DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
KOMORBIDITAS
1
ETIOLOGI
Faktor Biologis
Satu studi menemukan bahwa hubungan genetik bisa terdapat
antara gangguan ansietas menyeluruh dan gangguan depresif berat pada
perempuan. Studi lain menunjukkan komponen genetik yang khas, tetapi
sulit diukur pada gangguan ansietas menyeluruh. Sekitar 25% kerabat
derajat pertama pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh juga
mengalami gangguan yang sama. Kerabat laki-laki cenderung memiliki
gangguan penggunaan alkohol. Sejumlah studi kembar melaporkan adanya
angka kejadian bersama 50% pada kembar monozigot dan 15 % pada
kernbar dizigot (Sadock, 2010).
Faktor Psikososial
Dua kelompok pikiran utama mengenai faktor psikososial yang
menyebabkan timbulnya gangguan ansietas menyeluruh adalah kelompok
perilaku-kognitif dan kelompok psikoanalitik. Menurut kelompok-perilaku
kognitif, pasien dengan gangguan ansietas menyeluruh memberikan
respons pada hal-hal yang secara tidak benar dan tidak akurat dianggap
sebagai bahaya. Kelompok psikoanalitik mendalilkan bahwa ansietas
adalah gejala konflik yang tidak disadari dan tidak terselesaikan, teori
psikologis ini pertama kali disampaikan Sigmund Freud pada tahun 1909
dengan deskripsi mengenai Little Hans, sebelumnya, Freud telah
melakukan konseptualisasi ansietas yaitu, dasar fisiologis (Sadock, 2010).
Tingkatan ansietas berkaitan dengan berbagai tingkat
perkembangan : (Sadock, 2010)
2
1. Tingkat paling primitif, ansietas dapat berkaitan dengan rasa takut
dikalahkan atau bergabung dengan orang lain.
2. Pada tingkat yang lebih matur, ansietas dapat berkaitan dengan
perpisahan dengan objek yang dicintai.
3. Pada tingkat yang lebih matur, ansietas berhubungan dengan
hilangnya cinta dari objek yang penting.
4. Ansietas kastrasi, berkaitan dengan fase Oedipus pada perkembangan
dan dipertimbangkan sebagai salah satu tingkat ansietas yang paling
tinggi.
5. Ansietas superego, rasa takut seseorang untuk mengecewakan
idealisme dan nilai-nilainya (dari orang tua diinternalisasikan) adalah
bentuk ansietas yang paling matur.
(Sadock, 2010)
3
Pada anak-anak dan remaja dengan GAD sering mengalami khawatir
berlebihan mengenai penampilan mereka, seperti di sekolah atau saat berolahraga
(National Institute of Mental Health.2016).
Pada orang dewasa dengan GAD, sering sangat gugup pada keadaan
sehari-hari, seperti : jaminan atau kinerja pekerjaan, kesehatan, keuangan,
kesehatan dan kesejahteraan anak-anak, dan melengkapi pekerjaan rumah tangga
dan tanggung jawab lainnya (National Institute of Mental Health.2016).
Gejala bisa menjadi lebih baik atau lebih buruk pada waktu yang berbeda,
dan mereka sering lebih buruk selama saat stress, seperti penyakit fisik, selama
ujian di sekolah, atau selama ada konflik di keluarga (National Institute of Mental
Health.2016).
DIAGNOSIS
4
gangguan Aksis I, misalnya ansietas atau cemas bukan karena mengalami
serangan panik (seperti pada gangguan panik), merasa malu berada
dikeramaian (seperti pada fobia sosial), merasa kotor (seperti gangguan
obsesif kompulsif), jauh dari rumah atau kerabat dekat (seperti pada
gangguan ansietas perpisahan), bertambah berat badan (seperti pada
anorekia nervosa), mengalami keluhan fisik berganda (seperti pada
gangguan somatisasi), atau mengalami penyakit serius (seperti pada
hipokondriasis), juga ansietas dan kekhawatiran tidak hanya terjadi pada
gangguan stress pasca trauma.
E. Ansietas, kekhawatiran, atau gejala fisis menyebabkan distress yang secara
klinis bermakna atau hendaya sosial, pekerjaan, atau area penting fungsi
lainnya.
F. Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya penyalagunaan obat, obat-obatan) atau keadaan medis umum
(misalnya hipertiroidisme) dan tidak terjadi selama gangguan mood,
gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif.
Dari American Psychiatric. Association. Diagnostic ind Statistical Manual of Mental Disorders.
Edisi ke-4. rev. Tcxt rcv. Washington, DC: American Psychiatric Association; copyright 2OOO,
dengan izin.
(Sadock,2010)
GAMBARAN KLINIS
5
PENATALAKSANAAN
Terapi yang paling efektif untuk gangguan ansietas menyeluruh mungkin adalah
yang menggabungkan pendekatan psikoterapeutik, farmakoterapeutik, dan
suportif (Sadock,2010).
a. Psikoterapi
Pendekatan psikoterapeutik utama gangguan ansietas menyeluruh
adalah terapi perilaku-kognitif, suportif, dan psikoterapi berorientasi tilikan.
Pendekatan kognitif secara langsung ditujukan pada distorsi kognitif pasien
yang didalilkan dan pendekatan perilaku ditujukan pada gejala somatik secara
langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan perilaku adalah
relaksasi dan biofeedback. Sejumlah data awal menunjukkan bahwa kombinasi
pendekatan kognitif dan perilaku lebih efektif dari pada salah satu teknik
digunakan secara tersendiri. Psikoterapi berorientasi tilikan berfokus pada
membuka konflik yang tidak disadari dan mengidentifikasi kekuatan ego
(Sadock,2010).
Untuk pasien yang berorientasi pada psikologis dan memiliki motivasi
untuk mengerti sumber ansietas mereka, psikoterapi dapat menjadi terapi
pilihan. Pendekatan psikodinamik pada pasien dengan gangguan ansietas
menyeluruh meliputi pencarian rasa takut yang mendasari pada pasien
(Sadock,2010).
b. Farmakoterapi
Tiga obat utama yang harus dipertimbangkan untuk terapi gangguan
ansietas menyeluruh adalah buspiron, benzodiazepin, dan Selective Serotonin
Reuptake Inhibitor (SSRI). Obat lain yang dapat berguna adalah obat trisiklik
(contohnya imipramin [Tofranil]), antihistamin, dan antagonis β-adrenergik
(contohnya propranolol [lnderal]) (Sadock, 2010).
Walaupun terapi obat untuk gangguan ansietas menyeluruh kadang-
kadang dilihat sebagai terapi 6-12 bulan, sejumlah bukti menunjukkan bahwa
terapi haruslah jangka panjang, mungkin seumur hidup. Sekitar 25% pasien
kambuh di bulan pertama setelah penghentian terapi dan 60-80% kambuh
6
pada perjalanan tahun berikutnya. Walaupun beberapa pasien menjadi
bergantung pada benzodiazepin, tidak terjadi toleransi terhadap efek terapeutik
benzodiazepin, buspiron, atau SSRI (Sadock,2010).
PROGNOSIS
Awitan usia sulit dirinci. Sebagian besar pasien dengan gangguan ini
melaporkan bahwa mereka telah cemas sepanjang yang mereka ingat. Karena
tingginya insiden adanya gangguan jiwa komorbid pada pasien dengan gangguan
ansietas menyeluruh, perjalanan klinis dan prognosis gangguan ini sulit
diprediksi. Meskipun demikian, sejumlah data menuniukkan bahwa peristiwa
hidup terkait dengan awitan gangguan ansietas menyeluruh. Terdapatnya beberapa
peristiwa hidup yang negatif sangat meningkatkan kemungkinan gangguan
tersebut untuk timbul. Dengan definisi, gangguan ansietas menyeluruh adalah
suatu keadaan kronis yang mungkin akan menetap seumur hidup (Sadock,2010).
7
DAFTAR PUSTAKA
Sadock , Benjamin J dan Sadock, Virginia A. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar
Psikiatri Klinis edisi 2. Jakarta:EGC