Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring berkembangnya zaman sistem perpipaan juga terus berkembang kearah yang
lebih baik. Pada mulanya manusia memindahkan air dari sungai ke rumah dengan
menggunakan ember, lalu berkembang dari satu orang menjadi banyak orang yang
berurutan sehingga proses pengambilan air menjadi lebih mudah. Melalui analogi
sederhana ini manusia berfikir untuk lebih mengefisienkan waktu dan tenaga maka
dibuatlah distribusi melalui sistem perpipaan. Mengingat pentingnya kebutuhan air bersih
pada suatu bangunan maka perlu adanya perencanaan sistem distribusi air bersih ke seluruh
bagian yang memerlukan air dengan debit dan tekanan yang sesuai. Dalam perencanaan
sistem distribusi air bersih dilakukan perencanaan terhadap volume tangki penampung air
dan pompa dengan metode perkiraan penggunaan air berdasarkan jumlah penghuni,
sedangkan dalam perencanaan sistem perpipaannya digunakan metode perkiraan
kebutuhan air bersih berdasarkan Unit Beban Alat Plambing (UBAP). Perencanaan sistem
distribusi air bersih pada sebuah gedung berguna untuk melayani kebutuhan air ke seluruh
bagian yang memerlukannya dengan debit dan tekanan yang cukup. Perancangan instalasi
penyediaan air bersih dilakukan setelah perencanaan pembangunan dari gedung yang
bersangkutan telah ada, karena dari itulah dapat diketahui bagian mana yang memerlukan
air dan bagaimana jenis penggunaannya. Dalam Instalasi air bersih diperlukan sumber air
dengan kualitas yang sesuai dengan air bersih dan memiliki tekanan yang cukup pada setiap
keluaran (fixture unit), yaitu ± 1bar (1 kg/m2 ). Mampu mencukupi air bersih pada saat
waktu pemakaian jam puncak, dengan menentukan kapasitas tangki penampung air. Dalam
sistem ini diperlukan perencanaan dengan teknis yang benar (aman untuk keselamatan dan
aman untuk jaringan pipa), kebutuhan air terpenuhi, ekonomis (dalam segi 2 pendisainan
jalur pipa) dan higienis (ditijau dari segi kesehatan). Perencanaan sistem plambing yang
baik akan memberikan keamanan dan kenyamanan dalam penggunaan alat plambing
terhadap penghuni di gedung tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan memberikan beberapa
permasalahan yang akan di kaji, yaitu :
1) Bagaimana Perencanaan Sistem Plambing Air Bersih Pada Bangunan Kondotel
dengan Menggunakan Sistem Gravitasi dan Pompa
2) Bagaimana Perancangan Sistem Plumbing Air Bersih Sebuah Gedung Perkantoran
Berlantai 4
3) Apa saja kelebihan dan kekurangan dari jenis system plumbing pada bangunan
bertingkat
C. TUJUAN PENULISAN
1) Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis system plumbing pada bangunan
bertingkat
2) Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana perencanaan system plumbing pada
bangunan bertingkat
3) Agar mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari jenis system
plumbing pada bangunan bertingkat
BAB II

PEMBAHASAN

3.1 Perencanaan Sistem Plambing Air Bersih Pada Bangunan Kondotel dengan
Menggunakan Sistem Gravitasi dan Pompa
A. Dasar Teori
Dewasa ini sistem penyediaan air bersih yang banyak digunakan dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Sistem Sambungan Langsung
Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung langsung terkoneksi dengan
pipa utama penyediaan air bersih (misalnya : pipa utama dibawah jalan dari
perusahaan air minum). Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan
dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini
terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung-gedung kecil dan
rendah. Ukuran pipa cabang biasanya diatur/ditetapkan oleh perusahaan air
minum. Tangki pemanas air biasanya tidak disambung langsung kepada pipa
distribusi, dan dibeberapa daerah tidak diizinkan memasang katup gelontor
(flush valve).
2) Sistem Tangki Atap
Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai alasan tidak dapat
diterapkan, sebagai gantinya banyak sekali digunakan sistem tangki atap,
terutama di negara Amerika Serikat dan Jepang. Dalam sistem ini, air
ditampung lebih dahulu dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah
bangunan atau dibawah muka tanah) kemudian dipompakan ke suatu tangki
atas yang biasanya dipasang diatas atap atau diatas lantai tertinggi bangunan.
Sistem tangki atap ini diterapkan dengan alasan-alasan berikut : - Selama air
digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing hampir tidak
terjadi, perubahan tekanan ini hanyalah akibat muka air dalam tangki atap. -
Sistem pompa yang dinaikkan air tangki atap bekerja otomatis dengan cara
yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya kesulitan.
Pompa biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka
dalam tangki atap. - Perawatan tangki atap sangat sederhana jika dibandingkan
dengan tangki tekan. Untuk bangunan-bangunan yang cukup besar, sebaiknya
disediakan pompa cadangan untuk menaikkan air ke tangki atap. Pompa
cadangan ini dalam keadaan normal biasanya dijalankan bergantian dengan
pompa utama, untuk menjaga agar kalau ada kerusakan atau kesulitan maka
dapat segera diketahui. Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air
dapat langsung dialirkan ke dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki
bawah dan dipompa. Dalam keadaan demikian ketinggian lantai atas yang
dapat dilayani akan tergantung pada besarnya tekanan air dalam pipa utama.
Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah menentukan letak “tangki
atap” tersebut apakah dipasang di dalam langit-langit, atau di atas atap
(misalnya untuk atap dari beton) atau dengan suatu kontruksi menara yang
khusus. Penentuan ini harus didasarkan pada jenis alat plambing yang dipasang
pada lantai tertinggi bangunan dan tekanan kerja yang tinggi.
3) Sistem Tangki Tekan
Sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana suatu kondisi tidak
dapat digunakan sistem sambungan langsung. Prinsip kerja sistem ini adalah
sebagai berikut : Air yang telah ditampung dalam tangki bawah, dipompakan
ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara di dalamnya
terkompresi. Air dalam tangki tersebut dialirkan ke dalam suatu distribusi
bangunan. Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detektor
tekanan, yang menutup/membuka saklar motor listrik penggerak pompa.
Pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai suatu batas
minimum yang ditetapkan, daerah fluktuasi tekanan ini biasanya ditetapkan
antara 1,0 sampai 1,5 kg/cm2 . Daerah yang makin lebar biasanya baik bagi
pompa karena memberikan waktu lebih lama untuk berhenti, tetapi seringkali
menimbulkan efek yang negatif pada peralatan plambing. Dalam sistem ini
udara yang terkompresi akan menekan air ke dalam sistem distribusi dan
setelah berulang kali mengembang dan terkompresi lama kelamaan akan
berkurang, karena larut dalam air atau ikut terbawa keluar tangki. Sistem tangki
tekan biasanya dirancang agar volume udara tidak lebih dari 30% terhadap
volume tangki dan 70% volume tangki berisi air. Bila mula-mula seluruh tangki
berisi udara pada tekanan atmosfer, dan bila fluktuasi tekanan antara 1,0 sampai
dengan 1,5 kg/cm2 , maka sebenarnya volume efektif air yang mengalir
hanyalah sekitar 10% dari volume tangki. Untuk melayani kebutuhan air yang
besar maka akan diperlukan tangki tekan yang besar. Untuk mengatasi hal ini
maka tekanan awal udara dalam tangki dibuat lebih besar dari tekanan atmosfer
(dengan memasukkan udara kempa ke dalam tangki).
4) Sistem Tanpa Tangki
Dalam sistem ini tidak digunakan tangka apapun, baik tangki bawah, tangki
tekan maupun tangka atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi
bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misal : pipa
utama PDAM)
Pada sistem air bersih, penyediaan air harus dapat mencapai daerah distribusi dengan debit,
tekanan dan kuantitas yang cukup dengan kualitas air sesuai standar/higienis. Oleh karena itu
perencanaan penyediaan air bersih harus dapat memenuhi jumlah yang cukup, higienis, teknis
yang optimal dan ekonomis. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002, bahwa air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk
keperluan seharihari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Dalam
perencanaan sistem penyediaan air bersih suatu bangunan, kebutuhan air bersih tergantung dari
fungsi kegunaan bangunan, jumlah peralatan saniter dan jumlah penghuninya. Kebutuhan air
bersih dapat dihitung dengan tiga cara yaitu, berdasarkan jumlah penghuni, berdasarkan jenis
dan jumlah alat plambing dan berdasarkan beban unit alat plambing. Rumus yang digunakan
untuk perhitungan kebutuhan air bersih didalam gedung sebagai berikut :
Pemakaian air pada harian maksimum :

Qhm = Qd x fhm (1)

Qhm = pemakaian air pada harian maksimum (m3 /hari)

Qd = total kebutuhan pemakaian air (m3 )

fhm = faktor hari maksimum : 1,15 sampai 1,25

Pemakaian air pada jam puncak. :

Qjm = Qhm x fjm (2)

Qjm = jam maksimum

fjm = faktor jam maksimum : 1,5 sampai 2,0


Untuk merencanakan volume tangki yang berfungsi menyimpan air untuk kebutuhan
air bersih dan pemadaman kebakaran dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
VR = Qd–Qs.T (3)

Keterangan :

Qd = Jumlah kebutuhan air per hari (m3/hari).

Qs = Kapasitas pipa (m3/hari).

T = Rata-rata pemakaian per hari (jam/hari).

VR = Volume tangki air minum (m3).

Kapasitas efektif tangki atas dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

VE = (Qp–Qmax)Tp+QpuxTpu (4)

Keterangan :

VE = Kapasitas efektif tangki atas (liter).

Qp = Kebutuhan puncak (liter/menit).

Qmax = Kebutuhan jam puncak (liter/menit).

Qpu = Kapasitas pompa pengisi (liter/menit).

Tp = Jangka waktu kebutuhan puncak (menit).

Tpu = Jangka waktu kerja pompa pengisi (menit).

Biasanya kapasitas pompa pengisi sebesar Qpu = Qmax. Dan air yang diambil dari
tangki atas melalui pipa pembagi utama dianggap sebesar Qp. Makin dekat Qpu dengan
Qp makin kecil ukuran tangki atas. Berlaku ketentuan Qp = Qm – max dan Qpu = Qmax
= Qh – max. Kapasitas suatu pompa tergantung dari debit air yang dialirkan dan tinggi
dorong (H). Dari instalasi pompa, menggunakan persamaan energi, maka besarnya
head pompa dapat ditentukan dengan persamaan di bawah ini (5) dimana : HP = Head
total pompa (m) P1,2 = Tekanan fluida pada titik 1 dan 2 (kg/m2 ) V1,2 = Kecepatan
fluida dititik 1 dan 2 (m/dt) Z = Ketinggian (m) Ɣ = Berat jenis fluida (kg/m3 ) g =
Konstanta gravitasi (9,8 m/dt) ƩHlt1-2 = Head loos total pipa titik 1 sampai 2 (m).
B. Metode Penelitian
Metode suatu perencanaan adalah tata cara atau urutan kerja suatu
perhitungan perencanaan untuk mendapatkan hasil Perencanaan instalasi air
bersih, air kotor. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan perencanaan ini
sebagaimana ditunjukkan pada diagram alir, adapun uraian dari metode tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1) Data Debit Air Bersih Sumber air bersih yang akan digunakan adalah
berasal dari PDAM. Debit yang dihasilkan dari pengaliran PDAM dalam
sebesar 8,52 m3 /jam.
2) Data Survei Pendahuluan Dari survei pendahuluan didapatkan data-data
tentang posisi shaft pada bangunan gedung, posisi pipa PDAM, dan posisi
saluran terbuka gedung.
3) Metode Perencanaan Instalasi Plambing Perencanaan Instalasi air bersih
pada pembangunan gedung seperti yang telah disebutkan di atas terdiri dari
sembilan lantai, sumber air bersih berasal dari PDAM dengan debit 8,52 m3
/jam. Instalasi air bersih direncanakan dengan menggunakan sistem tangki
bawah dan tangki atap. Jalur instalasi mengunakan sistem gravitasi dan
pompa.
C. Sistem Penyediaan Air Bersih
Penyediaan air bersih pada Kondotel ini melayani lantai yang berjumlah 9 buah
dengan ketinggian gedung sebesar 43 m. Jumlah kamar yang tersedia berjumlah
240 kamar yang terletak dari lantai 3 sampai lantai 9. Luas tanah pada kawasan
ini sebesar 130 m x 95 m dengan luas bangunan 5.900 m2 . Sistem penyediaan
air bersih pada Kondotel menggunakan sistem kombinasi yaitu secara gravitasi
dan menggunakan pompa penunjang. Dalam perencanaan instalasi
perpipaannya digunakan pipa galvanis, begitu pula dengan sambungan pipa
yang digunakan terbuat dari bahan yang sama dengan pipa. Pemilihan pipa
galvanis ini didasarkan dari keunggulan pipa tersebut yaitu permukaan yang
licin, kuat, mudah dibentuk dan tahan karat jika tidak terbuka. Selanjutnya
untuk peralatan plambing yang terpasang pada Kondotel antara lain kran,
shower, flush tank, bath tub, wastafel serta urinal.
D. Analisis Perencanaan Instalasi dan Penggambaran.
Tahap awal perencanaan instalasi air bersih harus memperhatikan kebutuhan air
bersih, kapasitas tangki atas, kapasitas tangki bawah dimensi pipa air bersih,
spesifikasi pompa, waktu Kerja Pompa.

Gambar 1. Diagram Alir Perencanaan


E. Hasil Dan Pembahasan
Dalam Perencanaan terdapat sembilan ruang shaft yang digunakan untuk
ruang instalasi pipa yang menghubungkan lantai ke-1 sampai lantai ke-9.
Tiap Shaft akan melayani beberapa alat saniter dari lantai ke -1 sampai lantai
ke-9. Jenis dan jumlah alat saniter berdasarkan shaft yang terdiri dari wc
duduk 275 buah, wastafel 295 buah, shower 244 buah, kran 561 buah, urinal
33 buah, dan bath tub 72 buah.
Tabel Kebutuhan Air Pada Kondotel
Sehingga didapat jumlah kebutuhan total air bersih dalam satu hari sebesar
245.700 liter/hari. Kebutuhan air bersih dalam metode ini untuk setiap alat
plambing ditetapkan suatu beban unit alat plambing. Sehingga diketahui
debit yang dibutuhkan untuk setiap alat plambing. Perhitungan dilakukan
pada setiap alat plambing, kemudian dijumlahkan kebutuhan air untuk
semua jenis alat plambing pada setiap lantai. Waktu pemakaian alat
pelambing dalam satu kali pemakaian untuk kloset 90 detik, wastafel 15
detik, shower 300 detik, kran 80 detik. Kapasitas tangki atas dimaksudkan
untuk menampung kebutuhan puncak, dan biasanya disediakan dengan
kapasitas cukup untuk jangka waktu kebutuhan puncak tersebut yaitu sekitar
60 menit. Dalam keadaan tertentu dapat terjadi bahwa kebutuhan puncak di
mulai pada saat muka air terendah dalam tangki atas, sehingga perlu
perhitungan jumlah air yang dapat di masukkan dalam waktu 10 sampai 15
menit oleh pompa. Debit jam maksimum yang mungkin terjadi pada lantai
3 sampai lantai ke 9 sebesar (Qjm) = 7,1 liter/detik dan (fjm) = 2 . Dari data-
data hasil perhitungan diatas, maka dapat ditentukan kapasitas tangki atas
adalah 26 m 3 . Besarnya kapasitas tangki bawah ditentukan oleh jumlah
kebutuhan air bersih sehari di dalam gedung, kapasitas persediaan/sumber
air bersih dan rata-rata pemakaian air pada harian maksimum. Dari
perhitungan kebutuhan air bersih diketahui kebutuhan total air bersih pada
harian maksimum adalah sebesar 306,72 m3 /hari. Sumber air bersih
direncanakan berasal dari PDAM dengan debit 8,52 m 3 /jam. Jangka
waaktu pemakaian air selama 24 jam/hari. sehingga kapasitas tangki bawah
dapar dihitung mencapai 150 m 3 . Volume tangki bawah ini juga mencakup
unutk kebutuhan air untuk sistem pemadam kebakaran.
F. Dimensi Pipa Air Bersih
Langkah-langkah penentuan dimensi pipa air bersih sebelum dikoreksi
adalah sebagai berikut :
1) Menentukan jenis pipa.
Pada perencanaan ini jenis pipa yang digunakan untuk instalasi air
bersih adalah pipa galvanis.
2) Menentukan beban unit alat plambing (BW).
3) Menentukan debit normal (Q) dari instalasi pipa air bersih.
Jenis Pemakaian Pemakaian (liter/orang/hari) Jumlah Pemakai (orang)
Kebutuhan Air (liter/hari) Tamu Hotel 300 546 163.800 Karyawan 120 160
19.200 Coffe shop & Restoran 30 200 6.000 Sub Total 189.000 Lain-lain
make up water AC 30% 56.700 water treatment, taman, dll Jumlah Total
245.700 .
4) Total debit (Q) adalah debit dari hasil debit yang mungkin terjadi pada
setiap pipa = 0,1liter/detik,0,2 liter/detik dan 0,24 ltr/detik.
5) Panjang pipa (L) adalah hasil pengukuran panjang pipa pada gambar
4.1 isometri instalasi pipa air bersih lantai 1.
6) Diameter pipa (Ø) sebelum dikoreksi dapat ditentukan dari Pipa 1
beban unit alat plambing = 1, maka DN (Diameter Nominal) pipa 1 =
15 mm atau ½ inchi. Pipa 3 beban unit alat plambing = 2, maka DN
(Diameter Nominal) pipa 1 = 15 mm atau ½ inchi. Pipa 5 beban unit
alat plambing = 3, maka DN (Diameter Nominal) pipa 1 = 15 mm atau
½ inchi. 7. Diameter terkecil yang digunkan sebesar ½ inchi dan yang
terbesar adalah 7 inchi.
Gambar 2. Isometri instalasi pipa air bersih pada bagian kamar.
G. Pompa booster
Pompa booster adalah pompa yang menyalurkan air dari tangki bawah ke
fixture unit alat saniter. 1. Debit pompa booster. Debit (Q) pompa booster
dapat diketahui dari perhitungan kapasitas tangki bawah tentang debit
puncak yang terjadi bila seluruh alat saniter hidup bersamaan pada lantai 1

Gambar 3. Perletakkan Pompa dan Roof Tank


sampai 4, dengan debit yang terjadi sebesar 20,59 m3 /jam dan head pompa
sebesar 27 m. 9 2. Debit pompa pengisian. Debit (Q) pompa pengisian dapat
diketahui dari perhitungan kapasitas tangki atas tentang debit puncak yang
terjadi bila seluruh alat saniter hidup bersamaan pada lantai 3 sampai 9,
dengan debit yang terjadi sebesar 20,59 m3 /jam dan head pompa sebesar
66 m.
3.2 Perancangan Sistem Plumbing Sebuah Gedung Perkantoran Berlantai 4
Dalam perencanaan sistem plambing air bersih,terdapat hal penting yang harus
diperhatikan, yaitu kualitas air yang akan didistribusikan, sistem penyediaan air
yang akan digunakan, pencegahan pencemaran air dalam sistem, laju aliran dalam
pipa, kecepatan aliran dan tekanan air, serta permasalahan yang mungkin timbul
jika dilakukan penggabungan antara cadangan air untuk air bersih dan pencegahan
pemadam kebakaran. Untuk yang digunakan pada sebuah gedung perkantoran
Pusdiklat(Pusat Pendidikan dan Pelatihan) berlantai 4 sistem penyediaan air bersih
terdapat beberapa analisa,antara lain analisa kapasitas kebutuhan air per hari pada
penghuni gedung perkantoran,kapasitas tempat penyimpanan air bawah
tanah(Ground Water Tank),kapasitas penyimpanan air pada tangki atas(Roof Tank)
dan analisa pemilihan pompa sesuai dengan kebutuhan. Dari latar belakang,maka
dirumuskan permasalahan :
1. Berapa besar kapasitas untuk penampung air bersih bawah tanah, penampung
air bersih atas gedung pada sebuah gedung perkantoran Pusdiklat(Pusat
Pendidikan dan Pelatihan) berlantai 4.
2. Bagaimana menganalisa kebutuhan system plumbing dan laju aliran air instalasi
air bersih.
3. Sistem penyediaan air bersih apa yang akan digunakan untuk menyesuaikan
besar kebutuhan air bersih penghuni.
4. Bagaimana memilih pompa yang sesuai dengan kebutuhan air bersih yang akan
ditransfer dari penampung air bawah tanah ke penampung air atas gedung.
A. Teori Dasar Sistem Plumbing
Fungsi sistem peralatan plambing adalah menyediakan air bersih ke tempat-
tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup dan membuang air kotor dari
tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya. Selain itu,
peralatan plambing ditujukan juga dalam pencegahan kebakaran, penyaluran gas,
dan penyaluran air hujan dalam suatu bangunan. Dalam perencanaan sistem
plambing air bersih,terdapat hal penting yang harus diperhatikan, yaitu kualitas air
yang akan didistribusikan, sistem penyediaan air yang akan digunakan, pencegahan
pencemaran air dalam sistem, laju aliran dalam pipa, kecepatan aliran dan tekanan
air, serta permasalahan yang mungkin timbul jika dilakukan penggabungan antara
cadangan air untuk air bersih dan pencegahan kebakaran. Sistem penyediaan air
bersih yang dipakai untuk perkantoran umumnya adalah sistem tangki atap.
Demikian pula dalam perencanaan ini, sistem tangki atap digunakan dengan
pertimbangan :
1. Dengan adanya roof tank maka ketersediaan air akan terjaga setiap waktu
khususnya pada saat pemakaian puncak.
2. Perubahan tekanan yang terjadi tidak begitu berarti, hanya akibat perubahan muka
air dalam tangki.
3. Menghemat kerja pompa.
B. Laju Aliran
Dalam perancangan sistem penyediaan air untuk sesuatu bangunan, kapasitas
peralatan dan ukuran pipa-pipa didasarkan pada jumlah dan laju aliran air yang harus
disediakan kepada bangunan tersebut. Jumlah dan laju aliran air tersebut seharusnya
diperoleh dari penelitian keadaan sesungguhnya. Metode penaksiran laju aliran air,
ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran air,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan Jumlah Pemakai
Metode ini didasarkan atas pemakaian air ratarata sehari dari setiap penghuni, dan
perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah pemakaian air sehari dapat
diperkirakan, walaupun jenis maupun jumlah alat plambing belum ditentukan.
Metode ini praktis utnuk tahap perencanaan dan perancangan. Apabila jumlah
penghuni diketahui, atau ditetapkan untuk suatu gedung maka angka tersebut dipakai
untuk menghitung pemakaian air rata-rata sehari berdasarkan ”standar” mengenai
pemakaian air per orang per hari untuk sifat penggunaan gedung tersebut. tetapi bila
jumlah penghuni tidak diketahui, biasanya ditaksir berdasarkan luas lantai dan
menetapkan padatan hunian per luas lantai. Luas lantai gedung yang dimaksudkan
adalah luas lantai efektif, berkisar antara 55 sampai 80 persen dari luas seluruhnya.
Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metode ini biasanya digunakan untuk
menetapkan volume tangki bawah, tangki atap, pompa, dsb. Sedangakn untuk pipa
yang diperoleh dengan metode ini hanyalah pipa penyediaan air (misalnya pipa
dinas) dan bukan untuk menentukan ukuran pipa-pipa dalam seluruh jaringan.
b. Berdasarkan Jenis dan Jumlah Alat Plambing
Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat diketahui,
misalnya untuk perumahan atau gedung kecil lainnya. Juga harus diketahui jumlah
dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut.
c. Berdasarkan Unit Beban Alat Plambing
Pada metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban (fixture unit).
Untuk setiap bagian pipa dijumlahkan unit beban dari semua alat plambing yang
dilayaninya, dan kemudian dicari besarnya laju aliran air dengan kurva. Kurva ini
memberikan hubungan antara jumlah unit beban alat plambing dengan laju aliran
air, dengan memasukkan faktor kemungkinan penggunaan serempak dari alat-alat
plambing.
C. Tekanan Air dan Kecepatan Aliran Air
Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam pemakaian
air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena pancaran air
serta mempercepat kerusakan peralatan plambing, dan menambah kemungkinan
timbulnya pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik berkisar dalam suatu daerah
yang agak lebar dan bergantung pada persyaratan pemakai atau alat yang harus
dilayani. Tekanan minimum pada setiap saat pada titik aliran keluar harus 50 kPa
(0,5 kg/cm2)(SNI, 2000).
Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan “standar” adalah 1,0 kg/cm2 sedang
tekanan static sebaiknya diusahakan antara 4,0 sampai 5,0 kg/cm2 untuk perkantoran
dan antara 2,5 sampai 3,5 kg/cm2 untuk hotel dan perumahan. Disamping itu,
beberapa macam peralatan plambing tidak dapat berfungsi dengan baik kalau
tekanan airnya kurang dari suatu batas minimum.
D. Kebutuhan Air
Kebutuhan air dalam bangunan artinya air yang dipergunakan baik oleh penghuninya
ataupun oleh keperluan-keperluan lain yang ada kaitannya dengan fasilitas
bangunan.
Kebutuhan air didasarkan atas sebagai berikut :
a. Keperluan-keperluan untuk minum, memasak, untuk keperluan mandi,buang air
besar dan
kecil,untuk mencuci pakaian,cuci tangan,cuci peralatan dan cuci perlengkapan,serta
untuk
proses seperti industri.
b. Kebutuhan yang sifatnya sirkulasi : air panas, water cooling/AC dan kolam
renang,air mancur/taman.
c. Kebutuhan yang sifatnya tetap,air untuk hydrant dan air untuk springkler.
d. Kebutuhan air cadangan yang sifatnya berkurang karena penguapan. Besar
kebutuhan air,khususnya untuk kebutuhan manusia,dihitung rata-rata per orang per
hari tergantung dari jenis bangunan yang digunakan untuk kegiatan manusia
tersebut.
E. Metode Perancangan
Metode perancangan adalah tata cara atau urutan kerja suatu perhitungan
perencanaan untuk mendapatkan hasil perencanaan instalasi air bersih. Metode yang
digunakan untuk menyelesaikan perancangan ini sebagaimana yang dijelaskan pada
bagian-bagian di bawah ini, yang teridi dari :
1) Data Awal
2) Sistem Penyediaan Air Bersih
3) Analisa Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
4) Analisa Perhitungan Perencanaan
5) Instalasi Plumbing Penyediaan Air Bersih
6) Pemilihan Jenis Pompa

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Plumbing Pada Bangunan Bertingkat


Seperti yang sudah kita ketahui dari contoh di atas, system distribusi air bersih terdiri
dari beberapa jenis dan masing-masing jenis tersebut mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing yang akan dibahas satu per satu.
a) Sistem distribusi langsung
Seperti yang telah disampaikan di atas, bahwa air bersih dari sumber langsung
didistribusikan melalui perpipaan dalam gedung menuju titik-titik peralatan saniter
atau kran-kran sebagai titik keluarnya air bersih.
Sistem distribusi langsung lainnya dapat diaplikasi pada sumber air sumur dangkal
ataupun sumur dalam. Air dari sebuah sumur dangkal dipompakan langsung ke
sistem perpipaan dalam rumah dengan menggunakan pompa. Keuntungan apabila
menggunakan pompa adalah bahwa tekanan dan debit air yang dibutuhkan pada
setiap ujung pipa dapat dapat terpenuhi, tergantung dari spesifikasi pompa yang
digunakan.
Kelebihan dari sistem distribusi langsung ini adalah :
 Sistem perpipaan di luar bangunan lebih sederhana.
 Relatif lebih hemat dari sisi biaya apabila dari Meter air langsung didistribusi
menuju sistim instalasi dalam rumah.
Kelemahannya :
 Debit air yang keluar dari PDAM setelah meter air tidak konstan dan tekanan relatif
kecil.
 Debit air yang keluar seringkali tidak memenuhi kebutuhan apabila beberapa
peralatan saniter digunakan secara bersamaan.
 Diameter pipa setelah meter air pada umumnya hanya ½”, sehingga untuk
menyambungkan pipa distribusi dengan diameter yang lebih besar harus
menggunakan Socket Reducer.
 Pompa tidak boleh digunakan secara langsung setelah meter air.
 Daya listrik rumah harus mencukupi, apabila dari sumur didistribusikan langsung
dengan menggunakan pompa.

b) Sistem distribusi tidak langsung


Sistem tidak langsung ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan debit
dan tekanan air yang mencukupi, sehingga kenyamanan pemanfaatan air bersih
dalam rumah relatif terpenuhi. Sebelum air bersih didistribusikan ke sistem, air
ditampung terlebih dahulu dalam suatu tangki penampungan, baik itu berupa tangki
atas maupun tangki dalam tanah (Groundtank) dengan volume tangki yang
diperhitungkan mampu untuk kebutuhan rumah minimal dalam 1 hari.
Masalah yang sering muncul adalah ketinggian tangki atas yang rendah dan
membuat tekanan dan debit air relatif kecil. Dalam upaya memenuhi kebutuhan
penghuni rumah, maka dipasang pompa dengan spesifikasi yang tepat. Pompa
tersebut berfungsi sebagai pompa pendorong. Beberapa produk pompa pendorong
telah banyak beredar di pasaran dengan berbagai spesifikasi yang bisa dipilih untuk
keperluan tersebut.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, sumber air dari PDAM seringkali
tidak konstan. Oleh karena itu dibuatlah tangki dalam tanah (Groundtank) dengan
kapasitas tertentu untuk menampung air dari PDAM,sebelum didistribusikan ke
sistem instalasi atau dialirkan menuju tangki atas. Untuk mengontrol kerja pompa,
maka dipasang “Level control-Switch”. Dengan mengatur pelampung atas dan
bawah, maka pada ketinggian air tertentu, maka pompa akan “bekerja atau mati”.
Kelebihan sistem ini adalah :
 Debit dan tekanan air bersih untuk keluarga dapat tercukupi, sehingga kenyamanan
dapat terpenuhi.
 Apabila menggunakan tangki atas (sistem gravitasi), kebutuhan air bersih masih dapat
berfungsi apabila listrik padam.
Kelemahannya :
 Pada sistem gravitasi (Tangki atas), tekanan air dalam sistem kurang bagus apabila
ketinggian tangki atas kurang dari 7 meter.
 Daya listrik rumah harus mencukupi, apabila dari tandon didistribusikan dengan
menggunakan pompa.
 Biaya lebih mahal daripada sistem langsung karena harus menggunakan pompa.
 Memerlukan perencanaan yang teliti.

c) Sistem perpipaan
Jaringan pipa instalasi hendaknya dilaksanakan sesederhana mungkin dengan
sedikit belokkan agar tidak banyak terjadi kehilangan tekanan pada sistem distribusi.
Secara sederhana tanpa menggunakan perencanaan yang teliti, pipa distribusi utama untuk
bangunan rumah 1 s/d 2 lantai digunakan diameter 1”. Hal ini dimaksudkan apabila tekanan
air tidak begitu bagus, maka kehilangan tekanan dalam sistem dapat diminimalisir. Pipa
dari sumber air atau tangki dapat didistribusikan ke peralatan saniter atau perlengkapan
lainnya melalui bawah lantai yang disebut dengan sistem dari bawah ke atas, atau melalui
atas plafon rumah yang biasa disebut sistem dari atas ke bawah. Sedangkan untuk bangunan
lebih dari satu lantai dapat menggunakan gabungan dari dua sistem tersebut. Manakah yang
lebih baik dari kedua sistem tersebut? Kedua sistem tersebut masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Salah satu kelebihan dari sistem atas ke bawah adalah apabila
ada perbaikan, maka tidak akan banyak merusak perlengkapan bangunan yang lainnya.
Sedangkan kelemahan dari sistem dari bawah ke atas adalah apabila ada perawatan
perpipaan, maka mau tidak mau akan merusak lantai bangunan (bangunan satu lantai).
Penggunaan pipa galvanis dan pipa PVC di beberapa negara sudah tidak diperbolehkan,
karena bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Jenis pipa-pipa baru yang beredar di
pasaran antara lain PP-R (Polypropyline Random – produk dari Wavin atau Toro 25 atau
Vesbo dll), PE (Polyethylene-Wavin Black), Pipa Multilayer (produk Rifeng dll.), pipa
Stainless dll. Namun di Indonesia penggunaan pipa galvanis dan PVC masih
diperbolehkan.
BAB III
KESIMPULAN

Dari analisa Perencanaan Sistem Plambing Air Bersih Pada Bangunan Kondotel
dengan menggunakan Sistem Gravitasi dan Pompa diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:

1. Total penggunaan air bersih pada Kondotel Kawasan Pasar Anggrek ini sebesar
245.700 lt/hari.

2. Dimensi tangki bawah penampung air bersih sebesar 150 m3 dan tangki atas
penampung air bersih sebesar 26 m3 .

3. Diameter pipa yang terkecil digunakan dalam sistem pendistribusian air bersih
pada bangunan ini adalah ½ inc dan yang terbesar adalah 7 inc. 4. Head pompa untuk
pendistribusian air dari lantai 1 sampai lantai 4 bagian belakang sebesar 27 m dan
Head pompa untuk pendistribusian air dari lantai 3 bagian depan sampai lantai 9
sebesar 66 m.

Sedangkan, dari hasil perancangan sistem plambing instalasi air bersih pada sebuah
gedung perkantoran berlantai 4 dengan menggunakan sistem tangki atas diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Kebutuhan air bersih pada sebuah gedung perkantoran berlantai 4 diketahui
sebesar 235.4 m3/hari dibutuhkan kapasitas penampung air bawah tanah (Ground
Water Tank) 250 m3 dengan konstruksi beton dan kapasitas penampung air
atas(Roof Tank) 5m3 berjumlah 2 buah.
2. Desain kebutuhan sistem plumbing instalasi air bersih yang digunakan dari
penampung air bawah tanah(Ground Water Tank) ke penampung air atas(Roof
Tank) adalah 65 mm atau 2 1/2 “ dan diameter pipa dinas (PDAM) adalah 3 “,dan
diketahui laju aliran pemakaian air bersih per hari berdasarkan jumlah penghuni
adalah 235,4 m3/hari,debit air ratarata perhari 141.24m3/hari, pemakaian air perjam
diketahui 5.88 m3/jam,pemakaian air bersih pada jam puncak 35.3 m3/hari dan
pemakaian air pada jam puncak 0.88 m3/menit.
3. Dengan kapasitas aliran (Q) 235.4 m3/hari diketahui head total pompa yang
dibutuhkan untuk mengalirkan sejumlah air secara teoritis didapat : head statis total
43 m,head losses 4.95m, head kecepatan 0.12 m dan secara teoritis head total yang
dibutuhkan pompa sentrifugal pada gedung pada kondisi operational adalah 46.07 m
sedangkan head design pompa 95 m sehingga pompa yang dipilih sesuai dengan
kebutuhan air bersih.
Berdasarkan kesimpulan tersebut di dapat bahwa setiap gedung bertingkat
mempunyai kebutuhan air bersih yang berbeda-beda maka dari itu system
perencanaan instalasi plumbingnya pun berbeda-beda dimana masing-masing
system tersebut juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Agar air bersih yang
didistribusikan dapat mengalir dengan kecepatan aliran yang sesuai untuk
memenuhi kebutuhan maka diperlukan perencanaan yang tepat yang sudah di
sesuaikan dengan beberapa factor.
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/190663-ID-perencanaan-sistem-
plambing-air-bersih-p.pdf

Jurnal Perancangan Sistem Plumbing Instalasi Air Bersih Sebuah Gedung


Bangunan Perkantoran Berlantai 4
PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PLUMBING AIR
BERSIH PADA BANGUNAN KONDOTEL DAN GEDUNG
PERKANTORAN

Disusun Oleh :
Titik Puspitasari (1115050037)
3-Mk

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PROGRAM STUDI MANAJEMEN KONSTRUKSI
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
DEPOK 2017

Anda mungkin juga menyukai