Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................................................... 1

Kata Pengantar ........................................................................................................................... 2

Bab I ........................................................................................................................................... 3

Pendahuluan ............................................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 3

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3

1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 3

Bab II ......................................................................................................................................... 5

Pembahasan................................................................................................................................ 5

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi ........................................ Error! Bookmark not defined.

2. Pendekatan Struktural ................................................................................................... 10

3. Pembangunan Seimbang ............................................................................................... 11

Bab III ........................................................................................................................................ 5

Penutup .................................................................................................................................... 20

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 20

3.2 Saran .......................................................................... Error! Bookmark not defined.

Daftar Pustaka .......................................................................................................................... 21

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik

dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas Bab 4 mengenai “Tahap-Tahap

Perkembangan Ekonomi”

Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak

kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca

untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari

pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Jimbaran, 28 Februari 2018

2
Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Masalah perkembangan ekonomi memang menjadi suatu permasalahan yang

kompleks. Tidak hanya di Indonesia, namun seluruh Negara di dunia memikirkan cara

untuk mengembangkan perekonomian di dalam Negerinya. Maka dari itu, perlu adanya

pemahaman tentang bagaimana perkembangan ekonomian yang terjadi, guna dapat

mengambil pelajaran sehingga perekonomian terus dan terus dapat berkembang menjadi

lebih baik.

Dalam hal perkembangan ekonomi, terdapat berbagai teori-teori dari berbagai tokoh

ekonomi yang menjelaskan tentang tahap-tahap perkembangannya. Dari tokoh satu

dengan tokoh yang lain memang mengutarakan pandangan yang bebeda, sehingga antara

teori yang satu dengan teori yang lain menjadi berbeda pula. Walaupun berbeda teori

yang satu dengan teori yang lain saling mendukung dan melengkapi. Karena tiap teori

mengenai tahap perkembangan ekonomi ini saling melengkapi, maka memang sulit untuk

mengetahui tahap-tahap yang paling benar, sehingga perlu adanya pemahaman tentang

tahap perkembangan perekonomian. Oleh karena itu kami menyusun makalah ini guna

mengetahui bagaimana pandangan dari berbagai tokoh mengenai tahap-tahap

perkembangan perekonomian.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang ingin saya bahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja tahap-tahap pertumbuhan ekonomi?

2. Apa sasaran utama dari pendekatan struktural?

3. apa yang dimaksud dengan pembangunan berimbang?

3
4. apa yang dimaksud dengan pembangunan tak berimbang?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

 Untuk mengetahui dan mengerti apa saja tahap-tahap pertumbuhan ekonomi

 Untuk mengetahui dan mengerti tentang pendekatan struktural

 Untuk mengetahui dan memahami pengertian pembangunan berimbang

 Untuk mengetahui dan memahami pengertian pembangunan tak berimbang

4
Bab II
Pembahasan

1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pada abad ke 19 banyak ahli ekonomi yang menganalisis dan membahas, serta

mengemukakan teori-teori tentang pertumbuhan ekonomi, diantaranya Frederich List, Bruno

Hilder Brand, Karl Bucher dan Walt Whitman Rostow.

 Frederich List

Beliau adalah penganut paham Laisser Faire dan berpendapat bahwa sistem ini dapat

menjamin alokasi sumber-sumber secara optimal tetapi proteksi terhadap industri-industri

tetap diperlukan. Pertumbuhan ekonomi sebenarnya tergantung kepada peranan pemerintah,

organisasi swasta, entrepreneur, dan kebudayaan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi hanya

terjadi apabila dalam masyarakat terdapat kebebasan dalam organisasi politik dan kebebasan

perseorangan. Menurutnya negara-negara yang paling sedanglah yang paling cocok untuk

industri, sebab pendapatan penduduk yang sedang merupakan pasara yang cukup, disamping

sektor pertanian yang sudah efisien.

Sedangkan di daerah tropis paling cocok untuk pertanian, karena pada umumnya jumlah

penduduk sangat padat. Pertanian belum begitu efisien dan persediaan sumber-sumber alam

masih sangat sedikit. Disini yang terpenting adalah bahwa industri atau pabrik diperlukan

untuk perkembangan ekonomi. Meskipun pada permulaannya diperlukan perlindungan. Ia

menyusun tahap-tahap pembangunan ekonomi dimulai dari fase primitif biadab, beternak,

pertanian, pabrik dan perdagangan.

 Bruno Hilder Brand

Beliau adalah pengkritik Frederich List, mereka mengatakan bahawa perkembangan

ekonomi bukan berasal dari sifat-sifat produksi atau konsumsinya, tetapi lebih ditekankan

pada metode distribusi yang digunakan. Ia mengemukakan 3 sistem distribusi, yaitu:

5
1. Natural atau perekonomian barter

2. Perekonomian uang

3. Perekonomian kredit

Sayangnya Bruno Hilder Brand tidak mengemukakan bagaimana fase-fase tersebut

berkembang menuju fase berikutnya.

 Karl Bucher

Ia berpendapat serupa denga Bruno walaupun tidak sama. Karl mengatakan bahwa

pertumbuhan ekonomi adalah melalui 3 tingkat, yaitu:

1. Produksi untuk kebutuhan sendiri

2. Perekonomian kota, dimana pertukaran sudh meluas

3. Perekonomian nasional dimana peranan pedagang-pedagang makin penting.

Jadi barang-barang itu diproduksi untuk pasar (merupakan gambaran evolusi Jerman

 Walt Whitman Rostow

W. W. Rostow dalam bukunya “The Stages of Economic Growth” mengemukakan

bahwa proses pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam lima tahap dan setiap negara di

dunia dapat digolongkan ke dalam salah satu tahap dari lima tahap pertumbuhan ekonomi

tersebut yang sesuai dengan ciri-ciri perubahan keadaan ekonomi, politik dan sosial serta

transportasi suatu masyarakat tradisional menjadi suatu masyarakat modern, tahap-tahap itu

adalah:

1. Tahap Masyarakat Tradisional (the traditional society)

Struktur fungsi produksi yang terbatas, cara-cara produksi yang relatif primitif, dan

sikap masyarakat serta cara hidupnya yang sangat dipengaruhim oleh nilai-nilai yang

dicetuskan oleh cara pemikiran yang bukan rasional, tetapi oleh kebiasaan yang telah berlaku

secara turun temurun. Tingkaat produksi perkapita dan tingkat produktivitas pekerja masih

sangat terbatas.

6
Kegiatan politik dan pemerintahan terdapat di daerah-daerah dan dipegang oleh tuan-

tuan tanah yang berkuasa.

2. Tahap Prasyarat Lepas Landas (the precondition for take off)

Tahap prasyarat untuk lepas landas adalah suatu masa transisi pada saaat masyarakat

mempersiapkan dirinya, ataupun dipersiapkan dri luar untuk mencapai pertumbuhan yan

mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustain growth) setelah itu pertumbuhan

ekonomi akan berlaku secara otomatis. Dalam tahap ini ia memberikan dua prasyarat yaitu:

 Tahap prasyarat untuk lepas landas dicapai oleh negara-negara Eropa, Asia, Timur

Tengah, dan Afrika yang dilakukan dengan merubah struktrur masyarakat tradisional

yang sudah ada.

 Bom Free, yaitu prasyarat lepas landas yang dicapai oleh Amerika Serikat, Kanada,

Australia dan Selandia Baru, dengan tanpa harus merombak sistem masyarakat

tradisional yang ada, karena masyarakat negara-negara itu terdiri dari emigran yang

telah mempunyai sifat-sifat yang diperlukan oleh masyarakat untuk mencapai tahap

prasyarat lepas landas.

Pembangunan ekonomi ini akan tercapai apabila diikuti oleh perubahan-perubahan lain dalam

masyarakat yaitu:

 Pembangunan fasilitas/prasaran umum terutama di bidang transportasi

 Revolusi teknik dibidang pertanian karena banyaknya orang-orang yang pindah ke

kota-kota

 Perluasan impor yang dibiayai oleh hasil produksi sumber-sumber alam yang ada

 Terjadinya saving, meningkatnya tingkatan pendidikan dan keterampilan, sikap

masyarakat terhadap pekembangan ilmu pnegetahuan serta sikap pengambilan resiko

dalam bekerja

7
 Munculnya kepemimpinan baru yang mempunyai sifat nasionalisme yang reaktif,

yaitu bereaksi secara positif atas tekanan-tekanan yang datang dari negara-negara

yang lebih maju.

3. Tahap Lepas Landas (take off)

Tahap ini merupakan tahap interval dimana tahap masyarakat tradisional dan tahap

prasyarat untuk lepas landas telah dilewati. Pada periode ini beberapa penghalang

petumbuhan dihilangkan dan kekuatan-kekuatan yang menimbulkan kemajuan ekonomi

diperluas dan dikembangkan serta mendominasi masyarakat sehingga menyebabkan

efektivitas investasi dan meningkatnya tabungan masyarakat. Ciri-cirinya yaitu:

 Adanya kenaikan dalam penanaman modal investasi (yang produktif dari 5% atau kurang

menjadi 10% dari Produk Nasional Bruto/NNP(Net National Product = NNP) →NNP =

GNP – D (penyusutan)

 Adanya perkembangan beberapa sektor industri dengan laju perkembangan yang tinggi

 Adanya suatu kerangka dasar politik, sosial dan instutisional yang akan menciptakan (1)

kenyataan yang memperluas sektor modern, (2) potensi ekonomi ekstern sehingga

menyebabkan pertumbuhan secara terus-menerus berlangsung.

Sifat-sifat perubahan dari berbagai jenis kegiatan ekonomi didalam tahap-tahap lepas

landas digolongkan atas tiga sektor pertumbuhan, yaitu:

 Sektor pertumbuhan primer, yaitu sektor-sektor atau kegiatan ekonomi yang menciptakan

pertumbuhan yang pesat dan menciptakan kekuatan ekspansi ke berbagai sektor dalam

kegiatan perekonomian

 Sektor pertumbuhan suplementer, yaitu sektor yang berkembang dengan cepat sebagai

akibat langsung dari perkembangan di sektor pertumbuhan primer

 Sektor pertumbuhan terkait yaitu sektor atau kegiatan ekonomi yang berkembang sejalan

dengan kenaikan pendapatan penduduk dan produksi sektor pertanian.

8
4. Gerakan ke Arah Kedewasaan (the drive of maturity)

Gerakan ke arah kedewasaan diartikan sebagai suatu periode ketika masyarakat secara

efektif menerapkan teknologi modern dalam mengelolah sebahan besar faktor-faktor

produksi dan kekayaan alamnya. Kedewasaan adalah tingkat dimana suatu industri

perekonomian menunjukan kapasitas untuk bergerak melampaui industri-industri dasar yang

telah memberikan kekuatan kepada periode take off untuk mengabsorsir serta menerapkan

secara efisien hasil perkembangan teknologi modern. Ciri-ciri gerakan ke arah kedewasaan

yaitu:

 Kematangan teknologi dimana struktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan

 Sifat kepemimpinan dalam perusahaan mengalami perubahan

 Masyarakat serta keseluruhan merasa bosan dengan keajaiban yang diciptakan oleh

industrialisasi, karena berlakunya hukum kegunaan batas semakin berkurang.

5. Masa Konsumsi Tinggi (The age of high mass comsumption)

Pada masa ini perhatian masyarakat mengarah kepada masalah-masalah yang

berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat dan bukan lagi kepada masalah

produksi, dimana lebih bergerak kepada barang-barang yang tahan lama serta jasa-jasa. Pada

periode ini terdapat tiga macam tujuan masyarakat untuk mendapatkan sumber-sumber daya

yang tersedia dan dukungan politisi yaitu:

 Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut ke luar negri dan kecenderungan

ini dapat berakhir pada penaklukan atas negara-negara lain

 Menciptakan suatu welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada

pendukungnya dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih

merata melalui sistem perpajakan yang progresif

 Mempertinggi tingkat konsumsi masyarakat di atas konsumsi dasar yang sederhana atas

makanan.

9
Tahapan pembangunan yang digambarkan oleh Rostow adalah sistem pentahapan

dimana suatu tahapan tidak mungkin terjadi tanpa melalui tahapan yang lain. Artinya tahapan

kedua tidak mungkin terjadi tanpa tahapan pertama, tahap ketiga tidak akan terjadi tanpa

tahap kedua, dan seterusnya. Namun kenyataannya ada negara yang tidak pernah melewati

tahap pertama dari teori pertumbuhan eknomi Rostow, tetapi langsung ke tahap kedua,

misalnya Amerika Seirkat dan Australia karena penduduknya adalah orang-orang Eropa yang

kemudian mentransfer ilmu pengetahuan ke benua tersebut.

 Simon Kuznets

Teorinya muncul atas kritikan terhadap teori Rostow, yaitu: “bagaimana mungkin

suatu desain sederhana dapat menjadi suatu rangkuman deskriptif atau klasifikasi analitif dari

suatu perubahan historis yang beragam dan berfariasi?”. Kuznets juga mencatat kemiripan

dan perbedaan teori Rostow dengan tori Karl Marx. Kesamaan teori Rostow dan Marx antara

lain:

1. Kedua teori menginterpretasikan evolusi sosial khususnya sektor ekonomi

2. Kedua ekonomi tersebut telah mencoba mengeksploitasi permasalahan dan konsekuensi dari

pembangunan sosial yang dilakukan

3. Keduanya menyadari bahwa perubahan sistem ekonomi pada dasarnya merupakan

konsekuensi logis dari perubahan yang terjadi di bidang politik, sosial dan budaya.

2.1 Pendekatan Struktural

Sasaran utama pendekatan struktural adalah tertatanya struktur dan sistem hubungan

antara semua komponen dan sistem kehidupan, baik di wilayah pesisir dan laut maupun

komponen pendukung yang terkait, termasuk komponen sosial, ekonomi dan fisik. Dengan

penataan aspek struktural, diharapkan masyarakat mendapatkan kesempatan lebih luas untuk

dapat memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Selain itu penataan struktur dan

sistem hubungan sosial dan ekonomi tersebut diharapkan dapat menciptakan peluang bagi

10
masyarakat untuk ikut serta melindungi sumber daya alam dari ancaman yang datang baik

dari dalam maupun dari luar. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi bahkan

menghilangkan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang utama yang selama ini secara

terus menerus menempatkan masyarakat (lokal) pada posisi yang sulit.

Pendekatan struktural membutuhkan langkah-langkah seperti berikut:

 Peningkatan aksebilitas masyarakat terhadap informasi.

Informasi merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan masyarakat

pantai sebagai bagian dari pengelolaan pesisir dan laut. Kesediaan informasi mengenai

potensi dan perkembangan kondisi wilayah dan sumber daya alamnya sangat berharga untuk

penyusunankebijakan, program dan kegiatan di wilayah tersebut.

 Pengembangan kapasitas kelembagaan.

Untuk meningkatkan peran masyarakat dalam perlindungan wilayah dan sumber daya

alam, diperlukan kelembagaan sosial, untuk mendorong peranan masyarakat secara

kolektif. Semangat kolektif akan mendorong upaya pemberdayaan masyarakat untuk

melindungi wilayahnya dari kerusakan yang dapat mengancam perekonomian.

Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan lembaga sosial diharapkan untuk

memperkuat posisi masyarakat dalam menjalankan fungsi manajemen wilayah pesisir dan

laut

3.1 Pembangunan Seimbang

Pembangunan seimbang adalah pembangunan berbagai jenis industri secara

bebarengan sehingga industri tersebut saling menciptakan pasar bagi yang lain. Selain itu,

pembangunan seimbang juga diartikan sebagai keseimbangan pembangunan di berbagai

sektor. Misalnya antara sektor industri dan sektor pertanian, antara industri barang konsumen

dan industri barang modal, antara sektor luar negeri dan sektor domestik, dan antara sektor

11
produktif dan sektor dan sektor prasarana. Singkatnya, strategi pembangunan seimbang ini

mengharuskan adanya pembangunan yang serentak dan harmonis di berbagai sektor ekonomi

sehingga keseluruhan sektor akan tumbuh bersama.

Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara sisi permintaan dan sisi

penawaran. Sisi penawaran memberikan penekanan pada pembangunan serentak dari semua

sektor yang saling berkaitan dan berfungsi meningkatkan penawaran barang. Strategi si sisi

penawaran ini meliputi pembangunan yang serentak dan harmonis dari barang setengah jadi,

bahan baku, sumberdaya energi, pertanian, pengairan, transportasi, dll.Di sisi penawaran

berhubungan dengan penyediaan kesempatan kerja yang lebih besar dan penambahan

pendapatan agar permintaan barang dan jasa tumbuh. Sisi ini berkaitan dengan industri yang

sifatnya saling melengkapi.

Adapun tujuan strategi pembangunan seimbang ini dilaksanakan dengan maksud

untuk menjaga agar proses pembangunan tidak menghadapi hambatan-hambatan dalam:

1. Memperoleh bahan baku, tenaga ahli, sumberdaya energi, dan fasilitas-fasilitas untuk

mengangkut hasil hasil produksi ke pasar

2. Memperoleh pasar untuk barang-barang yang telah dan yang akan diproduksi.

Strategi pembangunan seimbang menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut:

a.Menurut Rosenstein-Rodan

Istilah pembangunan seimbang diciptakan oleh Nurkse (1956). Namun, teori ini

pertama kali dikemukakan oleh Paul Rosenstein-Rodan (1953) dengan nama teori dorongan

besar-besaran. Rosenstein-Rodan menulis gagasannya dalam menciptakan program

pembangunan di kawasan Eropa Timur dan Eropa Tenggara dengan melakukan

industrialisasi secara besar-besaran.

Inti dari tesis Rosenstein-Rodan adalah bahwa untuk menanggulangi hambatan pada

pembangunan ekonomi di NSB dan untuk mendorong perekonomian tersebut ke arah

12
kemajuan diperlukan suatu “dorongan besar-besaran” atau suatu program menyeluruh yang

mengacu pada sejumlah minimum investasi tertentu. Dalam menekankan dalil-dalilnya,

Rosenstein-Rodan menggunakan sebuah analogi: “ada sejumlah sumber minimum yang

harus disediakan jika suatu program pembangunan diharapkan berhasil. Memacu suatu

perekonomian menuju kondisi swasembada nampaknya sedikit mirip dengan sebuah pesawat

terbang yang akan lepas landas, ada satu titik kritis kecepatan yang harus dilewati sebelum

pesawat itu dapat terbang...”.

Tesis ini menyatakan bahwa cara kerja “selangkah demi selangkah” tidak akan

mendorong perekonomian berhasil melaju dengan mulus melewati “lintasan pembangunan”.

Oleh karena itu, suatu tingkat investasi minimum tertentu menjadi sebuah solusi awal untuk

mendapatkan permulaan yang baik.

Menurut Rosenstein-Rodan, ada tiga jenis syarat mutlak minimal dan eksternalitas

ekonomi, yaitu:

1. Syarat mutlak minimal dalam fungsi produksi

2. Syarat mutlak minimal pada permintaan

3. Syarat mutlak minimal pada persediaan tabungan.

Adapun tujuan utama dari strategi ini adalah untuk menciptakan berbagai jenis

industri yang berkaitan erat satu sama lain sehingga setiap industri akan memperoleh

ekternalitas ekonomi sebagai akibat dari proses industrialisasi seperti itu.

Menurut Rosenstein-Rodan, adanya pembangunan industri secara besar-besaran

dinilai akan mampu menciptakan tiga jenis eksternalitas ekonomi, yaitu:

1. Eksternalitas yang diakibatkan oleh adanya perluasan pasar

2. Ekternalitas yang tercipta karena lokasi industri yang saling berdekatan satu sama lain

3. Ekternalitas yang tercipta karena adanya industri lain dalam perekonomian tersebut.

Menurut Rosenstein-Rodan, ekternalitas yang pertamalah yang paling penting.

13
b. Menurut Nurkse

Pada dasarnya, pandangan Nurkse tidak banyak berbeda dengan Rosenstein-Rodan.

Dalam analisinya, Nurkse (1956) menekankan bahwa pembangunan ekonomi tidak hanya

menghadapi masalah pada kelangkaan modal, tetapi juga dalam mendapatkan pasar bagi

barang-barang industri yang akan dikembangkan.

Nurkse mengatakan bahwa tingkat investasi yang rendah muncul sebagai akibat dari

rendahnya daya beli masyarakat, sedangkan rendahnya daya beli masyarakat disebabkan oleh

rendahnya pendapatan riil masyarakat. Rendahnya pendapatan riil masyarakat disebabkan

oleh rendahnya produktivitas. Fenomena tersebut yang kemudian kita kenal dengan nama

“lingkaran setan kemiskinan”. Menurut Nurkse, faktor yang dapat dijadikan acuan dalam

menentukan luas pasar adalah tingkat produktivitas.

Oleh karena itu, satu-satunya jalan keluar dari “kebuntuan” ini adalah dengan

mensinkronkan penggunaan modal pada berbagai macam jajaran industri. Hasilnya adalah

perluasan pasar menyeluruh. Nurkse berpedoman pada hukum Say dan mengutip sebuah

formulasi yang diajukan Mill: “setiap kenaikan produksi jika didistribusikan tanpa salah

hitung akan menciptakan atau lebih tepatnya merupakan permintaan atas mereka

sendiri”. Menurut Nurkse, penggunaan modal yang besar oleh sebuah perusahaan secara

individual tidak akan menguntungkan secara ekonomis karena sempitnya pasar. Sedangkan

penggunaan modal secara singkron untuk berbagai industri dinilai akan mampu

meningkatkan efesiensi ekonomi dan memperbesar ukuran pasar.

c. Menurut Scitovsky

Hirschman mengelompokkan Tibor Scitovsky dan Athur Lewis sebagai pencetus

strategi pembangunan seimbang pada sisi penawaran, sedangkan Rosentein-Rodan

menekankan pada sisi permintaan.

14
Scitovsky (1954) menyebutkan adanya dua konsep ekternalitas ekonomi dan

manfaat yang diperoleh suatu industri dari adanya dua macam konsep eksternalitas ekonomi

yang ada dalam ekonomi tersebut. Eksternalitas ekonomi dibedakan menjadi dua, yaitu

seperti yang terdapat dalam teori keseimbangan dan seperti yang terdapat dalam teori

pembangunan.

Dalam teori keseimbangan (teori ekonomi konvensional), eksternalitas ekonomi

dapat diartikan sebagai peningkatan efesiensi yang terjadi pada suatu industri sebagai akibat

dari adanya perbaikan teknologi pada industri lain. Eksternalitas ekonomi seperti ini disebut

eksternalitas ekonomis teknologi. Di sisi lain, hubungan saling ketergantungan antara

berbagai industri juga dapat menciptakan ekternalitas ekonomis yang berkaitan dengan

keuangan, yaitu kenaikan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh

tindakan-tindakan perusahaan lain.

d. Menurut Lewis

Dalam analisisnya, Lewis (1954) menekankan tentang perlunya pembangunan

seimbang yang didasarkan pada keuntungan yang diperoleh dari adanya saling

ketergantungan antara berbagai sektor, yaitu sektor pertanian dan sektor industri, serta antara

sektor dalam negeri dan luar negeri.

Menurut Lewis, akan timbul banyak masalah jika usaha pembangunan hanya

dipusatkan pada satu satu sektor saja. Tanpa adanya keseimbangan pembangunan antara

berbagai sektor akan menimbulkan adanya ketidakstabilan dan gangguan terhadap kelancaran

kegiatan ekonomi sehingga proses pembangunan terhambat.

Lewis menunjukkan pentingnya pembangunan yang seimbang antara sektor produksi

barang-barang untuk kebutuhan domestik dan untuk kebutuhan luar negeri (ekspor). Peranan

sektor ekspor dalam pembangunan dapat ditunjukkan dengan melihat implikasi dari adanya

perkembangan yang tidak seimbang antara sektor luar negeri dan sektor domestik. Untuk

15
menggambarkan keadaan tersebut, perekonomian dibedakan menjadi tiga sektor, yaitu sektor

pertanian (P), sektor industri (I), dan sektor ekspor (X). Fungsi ekspor adalah untuk

mengatasi keterbatasan pasar domesik.

4.1 Pembangunan Tak Seimbang

Strategi pembangunan tidak seimbang merupakan lawan dari strategi pembangunan

seimbang. Menurut konsep ini, investasi seyogyanya dilakukan pada sektor yang terpilih

daripada secara serentak di semua sektor ekonomi. Tidak ada satupun NSB yang mempunyai

modal dan sumberdaya yang sedemikian besarnya untuk dapat melakukan investasi secara

serentak pada semua sektor ekonomi. Oleh karena itu, investasi haruslah dilakukan pada

beberapa sektor atau industri yang dipilih saja agar cepat berkembang dan keuntungan

ekonomis yang diperoleh dapat digunakan untuk pembangunan sektor lainnya. Dengan

demikian, perekonomian akan secara berangsur bergerak dari lintasan pembangunan tidak

seimbang ke arah pembangunan seimbang.

Konsep pembangunan tidak seimbang ini dikenalkan oleh Albert O. Hirschman

dalam bukunya yang berjudul The Strategi of Economic Development (1958). Menurut

Hirschman, investasi pada satu industri ataupun sektor-sektor yang strategis dinilai akan

mampu membuka kesempatan investasi baru dan membuka jalan bagi proses pembangunan

selanjutnya. Hirschman memandang bahwa pembangunan merupakan suatu “rantai

disekuilibrium” yang harus dipertahankan, bukan malah dihapuskan. Menurut Hirschman,

ketika proyek (investasi) baru dimulai proyek-proyek tersebut memperoleh eksternalitas

ekonomi yang diciptakan oleh proyek-proyek sebelumnya, dan proyek baru tersebut juga

akan menciptakan eksternalitas ekonomi baru yang dapat dimanfaatkan proyek-proyek

selanjutnya.

Menurut Hirschman, pola pembangunan tidak seimbang didasarkan oleh beberapa

pertimbangan, yaitu:

16
1. Secara historis, proses pembangunan ekonomi yang terjadi mempunyai corak yang

tidak seimbang.

2. Untuk meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya yang tersedia.

3. Pembangunan tidak seimbang akan berpotensi untuk menimbulkan kemacetan atau

gangguan-gangguan dalam proses pembangunan, tetapi hal tersebut dinilai akan

menjadi pendorong bagi pembangunan selanjutnya.

a. Pembangunan Tidak Seimbang antara Sektor Prasarana dan Sektor Produktif

Persoalan mendasar yang dianalisis Hirschman dalam strategi pembangunan tidak

seimbang adalah bagaimana cara untuk menentukan proyek pembangunan yang harus

didahulukan berdasarkan suatu prioritas tertentu. Argumen utama yang mendasari pemikiran

Hirschman adalah karena proyek-proyek tersebut memerlukan penggunaan modal dan

sumberdaya lainnya yang tidak sedikit, dan seringkali melebihi modal dan sumberdaya yang

tersedia, agar penggunaan berbagai sumberdaya yang tersedia tersebut dapat optimal maka

diperlukan usaha pengalokasian sumberdaya yang efektif dan efisien. Cara pengalokasian

sumberdaya tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Cara pilihan pengganti, yaitu suatu cara pemilihan proyek yang bertujuan untuk

menentukan apakah proyek A atau proyek B yang harus dilaksanakan.

2. Cara pilihan penundaan, yaitu suatu cara pemilihan proyek yang menentukan urutan

proyek yang dilaksanakan. Dengan kata lain, suatu cara pemilihan proyek dengan

menentukan apakah proyek A atau proyek B yang harus didahulukan.

Berdasarkan prinsip pemilihan proyek di atas, Hirschman menganalisis masalah

alokasi sumberdaya antara sektor prasarana atauSocial Overhead Capital (SOC) dengan

sektor produkktif yang dapat langsung menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan

17
masyarakat atauDirect Productive Activities (DPA). Menurut Hirschman, ada tiga macam

pendekatan dalam pengembangan sektor prasarana dan sektor produktif, yaitu:

1. Pembangunan seimbang antara kedua sektor tersebut

2. Pembangunan tidak seimbang di mana pembangunan sektor prasarana lebih

ditekankan

3. Pembangunan tidak seimbang di mana sektor produktif lebih ditekankan.

b. Pembangunan tak seimbang dalam sektor produktif

Menurut Hirschman, di dalam sektor produktif, mekanisme pendorong

pembangunan yang tercipta sebagai akibat dari adanya hubungan antara berbagai industri

dalam menyediakan barang-barang yang digunakan sebagai bahan baku dalam industri

lainnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Pengaruh berkaitan ke belakang

2. Pengaruh berkaitan ke depan.

Menurut Hirschman, ada dua jenis industri berdasarkan atas seberapa besar tingkat

keterkaitan antarindustrinya, yaitu:

1. Industri satelit, industri ban mobil dan karoseri merupakan industri satelit dari industri

mobil

2. Industri non-satelit, industri mobil tidak memiliki kaitan sama sekali dengan industri

minuman ringan, oleh karena itu mereka termasuk dalam kelompok industri non-

satelit.

Berikut adalah beberapa karakteristik industri satelit, yaitu:

18
1. Lokasinya berdekatan dengan industri induk sehingga akan dicapai satu skala efisiensi

tertentu atas interaksi antarmereka.

2. Industri-industri tersebut menggunakan input utama yang berasal dari produk industri

induk atau industri tersebut menghasilkan produk yang merupakan input dari industri

induk, tetapi bukan merupakaninput utama.

3. Besarnya industri satelit tidak akan melebihi industri induknya.

19
Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan
Dalam paper ini kita telah mengetahui bahwasanya pertumbuhan ekonomi suatu negara
memiliki banyak indikator dan proses yang perlu dijalankan. Dalam pelaksanaannya,
pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat menjadi tolak ukur kuantitatif kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat negara tersebut. Melalui pemaparan paper dan presentasi kami,
kami telah menghimpun beberapa hal pokok dalam bab ini yang meliputi: tahapan
pertumbuhan ekonomi, pendekatan struktural dalam pertumbuhan ekonomi, serta pendekatan
pertumbuhan berimbang maupun tak berimbang. Sebagai mahasiswa jurusan ekonomi
pembangunan, sudah tentu berbagai indikator dan topik terkini terkait dengan isu
pertumbuhan ekonomi nasional dan internasional menjadi perhatian khusus.

Pemaparan materi "Pertumbuhan Ekonomi" secara ringkas dapat kami uraikan sebagai
berikut. Pertama tentang berbagai tahapan pertumbuhan ekonomi yang dipaparkan oleh
berbagai ekonom dunia. Kedua tentang pendekatan struktural pertumbuhan ekonomi, yang
cenderung menitikberatkan pada kondisi dan struktur perekonomian masyarakat. Ketiga,
pendekatan pertumbuhan berimbang maupun yang tidak berimbang, baik dari segi konsep
dan teori, serta kelemahan dari kedua tipe pendekatan tersebut.

Saran

Dalam penyusunan paper mata kuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan ini, kami
menggunakan metode studi kepustakaan dan mencari sumber dari internet. Oleh sebab itu,
kami berharap agar kedepannya materi terkait pertumbuhan ekonomi baik di lingkup
nasionalbdan regional dapat secara bebas dan luas kami temukan di berbagai media
informasi. Karena kami merasa bahwa masyarakat saat ini perlu mengetahui dan memahami
bagaimana sistematika pertumbuhan ekonomi negara yang sedang ditempati dan negara
sekitarnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan, Edisi 5. Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Yogyakarta.

Sumber Internet :

Aksaput.2016. http://aksaput.blogspot.co.id (7 Maret 2018)

Dewirzain.2013. http://dewirzain.blogspot.co.id (6 Maret 2018)

21

Anda mungkin juga menyukai