Anda di halaman 1dari 4

Stevia, daun pemanis bebas kalori,

penasaran cara budidayanya ??

Dengan hadirnya tanaman stevia dapat dijadikan alternatif yang tepat untuk menggantikan
kedudukan pemanis buatan atau pemanis sintetis karena gula stevia ini mempunyai tingkat
kemanisan yang mampu menandingi gula sintetis.

Saat ini pemakaian akan gula sintetis dan pemanis buatan telah berkembang di Indonesia bahkan
hal tersebut telah menjadi suatu kebiasaan dikarenakan harga pemanis sintetis dan pemanis
buatan jauh lebih murah dibanding dengan harga gula yang terus meningkat. Padahal efek yang
akan ditimbulkan dari pemakaian pemanis tersebut apabila terus menerus digunakan akan sangat
membahayakan kesehatan manusia.Untuk itu perlu diadakan suatu penyuluhan kepada petani
tentang budidaya tanaman stevia karena di Indonesia tanaman ini masih tergolong belum banyak
dikenal sehingga apabila petani mampu membudidayakan dan mengembangkannya pasti akan
dapat meningkatkan pendapatan mereka karena tanaman ini akan diminati banyak orang. Berikut
ini adalah langkah-langkah membudidayakan stevia:

Pembibitan stevia
Penyediaan bibit stevia dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan benih, setek,
anakan, dan kultur jaringan. Tetapi kebanyakan menggunakan setek karena lebih cepat dan
praktis. Teknik pembibitan dengan setek dilakukan dengan menggunakan sungkup plastik kedap
udara yang dinaungi sehingga suhu dalam sungkup rendah dan kelembabannya mendekati 100%.
Sekitar 3-4 minggu kemudian setek sudah dapat dipindahkan ke lahan yang telah disediakan
sebelumnya.
Penanaman stevia
Sebelum melakukan penanaman lahan dicangkul atau dibajak sebanyak dua kali sehingga
diperoleh tekstur tanah yang gembur. Selanjutnya dibuat bedengan-bedengan dengan ukuran
panjang kira-kira 5 m atau disesuaikan dengan keadaan lahan dan lebar antara 100-125 cm.
Ketinggian masing-masing bedengan cukup sekitar 20 cm. Apabila penanaman dilakukan pada
lahan berkontur miring, sebaiknya dibuat teras terlebih dahulu.

Bibit ditanam dengan jarak tanam 25×25 cm atau 30×30 cm, sehingga setiap bedengan berisi 4-5
baris tanaman. Sebaiknya pada setiap lubang tanam diberi sekitar 250 g pupuk organik (pupuk
kandang atau kompos). Waktu yang dianggap terbaik untuk menanam stevia adalah saat musim
hujan agar persediaan air mencukupi dan tanaman cepat segar kembali (biasanya 1-2 hari setelah
penanaman).

Pemeliharaan stevia

Pekerjaan terpenting di dalam pemeliharaan tanaman stevia adalah pemupukan, pemangkasan,


dan pengendalian hama serta penyakit. Satu minggu setelah ditanam, setiap tanaman perlu diberi
pupuk buatan masing-masing 1 g Urea, 1 g TSP dan 1 g KCL. Pemberian pupuk buatan tersebut
diulang lagi setiap kali stevia baru dipanen. Pada saat tanaman stevia berumur 2 minggu,
sebaiknya setiap ujung tanaman dipangkas untuk membentuk percabangan sehingga produksi
daun akan lebih banyak.

Tentu saja bila kita ingin memperoleh daun tanaman organik kita hanya mengganti pupuk kimia
diatas dengan pupuk organik berupa pupuk kompos atau pupuk kandang.

Hama tanaman stevia


Hama yang mungkin menyerang stevia adalah kutu daun dan ulat. Hama yang berupa kutu
diantaranya adalah kutu daun Aphis sp yang dapat merusak pucuk. Sedangkan hama yang berupa
ulat diantaranya adalah ulat grayak Heliothis sp. Kedua jenis hama ini akan menyerang tanaman
stevia terutama bila penanaman dilakukan pada lahan bekas sayuran yang kurang perawatan.
Sedangkan jenis penyakit yang kemungkinan dapat ditemukan pada tanaman pemanis ini ialah
cendawan Poria hypolateria yang menyebabkan timbulnya warna merah bata pada bagian
batang dan akhirnya tanaman menjadi layu. Sumber inokulum dari penyakit tersebut adalah sisa
akar dan sebaiknya perlu dilakukan sanitasi kebun untuk tindakan preventifnya. Jenis penyakit
lain diantaranya adalah Sclerotium rolfsii dan Fusarium sp.
Hendaknya pemakaian insektisida, fungisida atau pestisida tidak dilakukan pada tanaman stevia,
baik dalam rangka mencegah maupun mengendalikan hama serta penyakit. Karenanya perlu
diusahakan agar kebun stevia mendapat perwatan yang khusus dan intensif.

Pemanenan daun stevia


Penentuan waktu dan cara panen bagi tanaman stevia harus dikuasai. Apabila lambat memanen,
maka kandungan gula daun stevia menurun. Sebaliknya, apabila waktu panennya terlalu awal
selain rendemen atau kandungan gula belum maksimal juga jumlah daun yang dihasilkan sedikit.

Untuk pertama kalinya daun stevia dipanen pada umur antara 40-60 hari setelah penanaman dan
untuk pemanenan yang berikutnya bisa menggunakan selang waktu antara 30-60 hari sekali.
Selain menggunakan pedoman tersebut, panen untuk daun stevia dapat juga didasarkan pada
ketinggian tanaman. Biasanya, panen daun dilakukan kalau tanaman ini sudah setinggi 40-60 cm
dengan pertumbuhan daun yang rimbun. Pada ketinggian seperti ini tanaman sudah mulai
memasuki masa berbunga dan pada saat ini pula kandungan gula (steviosida atau zat yang
menjadi penentu kadar kemanisan) tanaman sedang berada pada tingkat yang tertinggi.

Waktu yang terbaik untuk melakukan panen daun yaitu pagi hari, pemanenan dilakukan dengan
memotong batang atau tangkai kira-kira 10-15 cm dari permukaan tanah. Alat yang dipakai
untuk memotong batang atau tangkai dapat berupa gunting besar atau gunting pangkas yang
tajam. Ketika panen, sisakan sebanyak 1-2 tangkai pada setiap tanaman supaya taaman yang baru
dipanen itu dapat tumbuh kembali dengan baik. Selanjutnya batang atau ranting tersebut
dirompes atau dipipil dan yang diambil hanya daun-daunnya saja.

Setelah melakukan pemanenan daun stevia secara tepat: usia / tinggi tanaman, kesuburan
tanaman serta dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit dengan gunting dahan yang
tajam – berikutnya adalah langkah-langkah penanganan paska panen daun.

Paska panen daun


Paska penen daun stevia sangat perlu diperhatikan agar diperoleh kualitas daun yang baik. Daun-
daun stevia hasil panen, harus secepatnya dipipil dari batang atau tangkai dan segera
dikeringkan. Waktu pemipilan yang lambat dikhawatirkan akan dapat mengurangi kadar bahan
pemanis di dalam daun. Sebab jika daun masih melekat pada batang atau tangkai maka proses
perombakan bahan pemanis yang ada di dalamnya akan berlangsung. Jadi dengan lebih cepatnya
dilakukan pemipilan daun setelah panen, maka diharapkan kadar pemanis dapat dipertahankan.

Pengeringan daun stevia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan sinar matagari atau
dengan alat pengering buatan. Apabila pengeringannya dilakukan dengan sinar matahari, maka
daun diletakkan di atas alas plastik, tampi, atau jenis alas lainnya. Bila keadaan cuaca baik, cara
ini hanya membutuhkan waktu pengeringan sekitar 8 jam. Sedang pengeringan dengan
menggunakan pengering buatan seperti oven, waktunya lebih cepat lagi yaitu sekitar 4 jam pada
suhu 70 ºC.

Daun stevia yang telah kering warnanya hijau kekuningan. Daun stevia kering yang bermutu
baik setidaknya harus memiliki kadar air maksimum 10%, kadar steviosida minimum 10% dan
kadar kotoran maksimum 3 %. Apabila pengeringan daun dilakukan di atas suhu 70 ºC maka
kadar steviosida akan sedikit mengalami penurunan. Sedangkan penggunaan suhu sampai 80 ºC
selain akan mengakibatkan terjadinya penurunan kadar gula dalam daun juga akan timbul warna
coklat kehitaman. Daun stevia yang mengalami keterlambatan pengeringan akan berwarna hitan
karena terjadi proses fermentasi oleh mikroorganisme yang disertai perombakan senyawa
steviosida. Fermentasi juga akan terjadi pada daun stevia yang terkena air yang juga akan
menyebabkan kebusukan.

Daun-daun stevia yang telah dikeringkan selanjutnya dikemas. Biasanya daun dimasukkan ke
dalam karung dengan berat 20 kg/bal. Dengan cara pengemasan yang baik dan tertutup rapat,
daun steviabisa disimpan sampai satu tahun bahkan lebih. Nilai ekonomi daun stevia dari 1 kg
daun stevia basah akan diperoleh 0,20-0,25 kg daun kering (rendemen 20-25%). Sedang
rendemen dari daun kering menjadi kristal gula stevia sekitar 0,8-1%. Dengan kata lain dari
setiap 100 kg daun stevia kering akan didapatkan 0,8-1 kg gula.

Anda mungkin juga menyukai