Anda di halaman 1dari 26

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Perwakilan

Kalimantan Timur.

Satuan kerja perangkat daerah (biasa di singkat SKPD) adalah perangkat

pemerintah daerah (Provinsi maupun Kabupaten/Kota) di Indonesia. SKPD adalah

pelaksana fungsi ekdekutif yang harus berkoordinasi agar penyelengaraan

pemerintah berjalan dengan baik. Dasar hukum yang berlaku sejak tahun 2004 untuk

pembentukan SKPD adalah pasal 120 UU no. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah.

Dengan pertimbangan untuk melaksanakan ketentuan pasal 232 ayat (1) UU

No. 23 Tahun 2014 Pemerintahan Daerah, Prediden Joko widodo pada tanggal 15

Juni 2016 telah mendatangani peraturan pemerinth Nomor (PP) 18 Tahun 2016

Perangkat Daerah. Dalam (PP) itu dijelaskan, bahwa perangkat daerah adalah unsur

pembantu kepala daerah dan perwakilan rakyat daerah dalam penyelenggaraan

urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan daerah.

Pembentukan perangkat daerah, menurut (PP) tersebut,di lakukan

berdasarakan asas

a. Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah.

b. Instansitas urusan pemerintah daerah dan potensi daerah.

c. Efisiensi.
42

d. Efektivitas.

e. Pembagian habis tugas.

f. Rentang kendali.

g. Tata kerja yang jelas.

h. Fleksbilitas.

Pembentukan dan susunan perangkat daerah di tetapkan dengan perda, yang

berlaku setelah mendapat persetujuan dari Mentri (Mendagri, red) bagi perangkat

daerah provinsi dan dari gubernur sebagai wakil Pemerintahan pusat bagi

perangakat daerah Kabupaten/Kota.

Gubernur dan wakilnya, Bupati dan wakilnya, atau Walikota dan wakilnya tidak

termasuk dalam satuan ini, karena berstatus sebagai kepala daerah. Ke dalam SKPD

termasuk sekretariat daerah, Staf-staf Ahli sekretariat DPRD, Dinas-dinas,

Badan-badan, Inspektorat daerah, lembaga-lembaga daerah lain yang bertangguang

jawab langsung kepada kepala daerah kecamatan-kecamatan (atau satuan

lainnya yang setingkat), dan Kelurahan/Desa.

Kota Bontang adalah sebuah kota di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia.

Kota ini terletak sekitar 150 kilometer di utara Kota Samarinda. Dengan wilayah yang

relatif kecil dibandingkan kabupaten lainnya di Kalimantan Timur (406,70 km),

Bontang memegang peranan yang cukup penting dalam membangun kaltim maupun

nasional. Karena di kota yang berpenduduk sekitar 110.000 jiwa ini, terdapat dua

perusahaan raksasa internasional yaitu PT Badak NGL di Bontang Selatan dan PT

Pupuk Kaltim di Bontang Utara.


43

Kota Bontang secara administratif dikembangkan sebagai Daerah Otonom

sejak tahun 1999, setelah sebelumnya berada dalam wilayah administrasi Kabupaten

Kutai Kartanegara. Letaknya tergolong strategis, pada poros jalan Trans-Kalimantan

serta dilalui jalur pelayaran Selat Makassar sehingga mengguntungkan daerah

mendukung interaksi wilayah Kota Bontang dan wilayah luar Kota Bontang.

Kota Bontang dibagi menjadi 3 Kecamatan dan 15 Kelurahan. Secara

keseluruhan, luas Kota Bontang mencapai 49,752,56 Ha, dimana sebagian besar

merupakan wilayah perairan, sementara luas wilayah daratan sekitar 29% atau

14,870 Ha.

Obyek dalam penelitian ini meliputi kepala bagian dan staf bagian

keuangan/akuntansi yang merupakan pihak yang terlibat langsung secara teknis

dalam pencatatan transaksi keuangan SKPD dan penyusunan laporan keuangan

pemerintah daerah dengan jumlah responden 72.

4.1.2 Visi dan Misi Kota Bontang

Visi Kota Bontang: “Memantapkan Kota Bontang Sebagai Kota Maritim yang

Bertumpu Pada Kualitas Sumber Daya Manusia, Lingkungan Hidup, dan Good

Governance untuk Kesejahteraan Masyarakat”.

Dalam upaya mewujudkan Visi Pembangunan Kota Bontang tersebut maka

Misi Pembangunan Kota Bontang adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan kegiatan perekonomian berbasis sektor maritime

b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

c. Meningkatkan kualitas tata kepemerintahan yang baik (good governance)


44

d. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup Kota Bontang

4.1.6 Deskripsi Data

Seluruh kuesioner yang disebarkan 72 yang kembali hanya 40 dan kuesioner

yang tidak kembali ada 32. Sehingga kuesioner yang dalam keadaan lengkap serta

layak sebagai sumber untuk di gunakan sebesar 40 responden. Secara lebih lengkap

dapat di lihat ada tabel 4.1 dan 4.2 di bawah :

Tabel 4.1

Keterangan Kuesioner yang disebarkan SKPD Kota Samarinda

Jumlah
No Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota Samarinda Kuesioner
yang kembali

Sekretariat

1. Sekretariat DPRD 1

2. Sekretariat Daerah Kota Bontang 1

Badan

3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2

4. Badan Kepegawaian Daerah 2

5. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan perlindungan 1


masyarakat

6. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman modal 1


Daerah

7. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana 2

8. Badan LingkunganHidup 2

Dinas
45

9. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset 1

10. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha 2


Mikro, Kecil dan Menengah

11. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 2

12. Dinas Pekerjaan Umum 2

13. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 2

14. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 2

15. Dinas Perikanan, Kelautan dan Pertanian 1

16. Dinas Tata Ruang Kota 2

17. Dinas Sosial danTenaga Kerja 2

18. Dinas Kebersihan, Pertamanan dan PMK 2

19. Dinas Kesehatan 2

20. Dinas Pemuda dan Olahraga 2

21. Dinas Pendidikan 1

Kantor

22. Kantor Pemberdayaan Masyarakat 1

23. Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi 2

24. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 1


46

Tabel 4.2
Keterangan Hasil Kuesioner

Keterangan Jumlah

Kuesioner yang disebar 72

Kuesioner yang tidak kembali (32)

Total kuesioner yang kembali dan layak 40


dianalisis

4.2 Gambaran Umum Responden

Kriteria responden atau sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kepala Struktural yang melaksanakan fungsi akuntansi/ tata usaha

keuangan serta Bendahara di masing-masing SKPD.

2. pegawai yang memahami dan mengerti tentang penerapan penyusunan

laporan anggaran pada setiap SKPD Kota Bontang.

4.3 Penyajian data dan hasil kuesioner

Diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan tentang pengaruh penganggaran

berbasis kinerja terhadap efektivitas pengendalian pada SKPD di kota Bontang.

Variabel dalam penelitian ini adalah indikator-indikator yang terdapat dalam variabel

penelitian terdiri dari variabel dependen yaitu: Efektivitas Pengendalian (Y), dan

variabel independen yaitu: Penganggaran berbasis kinerja (X).

4.3.1 Indikator Variabel Penganggaran Berbasis Kinerja (X)

Nilai jawaban atau tanggapan yang diberikan oleh responden berkaitan dengan
47

pernyataan bahwa penganggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap efektivitas

pengendalian yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Tanggapan Responden mengenai penganggaran berbasis kinerja

No Pernyataan Kategori Skor Frekuensi Persentas


Jawaban e

1. Dokumen RPJMD Sangat Setuju 5 0 0%


menjabarkan mengenai
Setuju 4 34 85 %
visi, misi, dan program
kepala daerah yang ingin Kurang Setuju 3 3 7,5 %
dicapai Tidak Setuju 2 3 7,5 %
Sangat Tidak 1 0 0%
Setuju

Jumlah 40 100 %

2. Para pegawai SKPD dalam Sangat Setuju 5 5 12,5 %


hal perencanaan
Setuju 4 21 52,5 %
anggarannya mengikuti
prioritas dan PPAS dalam Kurang Setuju 3 3 7,5 %
menyusun RKA-SKPD. Tidak Setuju 2 4 10 %
Sangat Tidak 1 7 17,5 %
Setuju

Jumlah 40 100 %

3. Adanya sikronisasi program Sangat Setuju 5 6 15 %


dan kegiatan antara SKPD
Setuju 4 29 72,5 %
dengan kinerja SKPD sesuai
dengan standar pelayanan Kurang Setuju 3 5 12,5 %
minimal yang ditetapkan. Tidak Setuju 2 0 0%
Sangat Tidak 1 0 0%
Setuju

Jumlah 40 100 %
48

4. Dalam penyusunan Sangat Setuju 5 23 57,5 %


RKA-SKPD, memperhatikan
Setuju 4 17 42,5 %
prinsip – prinsip peningkatan
efisiensi, efektivitas, Kurang Setuju 3 0 0%
transparansi, dan Tidak Setuju 2 0 0%
akuntabilitas dalam Sangat Tidak 1 0 0%
penyusunan anggaran dalam Setuju
rangka pencapaian prestasi
kerja.

Jumlah 40 100 %

5. Dalam penyusunan Sangat Setuju 5 5 12,5 %


RKA-SKPD, RAPBD serta
Setuju 4 35 87,5 %
pembahasannya mengacu
pada KUA dan PPAS yang Kurang Setuju 3 0 0%
telah disepakati antara Tidak Setuju 2 0 0%
pemerintah, DPRD, dan
SKPD itu sendiri. Sangat Tidak 1 0 0%
Setuju

Jumlah 40 100 %

6. Dalam pelaksanaan Sangat Setuju 5 15 37,5 %


anggaran SKPD mengacu
Setuju 4 15 37,5 %
kepada DPA dan Rencana
Anggaran Kas yang telah Kurang Setuju 3 3 7.5 %
disahkan. Tidak Setuju 2 4 10 %
Sangat Tidak 1 3 7,5 %
Setuju

Jumlah 40 100 %

7. Dokumen Anggaran Kas dan Sangat Setuju 5 11 27,5 %


DPA digunakan oleh BUD
Setuju 4 23 57,5 %
sebagai acuan dalam
penyedian dana untuk setiap Kurang Setuju 3 6 15 %
SKPD. Tidak Setuju 2 0 0%
Sangat Tidak 1 0 0%
Setuju

Jumlah 40 100 %
49

8. SKPD dalam pelaksanaan Sangat Setuju 5 13 32,5 %


anggarannya telah mengikuti
Setuju 4 15 37,5 %
prosedur dalam pelaksanaan
pendapatan dan belanja Kurang Setuju 3 2 5%
sesuai dengan jumlah yang Tidak Setuju 2 5 12,5 %
tercantum dalam dokumen
DPA dan Anggaran Kas. Sangat Tidak 1 5 12,5 %
Setuju

Jumlah 40 100%

9. Setiap SKPD membuat Sangat Setuju 5 7 17,5 %


laporan mengenai
Setuju 4 26 65 %
penerimaan dan pengeluaran
kas yang tejadi. Kurang Setuju 3 7 17,5 %
Tidak Setuju 2 0 0%
Sangat Tidak 1 0 0%
Setuju

Jumlah 40 100 %

10. Laporan keuangan SKPD Sangat Setuju 5 7 17,5 %


dan Pemda yang dibuat
Setuju 4 21 52,5 %
sesuai dengan SAP yang
terdiri dari LRA, Neraca, dan Kurang Setuju 3 9 22,5 %
Catatan atas Laporan Tidak Setuju 2 3 7,5 %
Keuangan.
Sangat Tidak 1 0 0%
Setuju

Jumlah 40 100 %

11. Pertanggungjawaban Sangat Setuju 5 24 60 %


terhadap pelaksanaan APBD
Setuju 4 12 30 %
telah sesuai dengan
prosedur yang telah Kurang Setuju 3 3 7,5 %
ditetapkan dengan Tidak Setuju 2 1 2,5 %
menerbitkan laporan
keuangan pemda dan Sangat Tidak 1 0 0%
laporan keuangan Setuju
perusahaan untuk diperiksa
oleh BPK dan bentuk
pertanggungjawaban kepada
publik.
50

Jumlah 40 100 %

12. Adanya evaluasi atas Sangat Setuju 5 5 12,5 %


pelaksanaan program dan
Setuju 4 10 25 %
kegiatan.
Kurang Setuju 3 15 37,5 %
Tidak Setuju 2 7 17,5 %
Sangat Tidak 1 3 7,5 %
Setuju

Jumlah 40 100 %

13. Adanya evaluasi terhadap Sangat Setuju 5 11 27,5 %


ekonomi, efisiensi, dan
Setuju 4 23 57,5 %
efektivitas apakah telah
sesuai dengan target yang Kurang Setuju 3 6 15 %
ditetapkan. Tidak Setuju 2 0 0%
Sangat Tidak 1 0 0%
Setuju

Jumlah 40 100 %

Dari tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden menjawab setuju.

Dengan ini dapat disimpulkan bahwa responden yang merupakan bagian seluruh

Pegawai SKPD keuangan setuju bahwa adanya Penganggaran berbasis kinerja para

pegawai keuangan SKPD Kota Bontang berpengaruh pada efektivitas pengendalian.

4.3.2 Indikator Efektivitas Pengendalian (Y).

Nilai jawaban atau tanggapan yang diberikan oleh responden berkaitan dengan

pernyataan bahwa telah/belum diterapkan efektivitas pengendalian pada laporan

keuangan SKPD Kota Bontang yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
51

Tabel 4.4
Tanggapan Responden mengenai efektifitas pengendalian

No Pernyataan Kategori Skor Frekuensi Persentase


Jawaban

1. Setiap bagian dari SKPD Sangat Setuju 5 10 25 %


sudah diberikan petunjuk
Setuju 4 27 67,5 %
tentang teknik perhitungan
perkiraan pendapatan dan Kurang Setuju 3 3 7,5 %
pengeluaran Tidak Setuju 2 0 0%
Sangat Tidak 1 0 0%
Setuju

Jumlah 40 100 %

2. Setiap bagian dari SKPD Sangat Setuju 5 6 15 %


memiliki batasan dalam
Setuju 4 20 50 %
proses penyusunan
anggaran Kurang Setuju 3 10 25 %
Tidak Setuju 2 4 10 %
Sangat Tidak 1 0 0%
Setuju

Jumlah 40 100 %

3. Setiap bagian dari SKPD Sangat Setuju 5 15 37,5 %


memiliki batasan waktu
Setuju 4 19 47,5 %
dalam penyampaian
informasi anggaran Kurang Setuju 3 6 15 %
Tidak Setuju 2 0 0%
Sangat Tidak 1 0 0%
Setuju

Jumlah 40 100 %
52

4. Setiap bagian dari SKPD Sangat Setuju 5 25 62,5 %


sudah memiliki petunjuk
Setuju 4 14 35 %
tentang waktu yang tepat
dalam melepaskan dana Kurang Setuju 3 1 2,5 %
Tidak Setuju 2 0 0%
Sangat Tidak 1 0 0%
Setuju

Jumlah

5. Anggaran pada setiap Sangat Setuju 5 18 45 %


bagian dari SKPD tidak
Setuju 4 21 52,5 %
memungkinkan adanya
anggaran biaya yang Kurang Setuju 3 0 0%
terlalu besar dan tidak Tidak Setuju 2 0 0%
efisien
Sangat Tidak 1 1 2,5 %
Setuju

Jumlah

6. Hambatan sumber daya Sangat Setuju 5 22 55 %


manusia telah diantisipasi
Setuju 4 18 45 %
dengan baik dengan
menempatkan SDM yang Kurang Setuju 3 0 0%
tepat dalam menyusun Tidak Setuju 2 0 0%
anggaran
Sangat Tidak 1 0 0%
Setuju

Jumlah
Sumber : Data di oleh 2017

Dari tabel 4.4 dapat di jelaskan bahwa mayoritas responden menjawab Setuju.

Dengan ini dapat disimpulkan bahwa responden yang merupakan Pegawai

keuangan SPKD Kota Bontang setuju atau sudah menerapkan efektivitas

pengendalian SKPD Kota Bontang.


53

4.4 Analisis Data

Dalam menganalisis data dengan menggunakan program PLS, terdapat dua

tahap pengolahan yang dilakukan dalam menilai Fit Model dari sebuah model

penelitian. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut :

4.4.1. Pengujian Model Pengukuran (Outer Model)

Terdapat dua kriteria untuk menguji outer model yakni, meliputi pengujian

validitas konstruk (validitas konvergen dan diskriminan) dan pengujian reabilitas

konstruk (cronbach’s alpha dan composite reliability).

4.4.1.1 Validitas Konstruk

Validitas konstruk dari outer model dengan indikator reflektif dapat diukur

dengan parameter skor loading di model penelitian. Hasil output korelasi antar

indikator dengan konstruknya dapat dilihat pada tabel 4.6 dan modifiksi result for

outer loadings tabel 4.7 dibawah ini :

Tabel 4.5
Results for outer loadings

Konstruk Orginal Sample Mean Of Standard T-Statistic P Values


Estimate Subsamples Deviation
(IO/STERRI)
(O) (M) (STDEV)

PBK (PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA)

PBK1 0.674 0.674 0.114 5.931 0.000

PBK10 0.735 0.732 0.087 8.471 0.000


54

PBK11 -0.114 -0.101 0.150 0.761 0.447

PBK12 0.885 0.882 0.033 27.136 0.000

PBK13 0.314 0.308 0.142 2.218 0.027

PBK2 0.923 0.914 0.040 22.817 0.000

PBK3 0.459 0.434 0.225 2.039 0.042

PBK4 0.564 0.553 0.161 3.498 0.001

PBK5 0.436 0.430 0.107 4.072 0.000

PBK6 0.741 0.725 0.121 6.136 0.000

PBK7 0.740 0.739 0.081 9.110 0.000

PBK8 0.816 0.816 0.054 15.096 0.000

PBK9 0.540 0.527 0.184 2.934 0.004

EP (EFEKTIVITAS PENGENDALIAN)

EP1 0.661 0.629 0.146 4.514 0.000

EP2 0.838 0.821 0.095 8.834 0.000

EP3 0.834 0.836 0.055 15.192 0.000

EP4 0.269 0.234 0.266 1.013 0.312

EP5 0.410 0.342 0.265 1.548 0.122

EP6 -0,278 -0.263 0.214 1.304 0.193


55

Tabel 4.6
Modifikasi akhir results for outer loadings

Konstruk Orginal Sample Mean Of Standard T-Statistic P-Value


Estimate Subsamples Deviation s
(IO/STERR)
(O) (M) (STDEV)

PBK (PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA)

PBK1 0.705 0.698 0.109 6.471 0.000

PBK10 0.773 0.770 0.079 9.843 0.000

PBK12 0.854 0.853 0.035 24.502 0.000

PBK2 0.914 0.914 0.025 36.104 0.000

PBK6 0.753 0.738 0.104 7.273 0.000

PBK7 0.793 0.789 0.060 13.283 0.000

PBK8 0.845 0.843 0.048 17.563 0.000

PBK9 0.512 0.518 0.200 2.558 0.011

EP (EFEKTIVITAS PENGENDALIAN)

EP1 0.697 0.674 0.133 5.222 0.000

EP2 0.846 0.839 0.089 9.507 0.000

EP3 0.876 0.883 0.032 27.100 0.000


(Sumber: Data diolah OutputSmartPls, 2017)

Berdasarkan tabel 4.5 terdapat variabel PBK (Penganggaran Berbasis Kinerja)

dan diketahui bahwa terdapat beberapa item (indikator) yang tidak valid, yaitu item

(PBK11 -.114), (PBK13 0.314), (PBK3 0.459) dan (PBK5 0.436) memiliki nilai outer

loading di bawah < 0.5, sedangkan item yang telah valid dengan nilai loading factor

di atas < 0.5, untuk analisis selanjutnya item, (PBK11 -.114), (PBK13 0.314), (PBK3
56

0.459) dan (PBK5 0.436) harus dikeluarkan dari model karena tidak valid. Hasil outer

loading dengan di lakukan pengujian kembali dapat dilihat pada tabel, dimana

item-item yang tidak valid tidak diikutsertakan dalam analisis.

Setelah dilakukan pengujian kembali maka didapatkan hasil bahwa semua item

pernyataan telah valid, sehingga hasil tersebut dapat dianalisis ketahap selanjutnya.

Secara berturut-turut indikator Penganggaran berbasis kinerja yang paling tinggi

sampai paling rendah mempengaruhi tingkat Terhadap efektivitas pengendalian

adalah: (PBK2) perencanaan anggaran (0.914), (PBK12) evaluasi (0.854), (PBK8)

pendapatan dan belanja (0.845), (PBK7) penyediaan dana (0.793), (PBK10) neraca

dan catatan atas laporan keuangan (0.773), (PBK6) pelaksanaan anggaran (0.753),

(PBK1) program (0.705), (PBK9) penerimaan dan pengeluaran (0.512) Secara

berturut-turut indikator efektivitas pengendalian adalah sebagai berikut: (EP3) hasil

berdaya guna (0.876), (EP2) kesesuaian dengan peraturan (0.846), (EP1) realisasi

anggaran (0.697).

1. Uji Validitas Konvergen

Parameter uji validitas konvergen dapat dilihat dari nilai loading factor, pada

korelasi antara skor indikator refleksif dengan skor variabel latennya. Jika nilai skor

loading antara 0.5-0.7 dianggap cukup, pada jumlah indikator per variabel laten tidak

besar, berkisar antar 3 sampai 7 indikator (Solimun, 2010:177).

Dalam penelititan ini terdapat 2 variabel konstruk. Berdasarkan hasil pengujian

model pengukuran tampak pada tabel, bahwa setelah dire-estimasi hasilnya

memenuhi validitas konvergen karena nilai T-statistik sudah diatas 1,64 dan tidak ada
57

outer loading yang nilainya dibawah 0.5. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

konstruk mempunyai validitas konvergen yang baik.

2. Uji Discriminant Validity

Discriminant Validity indikator reflektif dapat dilihat pada cross loadings antara

indikator dengan konstruknya. Jika nilai cross loadings setiap indikator dari variabel

bersangkutan lebih besar dibandingkan cross loadings variabel lain, maka dapat

dikatakan indikator tersebut valid.

Metode lain untuk menilai Discriminant Validity adalah dengan membandingkan

akar kuadrat dari Average Variance Extrated (√AVE) untuk setiap konstruk dengan

korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Model memiliki

discriminant validity yang cukup jika akar untuk setiap konstruk lebih besar daripada

korelasi antara konstruk dan konstruk lainnya dalam model seperti terlihat dari output

dibawah ini.

Tabel 4.7
AVE dan Akar AVE

Variabel AVE √AVE Keterangan

Penganggaran Berbasis
0.604 0.837 Valid
Kinerja

Efektivitas Pengendalian 0.656 0.897 Valid


Sumber: Data diolah Output SmartPls,2017)
58

Tabel 4.8
Latens Variables Collerations

Penganggaran Efektivitas
Variabel
berbasis kinerja Pengendalian

Penganggaran 1.000
Berbasis Kinerja

Efektivitas -0.047 1.000


Pengendalian
(Sumber: Data diolah Output SmartPls,2017)

Berdasarkan perbandingn nilai akar AVE pada tabel 4.7, dan koefisien korelasi

antar konstruk pada tabel, diketahui bahwa akar AVE memiliki nilai yang lebih besar

daripada nilai korelasi antar konstruk lainnya dan ini menunjukkan bahwa semua

konstruk yang diestimasi dalam model memenuhi kriteria discriminant validity.

4.4.1.2 Reliabilitas Konstruk

Uji reliabilitas dalam PLS dapat menggunakan metode Composite Reliability.

Composite Reliability mengukur nilai sesungguhnya reliabilitas suatu konstruk.

Suatu konstruk dikatakan reliabel, jika Composite Reliability harus > 0,7

(Jogiyanto dan Willy, 2009:81). Berikut hasil output uji Compositereliabilitas konstruk

yang dapat diketahui :


59

Tabel 4.9
Composite Reliability

Variabel Composite Reliability Keterangan

Penganggaran Berbasis 0.923 Reliabel


Kinerja

Efektivitas Pengendalian 0.850 Reliabel


(Sumber: Data diolah Output SmartPls,2017)

Dari hasil output diatas menunjukkan bahwa nilai Composite Reliability untuk

semua konstruk adalah di atas 0,7 yang menunjukkan bahwa semuakonstruk pada

model yang diestimasi memenuhi kriteria reliabilitas.

4.4.2 Pengujian Model Struktural (Inner Model)

Partial Least Square (PLS) menuru t Wold merupakan metode analisis yang

powerful oleh karena tidak didasarkan banyak asumsi. PLS sangat tepat digunakan

dalam penelitian ini karena metode PLS mempunyai keunggulan tersendiri

diantaranya, data tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan

skala kategori, ordinal, interval sampai rasio dapat digunakan pada model yang

sama). Walaupun PLS digunakan untuk menkonfirmasi teori, tetapi dapat juga

digunakan untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara variabel laten.

PLS dapat menganalisis sekaligus konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif

dan indikator formatif dan hal ini tidak mungkin dijalankan dalam Structural Equation

Model (SEM) karena akan terjadi unidentified model.

Model struktural dalam PLS dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk

variabel dependen dan nilai koefisien pada path untuk variabel independenyang
60

kemudian dinilai signifikansinya berdasarkan nilai T-statistic setiap path.

GAMBAR 4.1

Model Struktural

(Sumber: Output SmartPLS, 2017)


61

GAMBAR 4.2

Modifikasi Model Struktural

(Sumber: Output SmartPLS, 2017)

Dalam menilai model dalam smartPLS dilakukan dengan melihat nilai R-square yang

merupakan uji goodness-fit model. Berikut hasil output diketahui :

Tabel 4.10

R-Square

Variabel Dependen R-Square

Efektivitas Pengendalian 0.685

(Sumber: Data diolah Output SmartPls,2017)

Dari tabel 4.10, dapat diketahui bahwa model pengaruh penganggaran berbasis

kinerja terhadap efektifitas pengendalian memberikan nilai R-square sebesar 0.685

yang dapat diinterprestasikan bahwa variabilitas konstruk efektifitas pengendalian

sebesar 0.685 = 68.5% sedangkan sisanya 0.384 = 31.5% dijelaskan oleh variabel

lain diluar yang diteliti.


62

4.4.3 Pengujian Hipotesis

Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat

berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian. Untuk menilai

signifikansi model prediksi dalam pengujian model struktural, dapat dilihat dari nilai

T-statistic antara variabel independen ke variabel dependen dalam tabel path

coefficients pada output berikut ini :

Tabel 4.11

Path Coefficient

Original Sample Standard


T-Statistics
Variabel Sample Mean Deviation P Values
(|O/STERR|)
(O) (M) (STDEV)

Penganggar

an Berbasis 0.912 0.917 0.021 43.239 0.000

Kinerja

(Sumber: Data diolah Output SmartPls,2017)

Hasil pengujian dengan bootstrapping dari analisis PLS adalah sebagai

berikut :

1. Pengujian Hipotesis 1 (Penganggaran berbasis kinerja berpengaruh

terhadap efektivitas pengendalian).

Hasil Pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa hubungan

antara Penganggaran berbasis kinerja (X1) dengan efektivitas pengendalian


63

(Y) adalah berpengaruh dengan T-hitung>T-table sebesar 43.239

(t-hitung>1,96), yang menunjukkan bahwa hubungan antara Penganggaran

berbasis kinerja (PBK) berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian (EP).

Dengan demikian hipotesis H1 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa

“Penganggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap efektivitas

pengendalian.” terdukung T-statistik artinya H1 di terima (Ha terdukung).

4.5 Pembahasan Pengujian Hipotesis

4.5.1 Penganggaran berbasis kinerja Terhadap efektivitas pengendalian

Berdasarkan hasil uji hipotesis H1penganggaran berbasis kinerja berpengaruh

terhadap efektivitas pengendalian. Hasil penelitian ini mendukung secara empiris

studi yang dilakukan oleh Lilik Singgih Nugraha (2016) yang menghasilkan bahwa

penganggaran berbasis kinerja mempengaruhi Efektivitas pengendalian.

Dalam hal mengacu pada landasan teori Penganggaran berbasis kinerja

merupakan proses penyusunan anggaran. Proses penyusunan anggaran sangat

dipengaruhi dengan kemampuan organisasi atau instansi pemerintahan melakukan

efektifitas pengendalian dalam menyediakan sumber daya yang memadai. Dengan

kemampuan organisasi atau instansi pemerintahan dalam melakukan perencanaan

anggaran, pelaksanaan anggaran, pertanggungjawaban anggaran hingga evaluasi

kinerja ini sehingga membuat tujuan yang akan dicapai dapat direalisasikan sesuai

yang direncanakan.

Hal ini menunjukkan pada SKPD, penganggaran berbasis kinerja yang

diberikan terkait efektivitas pengendalian memberikan dampak dan pengaruh yang


64

signifikan terhadap efektivitas pengendalian.

Oleh karna itu telah diterapkannya sistem anggaran berbasis kinerja di

pemerintah Kota Bontang. Tetapi masih terdapat pertentangan tujuan dalam

penyusunan anggaran berbasis kinerja. Anggaran yang disusun sangat erat kaitannya

dengan publik (masyarakat). Pemerintah daerah di tuntut untuk mampu mengelola

keuangannya dengan prinsip pengukuran kinerja (value for money). Hal ini penting

untuk di evaluasi mengingat sudah banyaknya peraturan tertulis yang sudah dibuat

oleh pemerintah pusat sampai pada kebijakan pemerintah daerah itu sendiri.

Realisasi dari anggaran berbasis kinerja diharapkan mampu menghilangkan

pandangan negatif masyarakat mengenai kinerja pemerintah daerah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Nugraha (2016) menyatakan penganggaran berbasis kinerja berpengaruh positif

terhadap efektivitas Pengendalian. Selain itu, Rahmatullah (2009) juga mengatakan

bahwa penganggaran berbasis kinerja berpengaruh signifikan positif terhadap

efektivitas pengendalian.
65

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan penelitian mengenai

pengaruh penganggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas pengendalian maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penganggaran berbasis kinerja pada Dinas-dinas Kota Bontang

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh positif antara

penganggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas pengendalian pada pemerintah

Kota Bontang. Nilai dari koefisiensi beta menunjukan terdapat pengaruh positif

sebesar 0.828 dengan nilai signifikan t-statistic sebesar 24.719. Hal ini memiliki

makna bahwa secara berturut-turut indikator penganggaran berbasis kinerja yang

paling tinggi sampai paling rendah mempengaruhi efektivitas pengendalian adalah :

(PBK2) perencanaan anggaran (0.914), (PBK12) evaluasi (0.854), (PBK8)

pendapatan dan belanja (0.845), (PBK7) penyediaan dana (0.793), (PBK10) neraca

dan catatan atas laporan keuangan (0.773), (PBK6) pelaksanaan anggaran (0.753),

(PBK1) program (0.705), (PBK9) penerimaan dan pengeluaran (0.512) Secara

berturut-turut indikator efektivitas pengendalian adalah sebagai berikut: (EP3) hasil

berdaya guna (0.876), (EP2) kesesuaian dengan peraturan (0.846), (EP1) realisasi

anggaran (0.697).

Berdasarkan hasil jawaban responden dapat diketahui bahwa penganggaran

berbasis kinerja telah dilakukan dengan efektif oleh Dinas Kota Bontang. Dalam

evaluasi kinerja Dinas Kota Bontang telah melakukan kerja evaluasi kinerja dengan
66

sangat baik karena mampu melakukan revisi anggaran program yang sudah

mempunyai output yang sesuai. Perumusan strategi memiliki persentase hasil

jawaban responden yang sangat terkecil meski pun masih dalam katagori yang baik.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan, maka dapat dikemukakan

beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Pemerintah SKPD Kota Bontang

Agar diharapkan mampu mempertahankan kinerja dalam menerapkan

penganggaran berbasis kinerja yang dilakukan sesuai dengan hasil penelitian ini

bahwa dalam menerapkan penganggaran berbasis kinerja Dinas Pemerintah Kota

Bontang termasuk dalam katagori baik. Dengan diterapkan penganggaran berbasis

Kinerja yang sesuai dengan pedoman, diharapkan Dinas Kota Bontang dapat

mengelola berbagai sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan efisien untuk

mensejahterakan masyarakat yang sesuai dengan visi dan misi.

2. Bagi penelitian selanjutnya

Agar memperluas lingkup penelitian sehingga dapat memberikan kontribusi yang

lebih berarti dalam bidang akuntansi pemerintahan. Penelitian selanjutnya juga

disarankan untuk mempertimbangkan penggunaan variabel-variabel lain yang lebih

luas selain faktor-faktor yang diteliti dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai