2, 85 – 93
Abstrak
PT. CDE merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur alat berat. Salah
satu produk yang dihasilkan oleh PT. CDE adalah bucket tipe ZX 200 GP. Berdasarkan data produksi
yang diperoleh dari bulan Mei 2013 hingga September 2013, jenis kegagalan produk yang paling banyak
ditemui adalah jenis cacat undercut. Dalam penelitian ini, pengendalian kualitas dilakukan dan
dianalisis dengan menggunakan metode Statistical Process Control dan Failiure Mode and Effect
Analysis (FMEA). Jenis FMEA yang digunakan adalah FMEA proses. Hasil analisis mengidentifikasi
beberapa akar permasalahan utama yang menjadi penyebab munculnya kegagalan pada jenis cacat
undercut yaitu: penyetelan mesin yang kurang tepat, kotornya ujung mata las, penggunaan mesin secara
terus menerus, pemakaian kawat terlalu sedikit, kurang pemeriksaan kualitas, kemiringan elektroda yang
kurang tepat, kecepatan pengelasan terlalu tinggi, kurang pengawasan kerja, dan pekerja yang kurang
terampil. Maka daripada itu, dalam makalah ini diusulkan beberapa tindakan perbaikan kepada pihak
manajemen untuk mengurangi kecacatan undercut yang terjadi, antara lain: mempekerjakan welder yang
telah bersertifikasi, mengurangi kecepatan pengelasan sesuai dengan ketebalan material, melakukan
pengarahan mengenai kemiringan elektroda yang sesuai dengan posisi pengelasan, mengatur besar arus
dan tegangan pengelasan sesuai dengan tebal bahan dan diameter kawat elektroda, melakukan
pemeriksaan kualitas secara rutin dan segera melakukan tindakan perbaikan bila terjadi kegagalan saat
produksi.
Kata kunci: Pengendalian Kualitas, Statistical Process Control, Failure Mode and Effect Analysis
Abstract
PT. CDE is a company engaged in the manufacturing of heavy equipment. One of the products is
produced by PT. CDE is a bucket with type ZX 200 GP. Based on production data were acquired from
May 2013 to September 2013, the most frequently defect is undercut. In this study, the quality control was
done and analyzed using Statistical Process Control and Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).
FMEA type used is FMEA process. There are some root of causes on the defect of undercut namely:
Improper machine setup, dirty tip of the welding tool, high machine utilization, the use of wire too few,
lacking the quality inspection, the slope of the electrode is less precise, welding speed is too high, lack of
supervision of work, and less skilled workers. Hence, this paper proposed some corrective actions to
management to reduce defect of undercut that occurs, among other things: employ a welder who has
been certified, reduce the welding speed according to the thickness of the material, conduct
training/briefing on the slope of the electrode according to the welding position, adjust the current and
voltage welding according to the thickness of material and diameter of the wire electrode, perform
quality checks regularly and promptly take action or improvement if a failure occurs during the
production process
Keywords: Quality Control, Statistical Process Control, Failure Mode and Effect Analysis
85
Analisis Pengendalian Kualitas Produk Bucket TIPE ZX 200 GP Dengan Metode Statistical Process Control dan Failure Mode and
Effect Analysis (Studi Kasus: PT. CDE)
Wilson Kosasih, Adianto dan Erickson
jenis cacat potensial yang terjadi pada bucket, b. Membuat penjelasan mengenai fungsi
dan mengidentifikasi efek yang timbul akibat proses
dari cacat produk. Manfaat dari penelitian ini c. Mengidentifikasi jenis cacat yang terjadi
adalah sebagai bahan pertimbangan bagi d. Mengidentifikasi akibat dari cacat yang
perusahaan dalam meningkatkan kualitas terjadi
produknya. e. Menentukan nilai severity
Nilai tingkat keparahan terdiri dari rating
TINJAUAN PUSTAKA 1-10, semakin parah akibat yang
Pengendalian mutu statistik berkaitan ditimbulkan, maka semakin tinggi nilai
dengan upaya menjamin kualitas dengan rating yang diberikan.
memperbaiki kualitas proses dan upaya f. Mengidentifikasi penyebab cacat
menyelesaikan segala permasalahan selama g. Menentukan nilai occurrence
proses [1,2]. Penelitian dilakukan dengan Nilai tingkat kemungkinan diberikan untuk
menggunakan statistical process control chart setiap penyebab cacat dan juga memiliki
untuk data atribut yaitu peta kendali-p. nilai rating dari 1-10. Semakin sering terjadi
Penentuan batas kendali dalam peta kendali-p cacat, maka semakin tinggi nilai rating yang
adalah sebagai berikut [1,2]: diberikan.
h. Mengidentifikasi kontrol yang dilakukan
∑𝑛𝑛
𝑖𝑖 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 i. Menentukan nilai detection
CLp = 𝑛𝑛
∑𝑖𝑖 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗ℎ 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
(1)
Nilai detection terdiri dari rating 1-10.
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶(1−𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶) Semakin sulit penyebab cacat dideteksi,
𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈𝑈 = 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 + 3� (2)
𝑛𝑛 maka semakin tinggi nilai rating yang
𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶(1−𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶) diberikan.
𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 = 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶 − 3� (3) j. Menghitung Risk Priority Number (RPN)
𝑛𝑛
yang dinyatakan dengan persamaan:
dimana,
CLp : (Center Line p) = rata-rata bagian RPN=severity x occurrence x detection (4)
cacat keseluruhan
UCL : (Upper Control Limit) = batas METODOLOGI PENELITIAN
kendali atas Metodologi penelitian merupakan langkah
LCL : (Lower Control Limit) = batas awal yang harus ditetapkan dalam penelitian
kendali bawah untuk membantu menyelesaikan pemecahan
n : banyaknya pengamatan atau jumlah masalah yang ada. Diagram alir metodologi
subgrup penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
86
Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2015), Vol. 3 No. 2, 85 – 93
Permukaan Bucket
rapi
87
Analisis Pengendalian Kualitas Produk Bucket TIPE ZX 200 GP Dengan Metode Statistical Process Control dan Failure Mode and
Effect Analysis (Studi Kasus: PT. CDE)
Wilson Kosasih, Adianto dan Erickson
Data Proses Produksi Bucket Tipe ZX 200 batas kendali atau di luar batas kendali. Gambar
GP 4 merupakan peta kendali-p untuk hasil
Dalam proses produksi Bucket Tipe ZX perhitungan dari bulan Mei 2013 sampai
200 GP tidak lepas dari defect atau cacat. dengan September 2013. Dari peta kendali
Berikut ini adalah data jumlah produksi dan tersebut terlihat bahwa proses produksi bucket
jumlah cacat yang terjadi di PT. CDE dari bulan dari bulan Mei 2013 hingga September 2013
Mei 2013 sampai dengan September 2013, seluruhnya berada di dalam batas kendali, baik
seperti terlihat pada Tabel 1. batas kendali bawah (low control limit – LCL)
dan batas kendali atas (upper control limit –
Peta Kendali P UCL).
Peta kendali digunakan untuk menentukan
proses produksi tersebut apakah berada dalam
88
Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2015), Vol. 3 No. 2, 85 – 93
Manusia Mesin
terus menerus
tin lta
i
rla n
te s da
Undercut
Kemiringan elektroda kurang tepat
Quality Inspection
Penggunaan kawat
ce are n
ng n aa
rm a
at
ku ec er
s m
Pe
Metode
89
Analisis Pengendalian Kualitas Produk Bucket TIPE ZX 200 GP Dengan Metode Statistical Process Control dan Failure Mode and
Effect Analysis (Studi Kasus: PT. CDE)
Wilson Kosasih, Adianto dan Erickson
Manusia Mesin
Setting mesin kurang
tepat
Laju pengelasan terlalu lambat
Mesin bekerja secara
aru rlalu
Pekerja kurang hati-hati terus menerus
te
s d ren
an da
Te
vo h
Kurang pengawasan kerja
rbu
lta
ru-
se
bu
ru
Overlap
Sudut pengelasan kurang tepat
Quality Inspection
ran n a n
ku ctio iksaa
terlalu banyak
se er
m
Pe
Metode
Manusia Mesin
Hubungan kabel
Kurang pengawasan kurang baik
kerja
Setting mesin
Pekerja kurang kurang tepat
m ng
P
terampil
O
ha ra
S
k
se an ti u
su da
i d lal
gg s ter
ai
Ga
tin
Porosity
Wire terhadap benda
kerja terlalu tinggi
Quality Inspection
Cuaca tidak
ce are n
a
stabil (angin)
ng n a
rm a
ra tio iks
at
Metode Lingkungan
Manusia Mesin
Weaviness
Quality Inspection
ce are an
a
rm a
ra tio iks
at
ku sec er
Metode
Prioritas Penanganan Permasalahan untuk semua jenis kegagalan pada Bucket tipe
Penetapan nilai dari severity, occurrence, ZX 200 GP dapat dilihat pada Tabel 2.
dan detectability dilakukan berdasarkan hasil Berdasarkan hasil pemberian nilai
wawancara dengan pihak perusahaan yang severity, occurrence, dan detectability, maka
terkait di bagian produksi. Tabel detail FMEA didapatkan urutan 5 ranking tertinggi yang
90
Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2015), Vol. 3 No. 2, 85 – 93
diambil dari nilai Risk Priority Number (RPN). bucket tipe ZX 200 GP yang dapat dilihat pada
Urutan prioritas penanganan permasalahan pada Tabel 3.
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa, kurangnya pemeriksaan kualitas. Akibat yang
nilai RPN didapatkan pada jenis cacat undercut terjadi dari jenis kegagalan ini adalah keretakan
yaitu pekerja yang kurang terampil, kecepatan pada sambungan pengelasan. Apabila tingkat
pengelasan terlalu tinggi, kemiringan elektroda keparahan semakin tinggi, maka dapat
kurang tepat, setting mesin kurang tepat, dan
91
Analisis Pengendalian Kualitas Produk Bucket TIPE ZX 200 GP Dengan Metode Statistical Process Control dan Failure Mode and
Effect Analysis (Studi Kasus: PT. CDE)
Wilson Kosasih, Adianto dan Erickson
menyebabkan patahan pada bagian sambungan dengan ketebalan plat 12 mm. Rencana
top box ke hook up. tindakan perbaikan yang diberikan untuk
mengurangi terjadinya jenis kegagalan ini
Action Plan adalah mengurangi kecepatan pengelasan sesuai
Setelah ditentukan jenis kegagalan yang dengan ketebalan plat. Dengan meningkatnya
menjadi prioritas penanganan masalah, maka ketebalan plat, maka kecepatan pengelasan
dilakukan pemberian usulan perbaikan untuk harus diturunkan. Standar kecepatan pengelasan
menangani permasalahan yang terdapat pada pada bucket dapat dilihat pada Tabel 5.
jenis kegagalan ini. Rencana/tindakan perbaikan
untuk cacat undercut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 5. Standar Kecepatan Pengelasan pada
Mengenai kekurang-trampilan dari para Bucket
pekerja, diberikan usulan tindakan perbaikan Tebal Plat Kecepatan Pengelasan
untuk mengurangi terjadinya jenis kegagalan (mm) (mm/menit)
12 270
cacat undercut adalah mempekerjakan pekerja
25 210
atau welder yang telah bersertifikasi. Dalam hal (sumber: diolah dari hasil FDG – focus discussion group
ini yang dimaksud dengan sertifikasi adalah – dengan pihak manajemen)
pekerja harus memiliki teknik pengelasan yang
baik, mengetahui standar pengelasan, cacat las, Permasalahan Ketiga disebabkan oleh
dan memiliki pengetahuan keselamatan kerja. kemiringan elektroda yang kurang tepat.
Dengan mempekerjakan pekerja yang telah Kemiringan elektroda ini disebabkan oleh
bersertifikasi dengan baik, maka produk yang kesalahan posisi kerja saat pengelasan.
dihasilkan dapat memiliki kualitas yang baik. Kemiringan elektroda dalam melakukan
Permasalahan kedua disebabkan oleh pengelasan adalah 5o terhadap garis vertikal.
kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi. Tindakan perbaikan yang diberikan untuk
Kecepatan pengelasan yang tinggi ini mengurangi terjadinya jenis kegagalan ini
disebabkan oleh kurangnya pemahaman pekerja adalah Melakukan pengarahan mengenai
mengenai prosedur pengelasan yang tepat [3]. kemiringan elektroda yang sesuai dengan posisi
Kecepatan pengelasan yang dilakukan pada top pengelasan. Posisi pengelasan yang digunakan
box joint to hook up yaitu 310 mm/menit dalam pengelasan bucket yaitu posisi mendatar
92
Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2015), Vol. 3 No. 2, 85 – 93
atau horizontal, dimana kedudukan benda kerja mengalami kegagalan produksi. Akar
dibuat tegak dan arah elektroda mengarah permasalahan yang menjadi penyebab
horizontal. Sewaktu pengelasan berlangsung, munculnya kegagalan pada jenis cacat undercut
elektroda dibuat miring 10o terhadap garis adalah setting mesin yang kurang tepat,
vertikal dan sekitar 70o-80o ke arah benda kerja. kotornya ujung mata las, penggunaan mesin
Permasalahan keempat disebabkan oleh secara terus menerus, pemakaian kawat terlalu
arus dan tegangan yang digunakan terlalu sedikit, kurang pemeriksaan kualitas,
tinggi. Hal ini dapat menyebabkan hasil kemiringan elektroda yang kurang tepat,
pengelasan yang kurang baik pada bucket. Arus kecepatan pengelasan terlalu tinggi, kurang
yang digunakan dalam memproduksi bucket pengawasan kerja, dan pekerja yang kurang
yaitu 360 Ampere. Sedangkan, tegangan yang terampil. Dari hasil analisis menggunakan
digunakan pada diameter kawat 1,2 mm yaitu FMEA proses, didapatakan akar permasalahan
36 Volt. Rencana tindakan perbaikan yang dengan tingkat prioritas tertinggi untuk jenis
diberikan untuk mengurangi terjadinya jenis cacat undercut yaitu pekerja yang kurang
kegagalan ini adalah mengatur besar arus dan terampil/kompeten (dengan nilai RPN sebesar
tegangan sesuai dengan ketebalan plat dan 392) yang dapat mengakibatkan terjadinya
diameter kawat las. Standar parameter arus dan keretakan pada sambungan pengelasan.
tegangan pada pengelasan bucket dapat dilihat Terdapat beberapa usulan/tindakan perbaikan
pada Tabel 6. yang diberikan kepada pihak manajemen
perusahaan, antara lain: mempekerjakan pekerja
Tabel 6. Standar Parameter Arus dan Tegangan atau welder yang telah bersertifikasi,
pada Pengelasan Bucket mengurangi kecepatan pengelasan sesuai
Diameter Arus Tegangan Tebal dengan ketebalan material, melakukan
kawat (A) (V) (mm) pengarahan mengenai kemiringan elektroda
0,8 60-150 14-22 0,8-2,0
yang sesuai dengan posisi pengelasan, mengatur
0,9 150-220 22-25 2,0-10
1,0 220-290 25-29 10-18 besar arus dan tegangan pengelasan sesuai
1,2 290-350 29-32 18-25 dengan tebal bahan dan diameter kawat
(sumber: diolah dari hasil FDG dengan pihak elektroda, melakukan pemeriksaan kualitas
manajemen) secara rutin dan segera melakukan tindakan
perbaikan bila terjadi kegagalan saat produksi.
Rencana tindakan perbaikan yang
diberikan untuk mengurangi faktor penyebab DAFTAR PUSTAKA
kurangnya pemeriksaan kualitas adalah
[1]. Ariani, Dorothea Wahyu., 1999,
melakukan pemeriksaan kualitas secara rutin
Manajemen Kualitas, Universitas Atma
dengan menggunakan alat ukur pemeriksaan
Jaya, Yogyakarta.
yang sesuai dan segera dilakukan tindakan bila
[2]. Ishikawa, Kaoru, 1989, Teknik Penuntun
terjadi kegagalan produk. Pemeriksaan kualitas
Pengendalian Mutu, Mediyatama Sarana
secara rutin bertujuan agar tidak terjadi
Perkasa, Jakarta.
kelolosan pada produk yang mengalami
[3]. Sonawan, Hery dan Rochim Suratman,
kegagalan produksi.
2004, Pengantar untuk Memahami Proses
Pengelasan Logam, Cetakan 1, Alfabeta,
KESIMPULAN
Bandung.
Berdasarkan data produksi bucket tipe ZX
[4]. Stamatis, D.H., 1995,Failure Mode and
200 GP pada bulan Mei 2013 hingga September
Effect Analysis: FMEA from Theory to
2013 dapat diketahui bahwa jenis cacat
Execution, ASQC.
undercut pada bagian top box joint to hook up
merupakan jenis cacat yang paling dominan
93