Anda di halaman 1dari 29

FI3106 SENSOR DAN INSTRUMENTASI HAYATI

PENGARUH KONTROL SUHU LINGKUNGAN TERHADAP


PERTAMBAHAN TINGGI TUMBUHAN JAGUNG (Zea mays L.)
MENGGUNAKAN MODUL SENSOR DHT11 UNTUK ARDUINO

LAPORAN RESEARCH BASED LEARNING (RBL)


Oleh:
Kelompok 02
M. Arief Ardiansyah (11215006)
Dea Prianka A I (11215007)
Tia Lukmawati (11215008)
Annisa Shabrina (11215009)
Ragil Anas Islamudin (11215010)

Dosen : Dr. Hendro, MS


Asisten : Rapih Umbarawati
Tanggal Pengumpulan : 18 Desember 2017

PROGRAM STUDI REKAYASA HAYATI


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Tujuan ..................................................................................................... 2

1.3 Hipotesis.................................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3

2.1 Zea mays ................................................................................................. 3

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ................................................................. 3

2.1.2 Fisiologi ............................................................................................ 3

2.2 Arduino ................................................................................................... 5

2.3 DHT11 .................................................................................................... 6

BAB III METODE KERJA .................................................................................... 8

3.1 Alat dan Bahan ........................................................................................ 8

3.2 Desain penelitian ..................................................................................... 8

3.3 Cara Kerja ............................................................................................. 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 12

4.1 Perbandingan Hasil Antar Perlakuan .................................................... 12

4.2 Mekanisme Kerja Sistem Kontrol ......................................................... 13

BAB V................................................................................................................... 15

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 15

i
5.2 Saran ...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

LAMPIRAN .......................................................................................................... 18

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Arduino Uno........................................................................................ 5

Gambar 2.2 Modul DHT 11 .................................................................................... 6

Gambar 2.3 Sambungan Arduino Uno dengan DHT11 .......................................... 7

Gambar 3.1 Desain Instalasi Sistem........................................................................ 9

Gambar 3.2 Instalasi Sistem .................................................................................... 9

Gambar 3.2 Rangkaian sistem kontrol yang terdiri dari Arduino Uno, DHT11,
Relay, dan Kipas. .................................................................................................. 10

Gambar 4.1 Fenomena mengeringnya daun yang berbeda waktunya antar


tanaman. ................................................................................................................ 13

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Alat dan bahan ........................................................................................ 8

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Tinggi Zea mays ...................................................... 12

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Dokumentasi Pengamatan ................................................................ 19

Lampiran B Perhitungan Forced Convection ........................................................ 22

Lampiran C Skrip Arduino.................................................................................... 23

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman penting penghasil
karbohidrat selain padi dan gandum. Jagung digunakan sebagai makanan
pokok penduduk di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, serta sebagian
penduduk di Afrika dan Indonesia. Selain digunakan sebagai makanan pokok
manusia, jagung juga dapat digunakan sebagai pakan ternak, sumber minyak
nabati, bahan dasar tepung serta berbagai produk industri farmasi, kosmetik,
dan kimia.
Banyaknya produk turunan yang berasal dari jagung mengakibatkan
kebutuhan jagung lebih tinggi dibanding ketersediannya di perkebunan.
Menurut data ketahanan pangan, produksi jagung di Indonesia belum cukup
untuk memenuhi permintaan konsumen. Oleh karena itu, produksi jagung di
Indonesia perlu ditingkatkan. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi
jagung dengan mengontrol suhu lingkungan tempat ia tumbuh. Karena pada
suhu tertentu, tanaman jagung dapat tumbuh dengan optimum yang dapat
dilihat dari pertambahan tinggi tanaman. Suhu lingkungan pada pertumbuhan
jagung dapat dikontrol dengan menggunakan sensor DHT11 yang terhubung
pada Arduino Uno.
Diberikan dua perlakuan untuk mengetahui pengaruh suhu lingkungan
terhadap pertambahan tinggi tumbuhan jagung. Perlakuan pertama, suhu
lingkungan tanaman jagung tidak dikontrol sensor DHT11. Perlakuan kedua,
suhu lingkungan pada tanaman jagung dikontrol oleh sensor DHT11. Ketika
suhu lingkungan pada tanaman jagung perlakuan kedua terdeteksi oleh sensor
lebih besar dari sama dengan 28oC, kipas akan menyala sehingga suhu
lingkungan akan turun dan sebaliknya. Pertambahan tinggi tanaman dari
kedua perlakuan diamati setiap hari selama lima hari. Kemudian, data yang
didapat dari kedua perlakuan dapat dibandingkan.

1
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari penulisan laporan ini adalah
untuk menentukan pengaruh pengontrolan suhu lingkungan terhadap
pertambahan tinggi tumbuhan jagung (Zea mays) menggunakan modul sensor
DHT11 untuk Arduino.
1.3 Hipotesis
Pertambahan tinggi tumbuhan jagung (Zea mays) dapat optimal pada suhu
lebih dari dari 28oC.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zea mays


Pada sub-bab ini akan dibahas mengenai klasifikasi, morfologi jagung,
fisiologi, kegunaan dan manfaat dari Zea mays.
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Tanaman jagung dalam klasifikasi tumbuhan memiliki kedudukan
sebagai berikut (Iriany et al., 2008):
Kingdom : Plantae
Filum : Spermatophyta
Kelas : Angiosperm
Ordo : Monocotylodeneae
Famili : Poaceae
Genus : Zea L.
Species : Zea mays L.
Zea mays yang dikenal sebagai jagung merupakan tanaman rumput-
rumputan berbiji tunggal. Biji jagung yang sering disebut sebagai kernel
terdiri atas tiga bagian yaitu dinding sel, endosperm, dan embrio. Daun
jagung berbentuk pelepah dan menutupi hamper seluruh batang jagung.
Bunganya terdiri atas bunga jantan yang terletak pada ujung tanaman dan
bunga betina yang terletak pada tongkol jagung. Batang merupakan batang
beruas dengan jumlah ruas 10-40. Sistem perakarannya terdiri atas akar
seminal, koronal, dan akar udara (Rahallus, 2015).

2.1.2 Fisiologi
Jagung termasuk tanaman C4 yang memiliki laju fotosintesis tinggi
dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi dan transpirasi rendah, serta
penggunaan air yang efisien. Menurut Eko dkk. (2013), tanaman C4 dapat
hidup dengan baik pada kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya
matahari tinggi, suhu malam dan suhu siang tinggi, curah hujan rendah

3
dengan cahaya musiman tinggi, dan kesuburan tanah yang relatif rendah.
Fotosintesis tanaman jagung berjalan dengan baik pada suhu 28-37,5°C
dan mulai menunjukkan adanya inhibisi pada suhu di atas 37,5°C (Crafts-
Brandner & Salvucci, 2002)
Pada dasarnya, tanaman C4 dinamakan demikian karena tanaman
ini mendahului siklus Calvin dengan fiksasi karbon jalur lain yang
membentuk senyawa berkarbon empat. Tanaman C4 memiliki dua sel
fotosintetik yaitu sel seludang berkas, pembuluh tempat terjadinya siklus
Calvin, dan sel mesofil, tempat terjadinya fiksasi CO2 oleh enzim PEP
karboksilase menjadi asam organik berkarbon empat. Setelah fiksasi CO2
di sel mesofil, asam organik berkarbon empat tersebut keluar menuju sel
seludang pembuluh dan melepaskan kembali CO2 yang diasimilasi
kembali menjadi materi organik oleh enzim rubisko dan siklus Calvin.
Mekanisme ini meminimalkan fotorespirasi dan meningkatkan produksi
gula sehingga sangat bermanfaat sebagai adaptasi di daerah panas dengan
cahaya matahari yang banyak (Campbell et al., 2000).
Suhu optimum pertumbuhan jagung adalah 30-35°C, sedangkan
suhu minimumnya adalah 6-8°C. Pertumbuhan tersebut meliputi
germinasi, pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, dan pertumbuhan daun.
Paparan terhadap suhu rendah dalam waktu yang lama dapat merusak
jagung (Miedema, 1982).

2.1.3 Kegunaan dan manfaat


Jagung dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan makanan,
makanan ternak, serta bahan baku obat-obatan. Banyak obat tradisional
yang memanfaatkan bagian-bagian tanaman jagung, di antaranya sebagai
obat radang ginjal, batu empedu, batu ginjal, nyeri jantung (Kasahara,
1995). Biji jagung dapat memperbanyak produksi susu ASI, sebagai obat
demam nifas, obat jantung, dan peluruh air seni (Hutapea, 2000).
Menurut Rahallus (2015), kandungan gizi pada jagung antara lain
yaitu karbohidrat, protein, dan vitamin. Jagung banyak mengandung

4
vitamin A yang berasal dari karotenoid dan vitamin E. Vitamin pada
jagung dapat berperan sebagai antioksidan alami dan meningkatkan
imunitas.

2.2 Arduino
Arduino adalah mikroprosesor dan kontroler yang umum digunakan.
Board arduino mempunyai set digital dan analog ouput dan input yang dapat
dihubungkan ke berbagai board atau sirkuit lainnya. Arduino mempunyai
sambungan USB yang berfungsi untuk menyambungkan Arduino ke
komputer. Arduino memiliki berbagaimacam jenis seperti Arduino Uno,
Leonardo, Pro, Mega, Nano, Diecimila dan lainnya. Bahasa pemprograman
yang digunaka di arduino biasanya adalah C, C++ dan Java (Banzi & Shiloh,
2014).

Gambar 2.1 Arduino Uno (Sumber : Banzi & Shiloh, 2014)

Pada penelitian ini arduino yang digunakan adalah Arduino Uno. Arduino
Uno adalah jenis mikrokontroler yang paling umum digunakan. Arduino Uno
dapat dilihat pada Gambar 2.1 Arduino Uno terdiri dari pin general dan pin
dengan fungsi spesial. Beberapa pin general Arduino Uno yaitu,
1. LED pada pin 13, ketika Arduino pada daya maksimum, LED akan
menyala dan sebaliknya.
2. VIN, adalah input tegangan dari sumber eksternal ke Arduino.
3. 5V, pin yang meregulasi output 5V dari regulator ke board.
4. 3V3, menyuplai tegangan lewat sebesar 3.3 dengan arus
maksimum 50mA.

5
5. GND, sebagai pin ground.
6. IOREF, adalah pin yang menyuplai tegangan sesuai dari
mikrokontroler.
7. Reset, adalah tombol untuk mereset pemprograman Arduino.

2.3 DHT11
DHT 11 adalah modul sensor yang dapat mengukur dua parameter
lingkungan sekaligus yaitu temperatur dan kelembaban udara. Dalam sensor
ini terdapat sebuah thermistor tipe NTC (Negative Temperature Coefficient)
untuk mengukur suhu. Bentuk dari modul DHT11 dapat dilihat pada Gambar
2.2 dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Resolusi Pengukuran : 16Bit.
2. Repeatability L 1 RH
3. Akurasi pengukuran : 25
4. waktu respon pengukuran kelembaban : 6 detik
5. Waktu respon pengukuran suhu : 10 detik.
6. Periode Sampling : 2 detik
7. Sumber tegangan : DC 3.5 - 5.5 V.

Gambar 2.2 Modul DHT 11 (Sumber : Circuit Basics)

Modul ini terdapat dengan dua bentuk yaitu DHT11 dengan 3 pin
dan 4 pin. Untuk DHT 11 3 pin, pin 1 adalah VCC, pin 2 Data, pin 3 GND
sedangkan DHT11 dengan 4 pin pada pin 3 tidak digunakan dan pin 4 adalah
GND. Rangkaian sambungan DHT11 dengan Arduino dapat dilihat pada
Gambar 2.3.

6
Gambar 2.3 Sambungan Arduino Uno dengan DHT11 ( Sumber :
Brainy-Bits)

7
BAB III
METODE KERJA

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini
tertulis dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Alat dan bahan
Alat Bahan
Arduino Uno Set Board Bibit Zea mays

Breadboard Tanah

Jumper wire male-male Kompos

Jumper wire male-female


Polybag 10 x 15 cm
Jumper wire female-female
Air
Sensor DHT11
Baterai 9v
Kipas 5v, 0.08 A
Relay 5v

3.2 Desain penelitian


Dalam RBL ini menggunakan tanaman jagung yang ditempatkan
dalam wadah khusus sesuai dengan Gambar 3.1 dan Gambar 3.2. Adapun
untuk sistem kontrolnya menggunakan Arduino Uno, sensor DHT11,
relay 5v, dan kipas 5v. Rangkaian sistem kontrol sesuai dengan Gambar
3.3.

8
Gambar 3.1 Desain Instalasi Sistem

Gambar 3.2 Instalasi Sistem

9
Gambar 3.2 Rangkaian sistem kontrol yang terdiri dari Arduino
Uno, DHT11, Relay, dan Kipas.
3.3 Cara Kerja
Zea mays dikecambahkan terlebih dahulu di dalam polybag
berukuran 10 x 15 cm. Penumbuhan jagung dilakukan selama dua belas
hari dengan penyiraman air setiap hari. Setelah dua belas hari, empat
tanaman Zea mays dengan tinggi yang memiliki kemiripan dipilih untuk
diberikan perlakuan dalam sistem yang telah dibuat. Dari empat tanaman
tersebut, masing – masing perlakuan dimasukkan dua tanaman.

Dalam rangkaian sistem, telah diatur untuk menyalakan kipas


apabila suhu yang dibaca DHT11 lebih besar sama dengan 28 oC.
Algoritma rangkaian sistem kontrol adalah sebagai berikut :

1. Arduino memberikan perintah ke DHT11 untuk membaca kondisi


suhu dan kelembapan pada pin digital 7.
2. Data suhu yang dibaca dibandingkan dengan pengaturan, yaitu
lebih besar sama dengan 28 oC.

10
3. Apabila suhu yang dibaca lebih besar sama dengan 28 oC, maka
Arduino akan memberikan sinyal HIGH ke relay. Dan sebaliknya
untuk suhu yang dibaca lebih kecil dengan 28 oC.
4. Sinyal HIGH ke relay akan membuat relay menutup jalur Normally
Open (NO), sehingga listrik akan mengalir dari baterai ke kipas
dan kipas menyala. Sementara sinyal LOW akan membuka jalur
NO, sehingga listrik terputus dan kipas mati.

Pengamatan Zea mays di dalam sistem dilakukan selama enam hari,


dengan pengukuran dilakukan setiap hari. Baterai untuk sumber listrik
kipas dilakukan penggantian setiap tiga hari. Selama pengamatan
berlangsung, semua aktivitas dilakukan di dalam rumah kasa kampus ITB
Jatinangor.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perbandingan Hasil Antar Perlakuan


Hasil pengamatan tinggi Zea mays selama lima hari, terdapat di dalam
Tabel 4.1. Terjadi perbedaan pertumbuhan pada tanaman yang berada di
dalam sistem dan yang tidak. Secara rata – rata, tanaman yang ada di dalam
sistem pendingin mengalami pertumbuhan yang kurang, yaitu hanya 1,55 cm.
Sedangkan tanaman yang tidak di dalam sistem, mengalami pertumbuhan
hingga 1,95 cm. Namun standard deviasi dari keduanya sangat besar yaitu
0,25 cm dan 0,75 cm, namun masih dapat digunakan sebagai data percobaan
yang valid.
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Tinggi Zea mays

Rataan
Tanaman Perlakuan Selisih (cm) SD (cm)
(cm)

1 Dalam sistem 1,8


1,55 0,25
2 Dalam sistem 1,3
3 Tanpa sistem 1,2
1,95 0,75
4 Tanpa sistem 2,7

Perbedaan dari rataan pertumbuhan yang terjadi antara di dalam sistem


dan tanpa sistem menunjukkan bahwa sistem kontrol yang telah dibuat
berhasil untuk melakukan fungsinya dengan baik. Hal ini disebabkan sesuai
dengan Miediema (1982) yang mengatakan bahwa Zea mays tumbuh optimal
pada suhu 30-35 oC.
Namun apabila dilihat secara seksama data tanpa rataan, terdapat salah
satu pertumbuhan Zea mays yang lebih kecil dari semua data yang ada di
dalam sistem. Adapun faktor penyebab dari fenomena yang terjadi antara lain
perbedaan genetika antar individu dan ketersediaan nutrien dalam tanah.
Individu tanaman yang berasal dari perkecambahan biji dapat dipastikan
memiliki perbedaan dalam skala genetika dengan individu pada biji yang

12
berbeda. Hal ini disebabkan biji merupakan hasil persilangan antara sel
kelamin jantan dan betina, di mana gen yang ditransfer dari persilangan
tersebut tidak pasti sama untuk setiap biji. Dasar dari faktor ini adalah cross
over linkage yang terjadi pada proses profase I masin-masing sel gamet
sebelum fertilisasi membentuk biji (Reece et al, 2014). Hasil dari cross over
ini adalah terjadinya variasi dalam skala gen.
Dalam percobaan yang dilakukan, menggunakan polybag sebagai wadah
medium tumbuh tanaman. Penumbuhan tanaman pada polybag yang berbeda,
maka jumlah nutrien dalam masing – masing polybag dapat dipastikan
berbeda. Perbedaan ini disebabkan nutrien tumbuh tidak dikuantifikasi secara
pasti terlebih dahulu, hanya berdasarkan intuisi dan perkiraan. Perbedaan ini
dikuatkan dengan fenomena terjadinya perubahan fisik daun yang menguning
dan mengalami kekeringan yang berbeda waktunya antar individu. Fenomena
ini menunjukkan ketersediaan nutrien yang berbeda dalam polybag yang
berbeda. Fenomena perbedaan menguningnya daun ditunjukkan pada Gambar
4.1.

Gambar 4.1. Fenomena mengeringnya daun yang berbeda


waktunya antar tanaman.

4.2 Mekanisme Kerja Sistem Kontrol


Pada dasarnya sistem kontrol ini, menggunakan prinsip konveksi panas
yang dibawa oleh angin. Apabila terdapat udara yang bergerak, maka udara
tersebut akan membawa panas yang ada dalam sistem tersebut menuju
lingkungan. Kombinasi antara mikrokontroler Arduino Uno, sensor suhu dan

13
kelembapan DHT11 dan kipas angin, berfungsi untuk mendeteksi suhu udara
dalam suatu sistem dan otomatis menggerakan udara yang ada dalam sistem
tersebut secara paksa atau disebut force convection.
Dari perhitungan, diperoleh bahwa panas yang dapat dialirkan oleh kipas
melalui force convection adalah sebesar -128,14 Nm/(s m2). Sementara itu dari
Siqueira et al (2012), di dalam screen house terdapat radiasi cahaya matahari
sebesar 400 Nm/(s m2) dan shortwave radiation yang fluktuatif pada rentang
waktu pukul 08.00 – 16.00 dari sebesar 200 Nm / (s m2) hingga 600 (Nm / s
m2). Dari perbedaan antara panas yang dialirkan, lebih besar panas yang
diperoleh dari radiasi panas dan radiasi matahari daripada panas yang dibuang
oleh kipas. Hal ini yang menyebabkan kipas akan terus menerus menyala
untuk dapat menurunkan suhu di dalam sistem yang telah dibuat hingga
dipenuhi kondisi yang diberikan

14
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bedasarkan penelitian diatas, terlihat adanya perbedaan pertumbuhan
terhadap Zea mays yang ditanam pada sistem atau dibawah 28 oC dan diluar
sistem sehingga dapat disimpulkan bahwa temperatur lingkungan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Pada Zea mays yang
ditanam pada suhu lingkungan lebih tinggi akan tumbuh lebih tinggi
dibandingkan dengan Zea mays pada sistem.

5.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan baik sebaiknya sistem
dibuat lebih tertutup sehingga suhu pada sistem lebih terkontrol dan tidak
banyak terpengaruh oleh radiasi sinar matahari, selain itu, suhu juga dapat
dibuat lebih rendah lagi dengan menambahkan jumlah kipas sehingga
perbedaan yang terjadi lebih signifikan.
Pengulangan dan perbanyakan sampel penelitian juga sebaiknya dilakukan
untuk dapat melihat variansi dari kedua perlakuan sehingga standar deviasi
data data dapat diperkecil dan data menjadi lebih representative. Hal tersebut
juga membuat hasil pengamatan dapat mengabaikan faktor genetik dari
masing-masing individu Zea mays.

15
DAFTAR PUSTAKA

Banzi, M., & Shiloh, M. (2014). Getting started with Arduino: the open source
electronics prototyping platform. Maker Media, Inc..
Brainy Bits. How to use the DHT11 Temperature and Humidity Sensor with
Arduino!. Disadur pada 17 Desember 2017. www. brainy-
bits.com/blogs/tutorials/dht11-tutorial
Campbell, N. A., Reece, J. B., & Mitchell, L. G. (2000). Biologi. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Circuit Basics. How to set up a DHT11 with Arduino Uno. Disadur pada 17
Desember 2017. www.circuitbasics.com/how-to-set-up-the-dht11-
humidity-sensor-on-an-arduino/
Crafts-Brandner, S. J., & Salvucci, M. E. (2002). Sensitivity of photosynthesis in
a C4 plant, maize, to heat stress. Plant physiology, 129(4), 1773-1780.
Eko, D., Munandar, D. E., & Setiyono. (2013). Pengaruh perbedaan naungan
terhadap pertumbuhan dan hasil tiga varietas jagung (Zea mays L.)
komposit. Berkala Ilmiah Pertanian.
Hutapea, J. R. (2000). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (1st ed.). Jakarta:
Bhakti Husada.
Iriany, R. N., & Andi Takdir, M. (2008). Asal, sejarah, evolusi, dan taksonomi
tanaman jagung. Maros: Balai Penelitian Tanaman Serelia.
Johnson, A. T. (1999). Biological process engineering: an analogical approach to
fluid flow, heat transfer, and mass transfer applied to biological systems.
John Wiley & Sons. 287 – 325.
Kasahara, S. & Hemmi. (1995). Medicinal Herb Index in Indonesia (2nd ed.).
Jakarta: PT EISAI.
Miedema, P. (1982). The Effects of Low Temperature on Zea mays. Advances in
Agronomy, 35. 93-128.

16
Rahallus, U. Y. (2015). Kualitas Tortila Chips Kombinasi Jagung (Zea mays) dan
Tepung Kepala Udang WINDU (Panaeus monodon) (Doctoral
dissertation, UAJY).
Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., &
Jackson, R. (2014). Campbell biology (p. 254). Boston: Pearson.
Siqueira, M. B., Katul, G. G., & Tanny, J. (2012). The effect of the screen on the
mass, momentum, and energy exchange rates of a uniform crop situated in
an extensive screenhouse. Boundary-layer meteorology, 142(3), 339-363.

17
LAMPIRAN

18
Lampiran A
Dokumentasi Pengamatan
A.1 Hasil Pengamatan Selama Enam Hari

Pengamatan hari ke-1

Pengamatan hari ke-2

19
Pengamatan hari ke-3

Pengamatan hari ke-4

20
Pengamatan hari ke-5

Pengamatan hari ke-6

21
Lampiran B
Perhitungan Forced Convection

Perhitungan secara pasti panas yang berhasil dialirkan oleh sistem


dengan force convection adalah sebagai berikut.
𝑞 = ℎ𝑐 𝐴(𝑇𝑜 − 𝑇∞ )
. Dengan q adalah kalor yang ditransfer oleh konveksi (N m /s), hc koefisien
konveksi (N/ s m oC), A luas permukaan bidang konveksi (m2) dan T adalah
suhu di titik 0 dan tak terhingga (oC) (Jhonson, 1999). Perhitungan ini
menggunakan asumsi heat radiationdari tanah, mika, triplek dan rangkaian
Arduino diabaikan
Dari material datasheet, diketahui bahwa aliran udara yang mengalir
melalui kipas 5v 0,08 A, adalah 6,088 x 10-3 m3/s. Apabila dimensi kipas
diketahui 25x25x10 mm, maka luas area kipas yang mengalirkan udara
adalah 4,90 x 10-4 m2. Dengan rumus umum
𝑄 =𝐴𝑉
Q adalah aliran udara (m3/s ), A luas area udara dialirkan (m2), dan V adalah
laju aliran udara (m/s), maka kecepatan udara yang ditiup kipas adalah
sebesar 12,4 m/s. Dengan asumsi bahwa laju udara berkurang hingga 50%
ketika mencapai tanaman, maka persamaan koefisien konveksi adalah
ℎ𝑐 = 5,9𝑣 0,805
Dengan v sebesar 6,2 m/s, diperoleh nilai hc = 25,628 Nm/(oC s m2). Kalor
yang dialirkan oleh kipas adalah sebesar - 128,14 Nm/m2 apabila suhu yang
diukur 33 oC dan suhu yang diinginkan adalah 28 oC.

22
Lampiran C
Skrip Arduino

// DHT_dual_test double t = dht.readTemperature();


// Demonstrates multiple sensors
// check if returns are valid, if they are
NaN (not a number) then something
#include "DHT.h" went wrong!
// what pin we're connected to if (isnan(t) || isnan(h)) {
#define DHT1PIN 7 //PIN DHT11 Serial.println("Failed to read from
int relaypin = 10; //PIN relay DHT11 ");
int relaystate = LOW; } else {
Serial.print("Humidity : ");
#define DHT1TYPE DHT11 // DHT Serial.print(h);
11 Serial.print(" %\t");
Serial.print("Temperature : ");
DHT dht(DHT1PIN, DHT1TYPE); Serial.print(t);
Serial.println(" *C");
void setup() { }
Serial.begin(9600); Serial.println();
Serial.println("DHT11 test!"); //setting relay on and off
pinMode (relaypin, OUTPUT); if ( (t>=28.00) && (relaystate ==
dht.begin(); HIGH)){
relaystate = LOW;
} digitalWrite(relaypin, relaystate);
}
void loop() { else if( (t<28.00)){
// Reading temperature or humidity relaystate = HIGH;
takes about 250 milliseconds! digitalWrite(relaypin, relaystate);
// Sensor readings may also be up to 2 }
seconds 'old' (its a very slow sensor)
double h = dht.readHumidity(); delay(5000);

23

Anda mungkin juga menyukai