Anda di halaman 1dari 3

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar
atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan
fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya di tandai
dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit sangat di
pengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan adalah sumber daya manusia,
(Depkes RI (2002) dalam Haryani (2008)).
Instatalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan pintu masuk rumah sakit. Kalau
pelayanan di IGD berkualitas maka sudah membuat stigma masyarakat terhadap pelayanan
rumah sakit juga baik. Pasien yang berobat ke IGD datang dengan berbagai macam kondisi dan
tingkat stres pasien dan keluarga juga tinggi. Dan ini di butuhkan sarana prasarana yang
memadai, manajemen ruangan yang baik, tingkat keamanan yang tinggi dan sumberdaya
manusia yang memadai dalam melayani pasien.
Beban kerja perawat yang bertugas di IGD sangat tinggi. Hal ini berhubungan dengan
banyaknya tugas-tugas yang di beban kan kepada mereka. Selain memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien yang begitu ramai mereka juga harus melakukan dokumentasi
asuhan keperawatan atas apa yang telah mereka kerjakan. Dari menerima pasien baru sampai
melakukan triase sesuai dengan keadaan pasien. Dan mereka juga harus mengambil sampel
darah, memasang infus, melakukan injeksi , membawa pasien foto sampai dengan mentransfer
pasien keruangan.
Beban kerja yang dirasakan oleh perawat IGD bisa juga ada kaitannya dengan
kurangnya sumber daya manusia yang ada IGD. Dengan pasien yang sangat ramai mereka hanya
dinas 7 sampai 8 orang saja dalam satu shif jaga. Dan apabila ada pasien yang memerlukan
pengawasan ketat itu juga akan menyerap tenaga yang lebih banyak karena untuk satu atau dua
pasien harus ada perawat yang mendampingi atau mengawasi.perawat di IGD dituntut memiliki
kemampuan berpikir kritis dalam menangani pasien darurat, harus cekatan, tidak panik dan
mampu mengambil kesimpulan cepat dalam berbagai situasi.
Di sini penulis juga ingin menceritakan kendala–kendala yang terjadi pada saat
pelayanan sedang berlangsung. Di mana banyak juga fasilitas-fasilitas yang tidak cukup
memadai misalnya seperti kurangnya tempat tidur pasien dan juga kurangnya brangkar untuk
membawa pasien ke ruangan atau melakukan foto. Dan juga seringnya terjadi kerusakan alat-alat
penunjang seperti radiologi dan laboratorium sehingga menghambat pelayanan sehingga pasien
yang seharusnya sudah bisa di bawa keruangan menjadi terhambat.Hal ini juga menjadi beban
bagi perawat IGD. Penulis harapkan pihak manajemen mampu menjawab kebutuhan berbagai
fasilitas yang di butuhkan di IGD guna menunjang pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Dikarenakan hambatan tersebut menyebabkan banyaknya pasien yang seharusnya
sudah mendapatkan pelayanan di ruangan tapi masih harus menjadi tanggungjawab perawat
IGD. Hal ini juga akan menimbulkan stress kerja bagi perawat IGD. Makin tinggi beban kerja
perawat maka produktifitas kerja nya juga bisa menurun yang berdampak pada tidak puasnya
masyarakat akan pelayanan di IGD yang berupakan gerbang menuju perawatan lanjutan.
“Stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan
atau beban atasnya.Stres dapat muncul apabila seseorang mengalami beban atau tugas berat dan
orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang di bebankan itu, maka tubuh akan berespon
dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami
stress”(Selye, 1950 dalam Hidayat, 2011).
Selain hal diatas waktu dan lingkungan kerja juga menjadi suatu penyebab terjadinya
peningkatan beban kerja. Dimana seorang perawat mungkin merasa kelelahan dengan shif kerja
yang tidak beraturan atau dengan shif malam yang begitu cepat putarannya. Sehingga waktu
yang seharusnya dapat dipergunakan untuk hal lainnya tidak bisa terpenuhi sesuai dengan yang
diharapkan.
“Standar beban kerja tenaga kesehatan berdasarkan standar nasional yaitu jumlah
jam kerja perawat dalam 1 minggu = 40 jam, kalau hari kerja efektif 5 hari per
minggu, maka 40/5 = 8 jam per hari, kalau hari kerja efektif 6 hari per minggu, maka
40/6 = 6,6 jam per hari”. (Depkes RI (2006) dalam Sadariah (2008)). Disini
diperlukan kebijakan dari kepala ruangan untuk mengatur shift kerja sebaik mungkin
sehingga perawat jaga tidak merasa kelelahan dalam memberikan pelayanan.
Begitu juga dengan lingkungan kerja, apabila lingkungan kerja kita tidak aman dan
kondusif maka ini juga merupakan beban kerja yang berat bagi perawat IGD. Kalau kita
berbicara tentang ketidakamanan diri selama bekerja sudah banyak contoh yang terjadi selama
ini. Misalnya keluaga pasien marah-marah kepada perawat, ada juga yang sampai memukul
perawat yang bertugas pada saat itu. Ketidaknyamanan ini juga menjadi beban yang sangat berat
bagi perawat IGD. Selain keamanan diri, rekan kerja juga dapat menjadi penyebab dari beban
kerja itu sendiri. Dimana apabila kita selalu bekerja dalam satu shif dengan rekan kerja yang
kurang peduli kepada pasien, ini juga menjadi beban kerja bagi teman-temannya yang lain.untuk
menjaga keamanan IGD tetap kondusif maka diperlukan petugas keamanan yang stanbay 24 jam
untuk menjaga keamanan disana sehingga perawat dan tim kesehatan lainnya menjadi aman
terkendali dari berbagai gangguan baik keluarga, pasien dan masyarakat yang mengantar pasien
Dari semua penyebab beban kerja seperti tugas-tugas yang berat, jumlah pasien yang
dating sangat ramai dan beragam, fasilitas yang tidak memadai, kurangnya sumber daya manusia
yang ada dan waktu yang begitu tidak teratur serta lingkungan kerja yang tidak kondusif dan
ketidaknyaman rekan kerja, semua ini dapat menyebabkan stress kerja yang sangat tinggi bagi
perawat IGD.
Penulis berharap dengan apa yang di tuliskan ini dapat membuka mata manajemen
rumah sakit atau kepala ruangan agar dapat melihat atau meninjau kembali kebijakan yang telah
di terapkan selamaini, sehingga beban kerja perawat khususnya IGD menjadi jauh berkurang.
Dan perawat IGD dapat bekerja dengan kualitas yang lebih baik untuk pelayanan masyarakat
khususnya pelayanan kesehatan dalam melayani pasien dan bekerja dalam kesolidan tim yang
kuat serta sesuai dengan SOP rumah sakit.
Demi menjaga kualitas pelayanan gawat darurat, maka penulis mengharapkan peran
serta stekaholder dalam mengambil kebijakan dan membuat peraturan agar memperhatikan juga
beban perawat yang begitu besar, semakin bagus menajemen IGD maka semakin kecil beban
perawat sehingga semakin bagus pelayanan yang diberikan kepada pasien, ini bisa kita lihat
dengan semakin bagusnya produktifitas kerja yang ditampilkan perawat selama mereka bekerja
tim. Selain itu juga dibutuhkan reward yang berkesinambungan kepada perawat yang tetap
mempertahankan kinerjanya dan juga bagi perawat yang berprestasi sehingga menumbuhkan
semangat kerja bagi perawat lain untuk memperbaiki kinerjanya.

Anda mungkin juga menyukai