Anda di halaman 1dari 4

Standarisasi merupakan hal yang penting untuk simplisia dan ekstrak yang

akan digunakan untuk dinkonsumsi. Parameter standar adalah merupakan suatu


metode standarisasi untuk menjaga kuallitas dari suatu simplisia maupun ekstrak.
Parameter standar meliputi parameter standar spesifik dan parameter standar non-
spesifik, yang diujikan terhadap terhadap simplisia dan ekstrak. Salah satu
parameter standar spesifik untuk pengujian standar simplisia adalah penentapan
kadar sari pelarut tententu.

Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan


senyawa dalam dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut terntentu.
Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, kadar sari yang larut dalam
air dan kadar sari yang larut dalam etanol. Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan
senyawa yang terkandung dalam simplisia.

Kadar sari larut air dan etanol adalah merupakan pengujian untuk penetapan
jumlah kandungan senyawa yang dapat larut terlarut dalam air (kadar sari larut air)
dan kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam etanol (kadar sari larut etanol).
(Ditjen POM, 2000).

Metode penentuan kadar sari digunakan untuk menentukan jumlah senyawa


aktif yang terekstrasi dalam pelarut dari jumlah simplisia. Penentuan kadar sari juga
dilakukan untuk melihat hasil dari ekstraksi, sehingga dapat terlihat pelarut yang
cocok untuk dapat mengekstraksi senyawa tertentu. Prnisip dari ekstraksi
didasarkan pada distribusi za terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur (Ibrahim, 2009).

Pelarut yang dapat digunakan dalam ekstraksi diantaranya n-heksana,


etanol, methanol, petroleum eter dan aseton, alasan penggunaan pelarut etanol
karena sifatnya yang dapat melarutkan seluruh bahan aktif yang terkandung dalam
suatu bahan alami, baik bahan aktif yang bersifat polar, semipolar maupun non
polar. Pelarut etanol akan mengikat berbagai senyawa aktif seperti, polifenol,
flavonoid, terpenoid, sterol dan alkaloid. Selain itu, pelarut etanol diketahui lebih
aman (tidak bersifat toksik) jika dibandingkan dengan pelarut metanol (Arthur and
Rose, 1956)

Ada beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam yang umum digunakan
seperti maserasi, , perkolasi, dan ekstraksi kontinu. Tetapi pada penelitian ini yang
digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan metode perendaman sampel
dengan pelarut organik. Metode maserasi ini sangat menguntungkan karena
pengaruh suhu dapat dihindari, suhu yang tinggi kemungkinan akan mengakibatkan
terdegradasinya senyawa-senyawa metabolit sekunder. Pemilihan pelarut yang
digunakan untuk maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan
memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak
langsung dan waktu yang cukup lama dengan sampel (Djarwis, 2004).

Kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan waktu untuk mencari


pelarut organik yang dapat melarutkan dengan baik senyawa yang akan diisolasi
dan harus mempunyai titik didih yang tinggi pula sehingga tidak mudah menguap
(Manjang, 2004).

Pada praktikum kali ini, dilakukan penetapan kadar sari larut air dan larut
etanol dari simplisia rimpang kencur. Untuk penetapan kadar sari larut air,
digunakan air, digunakan air yang ditambahkan kloroform. Sedangkan untuk
penetapan kadar sari larut etanol, digunakan etanol 95%.

Simplisia yang digunakan adalah rimpang kencur sebanyak 5 gram. Untuk


penetapan kadar sari larut air, simplisia dimasukan ke dalam 100ml air yang
kemudian ditambahkan 2 tetes kloroform, sesuai dengan yang terdapat pada
literatur, sebanyak 1 liter air dapat dijenuhkan dengan 1ml kloroform.

Pada penentuan kadar sari larut air, simplisia terlebih dahulu dimaserasi
selama ± 24 jam dengan air. Sedangkan pada penentuan kadar sari larut etanol,
simplisia terlebih dahulu dimaserasi selama ± 24 jam dengan etanol (95 %). Hal
ini bertujuan agar zat aktif yang ada pada simplisia dapat terekstraksi dan tertarik
oleh pelarut tersebut.
Ketika penentuan kadar sari larut air, simplisia ditambahkan kloroform
terlebih dahulu, penambahan kloroform tersebut bertujuan sebagai zat
antimikroba atau sebagai pengawet. Karena apabila pada saat maserasi hanya air
saja, mungkin ekstraknya akan rusak karena air merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan mikroba atau dikhawatirkan terjadi proses hidrolisis yang akan
merusak eksatrak sehingga menurunkan mutu dan kualitas dari ekstrak tersebut.
Sementara pada penentuan kadar sari larut etanol tidak ditambahkan kloroform,
karena etanol sudah memiliki sifat antibakteri jadi tidak perlu ditambahkan
kloroform.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar sari larut air dari
rimpang kencur adalah 6,9 % dan 3,0286 % untuk kadar sari larut etanol. Kadar
sari larut air yang didapat lebih besar dibandingkan dengan kadar sari larut airnya.
Hal ini menunjukan pada simplisia terdapat lebih banyak senyawa yang bersifat
polar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelarut yang baik bagi rimpang kencur
adalah pelarut yang polar, contohnya air yang juga digunakan pada praktikum ini.
Hampir seluruh bagian tanaman kencur mengandung minyak atsiri. Zat-zat
kimia yang telah banyak diteliti adalah rimpangnya, yakni mengandung minyak
atsiri 2,4%-3,9%, juga cinnamal, aldehida, asam motil p-cumarik, etil ester dan
pentadekan. Dalam literatur lain disebutkan bahwa rimpang kencur menganung
sineol, pareumarin, asam asinic, gom, pati (4,14%) dan mineral (13,73 %).
Kandungan kimia tersebut sangat berguna bagi obat-obatan, terutama obat batuk,
sakit perut dan obat pengeluaran keringat (Muhlisah 1999).

Daftar Pustaka:

Arthur and Rose, 1956. The Condensed Chemical Dictionary. 5thed. Reinhold
Publishing Corpoation. New York.

Ditjen POM Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Djarwis, D. 2004. Teknik Penelitian Kimia Organik Bahan Alam,
Workshop Peningkatan Sumber Daya Manusia Penelitian dan
Pengelolaan Sumber Daya Hutan yang Berkelanjutan. Jakarta : Ditjen
Dikti Depdiknas.
Ibrahim. 2009. Ekstraksi. Bandung: Sekolah Farmasi ITB
Manjang, Y. 2004. Penelitian Kimia Organik Bahan Alam, Pelestarian
dan Perkembangan Melalui Tanah Agrowisata, Workshop Peningkatan
Sumber Daya Manusia Penelitian dan Pengelolaan Sumber Daya
Hutan yang Berkelanjutan. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas.
Muhlisah, Fuziah. 1999. Temu-temuan & Empon-empon, Budi Daya dan Manfaat.
Penerbit Kanisius: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai