Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kadar sari larut air dan etanol adalah merupakan pengujian untuk penetapan
jumlah kandungan senyawa yang dapat larut terlarut dalam air (kadar sari larut air)
dan kandungan senyawa yang dapat terlarut dalam etanol (kadar sari larut etanol).
(Ditjen POM, 2000).
Ada beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam yang umum digunakan
seperti maserasi, , perkolasi, dan ekstraksi kontinu. Tetapi pada penelitian ini yang
digunakan adalah maserasi. Maserasi merupakan metode perendaman sampel
dengan pelarut organik. Metode maserasi ini sangat menguntungkan karena
pengaruh suhu dapat dihindari, suhu yang tinggi kemungkinan akan mengakibatkan
terdegradasinya senyawa-senyawa metabolit sekunder. Pemilihan pelarut yang
digunakan untuk maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan
memperhatikan kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut akibat kontak
langsung dan waktu yang cukup lama dengan sampel (Djarwis, 2004).
Pada praktikum kali ini, dilakukan penetapan kadar sari larut air dan larut
etanol dari simplisia rimpang kencur. Untuk penetapan kadar sari larut air,
digunakan air, digunakan air yang ditambahkan kloroform. Sedangkan untuk
penetapan kadar sari larut etanol, digunakan etanol 95%.
Pada penentuan kadar sari larut air, simplisia terlebih dahulu dimaserasi
selama ± 24 jam dengan air. Sedangkan pada penentuan kadar sari larut etanol,
simplisia terlebih dahulu dimaserasi selama ± 24 jam dengan etanol (95 %). Hal
ini bertujuan agar zat aktif yang ada pada simplisia dapat terekstraksi dan tertarik
oleh pelarut tersebut.
Ketika penentuan kadar sari larut air, simplisia ditambahkan kloroform
terlebih dahulu, penambahan kloroform tersebut bertujuan sebagai zat
antimikroba atau sebagai pengawet. Karena apabila pada saat maserasi hanya air
saja, mungkin ekstraknya akan rusak karena air merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan mikroba atau dikhawatirkan terjadi proses hidrolisis yang akan
merusak eksatrak sehingga menurunkan mutu dan kualitas dari ekstrak tersebut.
Sementara pada penentuan kadar sari larut etanol tidak ditambahkan kloroform,
karena etanol sudah memiliki sifat antibakteri jadi tidak perlu ditambahkan
kloroform.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil kadar sari larut air dari
rimpang kencur adalah 6,9 % dan 3,0286 % untuk kadar sari larut etanol. Kadar
sari larut air yang didapat lebih besar dibandingkan dengan kadar sari larut airnya.
Hal ini menunjukan pada simplisia terdapat lebih banyak senyawa yang bersifat
polar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelarut yang baik bagi rimpang kencur
adalah pelarut yang polar, contohnya air yang juga digunakan pada praktikum ini.
Hampir seluruh bagian tanaman kencur mengandung minyak atsiri. Zat-zat
kimia yang telah banyak diteliti adalah rimpangnya, yakni mengandung minyak
atsiri 2,4%-3,9%, juga cinnamal, aldehida, asam motil p-cumarik, etil ester dan
pentadekan. Dalam literatur lain disebutkan bahwa rimpang kencur menganung
sineol, pareumarin, asam asinic, gom, pati (4,14%) dan mineral (13,73 %).
Kandungan kimia tersebut sangat berguna bagi obat-obatan, terutama obat batuk,
sakit perut dan obat pengeluaran keringat (Muhlisah 1999).
Daftar Pustaka:
Arthur and Rose, 1956. The Condensed Chemical Dictionary. 5thed. Reinhold
Publishing Corpoation. New York.
Ditjen POM Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan
Obat, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Djarwis, D. 2004. Teknik Penelitian Kimia Organik Bahan Alam,
Workshop Peningkatan Sumber Daya Manusia Penelitian dan
Pengelolaan Sumber Daya Hutan yang Berkelanjutan. Jakarta : Ditjen
Dikti Depdiknas.
Ibrahim. 2009. Ekstraksi. Bandung: Sekolah Farmasi ITB
Manjang, Y. 2004. Penelitian Kimia Organik Bahan Alam, Pelestarian
dan Perkembangan Melalui Tanah Agrowisata, Workshop Peningkatan
Sumber Daya Manusia Penelitian dan Pengelolaan Sumber Daya
Hutan yang Berkelanjutan. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas.
Muhlisah, Fuziah. 1999. Temu-temuan & Empon-empon, Budi Daya dan Manfaat.
Penerbit Kanisius: Yogyakarta