeriksaan di
sidang pengadilan sampai adanya kepastian hukum. Pelayanan Hukum diberikan dalam
kerangka pemenuhan hak asasi korban dan/atau saksi dan dilakukan secara terintegrasi dengan
pelayanan lainnya
Korban kekerasan terhadap perempuan dan anak dan/atau pendamping dari korban datang
dengan persyaratan sebagai berikut:
2. Surat Keterangan bila korban dirujuk dari institusi atau lembaga lain
i. Non Diskriminasi;
Setiap perempuan dan anak tanpa kecuali berhak mendapatkan layanan berkaitan
dengan kekerasan yang dialaminya; tidak ada seorang pun boleh ditolak atau
diberikan prioritas atas yang lain kecuali atas kedaruratan kondisi yang dialaminya.
ii. Hubungan Setara dan Menghormati;
Siapapun korban, pemberian layanan kepadanya harus dijalankan dengan rasa
hormat kepada korban tanpa membedakan keyakinan, nilai-nilai dan status
sosialnya. Perlakuan hormat dari petugas pelayanan menjadi penting untuk
membangkitkan harga diri korban yang jatuh akibat mengalami kekerasan. Rasa
hormat juga perlu ditunjukkan dalam proses mendengarkan narasi korban atas kasus
yang dialamin.
iii. Menjaga Privasi dan Kerahasiaan
Pelayanan harus diberikan di tempat yang menjamin privasi korban; Setiap
informasi yang terungkap dalam proses pemberian layanan harus dijaga
kerahasiaannya dan diketahui hanya oleh orang yang relevan dalam pemberian
layanan. Petugas harus menyampaikan prinsip ini kepada korban.
iv. Memberi rasa aman dan nyaman;
Petugas pemberi layanan harus memastikan bahwa korban dalam keadaan aman dan
nyaman dalam menceritakan masalahnya.
v. Tidak menghakimi
Petugas pemberi layanan harus memastikan bahwa apapun kondisi korban atau
informasi yang keluar dari korban tidak akan dinilai atau dihakimi.
vi. Menghormati Pilihan dan Keputusan Korban Sendiri
Pemberian layanan harus dilakukan dengan persetujuan korban, mulai dari proses
wawancara (termasuk pencatatan data atau menggunakan perekam), penanganan
kasus hukum sampai dengan rehabilitasi sosial.