Anda di halaman 1dari 8

JISE 2 (1) (2013)

Journal of Innovative Science Education


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR REAKSI REDOKS BERVISI


SETS, BERORIENTASI KONSTRUKTIVISTIK
Danu Aji Nugraha, Achmad Binadja, Supartono

Program Pasca Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar bervisi SETS dan bero-
Diterima Januari 2013 rientasi konstruktivistik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Disetujui Februari 2013 Kualitas bahan ajar diukur dengan kriteria kevalidan, keefektifan, dan kepraktisan
Dipublikasikan Juni 2013 jika bahan ajar digunakan dalam proses pembelajaran. Efektivitas bahan ajar diuji
dengan menggunakan 2 kriteria yaitu minimal terdapat 24 dari 30 siswa memberi
Keywords:
Constructivistic; respon positif terhadap bahan ajar dan 23 dari 30 siswa tuntas belajar secara klasi-
SETS; kal. Kepraktisan bahan ajar dianalisis berdasarkan data hasil pengamatan observer
Teaching Materials. selama pembelajaran. Data pre test dan post test dianalisis dengan N-gain dan t-test
untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa bahan ajar memenuhi kriteria efektif dan praktis. Analisis
data juga menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Hal ini membuktikan bahwa terdapat
peningkatan nilai yang signifikan dari pre test ke post test yang diuji dengan soal
tes uraian. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
yang dikembangkan memenuhi kriteria valid, efektif, praktis, dan dapat meningkat-
kan kemampuan berpikir kritis. Bahan ajar tersebut dapat direkomendasikan untuk
diperbanyak dan digunakan pada proses pembelajaran yang sesungguhnya.

Abstract
The aim of this research is to develop of teaching materials with SETS perspective and con-
structivistic orientation to increase the critical thinking of students. The teaching materials
quality has been measured by the validity, effectiveness, and practicability criteria if its used
in the learning process. The teaching materials effectiveness was tested with 2-criteria, that
were 24 from 30 students gave the positive response to the teaching materials and 23 from 30
students achieved the study classically. The teaching materials practicability was analyzed
based on the observation during the learning prosess. The pretest and posttest data was ana-
lyzed with N-gain and t-test to know the increasing of the students critical thinking skills. The
results showed that the teaching materials met the effective and practice criteria. The analysis
data showed that tcount > ttable. This proved that there was a significant increasing of the pretest
to posttest scores that was tested to the students by using the essay question. Based the result on,
it could be concluded that the teaching materials met the criteria of validity, effectiveness, and
practicability and can be used to increase the critical thinking. Its recommended to multiply
and use the teaching materials in the real learning process.

© 2013 Universitas Negeri Semarang

 ISSN 2252 - 6412


Alamat korespondensi:
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang 50233
Email: pps@unnes.ac.id
Danu Aji Nugraha, dkk. / Journal of Innovative Science Education 2 (1) (2013)

Pendahuluan ga siswa tidak menemukan hubungan teori dan


konsep yang dipelajari dengan aplikasi di dunia
Perubahan yang cepat dalam berbagai nyata pendukung kehidupannya di masa yang
bidang kehidupan menuntut siswa untuk memi- akan datang, (3) kemampuan berpikir kritis da-
liki kemampuan untuk memilih, mengolah dan pat dilatih dengan pembelajaran yang berorien-
mendapatkan informasi atau pengetahuan dari tasi konstruktivistik dimana siswa membangun
berbagai sumber dengan efektif dan efisien. Ke- pengetahuannya sendiri dengan bantuan guru se-
mampuan berpikir kritis merupakan kemampuan bagai fasilitator tetapi bahan ajar yang digunakan
yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, siswa kelas X SMA Negeri 14 Semarang belum
dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidu- berorientasi konstruktivistik, (4) bahan ajar yang
pan. Siswa membutuhkan kemampuan berpikir digunakan siswa kelas X SMA Negeri 14 Sema-
kritis untuk menghadapi berbagai tantangan dan rang pada pencapaian kompetensi reaksi redoks
perubahan dimasa yang akan datang baik pada belum bertujuan untuk meningkatkan kemam-
jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun puan berpikir kritis siswa. Berdasarkan data-data
pada dunia kerja. Fachrurazi (2011) menya- terkait dan hasil investigasi awal, peneliti tertarik
takan bahwa kemampuan berpikir kritis men- untuk mengembangkan bahan ajar bervisi SETS,
jadi kemampuan yang sangat diperlukan siswa berorientasi konstruktivistik pada pencapaian
untuk menghadapi keadaan kehidupan yang se- kompetensi reaksi redoks untuk meningkatkan
lalu mengalami perubahan dan perkembangan. kemampuan berpikir kritis siswa. Tujuan dari
Pengembangan kemampuan berpikir kritis di- penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa
pandang sebagai sesuatu yang penting dan tidak valid bahan ajar yang dikembangkan dan digu-
cukup dijadikan sebagai tujuan pendidikan sema- nakan dalam proses pembelajaran, untuk meng-
ta, tetapi juga sebagai proses fundamental untuk etahui seberapa efektif dan praktis bahan ajar
membekali siswa mengatasi ketidaktentuan masa yang dikembangkan jika digunakan dalam proses
mendatang. pembelajaran serta untuk mengetahui apakah
Berdasarkan hasil investigasi awal dengan bahan ajar tersebut dapat meningkatkan kemam-
kuesioner untuk guru yang dalam penelitian ini puan berpikir kritis siswa.
adalah guru kimia SMA 14 Semarang diperoleh Menurut National Center for Vocational Edu-
hasil bahwa buku pegangan yang biasa dipakai cation Research Ltd/National Center for Competency
guru sebagai rujukan dalam mengajar adalah Based Training, bahan ajar adalah segala bentuk
buku paket, LKS, dan buku reverensi lainya yang bahan yang digunakan untuk membantu guru/
relevan. Tetapi, buku yang digunakan oleh siswa instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar
dalam proses pembelajaran di kelas hanya LKS mengajar di kelas. Jenis-jenis bahan ajar menurut
saja. LKS tersebut hanya berisi materi tentang Tocharman (2009) dalam diklat pembinaan SMA
konsep kimia saja dan kurang terdapat materi oleh Depdiknas antara lain:
penerapan konsep kimia dalam kehidupan seha- (1) Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas
ri-hari. Meskipun dalam LKS tersebut terdapat bahan cetak (printed) seperti antara lain
aplikasi konsep kimia dalam kehidupan sehari- handout, buku, modul, lembar kerja siswa,
hari tetapi tidak dibahan secara mendalam. brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar,
LKS tersebut hanya menjelaskan konsep kimia dan non cetak (non printed), seperti model/
dan penerapan konsep tersebut dalam bentuk maket.
teknologi tetapi tidak menjelaskan bagaimana (2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset,
dampak penerapan konsep kimia dalam bentuk radio, piringan hitam, dan compact disk
teknologi terhadap masyarakat dan lingkungan. audio.
Dengan kata lain bahan ajar yang dimiliki oleh (3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual)
siswa belum mencerminkan suatu bahan ajar seperti video compact disk, film.
yang bervisi SETS. (4) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive
Beberapa hal penting yang dapat diidenti- teaching material) seperti CAI (Computer
fikasi dari pemikiran latar balakang di atas antara Assisted Instruction), compact disk (CD)
lain: (1) siswa memerlukan kemampuan berpikir multimedia pembelajaran interaktif, dan
kritis untuk menghadapi tantangan, perubahan, bahan ajar berbasis web (web based learning
dan ketidaktentuan dimasa yang akan datang, materials).
(2) kompetensi reaksi redoks banyak berhubun- Dalam pendidikan SETS, tentunya proses
gan dengan kehidupan sehari-hari siswa tetapi pembelajaran yang paling sesuai adalah pembela-
bahan ajar yang digunakan siswa kelas X SMA jaran SETS itu sendiri, yaitu pembelajaran atau
Negeri 14 Semarang belum bervisi SETS sehing- pendekatan pembelajaran yang bervisi SETS.

28
Danu Aji Nugraha, dkk. / Journal of Innovative Science Education 2 (1) (2013)

Tabel 1. Perbedaan peran guru sebagai fasilitator dan instruktur.

Guru sebagai fasilitator Guru sebagai instruktur


Membantu siswa mendapatkan pemahamannya Berceramah tentang materi pembelajaran
sendiri
Penekanan kepada siswa Penekanan pada guru dan materi
Siswa memainkan peran aktif dalam proses Siswa berperan pasif dalam proses
pembelajaran pembelajaran
Mendukung siswa dari belakang Berceramah dan berpidato di depan
Fasilitator bertanya Instruktur menjawab
Memberi panduan dan menciptakan lingkungan Menjawab menurut kurikulum
bagi siswa untuk mencapai kesimpulan sendiri
Secara terus-menerus berdiskusi dengan siswa Jarang sekali berdiskusi dengan siswa
Menciptakan suasana belajar sehingga siswa Menceritakan pengalamannya sendiri
dapat membangun pengalaman belajar sendiri
Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, (2010)
Sejumlah ciri atau karakteristik pada pembelaja- sifat interaksi (dalam mengumpulkan pengeta-
ran yang bervisi SETS menurut Binadja (2005) huan siswa beriteraksi dengan siswa, guru dan
antara lain: alam), sifat ilmu (aktivitas yang dilakukan siswa
(1) Tetap memberi penekanan pada sains merupakan aktivitas yang bermakna). Teori be-
sebagai subjek pembelajarannya lajar konstruktivisme menegaskan bahwa guru
(2) Siswa dibawa ke situasi untuk harus berperan sebagai fasilitator bukan sebagai
memanfaatkan konsep sains ke bentuk instruktur. Perbadaan antara guru sebagai fasili-
teknologi untuk kepentingan masyarakat. tator dengan instruktur disajikan dalam Tabel 1.
(3) Siswa diminta untuk berpikir berbagai Menurut Fisher (2001) berpikir kritis
kemungkinan akibat yang terjadi dalam adalah kemampuan dan interpretasi aktif dan
proses pentransferan sains tersebut ke evaluasi dari hasil observasi dan komunikasi,
dalam bentuk teknologi. informasi dan argumentasi. Berpikir kritis meru-
(4) Siswa diminta untuk menjelaskan pakan upaya yang gigih untuk menguji sesuatu
keterhubungkaitan antara unsur-unsur yang dipercaya kebenarannya atau pengetahuan
sains yang sedang dibahas dengan dengan bukti-bukti yang mendukung sehingga
unsur-unsur lain dalam SETS yang lebih lanjut dapat diambil kesimpulan yang tepat.
mempengaruhi berbagai keterkaitan Berpikir kritis secara sederhana menurut Duron
antara unsur-unsur tersebut. (2006) adalah kemampuan untuk menganalisis
(5) Siswa dibawa untuk mempertimbangkan dan mengevaluasi informasi. Pemikir yang kri-
manfaat dan kerugian dari penggunaan tis dapat menghasilkan pertanyaan dan masalah
konsep sains tersebut bila diubah dalam yang penting, merumuskan dengan jelas, men-
bentuk teknologi yang berkaitan. gumpulkan dan menilai informasi yang relevan,
(6) Dalam konteks konstruktivisme, siswa menggunakan ide-ide yang sifatnya abstrak, ber-
dapat diajak berbincang tentang SETS dari pikir dengan pandangan yang luas dan berkomu-
berbagai macam arah dan dari berbagai nikasi secara efektif. Facione (2011) mendefin-
macam titik awal tergantung pengetahuan isikan enam kemampuan berpikir kritis yaitu
dasar yang dimiliki oleh siswa yang eksplanasi, interpretasi, analisis, inferensi, evalu-
bersangkutan. asi, dan pengaturan diri. Sedangkan menurut En-
“The Constructivist Way of Seeing the World” nis (1985) berpikir kritis adalah berpikir reflektif
(Cakir, 2008). Konstruktivisme lebih merupakan yang berfokus pada pola pengambilan keputusan
filosofi, bukan strategi. Konstruktivisme merupa- tentang apa yang harus diyakini dan dilakukan
kan cara atau jalan untuk melihat dunia. Gaga- berdasarkan pengertian tersebut ennis membagi
san-gagasan yang menyatakan bahwa konstruk- kemampuan berpikir kritis menjadi 5 indikator
tivisme adalah jalan untuk melihat dunia antara kemampuan yaitu (a) memberikan penejelasan
lain sifat realistis (pembelajarannya berkaitan sederhana, (b) membangun keterampilan dasar,
dengan dunia nyata dan kehidupan sehari-hari), (c) menyimpulkan, (d) memberikan penjelasan
sifat pengetahuan (siswa membangun pemaha- lebih lanjut, (e) mengatur strategi dan taktik.
mannya sendiri dari hasil pemikirannya sendiri), Dengan menggunakan bahan ajar bervisi

29
Danu Aji Nugraha, dkk. / Journal of Innovative Science Education 2 (1) (2013)

Tabel 2. Contoh Representasi Kompetensi Reaksi Redoks yang Bervisi Sets dan Digunakan untuk
Dapat Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.

Representasi visi SETS


Breath Analyzer adalah alat yang digunakan oleh tim
forensik untuk menganalisis kadar alkohol dalam
tubuh pengemudi.
Alkohol (C2H5OH) yang ada dalam hawa mulut
pengemudi akan teroksidasi oleh larutan kalium
dikromat (K2Cr2O7) menjadi asam asetat (CH3COOH),
sedangkan kalium dikromat yang berwarna kuning-
oranye akan direduksi oleh alkohol menjadi kromium
(III) yang berwarna hijau. Perubahan warna tersebut
www.deartheonion.wordpress.com
diserap oleh detektor dan diukur oleh fotometer.
Apabila jarum meter bergerak searah jarum jam,
Gambar 1. Breath Analyzer
berarti mulut pengemudi tersebut mengandung
alkohol.
Sebutkan dampak positif dan negatif yang dapat
ditimbulkan dari penggunaan teknologi Breath Analyzer
terhadap manusia dan lingkungan?
Hujan asam adalah salah satu contoh peristiwa reaksi
autoredoks yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
kita. Salah satu penyebab adanya hujan asam adalah
gas NO2 yang berasal dari sisa pembakaran asap
pabrik, pembangkit tenaga listrik yang menggunakan
batu bara dan pembuangan bahan bakar bermotor.
Gas NO2 yang terdapat di udara bereaksi dengan air
hujan menghasilkan asam nitrit dan asam nitrat yang
turun bersama air hujan.
www. geoenviron.blogspot.com 2NO2(g) + H2O(l) + HNO3(aq)
2(aq)
Hujan asam sangat bersifat destruktif terhadap
Gambar 2. Hujan asam ekosistem darat dan air serta merusak bangungan
dan alat-alat rumah tangga.
Tentukan perubahan bilangan oksidasi yang terjadi dari
proses hujan asam yang berasal dari gas NO2 tersebut ?
tentukan pula oksidator, reduktor, zat hasil oksidasi dan
reduksinya.

SETS dan berorientasi konstruktivistik, guru da- dalam konteks konstruktivisme, siswa dapat
pat memberikan pijakan-pijakan dan memancing diajak berbincang tentang SETS dari berbagai
siswa untuk mencari keterhubungkaitan antara macam arah dan dari berbagai macam titik awal
unsur-unsur dalam SETS sehingga kemampuan tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki
berpikir kritis siswa dapat meningkat. Representa- oleh siswa yang bersangkutan. Pernyataan terse-
si kompetensi reaksi redoks yang bervisi SETS dan but menjelaskan bahwa visi SETS dan orientasi
digunakan untuk dapat meningkatkan kemam- kostruktivistik merupakan dua hal yang tidak
puan berpikir kritis siswa dapat terwakili dengan dapat dipisahkan. Santyasa (2007) juga menya-
contoh-contoh pada Tabel 2. takan bahwa salah satu prinsip dasar yang me-
Binadja (2005) yang menyatakan bahwa landasi kelas konstruktivistik adalah mengu-

30
Danu Aji Nugraha, dkk. / Journal of Innovative Science Education 2 (1) (2013)

tamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam berbagai kondisi awal proses pembelajaran yang
konsteks yang relevan (kontekstual). berlangsung di sekolah. Kondisi awal tersebut
meliputi buku pegangan yang dipakai sebagai
Metode Penelitian rujukan dalam mengajar, metode pembelajaran
yang digunakan, pemahaman guru mengenai
Penelitian ini merupakan penelitian pembelajaran yang bervisi SETS serta penera-
pengembangan atau Research and Development pannya dalam proses pembelajaran, pemaha-
(R&D). Pengembangan bahan ajar pada peneli- man guru mengenai pembelajaran yang berori-
tian ini mengadaptasi model penelitian pengem- entasi konstruktivistik serta penerapannya dalam
bangan dari Plomp dalam Hobri (2009). Kelima proses pembelajaran, usaha yang dilakukan guru
tahap penelitian pengembangan tersebut dapat yang selain untuk meningkatkan hasil belajar
dijelaskan dalam Gambar 3. siswa juga untuk meningkatkan kemampuan
Penelitian pengembangan ini dilaksana- berpikir kritis siswa, dan bahan ajar yang digu-
kan di SMA Negeri 14 Semarang kelas X semes- nakan dalam proses pembelajaran. Tahap selan-
ter 2 yang berlokasi di Jalan Kokrosono raya Se- jutnya dalam penelitian ini adalah menyusun dan
marang, mulai bulan April sampai dengan Juni mengembangkan berbagai perangkat penelitian
2012. Keseluruhan teknik dan instrumen pen- yang diperlukan. Hasil validasi keseluruhan per-
gumpul data disajikan pada Tabel 3. angkat penelitian dapat disajikan pada Tabel 4.
Bahan ajar yang dikembangkan, disu-
Hasil dan Pembahasan sun dengan memperhatikan pedoman pengem-
bangan bahan ajar bervisi SETS, sehingga semua
Penelitian ini diawali dengan mengiden- indikator kesesuaian dan kecukupan bahan ajar
tifikasi dan menghimpun informasi mengenai bervisi SETS dapat terpenuhi. Selain itu bahan

Tabel 3. Keseluruhan teknik dan instrumen pengumpul data.

Metode Instrumen
Jenis data Subjek
pengumpulan data pengumpulan data
Tahap penelitian Kuesioner Lembar Kuesioner Guru
Validasi perangkat Check List Lembar validasi Validator
Respon siswa Angket Lembar angket Siswa
Kemampuan berpikir kritis Tes Lembar soal uraian Siswa
Kepraktisan bahan ajar Observasi Lembar pengamatan Observer

Gambar 3. Skema kegiatan penelitian dan pengembangan atau Reasearch and Development (R&D)
(Plomp dalam Hobri, 2009).

31
Danu Aji Nugraha, dkk. / Journal of Innovative Science Education 2 (1) (2013)

Tabel 4. Hasil validasi keseluruhan perangkat penelitian.

Perangkat penelitian Skor rata-rata


Validasi Kuesioner pakar
Validasi Lembar Observasi 4
Validasi Angket Respon Siswa 4
Vallidasi Bahan Ajar
(a). Validasi isi 4
(b). Validasi konstruksi 4
Validasi Soal
(a). Validasi pakar Meliputi kisi-kisi, soal,dan rubrik
(b). Uji coba soal Validitas, reliabilitas, daya beda, indeks kesukaran
Validasi Silabus 4
Validasi RPP
(1). Pertemuan 1 4
(2). Pertemuan 2 4
(3). Pertemuan 3 4
(4). Pertemuan 4 4
(5). Pertemuan 5 4

ajar juga disusun dengan memperhatikan keleng- Ketertarikan siswa terhadap proses pemb-
kapan komponen bahan ajar berorientasi kon- elajaran merupakan sesuatu yang sangat penting
struktivistik serta peran guru sebagai fasilitator dan tidak bisa dianggap remeh. Sebagian besar
sesuai dengan belajar konstruktivisme. Setelah perhatian siswa akan tertuju pada proses pemb-
tahap validasi dan revisi dilakukan pada semua elajaran jika siswa sudah tertarik pada pembelaja-
perangkat penelitian tahapan selanjutnya ada- ran sehingga siswa akan lebih berperan aktif dan
lah melakukan uji coba terbatas. Uji coba ter- memberikan respon yang positif. Hal ini sesuai
batas dilakukan untuk mengetahui dan mencari dengan pemikiran Dorun (2006) yang menya-
kekurangan, kelemahan, kendala serta hambatan takan bahwa peran aktif siswa dapat membuat
yang mungkin terjadi selama proses pembelaja- proses pembelajaran lebih menyenangkan untuk
ran. Apabila bahan ajar sudah memenuhi kriteria guru dan siswa, dan yang paling penting peran
keefektivan dan kepraktisan makan penelitian da- aktif siswa dapat menyebabkan siswa untuk ber-
pat dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu uji pikir kritis. McCrae (2011) menyarankan kepada
coba skala luas. Keefektivan bahan ajar diukur para guru agar pembelajaran yang dilakukan
dengan menggunakan 2 kriteria yaitu respon memungkinkan siswa untuk aktif bekerja mela-
siswa dan ketuntasan kemampuan berpikir kritis lui isu-isu. Isu-isu tersebut dapat dikembangkan
siswa. Hasil penelitian keefektivan bahan ajar da- dengan pembelajaran bervisi SETS dimana guru
pat disajikan dalam Gambar 4 sampai dengan 7. dapat mengajak siswa untuk berdiskusi dari ber-
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis bagai macam titik awal. Guru dapat mulai dari
data, diperoleh bahwa siswa pada uji terbatas aspek science lebih dahulu selanjutnya dikem-
maupun skala luas memberikan respon positif bangkan pada aspek lainnya yaitu environment,
terhadap bahan ajar yang dikembangkan. Adan- technology, society atau sebaliknya.
ya respon positif dari siswa disebabkan karena Hasil penelitian juga menunjukan bahwa
dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya terdapat 25 siswa kelas uji coba skala luas tun-
dibawa pada materi yang bersifat teori-teori saja tas dan 5 siswa tidak tuntas. Ketuntasan belajar
tetapi juga berkaitan dengan kehidupan sehari- dilihat dari hasil post test siswa yang dibandingkan
hari siswa. Pembelajaran bervisi SETS yang dengan KKM 74. Sebanyak 5 orang siswa tidak
menghubungkaitan antara teori yang dipelajari tuntas belajar karena soal post test yang digunakan
dengan penerapannya dalam bentuk teknologi, berupa soal uraian yang membutuhkan kemam-
dampaknya terhadap masyarakat dan lingkungan puan berpikir kritis. Meskipun terdapat 5 orang
merupakan suatu bentuk upaya pembelajaran siswa tidak tuntas belajar tetapi dengan menggu-
yang bersifat nyata dan konstekstual. Pembelaja- nakan rumus N-gain diperoleh bahwa terdapat 18
ran akan terasa lebih menyenangkan dan mem- orang siswa yang dapat mencapai tingkat capa-
buat siswa ingin mengetahui lebih jauh mengenai ian tinggi, 10 orang siswa dengan tingkat capa-
materi yang sedang dipelajari. ian sedang, dan 2 orang siswa yang memperoleh

32
Danu Aji Nugraha, dkk. / Journal of Innovative Science Education 2 (1) (2013)

Gambar 4. Analisis angket respon siswa kelas Gambar 5. Distribusi tingkat capaian
uji coba terbatas kemampuan berpikir kritis siswa uji coba terbatas

Gambar 6. Analisis angket respon siswa kelas uji Gambar 7. Distribusi tingkat capaian
coba skala luas kemampuan berpikir kritis siswa uji coba skala
luas
tingkat capaian rendah. Pengujian peningkatan Kepraktisan bahan ajar diukur berdasar-
kemampuan berpikir kritis siswa dilakukan den- kan hasil penilaian pengamat terhadap proses
gan menggunakan rumus t-test. Berdasarkan hasil pembelajaran yang berlangsung dengan bahan
analisis data, diperoleh bahwa ada peningkatan ajar yang dikembangkan. Hasil penelitian keefek-
kemampuan berpikir kritis siswa yang signifikan tivan bahan ajar dapat disajikan dalam Tabel 5.
dari pre test ke post test. Peningkatan kemampuan Berdasarkan penjelasan tersebut da-
berpikir kritis siswa yang signifikan ini merupa- pat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikem-
kan suatu hubungan sebab akibat dengan adanya bangkan dapat dikatakan praktis dengan tingkat
respon positif siswa terhadap bahan ajar yang kepraktisan baik. Dalam bahan ajar yang dikem-
digunakan. Respon positif siswa dapat dijadikan bangkan terdapat materi yang menghubungkait-
tolak ukur bahwa siswa merasa lebih nyaman kan meteri yang sedang dipelajari dengan kehidu-
dengan bahan ajar yang digunakan dalam proses pan sehari-hari siswa. Selian itu, dalam bahan
pembelajaran. Sebagian besar perhatian siswa ajar juga terdapat materi dan pertanyaan-pertan-
akan terfokus pada proses pembalajaran karena yaan yang dapat merangsang siswa untuk terlibat
ketertarikan siswa terhadap bahan ajar dan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Komponen-
tidak akan cepat merasa bosan terhadap pembe- komponen yang terdapat dalam bahan ajar sep-
lajaran yang berlangsung sehingga kemampuan erti kelengkapan kompenen visi SETS, orientasi
berpikir kritis siswa dapat meningkat. Hal ini se- konstruktivistik serta kemampuan berpikir kritis
suai dengan Binadja (2002) menyatakan bahwa siswa memudahkan guru untuk melibatkan siswa
pembelajaran bervisi SETS membentuk kesan secara aktif dalam proses pembalajaran. Sejalan
positif dalam diri siswa dan kesan positif yang dengan Ahn dan Class (2011) yang menganut so-
timbul akibat pembelajaran bervisi SETS berpen- sial konstruktivisme menyatakan bahwa proses
garuh positif terhadap hasil belajar siswa yang pembangunan pengetahuan itu harus melalui in-
dalam hal ini adalah kemampuan berpikir kritis teraksi aktif antara guru dengan siswa.
siswa.
33
Danu Aji Nugraha, dkk. / Journal of Innovative Science Education 2 (1) (2013)

Tabel 5. Skor rata-rata kepraktisan bahan ajar kelas uji coba terbatas dan skala luas.

Uji coba terbatas Uji coba skala luas


Pertemuan Rata- Kategori Rata- Kategori
Reliabilitas Reliabilitas
rata skor keterlaksanaan rata skor keterlaksanaan
1 4 Sangat baik 86% 4 Sangat baik 86%
2 3 Baik 93% 3 Baik 79%
3 3 Baik 79% 4 Sangat baik 100%
4 4 Sangat baik 93% 3 Baik 86%
5 4 Sangat baik 86% 4 Sangat baik 86%

Simpulan Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat). Labora-


torium SETS : Program Pascasarjana UNNES.
Berdasarkan analisis hasil penelitian dan Cakir, M. 2008. Constructivist Approaches to Learning
pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa in Science and Their Implications for Science
Pedagogy : A Literature Review. International
bahan ajar yang dikembangkan memenuhi krite-
Journal of Environmental & Science Education.
ria valid, efektif, dan praktis serta dapat mening- 3(4): 193-206.
katkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga Duron, R. 2006. Critical Thinking Framework For Any
bahan ajar dapat dijadikan produk untuk diper- discipline. International Journal Of Teaching and
banyak dan digunakan pada proses pembelajaran Learning in Higher Education. 17(2): 160-166.
yang sesungguhnya. Ennis, R.H. 1985. A Logical Basis For Measuring Critical
Thinking Skills. Association for Supervision and
Daftar Pustaka Curriculum Development.
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis
Ahn, R., and Class, M. 2011. Student-Centered Peda- Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Ber-
gogy: Co-Construction of Knowledge through pikir Kritis Untuk Meningkatkan Kemampuan
Student-Generated Midterm Exams. Interna- Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa
tional Journal of Teaching and Learning in Higher Sekolah Dasar. jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.
Education. 23(2): 269-281. pdf (diunduh 25 November 2011).
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kuriku- Facione, P.A. 2011. Critical Thinking :What It Is and
lum. 2010. Panduan Pengembangan Pendekatan Why It Counts. Millbrae : Measured Reasons
Belajar Aktif. Jakarta : Balitbang Diknas. and The California Academic Press
Binadja, A. 1999. Hakekat dan Tujuan Pendidikan SETS Fisher, A. 2001. Critical Thinking : An Introduction. Cam-
(Science, Environment, Technology and Society) bridge : Cambridge University Press.
Dalam Konteks Kehidupan dan Pendidikan Yang Hobri. 2009. Metodologi Penelitian Pengembangan (De-
Ada. Makalah disajikan dalam Seminar Loka- velopmental Research) (Apilkasi Pada Penelitian
karya Pendidikan SETS, Kerjasama antara Pendidikan Matematika). Universitas Jember :
SEAMOE RECSAM dan UNNES, 14-15 De- Program Pendidikan Matematika FKIP.
sember 1999. McCrae, N. 2011. Nurturing Critical Thinking and Ac-
Binadja, A. 2002. Pendidikan SETS (Science, Environ- ademic Freedom in the 21st Century University.
ment, Technology and Society) Implikasi Kurikulum International Journal of Teaching and Learning in
Berbasis Kompetensi Pada Pendidikan Dasar dan Higher Education. 23(1) : 128-134.
Menengah. Seminar Nasional Pendidikan Bero- Santyasa, W. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif.
rientasi Keterampilan Hidup dengan Kuriku- Makalah disajikan dalam Pelatihan tentang Pe-
lum Berbasis Kompetensi. Program Pascasar- nelitian Tindakan Kelas bagi Guru-Guru SMP
jana UNNES, 27 Februari 2002. dan SMA di Nusa Penida, tanggal 29 Juni-1
Binadja, A. 2005. Pedoman Pengembangan Bahan Pemb- Juli 2007.
elajaran Bervisi dan Berpendekatan SETS (Science, Tocharman, M. 2009. Seri Pembelajaran. Diklat/
Environment, Technology and Society) atau (Sains, BIMTEK KTSP DIT. Pembinaan SMA : DEP-
DIKNAS

34

Anda mungkin juga menyukai