Kelompok - 7
1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Teknologi informasi merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi suatu
perusahaan, termasuk di dalamnya Koperasi Swadharma. Pengelolaan informasi
yang baik akan menunjang keberhasilan organisasi untuk memperoleh keunggulan
yang lebih kompetitif. Permasalahan yang terjadi di lingkungan Koperasi
Swadharma khususnya pada divisi IT saat ini adalah pelaksanaan kinerja IT belum
terdokumentasi dengan baik hal ini disebabkan karena pergantian kepemimpinan
yang sering terjadi yang menyebabkan perubahan sistem terus menerus sehingga
kinerja IT menjadi kurang optimal. Selain itu tidak terdapat standarisasi pada
Koperasi Swadharma untuk menilai kualitas software yang digunakan sehingga tidak
diketahui apakah aplikasi yang digunakan efektif dan efisien untuk proses bisnis
yang ada. Dari permasalahan tersebut penulis mencoba untuk melakukan penelitian
mengenai “Evaluasi Peran Teknologi Informasi pada Koperasi Swadharma dengan
Menggunakan Model Maturity Level pada Kerangka Kerja CobIT pada Domain Plan
and Organise”.
2. TINJAUAN PUSTAKA
CobIT (Control Objectives for Information and Related Technology)
CobIT adalah sekumpulan dokumentasi best practices untuk IT governance yang
dapat membantu auditor, pengguna (user), dan manajemen untuk menjembatani gap
antara resiko bisnis, kebutuhan control dan masalah-masalah teknis IT. CobIT
bermanfaat bagi auditor karena merupakan teknik yang dapat membantu dalam
identifikasi IT control issues, CobIT berguna bagi para IT users karena memperoleh
keyakinan atas kehandalan dalam sistem aplikasi yang dipergunakan. Sedangkan
2
para manajer memperoleh manfaat dalam keputusan investasi di bidang IT serta
infrastrukturnya, menyusun strategic IT Plan, menentukan information architecture,
dan keputusan atas procurement (pengadaan/pembelian) mesin. Disamping itu,
dengan keterandalan sistem informasi yang ada pada perusahaannya diharapkan
berbagai keputusan bisnis dapat didasarkan atas informasi yang ada (Sanyoto, 2007).
CobiT Framework
Kerangka kerja CobIT terdiri dari beberapa guidelines (arahan), yakni :
a. Control Objectives
Terdiri atas 4 tujuan pengendalian tingkat tinggi (high level control objectives) yang
tercermin dalam 4 domain, yaitu : planning & organization, acquisition &
implementation, delivery & support, dan monitoring.
b. Audit Guidelines
Berisi sebanyak 318 tujuan-tujuan pengendali rinci (detailed control objectives)
untuk membantu para auditor dalam memberikan management assurance atau saran
perbaikan.
c. Management Guidelines
Berisi arahan baik secara umum maupun spesifik mengenai apa saja yang mesti
dilakukan, seperti : apa saja indicator untuk suatu kinerja yang bagus, apa saja resiko
yang timbul, dan lain-lain.
d. Maturity Models
Untuk memetakan status maturity proses-proses IT (dalam skala 0 – 5). CobIT
merupakan panduan yang paling lengkap dari praktik-praktik terbaik untuk
manajemen IT yang mencakup 4 (empat) domain, yaitu: perencanaan dan organisasi,
akuisisi dan implementasi, penyerahan dan dukungan,IT, dan monitor. CobIT
framework mencakup tujuan pengendalian yang terdiri dari 4 domain, yaitu :
1. Perencanaan dan Organisasi (Planning and Organization)
Mencakup strategi dan taktik yang menyangkut identifikasi tentang bagaimana TI
dapat memberikan kontribusi terbaik dalam pencapaian tujuan bisnis organisasi
sehingga terbentuk sebuah organisasi yang baik dengan infrastruktur teknologi yang
baik pula.
3
2. Perolehan dan Implementasi (Acquisition and Implementation)
Identifikasi solusi TI dan kemudian diimplementasikan dan diintegrasikan dalam
proses bisnis untuk mewujudkan strategi TI.
3. Penyerahan dan Pendukung (Delivery and Support)
Domain yang berhubungan dengan penyampaian layanan yang diinginkan, yang
terdiri dari operasi pada sistem keamanan dan aspek kesinambungan bisnis sampai
dengan pengadaan training.
4. Monitoring
Semua proses TI perlu dinilai secara teratur dan berkala bagaimana kualitas dan
kesesuaiannya dengan kebutuhan kontrol.
Maturity Model
Maturity model di desain sebagai profil dari IT processes yang merupakan
penggambaran kondisi perusahaan saat ini dan di masa yang akan datang. Maturity
model menggunakan suatu metode penilaian sedemikian rupa sehingga suatu
organisasi dapat menilai dirinya sendiri dari non-existence ke optimised (dari 0 ke 5).
Pendekatan ini dikembangkan dari maturity model yang
digunakan oleh Software Engineering Institute untuk menilai kemapanan
pengembangan software. Dengan menggunakan maturity model untuk tiap-tiap satu
dari 34 proses IT, manajemen dapat memetakan :
· Status organisasi saat ini – dimana organisasi saat ini
· Status best-in-class di industri sekarang – sebagai perbandingan
· Strategi organisasi untuk peningkatan – posisi yang ingin dicapai organisasi
Skala yang digunakan oleh maturity model CobIT adalah sebagaimana terlihat pada
Gambar 2.3 berikut ini :
Gambar1. Maturity Model (ITGI, 2007)
Dalam ISAC Foundation (2007), untuk memetakan status kematangan proses-proses
teknologi informasi dalam skala 0 – 5 . penjelasan lebih rinci mengenai skala 0 – 5
sebagai berikut :
1. Skala 0 : Non-Existent; Sama sekali tidak ada proses IT yang diidentifikasi.
Perusahaan belum menyadari adanya isu yang harus dibahas.
4
2. Skala 1 : Initial; Perusahaan sudah mulai mengenali proses teknologi informasi di
perusahaannya, belum ada standarisasi, dilakukan secara individual, dan
tidakterorganisasi. Terdapat bukti yang memperlihatkan perusahaan telah menyadari
adanya isu yang perlu dibahas. Tidak ada proses yang baku; sebagai gantinya ada
pendekatan khusus (adhoc) yang cenderung diterapkan per kasus. Pendekatan
manajemen secara keseluruhan masih belum terorganisasi.
3. Skala 2 : Repeatable but Intuitive; Perusahaan sudah mulai memilliki prosedur
dalam proses teknologi informasi tetapi tidak ada pelatihan dan komunikasi formal
tentang prosedur standar tersebut. Tanggung jawab terhadap proses tersebut masih
dibebankan pada individu dan tingkat ketergantungan pada kemampuan individu
sangat besar sehingga terjadi kesalahan.
4. Skala 3 : Defined Process; Prosedur di perusahaan sudah distandarisasi,
terdokumentasi, dan dikomunikasikan melalui pelatihan tetapi implementasi masih
tergantung pada individu apakah mau mengikuti prosedur tersebut atau tidak.
Prosedur yang dibuat tersebut tidak rumit, hanya merupakan formalisasi kegiatan
yang sudah ada.
5. Skala 4 : Managed and Measurable; Perusahaan dapat mengukur dan memonitor
prosedur yang ada sehingga mudah ditanggulangi jika terjadi penyimpangan. Proses
yang ada sudah berjalan dengan baik dan konstan. Otomasi dan perangkat teknologi
informasi yang digunakan terbatas.
6. Skala 5 : Optimized; Proses yang ada sudah mencapai best practice melalui proses
perbaikan yang terus menerus. Teknologi informasi sudah digunakan terintegrasi
untuk otomatisasi proses kerja dalam perusahaan, meningkatkan kualitas, efektivitas,
serta kemampuan beradaptasi terhadap perusahaan.
3. METODE PENELITIAN
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Kuesioner, yaitu dengan cara membagikan kuesioner kepada masing-masing
kepala unit pada Koperasi Swadharma sebanyak 20 responden
5
b. Studi Pustaka yaitu dengan cara mempelajari literatur-literatur yang relevan
dengan penelitian guna memperoleh gambaran teoritis mengenai pengevaluasian
kebutuhan IT dengan metode maturity level pada kerangka kerja COBIT. Selain itu
untuk menunjang kelengkapan dan ketajaman analisis, diperlukan sumber referensi
seperti : teksbook, kuliah-kuliah, perpustakaan, internet dan media cetak lainnya.
Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data ini bertujuan untuk menentukan posisi maturity model berdasarkan
pendekatan COBIT yang telah dicapai perusahaan pada saat ini. Dalam penelitian ini,
digunakan penilaian yang dikemukakan oleh Pederiva (2003) untuk dapat mengukur
maturity model dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Rentang jawaban dibagi dalam 4 skala yaitu : 1-2-3-4 dengan nilai pemenuhan
(compliance value) terhadap masing-masing skala yaitu 0 - 0.33 - 0.66 - 1 masing-
masing bobot dari nilai pemenuhan tersebut menunjukkan tingkat persetujuan
terhadap satu pernyataan.
2. Setiap angka pada maturity level compliance value [C] kemudian dibagi dengan
total keseluruhan perolehan maturity level compliance value, sehingga akan
diperoleh normalized maturity level compliance value
3. Setiap maturity level [M] kemudian dikalikan denga normalized maturity level
compliance value dari masing-masing maturity level [D] sehingga nantinya akan
diperoleh nilai kontribusi untuk setiap maturity level
Metode Analisis
Analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik statistic deskriptif dimana data-
data akan ditransformasikan sebelumnya kedalam bentuk tabulasi (memasukkan
data-data kedalam tabel dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah
kasus dalam beberapa kategori) untuk menghasilkan suatu penilaian dan kemudian
diinterpretasikan. Penilaian yang dilakukan akan menganalisa proses dalam domain
Plan and Organise. Hasil perhitungan dari masing-masing proses secara keseluruhan
akan dimasukkan kedalam maturity level.
6
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pengolahan data diatas, rata-rata maturity level yang telah dicapai
Koperasi Swadharma adalah 2,86, angka ini menunjukkan tingkat maturity level
pada Koperasi Swadharma telah berada pada posisi standar internasional yang di
tetapkan yaitu pada angka 2,5 (Guldentops et al, (2000,p100)).
Dari hasil perhitungan yang telah dijabarkan diatas dalam menetapkan rencana
strategis IT memperoleh nilai maturity level sebesar 2,81. Angka tersebut
menunjukkan maturity level pada proses ini mencapai tingkat 3 yaitu defined
process. Dalam mengatur dan mengarahkan semua sumber daya IT Koperasi
Swadharma dalam hal ini sudah sesuai dengan business strategy dan prioritas yang
ada, dimana prosedur-prosedur dalam perusahaan telah distandarisasi dan
didokumentasikan serta dikomunikasikan melalui pelatihan, tetapi implementasinya
masih bergantung pada individu apakah mau mengikuti prosedur tersebut atau tidak.
Dalam menetapkan arah teknologi memperoleh nilai maturity lebel sebesar 2,96.
Angka tersebut menunjukkan maturity level proses ini mencapai tingkat 3 yaitu
defined process. Teknologi yang digunakan pada Koperasi Swadharma sudah mulai
mendukung bisnis yang berjalan, hanya saja dalam menentukan teknologi yang
digunakan tersebut belum ada rancangan yang jelas tentang teknologi yang
diperlukan dan masih bergantung pada individu sehingga kurang memberikan respon
terhadap perubahan yang terjadi dalam persaingan yang ada.
7
4. PO4 (Define the IT Processes, Organitation, and Relationship)
Dalam mengatur investasi IT memperoleh nilai maturity lebel sebesar 2,81. Angka
tersebut menunjukkan maturity level proses ini mencapai tingkat 3 yaitu defined
process. Pada Koperasi Swadharma kebijakan dan proses IT Investment sudah di
komunikasikan dan didokumentasikan dengan baik. Hal ini menjamin bahwa
keberadaan IT memberi keuntungan dalam Koperasi Swadharma melalui
pengoptimalan biaya dan memberikan nilai intrinsik dari IT.
Dalam mengelola sumber daya manusia memperoleh nilai maturity lebel sebesar
2,93. Angka tersebut menunjukkan maturity level proses ini mencapai tingkat 3 yaitu
defined process. Salah satu yang dilakukan Koperasi Swadharma dalam hal
memotivasi karyawan adalah pihak manajemen telah merancang dan menetapkan
8
program rotasi karyawan yang bertujuan untuk mengembangkan teknik dan
keterampilan management bisnis. Selain itu, adanya training resmi untuk personil
dan hal ini juga masih bergantung pada individunya apakah mau menjalankan
training tersebut atau tidak.
Dalam mengatur kualitas memperoleh nilai maturity lebel sebesar 2,66. Angka
tersebut menunjukkan maturity level proses ini mencapai tingkat 3 yaitu defined
process. Pihak manajemen pada Koperasi Swadharma sudah memberikan kebijakan
dan procedure dalam hal membantu perencanaan implementasi dan pemeliharaan
kualitas sistem manajemen tetapi belum diimplementasikan dengan baik sehingga
pihak IT belum melakukan improvement secara optimal dan belum dapat
mengirimkan nilainya kepada bisnis.
Dalam menilai dan mengatur resiko IT memperoleh nilai maturity lebel sebesar 2,67.
Angka tersebut menunjukkan maturity level proses ini mencapai tingkat 3 yaitu
defined process. Koperasi Swadharma sudah memiliki kesadaran akan kemungkinan
resiko yang timbul dan pihak manajemen sudah mulai menanamkan tanggung jawab
manajemen resiko dalam Koperasi Swadharma.
Dalam mengatur proyek memperoleh nilai maturity lebel sebesar 3,01. Angka
tersebut menunjukkan maturity level proses ini mencapai tingkat 3 yaitu defined
process. Dalam mengatur suatu proyek, pihak manajemen Koperasi Swadharma
sudah menetapkan manajemen proyek untuk seluruh manajemen IT projects. Dalam
hal ini seluruh personil IT juga terlibat dalam manajemen proyek. Belum adanya
personil yang khusus untuk menangani project mengingat sangat minimnya personil
IT yang ada di Koperasi Swadharma.
9
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
b. Berdasarkan dari hasil analisis data evaluasi peran sistem informasi manajemen
berdasarkan domain plan and organize dengan metode maturity level, Koperasi
Swadharma saat ini berada pada angka 2,86 yaitu pada level defined process.
c. Berdasarkan kedua butir di atas, langkah yang harus di ambil oleh pihak
manajemen Koperasi Swadharma adalah menetapkan suatu standarisasi yang baku
terhadap prosedur-prosedur yang ada di Koperasi, menambah jumlah personil IT.
Saran
a. Untuk melakukan suatu perencanaan dan pengorganisasian yang baik, sebaiknya
pihak manajemen menetapkan suatu standar operasional procedure yang baku untuk
seluruh bagian Koperasi Swadharma sehingga aktivitas operasional berjalan dengan
lancar dan terorganisir dengan baik
b. Pengontrolan IT perlu di lakukan dan harus ada dokumentasi pada setiap proses IT
yang sedang berjalan. Pihak manajemen sebaiknya meminta dokumentasi kegiatan
10
IT untuk memudahkan personil IT yang baru dalam menyesuaikan pekerjaan dengan
bantuan dokumentasi tersebut.
c. Menanamkan kesadaran kepada seluruh karyawan Koperasi Swadharma agar tidak
selalu bergantung pada divisi IT mengingat personil IT yang sedikit. Hal ini
bertujuan untuk lebih mengoptimalkan kinerja IT.
d. Menambah jumlah personil IT agar terjadi pemisahan tugas sehingga dapat
mempercepat kinerja.
e. Memberikan pelatihan formal untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
di lingkungan Koperasi Swadharma.
6. DAFTAR PUSTAKA
Rahmadini Darwas, Evaluasi Peran Sistem Informasi Manajemen Koperasi
Swadharma Dengan Menggunakan Model Maturity Level Pada Kerangka Kerja
Cobit PAda Domain Planand Organise. Program Magister Sistem Informasi
Akuntansi, Jakarta 2010, Universitas Gunadarma.
11
AUDIT SISTEM INFORMASI INSTLASAI RAWAT INAP BERDASARKAN
PRESPEKTIF PELANGGAN BALANCED SCORECARD MENGGUNAKAN
STANDAR COBIT 4.1
A. PENDAHULUAN
12
karena memiliki keunggulan dalam kontrol TI dan juga menyediakan kerangka pengukuran
kinerja TI sebagai bahan analisa obyek yang perlu diperbaiki (Sarno, 2009: 17).
Untuk menentukan ruang lingkup pengukuran kinerja bisnis, dipilih salah satu
tools yang banyak digunakan untuk mengukur kinerja bisnis yaitu Balance Scorecard (BSC).
Menurut Kaplan dan Norton (1996: 9), BSC merupakan suatu konsep untuk mengukur
apakah aktivitas- aktivitas operasional suatu perusahaan dalam skala yang lebih kecil
sejalan dengan sasaran yang lebih besar dalam hal visi dan strategi. BSC membagi kinerja
bisnis ke dalam 4 (empat) perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan
pertumbuhan. Karena pendapatan utama RSU Haji Surabaya terletak pada banyaknya pasien
yang berobat sebagai pelanggan RSU Haji Surabaya, maka perspektif yang tepat untuk
diukur adalah perspektif pelanggan. Alasan lain penentuan ruang lingkup pengukuran
kinerja bisnis hanya pada perspektif pelanggan agar penelitian menjadi lebih fokus dan
efektifitas jangka waktu penyelesaian penelitian ini.
B. LANDASAN TEORI
1. Rumah Sakit
2. Sistem Informasi
Sistem informasi adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktifitas, yang
menggunakan teknologi untuk mendukung kinerja, manajemen dan pembuatan keputusan
(Beynon, 2004). Dalam hal ini, sistem informasi digunakan tidak hanya untuk
menggambarkan komputer dan perangkatnya serta interaksinya dengan organisasi, tetapi
juga digunakan untuk menggambarkan interaksi seluruh komponen yang terlibat dalam
proses bisnis organisasi tersebut.
13
3. Audit Sistem Informasi
Audit secara umum adalah proses terpadu dalam pengumpulan dan penilaian
terhadap informasi sebagai satu kesatuan organisasi oleh seorang ahli (ISACA,
2003). Definisi audit sistem informasi dapat dikemukakan oleh Sarno (2009: 3) yaitu : audit
sistem informasi dapat didefinisikan sebagai proses sistematis yang dilakukan dengan
memperhatikan keobyektifan dari pihak yang kompeten dan independen dalam
perolehan dan penilaian bukti-bukti terhadap tuntutan-tuntutan yang terkait dengan hal-hal
atau kejadian yang bersifat ekonomis .
4. Balanced Scorecard
dalam prespektif pelanggan menjelaskan cara-cara dimana nilai akan diciptakan untuk
pelanggan, bagaimana ia menuntut ini harus dipenuhi dan mengapa pelanggan mau
membayarnya, maka berbagai proses internal dan upaya pengembangan perusahaan harus
diarahkan berdasarkan prespektif ini.
Keselarasan tujuan pengukuran tujuan bisnis dan tujuan TI pada Instalasi Rawat
Inap RSU Haji Surabaya, dimulai dengan COBIT. COBIT menyediakan pemetaan
keselarasan dalam perspektif masing-masing (ITGI, 2007). Berikut merupakan contoh
14
dalam melakukan penyelarasan tujuan bisnis, tujuan TI serta proses TI pada kegiatan audit
sistem informasi.
7. Maturity Level
Model yang digunakan untuk mengendalikan proses teknologi informasi yang terdiri
dari pengembangan suatu metode penilaian sehingga suatu organisasi dapat mengukur
dirinya sendiri dari non- eksisten ke tingkat optimal (value 0 sampai dengan value 5).
C. METODOLOGI PENELITIAN
2. Pengumpulan bukti.
Pada audit sistem informasi instalasi rawat inap terdapat pengelompokkan proses
TI berdasarkan tujuan bisnis pada perspektif proses bisnis internal Balanced Scorecard.
Adapun tujuan dari perspektif bisnis adalah:
2. Pengumpulan Bukti
Hasil pengumpulan bukti atau evidence yang dihasilkan dari wawancara dan
observasi pada instalasi rawat inap perlu dilakukan audit sistem informasi untuk
mengukur kinerja TI perusahaan, dan cara yang tepat adalah ditinjau dari perspektif
pelanggan dengan standar COBIT 4.1 karena mengacu dari visi rumah sakit yaitu
memberikan pelayanan. Alat bantu yang digunakan berupa kertas kerja audit. Kertas kerja
berisi form pertanyaan yang mengacu pada standar COBIT.
16
Gambar 1 Kerangka Kerja Tingkat Kematangan PO 1 Level 0
Penyusunan temuan dan rekomendasi sebagai hasil evaluasi dari pelaksanaan audit.
Temuan dalam audit muncul setelah dilakukan pembandingan antara apa yang
seharusnya dilakukan dengan proses yang sedang berlangsung pada perusahaan. Dari
hasil temuan tersebut kemudian dilaksanakan rekomendasi yang berguna untuk perbaikan
proses sistem informasi. Temuan dan rekomendasi dibuat berdasarkan tiap tujuan TI,
kemudian dilakukan hal yang sama pada setiap tujuan TI.
17
6. Penyusunan Temuan dan Rekomendasi
Penyusunan temuan dan rekomendasi sebagai hasil evaluasi dari pelaksanaan audit
sistem informasi intalasi rawat inap ini muncul setelah dilakukan pembandingan antara apa
yang seharusnya dilakukan dengan proses yang sedang berlangsung pada perusahaan. Dari
hasil temuan tersebut kemudian dilaksanakan rekomendasi yang merupakan rincian
temuan serta rekomendasi yang diberikan guna untuk perbaikan proses sistem informasi
ke depannya.
Berdasarkan analisa dari hasil pengumpulan bukti selama pelaksanaan audit sistem
informasi instalasi rawat inap di RSU Haji Surabaya didapat beberapa temuan yang memuat
fakta-fakta baik yang telah dilaksanakan dengan baik sesuai standard COBIT ataupun
yang masih perlu diperbaiki lagi. Adapun fakta-fakta yang telah sesuai dengan standard
COBIT diantaranya adalah:
1.Terdapat kebijakan dan prosedur sistem informasi yang jelas dan didokumentasikan,
distandarisasi, dikomunikasikan dan disosialisasikan
2. Terdapat tujuan TI, tujuan bisnis, proses TI, rencana strategis TI dan risiko TI
yang di dokumentasikan dengan jelas pada master plan TI
3. Terdapat perencanaan pengadaan investasi TI.
4. Terdapat dasar penganggaran investasi TI yang diputuskan oleh manajemen.
5. Terdapat pelatihan untuk pengguna secara formal.
6. Terdapat laporan mengenai pelaksanaan proses TI secara keseluruhan.
7. Terdapat standar target dalam penyelesaian permasalahan.
8. Terdapat pengelolaan untuk pemasok/vendor yang sudah bekerja sama.
9. Terdapat pihak yang bertanggung jawab dalam pengelolaan insiden.
Berdasarkan hasil audit sistem informasi, terdapat temuan hal-hal yang belum dilakukan
atau kurang maksimal dilakukan menurut standar COBIT, yaitu:
18
4. Tidak ada pendukung berupa aplikasi untuk mendukung pengelolaan insiden.
7. Penyusunan Rekomendasi
seluruh pegawai RSU Haji Surabaya agar mudah mengevaluasi insiden apa yang terjadi
melalui FAQs tersebut.
3. Melakukan studi banding dengan rumah sakit lain yang dilakukan secara periodik.
Kemudian membuat pelaporan mengenai hasil studi banding tersebut dan diketahui
oleh seluruh pegawai.
KESIMPULAN
1. Audit sistem informasi ditinjau dari perspektif pelanggan Balanced Scorecard pada
Instalasi Rawat Inap memiliki ruang lingkup tujuan bisnis sebanyak 6 (enam), tujuan TI
sebanyak 20 (dua puluh) dan total proses TI sebanyak 32 (tiga puluh dua) proses.
2. Pengumpulan bukti pelaksanaan audit sistem informasi berupa form hasil wawancara,
dengan ditunjukkan dokumen-dokumen kebijakan dan operasional.
19
3. Instalasi rawat inap telah melaksanakan aktivitas sistem informasi pada perspektif
pelanggan. Tingkat kematangan (maturity level) yang dimiliki pada masing-masing
proses TI berbeda-beda. Hasil perhitungan nilai rata-rata maturity level yang didapatkan
adalah 3.21 yang berarti tingkat maturity level sistem informasi Instalasi Rawat Inap
RSU Haji Surabaya berdasarkan COBIT 4.1 adalah defined, yaitu: prosedur telah
distandarisasi dan didokumentasikan serta dikomunikasikan melalui pelatihan. tetapi
implementasinya masih bergantung pada individu apakah mau mengikuti prosedur
tersebut atau tidak. Prosedur dikembangkan sebagai bentuk formalisasi dari praktek yang
ada. Hal ini berarti:
b. Terdapat fasilitas untuk memonitor dan mengukur prosedur yang sudah berjalan,
yang dapat mengambil tindakan, jika terdapat proses yang diindikasikan tidak
efektif.
SARAN
Saran bagi pengembangan yang berkaitan dengan pencapaian hasil yang optimal dari
audit sistem sistem informasi ini sebagai berikut:
1. Saran bagi pengembangan yang berkaitan dengan pencapaian hasil yang optimal
dari audit sistem sistem informasi ini sebagai berikut: Audit sistem informasi
instalasi rawat jalan ini hanya mengacu pada penerapan aplikasi rawat inap.
Diharapkan untuk pengembangannya, dapat dilakukan audit terhadap keseluruhan
aplikasi pendukung proses rawat inap.
2. Audit sistem informasi instalasi rawat inap ini hanya menggunakan prespektif
pelanggan. Diharapkan untuk pengembangannya, dapat dilakukan audit dengan
menggunakan prespektif lainnya.
20
3. Audit sistem informasi instalasi rawat inap yang telah dilakukan hanya membahas
sampai penilaian tingkat kematangan proses TI. Diharapkan untuk pengembangannya,
dapat dilakukan audit sistem informasi instalasi rawat inap dengan menggunakan
standar COBIT 4.1 sampai dengan pembahasan KPI, PKGI, dan ITKGI.
4. Berdasarkan hasil audit sistem informasi instalasi rawat inap yang telah
dilakukan, didapatkan pernyataan bahwa pihak Rumah Sakit Umum Haji Surabaya
belum pernah melakukan audit terhadap kinerja server. Diharapkan untuk
pengembangannya, akan dilakukan audit terhadap kinerja server guna memastikan
keamanan sistem informasi yang ada dengan menggunakan standar ISO.
21
PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI INFORMASI
TERHADAP PERKEMBANGAN AKUNTANSI
A. PENDAHULUAN
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Teknologi Informasi
Teknologi Informasi (TI) merupakan salah satu alat manajer untuk mengatasi
perubahan (Laudon dan Laudon, 2006: 14). Defenisi TI secara lengkap dinyatakan
oleh Martin et al. (2002: 1) yaitu teknologi komputer yang digunakan untuk
memproses dan menyimpan informasi serta teknologi komunikasi yang digunakan
untuk mengirim informasi.
Lingkungan teknologi memungkinkan perusahaan untuk memajukan
kinerjanya. TI dan kinerja memiliki hubungan simbiosis. Perkembangan TI yang
22
terjadi selama ini mencakup perkembangan infrastruktur TI, yakni hardware,
software, data, dan komunikasi.
Auditing adalah sebuah proses sistematis yang dilakukan oleh seseorang yang
memiliki kompetensi dan bersikap independen mengenai perolehan dan penilanian
atas bukti secara obketif. Kegiatan ini dilakukan dengan pengumpulan dan penilaian
atas bukti-bukti informasi yang dapat dikuantifikasi dan terkait pada suatu entitas
ekonomi tertentu berkenaan dengan pernyataan mengenai tindakan- tindakan dan
kejadian-kejadian ekonomi.
b. Landasan Hukum
23
Langkah awal untuk melaksanakan audit atau pemriksaan disektor
pemerintah (publik) harus mengacu pada suatu pijakan hukum yang benar.
Dengan demikian, tanggung jawab yang dipikul auditor sektor bukan kepada
pihak pemerintah. Landasan hukum yang mengatur auditor dengan segala
tanggungjawabnya ditetapkan oleh suatu lembaga yaitu Dewan Perwakilan
Rakyat / DPR.
c. Keahlian
d. Lingkup Audit
Audit sektor publik (pemerintah) harus mencakup audit keuangan dan audit
operasional. Sektor penggunaan keuangan untuk menjalankan pemerintahan
perlu mendapatkan perhatian yang cukup mendalam karena dana yang
digunakan sektor ini cukup besar dan mencakup hajat hidup orang banyak.
Selain mengaudit sektor keuangan perlu juga melakukan audit di sektor
operasional seperti audit manajemen, audit kinerja, audt terpadu, audit
efisien dan efektivitas serta komprehensif.
e. Independensi
Secara teori independensi meliputi dua aspek yaitu independence in fact dan
independence in appearance. Independence in fact penekanannya terletak
pada independensi yang sesungguhnya yang meliputi bagaimana kinerja para
praktisi individu dalam menjalankan tugasnya seperti dalam merencanakan
program audit, kinerja auditor dalam memferivikasi pekerjaan dan
menyiapkan laporannya. Sedangkan independence in appearance yaitu
bagaimana auditor bertinfak sebagai suatu kelompok professional yang
24
cukup independen dalam menemukan bukti-bukti audit. Sebagai kelompok
yang profesional auditor harus menghindari praktek-praktek yang
menyebabkan independensi berkurang yang nantinnya akan berpengaruh
pada opini yang akan dibuat.
f. Standar Pelaporan
g. Distribusi Pelaporan
Agar tindak lanjut dari laporan auditor sektor publik, seharusnya laporan
audit tersebut di distribusikan kepada publik untuk bisa mengevaluasi kasil
kinerja pemerintah. Dalam hal ini bertindak tentunya wakil rakyat yaitu
anggota DPR atau DPRD sehingga mengetahui seberapa jauh pihak
eksekutif mengemban tanggung jawab yang dipikulnya.
C. PEMBAHASAN
1. Teknologi Informasi dan Perkembangan Akuntansi
Pada masa bercocok tanam teknologi pada masa itu masih bersifat fisik sehingga
teknologi informasi masih tertulis dan dikembangkan untuk membuat catatan
akuntansi, teknologi akuntansi pada masa itu masih sangat sederhana. Karena
lingkungan masih sangat statis dan dapat diprediksi dengan mudah, dengan
system single entry book keeping sudah dianggap cukup, orang hanya
memerlukan informasi mengenai berapa asset dan berapa utangnya pada suatu
saat tertentu.
25
b. Era Industri
Pada masa Era Industri mulai terjadi revolusi industry dengan mulai ditemukan
mesin - mesin industry, tenaga kerja manusia dalam pabrik mulai diganti dengan
mesin. Pada masa ini system doble entry book keeping mulai diperkenalkan
dimana orang mulai memerlukan informasi mengenai berapa pendapatan yang
diperoleh, dan berapa perubahan kekayaan yang dimiliki selama satu periode.
Karena kebutuhan manusia akan informasi semakin komplek maka system doble
entry book keeping mengalami perkembangan mulai dari teknik pembukuan
sampai dengan metode akuntansi yang komplek seperti akuntansi untuk inflasi,
dana pension, lessing, dan lain - lain. Pada masa ini system infornasi akuntansi
dalam meyediakan informasi baik kepada internal maupun ekternal masih
dilakukan secara manual dengan bantuan mesin hitung.
c. Era Informasi
Era Informasi dimulai dengan ditemukannya komputer, pada era ini teknologi
informasi sudah menggunakan komputer dan pemrosesan dan penyimanan
informasi menjadi lebih cepat, lebih murah, tidak banyak menggunakan tempat
dan waktu. Salah satu bidang ilmu akuntasi yang banyak dipengaruhi oleh
perkembangan TI adan SIA, pada dasarnya siklus akuntansi pada SIA berbasis
komputer sama dengan SIA berbasis manual, artinya kativitas yang harus
dilakukan untuk menghasilkan laporan keuangan tidak bertambah ataupun tidak
ada yang dihapus. SIA berbasis Komputer hanya merubah karakteristik dari
suatu aktivitas.
27
3. Segel Web Trust
Akuntan publik yang dapat melakukan jasa web trust adalah akuntan publik
yang telah mendapat izin dari pihak yang berwenang. Akuntan yang mendapat
perikatan tersebut akan melakukan penilaian atas prinsip dan kriteria web trust,
maka perusahaan tersebut dapat menapilkan segel web trust dalam websitenya.
Segel tersebut merupakan symbol bahwa telah dilakukan penilaian terhadap
suatu website oleh Akuntan Publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian
(unqualified) atas penerapan standar, prinsip, dan kriteria yang sesuai dengan
prinsip dan kriteria web trust.
Tanggung jawab auditor dalam mengaudit web trust secara umum sama dengan
audit atas laporan keuangan, perbedaanya terletak pada cakupannya. Walaupun
bentuk nya berbeda tetapi konsep - konsep yang digunakan dalam audit web
trust sama dengan audit laporan keuangan.
C. KESIMPULAN
28
Perkembangan TI juga mempengaruhi perkembangan proses audit. Kemajuan
audit software memfasilitasi pedekatan audit berbasis komputer. Kemajuan teknologi
informasi memberikan peluang baru bagi profesi akuntan. Peluang baru yang
mungkin diraih di antaranya adalah konsultan system informasi berbasis komputer,
CISA, dan web trust audit
29
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, R. dan Norton, D. 1996. Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi.
Jakarta: Erlangga
Sarno, R. 2009. Audit Sistem & Teknologi Informasi. Surabaya : ITS Press
Sarno, R. 2009. Strategi Sukses Bisnis dengan Teknologi Informasi. Surabaya: ITS Press.
Yuwono, S., Sukarno, E., dan Ichsan, M. 2006. Petunjuk Praktis Peyusunan Balanced
Scorecard. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Pederiva, A. 2003. The CobIT Maturity Model in a Vendor Evaluation Case, Journal of
Information System Audit.
30