1.3 Hipotesis.................................................................................................. 2
BAB V................................................................................................................... 15
i
5.2 Saran ...................................................................................................... 15
LAMPIRAN .......................................................................................................... 18
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.2 Rangkaian sistem kontrol yang terdiri dari Arduino Uno, DHT11,
Relay, dan Kipas. .................................................................................................. 10
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari penulisan laporan ini adalah
untuk menentukan pengaruh pengontrolan suhu lingkungan terhadap
pertambahan tinggi tumbuhan jagung (Zea mays) menggunakan modul sensor
DHT11 untuk Arduino.
1.3 Hipotesis
Pertambahan tinggi tumbuhan jagung (Zea mays) dapat optimal pada suhu
lebih dari dari 28oC.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Fisiologi
Jagung termasuk tanaman C4 yang memiliki laju fotosintesis tinggi
dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi rendah, serta
penggunaan air yang efisien. Menurut Eko dkk. (2013), tanaman C4 dapat
hidup dengan baik pada kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya
matahari tinggi, suhu malam dan suhu siang tinggi, curah hujan rendah
3
dengan cahaya musiman tinggi, dan kesuburan tanah yang relatif rendah.
Fotosintesis tanaman jagung berjalan dengan baik pada suhu 28-37,5°C
dan mulai menunjukkan adanya inhibisi pada suhu di atas 37,5°C (Crafts-
Brandner & Salvucci, 2002)
Pada dasarnya, tanaman C4 dinamakan demikian karena tanaman
ini mendahului siklus Calvin dengan fiksasi karbon jalur lain yang
membentuk senyawa berkarbon empat. Tanaman C4 memiliki dua sel
fotosintetik yaitu sel seludang berkas, pembuluh tempat terjadinya siklus
Calvin, dan sel mesofil, tempat terjadinya fiksasi CO2 oleh enzim PEP
karboksilase menjadi asam organik berkarbon empat. Setelah fiksasi CO2
di sel mesofil, asam organik berkarbon empat tersebut keluar menuju sel
seludang pembuluh dan melepaskan kembali CO2 yang diasimilasi
kembali menjadi materi organik oleh enzim rubisko dan siklus Calvin.
Mekanisme ini meminimalkan fotorespirasi dan meningkatkan produksi
gula sehingga sangat bermanfaat sebagai adaptasi di daerah panas dengan
cahaya matahari yang banyak (Campbell et al., 2000).
Suhu optimum pertumbuhan jagung adalah 30-35°C, sedangkan
suhu minimumnya adalah 6-8°C. Pertumbuhan tersebut meliputi
germinasi, pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, dan pertumbuhan daun.
Paparan terhadap suhu rendah dalam waktu yang lama dapat merusak
jagung (Miedema, 1982).
4
vitamin A yang berasal dari karotenoid dan vitamin E. Vitamin pada
jagung dapat berperan sebagai antioksidan alami dan meningkatkan
imunitas.
2.2 Arduino
Arduino adalah mikroprosesor dan kontroler yang umum digunakan.
Board arduino mempunyai set digital dan analog ouput dan input yang dapat
dihubungkan ke berbagai board atau sirkuit lainnya. Arduino mempunyai
sambungan USB yang berfungsi untuk menyambungkan Arduino ke
komputer. Arduino memiliki berbagaimacam jenis seperti Arduino Uno,
Leonardo, Pro, Mega, Nano, Diecimila dan lainnya. Bahasa pemprograman
yang digunaka di arduino biasanya adalah C, C++ dan Java (Banzi & Shiloh,
2014).
Pada penelitian ini arduino yang digunakan adalah Arduino Uno. Arduino
Uno adalah jenis mikrokontroler yang paling umum digunakan. Arduino Uno
dapat dilihat pada Gambar 2.1 Arduino Uno terdiri dari pin general dan pin
dengan fungsi spesial. Beberapa pin general Arduino Uno yaitu,
1. LED pada pin 13, ketika Arduino pada daya maksimum, LED akan
menyala dan sebaliknya.
2. VIN, adalah input tegangan dari sumber eksternal ke Arduino.
3. 5V, pin yang meregulasi output 5V dari regulator ke board.
4. 3V3, menyuplai tegangan lewat sebesar 3.3 dengan arus
maksimum 50mA.
5
5. GND, sebagai pin ground.
6. IOREF, adalah pin yang menyuplai tegangan sesuai dari
mikrokontroler.
7. Reset, adalah tombol untuk mereset pemprograman Arduino.
2.3 DHT11
DHT 11 adalah modul sensor yang dapat mengukur dua parameter
lingkungan sekaligus yaitu temperatur dan kelembaban udara. Dalam sensor
ini terdapat sebuah thermistor tipe NTC (Negative Temperature Coefficient)
untuk mengukur suhu. Bentuk dari modul DHT11 dapat dilihat pada Gambar
2.2 dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Resolusi Pengukuran : 16Bit.
2. Repeatability L 1 RH
3. Akurasi pengukuran : 25
4. waktu respon pengukuran kelembaban : 6 detik
5. Waktu respon pengukuran suhu : 10 detik.
6. Periode Sampling : 2 detik
7. Sumber tegangan : DC 3.5 - 5.5 V.
Modul ini terdapat dengan dua bentuk yaitu DHT11 dengan 3 pin
dan 4 pin. Untuk DHT 11 3 pin, pin 1 adalah VCC, pin 2 Data, pin 3 GND
sedangkan DHT11 dengan 4 pin pada pin 3 tidak digunakan dan pin 4 adalah
GND. Rangkaian sambungan DHT11 dengan Arduino dapat dilihat pada
Gambar 2.3.
6
Gambar 2.3 Sambungan Arduino Uno dengan DHT11 ( Sumber :
Brainy-Bits)
7
BAB III
METODE KERJA
Breadboard Tanah
8
Gambar 3.1 Desain Instalasi Sistem
9
Gambar 3.2 Rangkaian sistem kontrol yang terdiri dari Arduino
Uno, DHT11, Relay, dan Kipas.
3.3 Cara Kerja
Zea mays dikecambahkan terlebih dahulu di dalam polybag
berukuran 10 x 15 cm. Penumbuhan jagung dilakukan selama dua belas
hari dengan penyiraman air setiap hari. Setelah dua belas hari, empat
tanaman Zea mays dengan tinggi yang memiliki kemiripan dipilih untuk
diberikan perlakuan dalam sistem yang telah dibuat. Dari empat tanaman
tersebut, masing – masing perlakuan dimasukkan dua tanaman.
10
3. Apabila suhu yang dibaca lebih besar sama dengan 28 oC, maka
Arduino akan memberikan sinyal HIGH ke relay. Dan sebaliknya
untuk suhu yang dibaca lebih kecil dengan 28 oC.
4. Sinyal HIGH ke relay akan membuat relay menutup jalur Normally
Open (NO), sehingga listrik akan mengalir dari baterai ke kipas
dan kipas menyala. Sementara sinyal LOW akan membuka jalur
NO, sehingga listrik terputus dan kipas mati.
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rataan
Tanaman Perlakuan Selisih (cm) SD (cm)
(cm)
12
berbeda. Hal ini disebabkan biji merupakan hasil persilangan antara sel
kelamin jantan dan betina, di mana gen yang ditransfer dari persilangan
tersebut tidak pasti sama untuk setiap biji. Dasar dari faktor ini adalah cross
over linkage yang terjadi pada proses profase I masin-masing sel gamet
sebelum fertilisasi membentuk biji (Reece et al, 2014). Hasil dari cross over
ini adalah terjadinya variasi dalam skala gen.
Dalam percobaan yang dilakukan, menggunakan polybag sebagai wadah
medium tumbuh tanaman. Penumbuhan tanaman pada polybag yang berbeda,
maka jumlah nutrien dalam masing – masing polybag dapat dipastikan
berbeda. Perbedaan ini disebabkan nutrien tumbuh tidak dikuantifikasi secara
pasti terlebih dahulu, hanya berdasarkan intuisi dan perkiraan. Perbedaan ini
dikuatkan dengan fenomena terjadinya perubahan fisik daun yang menguning
dan mengalami kekeringan yang berbeda waktunya antar individu. Fenomena
ini menunjukkan ketersediaan nutrien yang berbeda dalam polybag yang
berbeda. Fenomena perbedaan menguningnya daun ditunjukkan pada Gambar
4.1.
13
kelembapan DHT11 dan kipas angin, berfungsi untuk mendeteksi suhu udara
dalam suatu sistem dan otomatis menggerakan udara yang ada dalam sistem
tersebut secara paksa atau disebut force convection.
Dari perhitungan, diperoleh bahwa panas yang dapat dialirkan oleh kipas
melalui force convection adalah sebesar -128,14 Nm/(s m2). Sementara itu dari
Siqueira et al (2012), di dalam screen house terdapat radiasi cahaya matahari
sebesar 400 Nm/(s m2) dan shortwave radiation yang fluktuatif pada rentang
waktu pukul 08.00 – 16.00 dari sebesar 200 Nm / (s m2) hingga 600 (Nm / s
m2). Dari perbedaan antara panas yang dialirkan, lebih besar panas yang
diperoleh dari radiasi panas dan radiasi matahari daripada panas yang dibuang
oleh kipas. Hal ini yang menyebabkan kipas akan terus menerus menyala
untuk dapat menurunkan suhu di dalam sistem yang telah dibuat hingga
dipenuhi kondisi yang diberikan
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bedasarkan penelitian diatas, terlihat adanya perbedaan pertumbuhan
terhadap Zea mays yang ditanam pada sistem atau dibawah 28 oC dan diluar
sistem sehingga dapat disimpulkan bahwa temperatur lingkungan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Pada Zea mays yang
ditanam pada suhu lingkungan lebih tinggi akan tumbuh lebih tinggi
dibandingkan dengan Zea mays pada sistem.
5.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan baik sebaiknya sistem
dibuat lebih tertutup sehingga suhu pada sistem lebih terkontrol dan tidak
banyak terpengaruh oleh radiasi sinar matahari, selain itu, suhu juga dapat
dibuat lebih rendah lagi dengan menambahkan jumlah kipas sehingga
perbedaan yang terjadi lebih signifikan.
Pengulangan dan perbanyakan sampel penelitian juga sebaiknya dilakukan
untuk dapat melihat variansi dari kedua perlakuan sehingga standar deviasi
data data dapat diperkecil dan data menjadi lebih representative. Hal tersebut
juga membuat hasil pengamatan dapat mengabaikan faktor genetik dari
masing-masing individu Zea mays.
15
DAFTAR PUSTAKA
Banzi, M., & Shiloh, M. (2014). Getting started with Arduino: the open source
electronics prototyping platform. Maker Media, Inc..
Brainy Bits. How to use the DHT11 Temperature and Humidity Sensor with
Arduino!. Disadur pada 17 Desember 2017. www. brainy-
bits.com/blogs/tutorials/dht11-tutorial
Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L. G. (2000). Biologi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Circuit Basics. How to set up a DHT11 with Arduino Uno. Disadur pada 17
Desember 2017. www.circuitbasics.com/how-to-set-up-the-dht11-
humidity-sensor-on-an-arduino/
Crafts-Brandner, S. J., & Salvucci, M. E. (2002). Sensitivity of photosynthesis in
a C4 plant, maize, to heat stress. Plant physiology, 129(4), 1773-1780.
Eko, D., Munandar, D. E., & Setiyono. (2013). Pengaruh perbedaan naungan
terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas jagung (Zea mays L.)
komposit. Berkala Ilmiah Pertanian.
Hutapea, J. R. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1st ed.). Jakarta:
Bhakti Husada.
Iriany, R. N., & Andi Takdir, M. (2008). Asal, sejarah, evolusi, dan taksonomi
tanaman jagung. Maros: Balai Penelitian Tanaman Serelia.
Johnson, A. T. (1999). Biological process engineering: an analogical approach to
fluid flow, heat transfer, and mass transfer applied to biological systems.
John Wiley & Sons. 287 – 325.
Kasahara, S. & Hemmi. (1995). Medicinal Herb Index in Indonesia (2nd ed.).
Jakarta: PT EISAI.
Miedema, P. (1982). The Effects of Low Temperature on Zea mays. Advances in
Agronomy, 35. 93-128.
16
Rahallus, U. Y. (2015). Kualitas Tortila Chips Kombinasi Jagung (Zea mays) dan
Tepung Kepala Udang WINDU (Panaeus monodon) (Doctoral
dissertation, UAJY).
Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., &
Jackson, R. (2014). Campbell biology (p. 254). Boston: Pearson.
Siqueira, M. B., Katul, G. G., & Tanny, J. (2012). The effect of the screen on the
mass, momentum, and energy exchange rates of a uniform crop situated in
an extensive screenhouse. Boundary-layer meteorology, 142(3), 339-363.
17
LAMPIRAN
18
Lampiran A
Dokumentasi Pengamatan
A.1 Hasil Pengamatan Selama Enam Hari
19
Pengamatan hari ke-3
20
Pengamatan hari ke-5
21
Lampiran B
Perhitungan Forced Convection
22
Lampiran C
Skrip Arduino
23