PENDAHULUAN
Sehat dalam pengertian luas adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan untuk mempertahankan keadaan
kesehatannya. Apa bila mengalami ketidakseimbangan, maka individu berada dalam keadaan
yang disebut dengan sakit.Keadaan yang sakit dan tidak segera ditangani dengan pengobatan
yang tidak maksimal beresiko mempengaruhi tingginya angka peningkatan penyebaran
beberapa penyakit, penurunan status gizi, angka kematian ibu dan yang paling diperhatikan
adalah angka kematian anak (Hidayat, 2008).
Tonsiltis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang
tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring
biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. Tonsil akut lebih
sering ditemukan pada anak- anak dan remaja. Masa inkubasi selama 2- 4 hari. Gejala yang
mungkin muncul berupa nyeri tenggorok, nyeri menelan, demam tinggi, lesu, nyeri sendi,
penurunan nafsu makan, dan nyeri telinga sebagai nyeri alih melalui nervus glosofaringeus.
Pada anak – anak terkadang disertai drooling (air liur menetes keluar) karena terdapat sakit
menelan lebih berat lagi, dapat timbul tanda – tanda obstruksi jalan nafas yang tampak
dengan berhentinya bernafas atau mendengkur saat tidur (Christanto, 2014).
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.TONSILITIS
2.1. Pengertian
1. Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung sekitar lima
hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006).
2. Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain
atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
3. Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat sering
ditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006, 2006).
Gambar :
2.2. Klasifikasi
1. Tonsillitis akut
3
2. Tonsilitis falikularis
3. Tonsilitis Lakunaris
Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai
membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan dibuang dan
berwarna kekuning kuninga.
5.Tonsilitis Kronik
2.3. Etiologi
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering
disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Haemalphilus influenza
4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
4
3. Streptococcus pyogenes
4. Staphilococcus
5. Pneumococcus
6. Virus
7. Adenovirus
8. ECHO
9. Virus influenza serta herpes
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau
infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme
lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri
maupun virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.
2.4. Patofisiologi
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid
superficial mengadakan reaksi.Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit
poli morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak
kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel
yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis lakunaris, bila
bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakonaris.
Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang
berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses
penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut
sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini
meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan
sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe
submandibula
5
Pathwa
6
2.5 Manifestasi Kinik
Gejala lain :
1. Demam
2. Tidak enak badan
3. Sakit kepala
4. Muntah
5. Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan
6. Tenggorokan terasa kering
7. Persarafan bau
8. Pada pemeriksaan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan
terisi detritus
9. Tidak nafsu makan
10. Mudah lelah
11. Nyeri abdomen
12. Pucat
13. Letargi
14. Nyeri kepala
15. Disfagia (sakit saat menelan)
16. Mual dan muntah
7
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada
dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan demam
renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.
2. Pemeriksaan penunjang
3. Terapi
2.7 Komplikasi
1. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini
terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus
group A.
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-
sel mastoid.
4. Laringitis
Suatu kondisi dimana pita suara membengkak sehingga suara menjadi serak.
8
5. Sinusitis
Inflamasi atau peradangan pada dinding sinus.
6. Rhinitis
Peradangan yang terjadi pada rongga hidung akibat reaksi alergi.
2.8 Penatalaksanaan
d. Pemberian antipiretik.
9
B .KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
3.1 Pengkajian
1. Wawancara
2. Pemeriksaan fisik
a. Intergritas Ego
b. Makanan / Cairan
10
c. Hygiene
d. Nyeri / Keamanan
e. Pernapasan
Gejala : Riwayat merokok / mengunyah tembakau, bekerja dengan serbuk kayu, debu.
2. Letargi
3. Kesulitan menelan
4. Demam
5. Nyeri tenggorokan
3. Pemeriksaan diagnostik
Pemeeriksaan usap tenggorokan
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan,
terutama bila keadaan memungkinkan.Dengan melakukan pemeriksaan ini kita dapat
mengetahui kuman penyebab dan obat yang masih sensitif terhadapnya.
11
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
12
2. Nyeri akut - Skala nyeri yang 1. Lakukan pengkajian
berhubungan dengan dilaporkan berkurang nyeri komperhensif yang
pembengkakan - Dapat beristirahat meliputi lokasi,
jaringan tonsil dengan nyaman karakteristik, beratnya
- Ekspresi skala nyeri nyeri dan faktor pencetus
wajah berkurang 2. Pastikan perawatan
analgesik bagi px
dilakuakn pemantauan
yang ketat
3. Mengenali tingkatan
skala nyeri
4. Dorong px untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat
3. Ketidakseimbangan - Asupan makanan 1. Anjurkan pasien untuk
nutrisi kurang dari berkurang sarapan dan makan
kebutuhan - Resiko berat badan setidaknya 4-5 porsi
berhubungan dengan tinggi kecil makanan setiap
anoreksia - Asupan serat hari
berkurang 2. Anjurkan klien
resikountuk makan
dengan menggigit sedikit
demi sedikit, pelan-pelan
dan mengunyah
makanan padat yang
sudah dimasak dengan
baik.
3. Tentukan cara untuk
memasukan makanan
kesukaan pasien dalam
diet yang sudah
ditentukan.
13
4. Ciptakan lingkungan
dimana makanan bisa
disajikan sebaik
mungkin.
3.3 IMPLEMENTASI
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Implementasi dimulai setelah rencana tindakan disusun untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan.
3.4 EVALUASI
14
15
BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Indikasi untuk tonsitektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat
perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsitektomi pada saat ini. Terakhir
dapat dicegah bila seorang pasien selalu menjaga personal hygene dan pola makan.
Dengan saya membuat, meneliti atau menggunakan kasus bedah post operasi
Tonsilitis akut pada Tugas Akhir saya. Saya serta anda semua dapat mengerti mengenai
tanda, gejala, ciri-ciri fisik, contoh pasien, dan therapy atau pengobatnya.
Selama 2 hari saya mengkaji pasien dengan kasus post operasi tonsillitis akut saya
dapat menyimpulkan bahwa :
a.Demam
B. SARAN
16