Anda di halaman 1dari 20

By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.

10

PIPE STRESS ANALYSIS

MEMODELKAN DAN MENGANALISA STRESS PADA TUTORIAL 001


MENGGUNAKAN CAESAR 5.10

Oleh Ivalgan Haqiqi Putra

INTI KARYA PERSADA TEHNIK


ENGINEERING & CONSTRUCTION SEPTEMBER 2011
0
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10

1
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
Pipe Stress Analysis (PSA) PSA adalah suatu cara perhitungan tegangan pada
perpipaan karena adanya beban statis dan beban dinamis, beban ini bisa berupa gaya
berat fluida yang mengalir, gaya berat pipa, gaya tekan fluida, gaya beban yang
muncul tiba-tiba karena termal expansion, gaya dari luar karena angin, gempadll.
PSA dilakukan pada pipeline maupun sistem piping untuk memastikan keamanan rute
pipa, beban pada nozzle, dan apakah support pipa telah dipilih dan diletakkan
secara tepat sehingga tegangan yang terjadi tidak melebihi besaran maksimal
tegangan yang diatur ( codes / standard) Untuk memenuhi tujuan diatas maka para PSA
engineer menggunakan software untuk memudahkan pekerjaannya yaitu Caesar II,
Autopipe. Caesar II adalah program computer yang dibuat oleh COADE.Inc untuk
memenuhi kebutuhan perhitungan PSA , software ini sangat membantu dalam desain
mechanical dan sistem perpipan. Pengguna Caesar II dapat membuat permodelan system
perpipaan dengan menggunakan “simple beam element” kemudian menentukan kondisi
pembebanan sesuai dengan kondisi yang dikehendaki. Dengan memberikan/membuat
inputan tersebut, Caesar II mampu menghasilkan hasil analisa berupa stress yang
terjadi, beban, dan pergeseran terhadap system yang kita analisa. Tujuan dari Pipe
stress analysis - Memastikan tidak terjadi overload yang akan mengakibatkan
defleksi karena overstress pada pipa - Menentukan peletakan, jarak, jumlah, jenis
dan dimensi dari support juga pondasi pipa - Menentukan displacement/pergeseran
pipa untuk perhitungan pada nozzle-vessel - Mengatasi masalah getaran pada
perpipaan - mengoptimasikan design sistem perpipaan A. Menu utama pada caesar II 1.
New file Kita pilih File > New > Piping input > ok Masukkan nama project pada enter
name new project Dalam hal ini kita memilih piping input untuk pekerjaan piping
atau memilih struktural untuk pekerjaan struktural

2.

Input menu Di dalam Input Menu ada 3 pilihan yang dapat kita pilih yaitu : • Piping
adalah input Caesar II untuk pemodelan piping • Underground adalah input Caesar II
untuk pemodelan “Burried Pipe” • Structural Steel – adalah input Caesar II untuk
pemodelan Struktur.

2
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
3. Analisis Menu
Di dalam analysis menu memberikan kita pilihan untuk melakukan perhitungan yang
kita inginkan sesuai dengan permasalahan yang kita simulasikan, yaitu sebagai
berikut : • Static – Analisa ini digunakan untuk analisa pemodelan pipa / struktur
dengan beban statis / tetap.. • Dynamics – Analisa ini digunakan untuk analisa
pemodelan pipa / struktur dengan beban yang dinamis • SIFs – Digunakan untuk
menghitung Stress Intensification Factor pada Intersection dan Bend. • WRC 107/297
– Untuk menghitung stress pada vessel akibat dari sambungan dengan pipa. • Flanges
– Melakukan perhitungan stress dan kebocoran pada flange. • B 31.G – Memperkirakan
ketahanan / umur pipeline • Expansion Joint Rating – Mengevaluasi expansion joint
dengan menggunakan persamaan EJMA. • AISC – Melakukan pengecekan kode AISI pada
elemen structural steel. • NEMA SM23 – Mengevalusi beban pipa pada steam turbin
noozle • API 610 – Mengevaluasi beban pipa pada pompa centrifugal • API 617 –
Mengevalusi beban pipa pada compressor. • HEI Standard – Mengevalusi beban pipa
pada feedwater heater • API 650 – Mengevalusi beban pipa pada fired heater.

4.

Tool menu Tools menu merupakan salah satu fungsi yang penting dalam Caesar dimana
didalamnya terdapat berbagai macam fungsi antara lain : 1. Konfigurasi/setup :
Dapat membuat setup bermacam hal seperti interval node, tebal pipa, dll sesuai
project data atau kehendak client 2. Make unit file Untuk membuat satuan yang
sesuai project 3. material data base Melakukan editing atau menambahkan material
baru pada data base Caesar II.

3
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
B. Input Piping 1. Spreadsheet

Dalam spreadsheet kita akan mulai menginput node node desain, memasukkan data-data
yang ada pada lembar project, menentukan letak restraintt yang tepat, dll.
Dilengkapi dengan menu perintah dan tool bar yang akan memudahkan kita mendesain
sistem perpipaan Dalam spreadsheet terdapat : 1. Nomor Node Dalam caesar setiap
element pipa diidentifikasikan dengan nomor node. default interval node 10 dapat
diganti pada menu awal, Tools >> configure/setup >> geometry directives >> auto
node increment

2.

Panjang element Panjang elemen yang kita masukkan dalam CAESAR adalah dalam bentuk
3 dimensi dimana memilii koordinat (X, Y, dan Z). Sumbu Y adalah sebagai sumbu
vertical. DX,DY,DZ adalah mendeskribsikan pengukuran terhadap X,Y,Z antara node
awal (from node) dan node tujuan ( To node).

4
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
3. Pipe section properties Sebelum kita melanjutkan untuk membuat modelling kita
harus mengisi properties pipa sesuai dengan project. Sch = schedule = tebal pipa
Corrosion = batas ketebalan korosi pada pipa Insul Thk = tebal dari isolasi pipa
jika terisolasi

4.

kondisi operasi

Caesar II memiliki 9 kondisi temperature dan tekanan yang dapat diberikan untuk
masing-masing elemen pipa. Caesar II mempergunakan data temperature tersebut untuk
mendapatkan thermal strain/regangan akibat temperature dan allowable
stress/tegangan yang diijinkan dari suatu elemen dari material data base. Input
temperature dan takanan ini juga berfungsi untuk mensimulasikan kondisi pembebanan
ketika kita akan melakukan analysis. Caesar II menggunakan parameter standard untuk
temperature sebesar 70 deg. F, jika kita ingin merubahnya sesuai dengan kondisi
lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan Special Execution Parameters Option
pada box yg terdapat di spreadsheet sheet input piping

5.

Spesial element information Komponen khusus seperti bend, rigid, expansion joint,
reducer dan Tee diberikan di dalam check box di atas. Jika akhir node elemen pada
spreadsheet adalah bend, elbow, atau mitered joint, maka bend checkbox harus
dipilih dengan meng-klik 2 kali. Untuk Rigid checkbox digunakan untuk valve dan
flange.

6.

Boundary & Loading Condition Check box disamping untuk membatasi pergerakan pipa
dan untuk memilih beban dari luar yang diterima pipa bisa berupa gaya/momen yang
terjadi pada element tertentu, sebuah beban merata atau beban karena angin

5
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
7. Piping material Caesar II membutuhkan spesifikasi material pipa, elastic
modulus, poisons ratio, density,dll. Sebagai parameter dasar yang akan digunakan
untuk perhitungan. Caesar II telah memiliki berbagai database tentang material
dimana kita dapat memilih sesuai dengan spesifikasi yang dikehendaki, dan atau kita
dapat merubah/membuat material data base sendiri dengan menggunakan Caesar II
material data base editor.

6
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
Sebelum melakukan pengerjakan dengan caesar II, kita mesti menentukan satuan yang
akan kita pakai dalam project tsb. Karena ini penting dalam penginputan nantinya
tidak terjadi kesalahan. Buka caesar pilih tools >> configure >> database
definition >> Unit file name >> pilih MM, SI atau ENGLISH

Dalam hal ini satuan dalam proyek bisa saja tidak sama dengan template satuan dalam
caesar II maka diperlukan program bantuan seperti convert unit
http://www.joshmadison.com/software

Membuat satuan unit baru,. Menu T ools>> Make Units Files>> Enter

1. Review existing unit files, untuk memperlihatkan units files 2. Create a new
units file, sebagai dasar pengeditan units file 3. Isi new unit file name dengan
nama baru unit satuan. 7

1. Edit units file label dan unit satuan sesuai project. 2. Ok/save
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10

Soal Latihan -seperti pada lembar TUTORIAL 001Langkah pengerjaan : A. Cara Input/
data masukan 1. Menentukan unit file /satuan sesuai dengan unit file dalam project
yang dikerjakan. Setting unit file dahulu sebelum input data pada menu >> tools >>
configure >> database definition >> Unit file name >> pilih ROPP >> exit w/save
Maka telah tersetting unit file dalam ROPP

2.

Buat file baru Buka File >> New Maka akan muncul tabel spt disamping Ketik nama job
file TUTORIAL 001, Diantara piping input dan struktural input dipilih piping input
karena kita akan melakukan desain pemipaan Selanjutna pilih OK

3.

Input Menu Piping

Pilih Input Menu Piping klik OK Maka akan muncul unit file yang telah dipilih di
awal tadi yaitu ROPP/PIM-2 klik OK. Maka akan muncul menu caesar

8
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
4. INPUT AWAL NODE 10-20

Pada awal ini kita menginput harus tahu satuan yang dimasukkan telah benar 1. Input
diameter : Masukan nilai diameter sesuai satuan pipa 12” 2. Input Wt/sch : Wall
thickness/schedule adalah tebal dari pipa 40sch 3. Corrosion : menginput tebal
corrosi yang di ijinkan 3.2mm 4. Insul Thk : menginput dari tebal isolasi bila pipa
terisolasi 63.5mm 5. Temp : input temperatur yang dioperasikan tersedia sampai 9
kolom. temp 1 = 76° C 6. Pressure : input pressure yang dioperasikan tersedia smpai
9 kolom. Press 1 = 5.272 kgf/cm² 7. Hydro press : input hydrotest pressure. Hydro
press = 7.94 kgf/cm² 8. Material : menentukan maerial yang digunakan dalam project.
Material = (177)A333 6 9. Fluid density : input densitas dari fluida. Atau masukkan
nilai SG fluidanya = 0.1sg 10. Insul density : menginput densitas dari isolasi pipa
= 176.2 kg/cu.cm 11. Pastikan code yang di input di caesar 5.1 telah sesuai 12.
Letakkan cursor pada DY untuk menginput flange, pilih menu> model> valve> pilih
flange>flg> 150 klik OK. Maka kita telah memodelkan panjang flange secara otomatis.
Pada menu bisa kita lihat kolom rigit tercentang dengan berat flange 36.471. 13.
Memodelkan restraint,double klik pada restraint, pilih pada node 10 dengan type
restraint anchor, dan cnode 1010. Cnode disini sebagai penghubung displacement
nosel. 14. Memodelkan displacement, klik dua kali, isi node1 dengan cnode 1010
dilanjutkan mengisi arah perpindahan nozel (N1) 15. Setelah selesai input,
kesalahan/peringatan diketahui dengan menjalankan menu file> error check, atau
start run pada toolbar. 16. Selanjutnya menu> edit> continue, atau alt + c. untuk
melanjutkan input element.

9
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
5. Input Node 20-30 1. Pada input node 20-30 kita memodelkan panjang DY pipa 571mm
– 117.475mm karena panjang digambar dikurangi panjang flange. Double klik bend
karena kita selanjutnya akan memodelkan bend/belokan Alt+c untuk membuat node
lanjutan

2.

3.

6.

Input node 30-40 1. 2. 3. Pada node 30-40 memodelkan panjang DZ sepanjang -1114mm
Double click bend untuk memodelkan bend pada node 40 Lanjutkan dengan alt+c untuk
node lanjutan

7.

Input node 40-50 1. 2. Pada node 40-50 memodelkan panjang DX sepanjang 857mm Double
click restraint pada node 50 pilih type Guide. dengan gap 3mm Pada node 50 pilih
type restraint +y (ystop) Lanjutkan dengan alt+c untuk node lanjutan

3. 4.

8.

Input node 50-60 1. Pada node 50-60 memodelkan panjang DX sepanjang 514mm –
117.275mm. Nilai 117.275mm adalah panjang flange Lanjutkan dengan alt+c untuk node
lanjutan

2. 3.

10
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
9. Input node 60-70 1. Pada node 60-70 memodelkan gate valve dengan double flange
dengan class 150. klik OK Dari sini bisa diketahiu panjang flange 117.275mm =
(590.550mm – 365mm)/2. Karena kita memodelkan gate valve berserta 2 flange.
Lanjutkan dengan alt+c

2.

3. 10. Input node 70-80 1.

2.

3.

Pada node 70-80 memodelkan panjang DX 2114mm 117.275mm = 1996.725mm Double click
restraint. pada node 80 pilih type restraint guide dengan gap 3mm dan type
restraint +y Lanjutkan dengan alt+c

11. Input node 80-90 1. 2. 3. Pada node 80-90 memodelkan panjang DX 6000mm Double
click pada restraint. Pada node 90 pilih type +y Lanjutkan dengan alt+c

12. Input 90-100 1. 2. Pada node 90-100 memodelkan panjang DX 6000mm Double click
pada restraint. Pada node 100 pilih type restraint guide dengan gap 3mm dan type
restraint +y pada node 100 Lanjutkan dengan alt+c

3.

11
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
13. Input node 100-110 1. 2. 3. Pada node 100-110 memodelkan panjang DX sepanjang
3000 mm Double click pada bend untuk memodelkan bend di node 110 Alt+c

14. Input node 110-120 1. 2. Pada node 110-120 memodelkan panjang DZ sepanjang 3000
mm Double click restraint. pada node 120 pilih type restraint guide dengan gap 3 mm
dan type restraint +y Lanjutkan dengan alt+c

3.

15. Input node 120-130 1. 2. 3. Pada node 120-130 memodelkan panjang DZ sepanjang
6000 mm Double click restraint. Pada node 130 pilih type restraint +y Selanjutnya
continue alt+c

16. Input node 130-140 1. 2. Pada node 130-140 memodelkan panjang DZ sepanjang 6000
mm Double click pada restraint. Pada node 140 pilih type restraint guide dengan gap
3 mm dan type restraint +y Selanjutnya continue alt+c

3.

12
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
17. Input node 140-150 1. 2. 3. Pada node 140-150 memodelkan panjang DZ sepanjang
2400 mm Double click SIFs & Tees. Pada node 150 pilih type 3-welding Selanjutnya
continue alt+c

18. Input node 150-160 1. Pada node 150-160 memodelkan panjang DY -2000 mm dengan
diameter 8” dan Wt/Sch 40 Double click pada bend untuk memodelkan bend pada node
160 Selanjutnya continue alt+c

2.

3.

19. Input node 160-170 1. Pada node 160-170 memodelkan panjang DX sepanjang -3000
mm Double click restraint. Pada node 170 pilih type restraint +y Selanjutnya
continue alt+c

2. 3.

20. Input node 170-180 1. Pada node 170-180 memodelkan panjang DX sepanjang -2000
mm Double click pada bend untuk memodelkan bend pada node 180 Selanjutnya continue
alt+c

2.

3.

13
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
21. Input node 180-190 1. 2. Pada node 180-190 memodelkan panjang DZ sepanjang 3600
mm Double click pada bend untuk memodelkan bend pada node 190 Selanjutnya continue
alt+c

3.

22. Input node 190-200 1. 2. Pada node 190-200 memodelkan panjang DY sepanjang -814
mm Selanjutnya continue alt+c

23. Input node 200-210 1. Letakkan cursor pada DY untuk menginput flange, pilih
menu> model> valve> pilih flange>flg> 150 klik OK. Maka kita telah memodelkan
panjang flange secara otomatis. Pada menu bisa kita lihat kolom rigit tercentang
dengan berat flange 18.144. Memodelkan restraint,double klik pada restraint, pilih
pada node 210 dengan type restraint anchor, dan cnode 10210. Cnode disini sebagai
penghubung displacement nosel. Memodelkan displacement, klik dua kali displacement,
isi node1 dengan cnode 10210 dilanjutkan mengisi arah perpindahan nozel (N2)
Selanjutnya continue alt+c

2.

3.

4.

14
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
24. Input node 150-220 1. Pada node 150-220 memodelkan panjang DZ sepanjang 254 mm
dengan diameter 12” dan Wt/Sch 40 Selanjutnya continue alt+c

2.

25. Input node 220-230 1. Pada node 220-230 memodelkan reducer dengan panjang DZ
203 mm Double click pada reducer. Isi diameter 2 = 10” dan thickness 2 = 40. Nilai
alpha 11.78 sesuai dengan default caesar. Selanjutnya continue alt+c

2.

3.

26. Input node 230-240 1. 2. Pada node 230-240 memodelkan panjang DZ sepanjang 3143
mm Double click pada bend untuk memodelkan bend pada node 240 Selanjutnya continue
alt+c

3.

27. Input node 240-250 1. Pada node 240-250 memodelkan panjang DY sepanjang -2739
mm Selanjutnya continue alt+c

2.

15
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
28. Input node 250-260 1. Letakkan cursor pada DY untuk menginput flange, pilih
menu> model> valve> pilih flange>flg> 150 klik OK. Maka kita telah memodelkan
panjang flange secara otomatis. Pada menu bisa kita lihat kolom rigit tercentang
dengan berat flange 24.040. Memodelkan restraint, double klik pada restraint, pilih
pada node 260 dengan type restraint anchor, dan cnode 10260. Cnode disini sebagai
penghubung displacement nosel. Memodelkan displacement, klik dua kali displacement,
isi node1 dengan cnode 10260 dilanjutkan mengisi arah perpindahan nozel (N3)
Selanjutnya continue alt+c

2.

3.

4.

29. Start run/ check error Tutorial 001

16
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
B. Flexibility analisis report 1. Start batch run 1. Menu > file > batch run > tggu
iterasi selesai hingga muncul static output processor Kita melakukan check stress
summary. Yang dianalisis adalah HYD, SUS, EXP. HYD adalah hydrotest load, SUS
adalah basic load, EXP adalah Termal load

2.

2.

Stress summary Dari stress summary dijelaskan load case yang di check memenuhi
allowable apa tidak. Jika tidak check kembali unit satuan apa sudah cocok, cek
routing, dan pemakaian restrains. Code stress ratio adalah perbandingan code stress
dan allowable.

3.

Restraints summary Dari restraint summary dijelaskan beban FX, FY, FZ dan momen MX,
MY, MZ yang ditumpu oleh penyangga. Beban dan momen ini tidak boleh melebihi
allowable dari vendor atw client.

4.

Displacement Dari displacement dijelaskan arah vektor translasi dan rotasi dari
pipa tiap node. Untuk DY sebaiknya tidak melendut sebesar 10mm.

17
By : iv4l64n@yahoo.com PSA Tutorial using caesar 5.10
5. Penjelasan allowable Stress Type dan Load Case 1. OPE : Beban dan Stress yang
terjadi pada kondisi operasional akibat kombinasi antara sustain load dan expansion
load 2. OCC : Stress yang terjadi kadang2/ dalam waktu yang singkat karena adanya
beban sustain dan beban occasional (sperti angin, gempa) 3. SUS : Stress yang
terjadi terus menerus akibat beban dari tekanan fluida dan berat pipa 4. EXP :
Stress yang terjadi karena perubahan temperatur 5. HYD : Stress yang terjadi karena
tekanan air pada waktu hydrotest

Cara menyelesaikan agar code stress check passed 1. Memasang restraint yang tepat 
jarak, jumlah, letak, type. 2. Mendesain ulang/ merouting ulang/ tambah routing

18

Anda mungkin juga menyukai