Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK – P2

BENDING DAN PENGARUH SUHU PADA SERAT OPTIK

Disusun Oleh :

Aulia Rizka Yoranda (0231154000 0037)

Asisten :

Ika Puspita (02311660012001)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA


DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017
HALAMAN JUDUL

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK – P2

BENDING DAN PENGARUH SUHU PADA SERAT OPTIK

Disusun Oleh :

Aulia Rizka Yoranda (0231154000 0037)

Asisten :

Ika Puspita (02311660012001)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA


DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2017

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM P2 TEKNIK OPTIK


BENDING DAN PENGARUH SUHU PADA SERAT OPTIK

Laporan praktikum Teknik Optik ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk mengikuti praktikum Teknik Optik selanjutnya.

Surabaya, 4 November 2017

Mengetahui,
Asisten Praktikum

IKA PUSPITA

02311660012001

ii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

iii
ABSTRAK

Serat optik semakin berkembang pesat di dunia, salah


satunya di Indonesia. Banyak perusahan Industri serat optik yang
berkembang di Indonesia. Hal ini disebabkan banyaknya
permintaan pasar akan telekomunikasi menggunakan jaringan
internet. Sehingga ditemukan kabel serat optik, yang dapat
mentransmisikan daya sinyal transmisi secara cepat, mudah dan
efisien. Fiber optik/serat optik merupakan bahan yang terbuat dari
serat kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan
daya sinyal yang memiliki kecepatan seperti gelombang cahaya.
Sifat dari serat optik dapat terpengaruh akan lingkungan luar,
seperti suhu dan bending. Pada percobaan mengenai bending
untuk kabel singlemode diperoleh daya sinyal keluarannya naik
turun terhadap jumlah lekukan yang semakin banyak. Sedangkan
pada kabel multimode, memiliki nilai daya sinyal keluaran yang
semakin kecil akibat semakin banyaknya jumlah lilitan.
Sedangkan pada pengaruh suhu, kabel singlemode memiliki daya
loss yang semakin besar ketika suhunya semakin tinggi.

Kata Kunci: Fiber optik, Bending, suhu, singlemode dan


Multimode.

v
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

v
ABSTRACT

Optical fiber is growing rapidly in the world, one of them in


Indonesia. Many Fiber Optic Industry companies are growing in
Indonesia. This is due to the large market demand for
telecommunications using the Internet network. So that found fiber optic
cable, which can transmit the signal transmission power quickly, easily
and efficiently. Optical fiber / optical fiber is a material made of glass
or plastic fiber that is used to transmit signal power that has a speed
like a light wave. The properties of optical fibers may be affected by the
external environment, such as temperature and bending. In experiments
about the bending for singlemode cable obtained the output signal
power up and down against the increasing number of indentations.
While the multimode cable, has a value of signal output power is
smaller due to the increasing number of windings. While the influence of
temperature, Singlemode cable has a greater power loss when the
temperature is higher.

Keywords: Fiber optic, Bending, temperature, singlemode and


Multimode.

vi
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Resmi Praktikum
Teknik Optik ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan kali ini penyusun mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dosen pengajar mata kuliah Teknik Optik kelas B.
2. Asisten Laboratorium Teknik Optik yang telah
membimbing dalam pelaksanaan praktikum ini.
3. Orangtua yang selalu membantu, baik secara material dan
non material dalam menyelesaikan kegiatan praktikum
4. Rekan-rekan kelompok 19 serta teman-teman Teknik
Fisika ITS 2015 yang telah membantu dalam pelaksanaan
kegiatan praktikum.
Penyusun menyadari bahwa banyak kekurangan dalam
pembuatan laporan ini baik dari segi materi maupun penyajian.
Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini
bermanfaat bagi penyusun sendiri khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Surabaya, 4 November 2017

Penulis

viii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..............................................ii
ABSTRAK..........................................................................iv
ABSTRACT........................................................................vi
KATA PENGANTAR........................................................viii
DAFTAR ISI.........................................................................x
DAFTAR GAMBAR..........................................................xii
DAFTAR TABEL..............................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................1
1.2 Permasalahan..................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................2
1.4 Batasan Masalah.............................................................2
BAB II DASAR TEORI.......................................................3
2.1 Pengertian Serat Optik....................................................3
2.2 Prinsip Kerja Serat Optik................................................4
2.3 Jenis-jenis Serat Optik....................................................6
2.4 Lekukan (Bending) pada Serat Optik..............................7
2.5 Serat Optik sebagai Sensor.............................................8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................11
3.1 Alat dan Bahan..............................................................11
3.2 Prosedur Percobaan.......................................................11
3.2.1 Bending (lekukan)......................................................11
3.2.2 Suhu...........................................................................12
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN............15
4.1 Analisa Data..................................................................15
4.1.1 Bending (Lekukan).....................................................15
4.1.2 Suhu...........................................................................17
4.2 Pembahasan..................................................................18
BAB V PENUTUP.............................................................21
5.1 Kesimpulan...................................................................21
5.2 Saran.............................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................23
LAMPIRAN

x
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Dasar Serat Optik....................................3


Gambar 2.2 Hukum Snellius....................................................4
Gambar 2.3 Peristiwa Total internal reflection (TIR)........5
Gambar 2.4 Serat Optik Singlemode Step Index...............6
Gambar 2.5 Serat Optik Multimode Step Index........................6
Gambar 2.6 Serat Optic Multimode Graded Index..............7
Gambar 3.1 Set Up Sebelum dilakukan Bending ...................11
Gambar 3.2 Set Up ketika dilakukan Bending........................12
Gambar 3.3 Set Up Suhu........................................................12
Gambar 4.1 Grafik Daya Sinyal Output Rata-rata Pengaruh
Bending pada Singlemode......................................16
Gambar 4.2 Grafik Daya Sinyal Output Rata-rata Pengaruh
Bending pada Multimode........................................17
Gambar 4.3 Grafik Daya Sinyal Output Rata-rata Pengaruh
Perubahan Suhu pada Singlemode..........................18

xii
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Daya Sinyal Output Rata-rata Pengaruh Bending


pada Singlemode..................................................15
Tabel 4.2 Daya Sinyal Output Rata-rata Pengaruh Bending
pada Multimode...................................................16
Tabel 4.3 Daya Sinyal Output Rata-rata Pengaruh Suhu pada
Singlemode..........................................................18

xiv
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada masa kini teknologi semakin berkembang pesat. Hal ini
diimbangi dengan kebutuhaan masyarakat dunia yang semakin
maju. Salah satunya kebutuhan akan telekomunikasi (Admin,
2016). Telekomunikasi saat ini tidak lepas akan jaringan internet.
Seiring banyaknya kebutuhan akan penggunaan jaringan internet,
banyak dilakukan penelitian mengenai kabel yang dapat
mentransmisikan sinyal cepat, mudah dan efisien. Sehingga
dikembangkanlah fiber optik. Pengunaan fiber optik berkembang
pesat di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan pada tahun 2016,
telah tersebar sekitar 180.000-200.000 fiber optic pada seluruh
wilayah kota di Indonesia (Kompas, 2017).
Fiber optik merupakan bahan yang terbuat dari serat kaca
atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan daya sinyal
yang memiliki kecepatan seperti gelombang cahaya. Namun,
dibalik kelebihan fiber optik yang mentransmisikan data sangat
cepat, terdapat kekurangan yang dimiliki fiber optik. Salah satnya
sifat pada fiber optik yang sangat mudah berubah akibat pengaruh
oleh lingkungan. Pengaruh terhadap lingkungan seperti jarak,
bending (lekukan) dan perubahan suhu. Pengaruh tersebut sangat
mempengaruhi nilai daya sinyal transmisi pada serat optik.
Semakin banyaknya pengaruh luar pada fiber optik, maka
semakin banyaknya daya loss yang dihasilkan.
Adanya kelebihan dan kekurangan dari fiber optik tersebut,
dengan demikian, mahasiswa Teknik Fisika diharapkan dapat
mengetahui perilaku dan struktur dari fiber optik serta pengaruh
nilai daya sinyal yang ditransmisikan pada fiber optik terhadap
lingkungan.

1
2

1.2. Permasalahan
Permasalahan yang ada pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana prinsip kerja pada transmisi sinyal pada serat
optic?
b. Bagaimana pengaruh perubahan lekukan (bending) terhadap
nilai daya sinyal yang ditrasmisikan pada serat optic?
c. Bagaimana pengaruh suhu terhadap nilai daya sinyal yang
ditrasmisikan pada serat optic?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum P2 ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui prinsip transmisi sinyal pada serat optic
b. Mengetahui pengaruh perubahan lekukan (bending) terhadap
nilai daya sinyal yang ditrasmisikan pada serat optic.
c. Mengetahui pengaruh suhu terhadap nilai daya sinyal yang
ditrasmisikan pada serat optic.

1.4. Batasan Masalah


Laporan resmi praktikum P2 Teknik Optik ini hanya
membahas pengaruh bending dan suhu terhadap nilai daya sinyal
yang ditramisikan pada serat optik.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Serat Optik


Serat optik adalah suatu pemandu gelombang dieletrik
yang berbentuk silinder terbuat dari material low-loss seperti
kaca silika (Saleh & Teich, 1991). Bagian utama dari serat
optik terdiri dari core dan cladding yang dilindungi oleh
coating. Kedua bagian utama tersebut memiliki indeks bias
yang berbeda.

Gambar 2.1 Struktur Dasar Serat Optik

Struktur dasar dari sebuah serat optik yang terdiri dari 3


bagian :
a. Core (inti) merupakan bahan yang tidak menghantarkan
listrik, inti ini memiliki jari-jari, besarnya sekitar 8 - 200
pm dan indeks bias ni, besarnya sekitar 1,5.
b. Cladding (selimut) merupakan bagian yang
membungkus core sehingga pulsa-pulsa cahaya yang
akan keluar dari core terpantul ke dalam core kembali
sehingga pulsa cahaya tidak hilang di perjalanan.
Cladding mempunyai diameter yang bervariasi antara
125 pm (untuk siglemode dan multimode step index) dan
250 pm (untuk multimode graded index)

3
4

c. Coating (jaket) : terbuat dari bahan plastik yang elastis,


berfungsi sebagai pelindung core dan cladding dari
gangguan luar.

2.2 Prinsip Kerja Serat Optik

Gambar 2.2 Hukum Snellius

Prinsip yang digunakan pada perambatan cahaya pada


serat optik adalah hukum Snellius. Snellius menyatakan
bahwa ‘’Perbandingan sinus antara sudut datang dan sudut
bias sebanding ratio kecepatan cahaya pada dua media
tersebut atau berbanding terbalik dengan ratio indeks bias
dari kedua’’. Adapun persamaannya sebagai berikut:

(1)
Dari hukum snellius didapatkan bahwa jika sebuah
cahaya merambat pada dua medium yang indeks bias
medium asal lebih tinggi dari pada indeks bias medium
tujuannya maka cahaya akan dapat terpantul sempurna
(Total Internal Reflection). Dari prinsip cahaya dipandu
pada serat optik dengan memanfaatkan total internal
reflection. Total Internal Reflection (TIR).
5

Gambar 2.3 Peristiwa Total internal reflection (TIR)

Total internal reflection (TIR) merupakan prinsip


pemanduan cahaya pada serat optik seperti yang
ditunjukkan pada (Keiser, 2000) Gambar 2.3. Cahaya dapat
ditransmisikan atau dipandu pada serat optik disebabkan
karena berkas cahaya datang dari medium yang mempunyai
indeks bias lebih besar ke medium yang mempunyai indeks
bias lebih kecil. Jika sudut berkas cahaya datang lebih kecil
daripada sudut kritis, maka cahaya akan dibiaskan keluar
dari serat optik. Sedangkan jika sudut berkas cahaya datang
lebih besar daripada sudut kritis, maka cahaya akan
dipantulkan lagi ke dalam serat optik. Sudut kritis adalah
besar sudut datang yang menghasilkan sudut bias sebesar
90°.
6

2.3 Jenis-jenis Serat Optik


Adapun jenis-jenis serat optic sebagai berikut:
a. Singlemode Step Index

Gambar 2.4 Serat Optik Singlemode Step Index

Serat optik singlemode memiliki diameter core antara 2-


10 mm dan sangat kecil dibandingkan dengan ukuran
cladding-nya. Cahaya hanya merambat dalam satu mode
saja yaitu sejajar dengan sumbu serat optik. Memiliki
redaman yang sangat kecil, memiliki lebar pita frekuensi
yang sangat lebar, Digunakan untuk jarak jauh dan mampu
menyalurkan data dengan kecepatan bit rate yang tinggi.

b. Multimode Step Index

Gambar 2.5 Serat Optik Multimode Step Index

Serat optik ini pada dasarnya mempunyai diameter


core yang besar (50-200 um) dibandingkan dengan diameter
cladding (125-400 um). Sama halnya dengan serat optik
singlemode, pada serat optik ini terjadi perubahan index bias
dengan segera (step index) pada batas antara core dan
cladding. Diameter core yang besar (50-200 um) digunakan
untuk menaikkan efisiensi coupling pada sumber cahaya
yang tidak koheren seperti LED. Karakteristik penampilan
7

serat optik ini sangat bergantung pada macam


material/bahan yang digunakan.

c. Multimode Graded Index

Gambar 2.6 Serat Optic Multimode Graded Index

Pada Graded-index multimode terdapat lapisan pada inti


kacanya sehingga index sinar yang merambat tidak
menabrak lapisan cladding. Sinar yang masuk dalam inti
tidak dipantulkan sepanjang melewati inti tersebut. Cahaya
merambat lurus membentuk ’’envelope” dengan kombinasi
interval biasa. Kecepatan perambatannya ditentukan oleh
kerapatan index n1. Jenis serat optik ini sangat ideal untuk
menyalurkan informasi pada jarak menengah dengan
menggunakan sumber cahaya LED maupun LASER, di
samping juga penyambungannya yang relatif mudah.

2.4 Lekukan (Bending) pada Serat Optik


Bending merupakan salah satu faktor (selain
absorbtion, scattering) yang menyebabkan terjadinya
redaman (atenuasi) dalam proses transmisi sinyal pada serat
optik. Redaman serat optik merupakan karakteristik penting
yang harus diperhatikan mengingat kaitannya dalam
menentukan jarak pengulang (repeater). Redaman sinyal
cahaya yang merambat di sepanjang serat merupakan
pertimbangan penting dalam desain sebuah sistem
komunikasi optik, karena menentukan peran utama dalam
8

menentukan jarak transmisi maksimum antara pemancar dan


penerima (Anonim, 2014).
Ada dua jenis bending (pembengkokan) yaitu
macrobending dan microbending. Macrobending adalah
pembengkokan serat optik dengan radius yang panjang bila
dibandingkan dengan radius serat optik. Redaman ini dapat
diketahui dengan menganalisis distribusi modal pada serat
optik. Microbending adalah pembengkokan-pembengkokan
kecil pada serat optik akibat ketidakseragaman dalam
pembentukan serat atau akibat adanya tekanan yang tidak
seragam pada saat pengkabelan. Salah satu cara untuk
menguranginya adalah dengan menggunakan jacket yang
tahan terhadap tekanan (Saleh & Teich, 1991).
Jari-jari krits merupakan jari-jari dari macrobending
pada serat optik dan menunjukkan adanya peningkatan loss
secara signifikan. Rc merupakan jari-jari kritis pada serat
optik multimode yang didapatkan dari perbandingan
panjang gelombang yang masuk (λ) dengan loss dari selisih
indeks bias masuk (n1) dengan indeks bias keluar (n2). Loss
dari serat optik dapat dikurangi dengan menambah nilai
selisih dari indeks bias. Persamaan untuk jari-jari kritis dari
macrobending multimode adalah sebagai berikut:

(2)

Nilai loss juga dapat dicara dengan menggunakkan


persamaan yang dipengaruhu jumlah lilitan seperti berikut:

(3)

2.5 Serat Optik sebagai Sensor


9

Bahan-bahan untuk membuat serat optik terdiri dari


banyak jenis, salah satunya adalah serat optik plastik. Serat
optik plastik adalah media transmisi cahaya yang dapat
diaplikasikan untuk sensor dan berkas cahaya yang
ditransmisikan lebih dari satu sehingga dapat juga disebut
serat optik multimode. Beberapa aplikasi serat optik plastik
sebagai sensor antara lain sebagai sensor pergeseran, sensor
suhu, sensor tekanan, sensor kelembaban, sensor laju aliran
fluida, sensor laju rotasi, sensor konsentrasi suatu zat, sensor
medan Iistrik, sensor medan magnet, serta sebagai sensor
analisis kimia (Fitalia, Prasetya, & Marzuki, 2014). Struktur
serat optic sensor pada umumnya sama, namun ukuran
fisiknya sedikit lebih besar dari serat optic kaca. Selain itu
serat optic ini lebih fleksibel dan tidak mudah patah.
Adapun kekurangan serat optic plastic yaitu kurang cocok
jika diaplikasikan untuk transmisi data pada sistem
komunikasi serat optik karena serat optik plastik
mempunyai dispersi yang besar pada jarak yang pendek.
Sensor menggunakan serat optik pada umunya
menggunakan metode adsorbsi gelombang cahaya oleh
cladding, yaitu dengan menggatikan cladding serat optik
dengan spesimen yang akan diukur, Perubahan spesimen
cladding menyebabkan penyerapan pada cladding berubah
pula. Hal inilah yang menyebabkan intensitas cahaya yang
ditransmisikan berbeda-beda jika spesimen yang dijadikan
cladding berbeda. Saat sinar ditransmisikan pada serat optik
yang sedikit energinya masuk ke dalam cladding dan
menghilang (atenuasi).
10

“Halaman ini sengaja dikosongkan”


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


Berikut merupakan peralatan dan bahan yang digunakan guna
menunjang pelaksanaan praktikum ini:
a. Laser
b. Serat optik multimode
c. Serat optik singlemode
d. Penggaris
e. Optical Power Meter (OPM) Thorlabs
f. Magnetic Stirrer

3.2. Prosedur Percobaan


Pada praktikum ini dilakukan dua perlakuan percobaan yang
berbeda, yaitu:
3.2.1 Bending (lekukan)
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
melaksanakan praktikum ini ialah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Set Up Sebelum dilakukan Bending

a. Peralatan dirancang seperti pada gambar 3.1.


b. Pengukuran dilakukan pada daya cahaya LASER yang
keluar dari serat optik singlemode sebelum diberi
gangguan (bending) menggunakan OPM.

11
12

Gambar 3.2 Set Up ketika dilakukan Bending

c. Serat optik diberi gangguan berupa lekukan


(bending) dengan kelengkungan (menggunakan
bolpoint) seperti pada gambar 3.2, dan diukur
daya cahayanya menggunakan OPM.
d. Jumlah lilitan dilakukan variasi dengan jumlah
lilitan 1 kali, 2 kali, 3 kali, 4 kali dan 5 kali
secara bertahap dan diukur daya cahayanya
menggunakan OPM.
e. Perbandingan data dilakukan antara hasil
keluaran cahaya laser dengan jumlah bending
yang diberikan menggunakan grafik.
f. Langkah c-e diulangi untuk serat optic
multimode.

3.2.2 Suhu
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
melaksanakan praktikum ini ialah sebagai berikut:

Gambar 3.3 Set Up Suhu


13

a. Peralatan percobaan disusun seperti Gambar 3.3.


b. Suhu diatur di magnetic stirrer pada suhu 50°C.
c. Salah satu bagian serat optic diletakkan pada plat
magnetic stirrer (tidak menempel) dan ujung lainnya
dihubungkan dengan Optical Power Meter.
d. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-
masing suhu dan daya keluar dicatat yang dihasilkan oleh
Optical Power Meter.
e. Langkah b-d diulangi dengan suhu 100°C dan 150°C
f. Grafik diplot hubungan antara daya yang dihasilkan akibat
perubahan suhu yang dilakukan.
g. Hasil percobaan tersebut dianalisa.
14

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

14
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa Data


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diketahui
bahwa daya input sebesar – 7dBm dengan panjang gelombang
pada OLS sebesar 1550 nm. Dengan demikian diperoleh
nilai daya sinyal output rata-rata dengan pengaruh bending
dan suhu pada serat optic singlemode dan multimode
sebagai berikut:

4.1.1 Bending (lekukan)


Pada praktikum mengenai bending dapat dibedakan menjadi
dua untuk jumlah mode yang digunakan. Berikut data yang
diperoleh:
a. Singlemode
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh
data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Daya Sinyal Output Rata-rata Pengaruh Bending


pada Singlemode
Daya Sinyal Output Rata-
Jumlah Lilitan Rata (dBm)
Tanpa Lilitan -22.298
1 Lilitan -25.008
2 Lilitan -24.734
3 Lilitan -25.118
4 Lilitan -24.258
5 Lilitan -25.48

Tabel diatas merupakan daya sinyal output rata-rata terhadap


banyaknya jumlah lilitan. Dari tabel tersebut dapat di plot
grafik seperti gambar dibawah ini:

15
16

Gambar 4.1 Grafik Daya Sinyal Output Rata-rata


Pengaruh Bending pada Singlemode

b. Multimode
Pada praktikum pengaruh bending untuk multimode
diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.2 Daya Sinyal Output Rata-rata Pengaruh


Bending pada Multimode
Daya Sinyal Output Rata-Rata
Jumlah Lilitan
(dBm)
Tanpa lilitan -13,8043
1 Lilitan -14,0096
2 Lilitan -14,95
3 Lilitan -15,033
4 Lilitan -16,7113
5 Lilitan -19,636

Pada table diatas merupakan daya sinyal rata-rata pada


pengaruh bending pada multimode dengan diberikan
variasi jumlah lilitan. Dari tabel diatas dapat diperoleh
grafik sebagai berikut:
17

Gambar 4.2 Grafik Daya Sinyal Output Rata-rata


Pengaruh Bending pada Multimode

Pada Gambar 4.2 merupakan hasil plot daya sinyal output


rata-rata terhadap jumlah lilitan. Dari grafik tersebut
diperoleh bahwa semakin banyak jumlah lilitan maka
akan daya sinyal output rata-rata yang dihasilkan akan
semakin kecil. Hal ini disebabkan adanya loss yang
semakin besar akibat jumlah bending yang semakin
bertambah.

4.1.2 Suhu
Pada percobaan kedua mengenai daya sinyal output rata-
rata terhadap banyaknya pengaruh suhu, dapat diperoleh datanya
sebagai berikut:
a. Singlemode
Adapun data yang diperoleh untuk singlemode pada
perubahan suhu sebagai berikut:
18

Tabel 4.3 Daya Sinyal Output Rata-rata Pengaruh Suhu pada


Singlemode
Daya Sinyal Output Rata-Rata
Suhu (dBm)
Suhu ruang 22.774
50 ᵒC 23.468
100 ᵒC 23.638
150 ᵒC 23.922

Dari tabel diatas dapat diketahui hasil plot daya terhadap


perubahan suhu, sebagai berikut:

Gambar 4.3 Grafik Daya Sinyal Output Rata-rata


Pengaruh Perubahan Suhu pada Singlemode

b. Multimode

4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan dua perlakuan yang berbeda
yaitu pengaruh bending dan perubahan suhu pada serat optic.
Pada percobaan yang pertama dilakukan pengaruh bending
terhadap daya sinyal output rata-ratanya. Pengaruh pada bending
ini diberikan dua variasi kabel, singlemode dan multimode. Pada
19

percobaan kedua dilakukan pengaruh suhu terhadap daya sinyal


output rata-ratanya juga. Sama seperti halnya bending, diberikan
dua variasi yaitu untuk kabel singlemode dan multimode.
Pada percobaan yang pertama mengenai bending pada kabel
singlemode diperoleh daya dengan tanpa lilitan sebesar -22.298
dBm, 1 lilitan sebesar -25.008 dBm, 2 lilitan sebesar -24.734
dBm, 3 lilitan sebesar -25.118 dBm, 4 lilitan sebesar -24.258 dBm
dan 5 lilitan sebesar -25.48 dBm. Sehingga dari hasil daya output
tersebut dapat diplot pada Gambar 4.1. Dari hasil plot grafik yang
telah dilakukan dapat diperoleh bahwa nilai daya output untuk
pengaruh bending singlemode bernilai naik turun pada plot grafik,
hal ini tentunya tidak sebanding dengan teori. Secara teori
seharusnya semakin banyak jumlah lilitan maka daya keluaran
yang dihasilkan semakin kecil. Dengan demikian daya loss nya
akan semakin besar. Pada percobaan ini dapat disebabkan serat
optik ketika dilakukan bending untuk tiap lilitannya, memiliki
diameter yang berbeda-beda. Seperti yang diketahui bahwa
semakin besar diameter lekukan maka semakin besar daya loss
yang dihasilkan. Sehingga, kemungkinan tiap jumlah lilitan saat
percobaan tidak memperhatikan diameter tiap lekukannya.
Dimana ini mengakibatkan nilai daya loss pada lekukan 2 lilitan
dan 4 lilitan bernilai lebih tinggi dari lekukan sebelumnya.
Pada percobaan yang kedua mengenai bending pada kabel
multimode diperoleh data untuk tanpa lilitan, 1 lilitan, 2 liltan, 3
lilitan, 4 lilitan dan 5 lilitan, masing-masing bernilai -13,8043
dBm, -14,0096 dBm, -14,95 dBm, -15,033 dBm, -16,7113 dBm
dan -19,636 dBm. Dari hasil perolehan daya sinyal output rata-
ratanya, maka di plot pada Gambar 4.2. Pada gambar tersebut
dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah lilitan yang diberikan
pada serat optic multimode maka daya output nya semakin kecil.
Hal ini dapat disebabkan adanya loss daya yang semakin besar
akibat jumlah lilitan yang semakin banyak.
Selain pengaruh pada bending, dilakukan pengaruh pada
suhu untuk daya output yang dihasilkan. Pada percobaan ketiga,
pengaruh suhu pada kabel singlemode daya rata-rata ketika suhu
ruang sebesar 22.774 dBm, suhu 50 ᵒC sebesar 23.468 dBm, suhu
100 ᵒC sebesar 23.638 dBm dan suhu 150 ᵒC sebesar 23.922
20

dBm. dari perolehan data tersebut, dilakukan plot grafik. Adapun


hasil plot grafik pada Gambar 4.3. Dari hasil plot grafik dapat
diperoleh bahwa semakin suhu yang diberikan tinggi maka
semakin besar daya loss transmisi sinyal yang disalurkan. Untuk
suhu yang semakin tinggi akan menyebabkan pemuaian pada
inti/core sehingga akan adanya perubahan kerapatan dari fiber
optik dan mengakibatkan loss.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Pada percobaan mengenai Bending dan Pengaruh Suhu pada
Serat Optik diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Prinsip transmisi sinyal pada serat optik pada dasarnya
menggunakan prinsip Hukum Snellius. Dimana Hukum
Snellius mengatakan bahwa jika sebuah cahaya merambat
dari medium yang berindeks bias tinggi ke medium yang
indeks biasnya lebih rendah maka berkas cahaya akan
terpantul sempurna, proses ini dinamakan TIR (Total
Internal Reflection). Transmisi sinyal pada serat optik terjadi
ketika suatu berkas cahaya datang dari medium yang
memiliki indeks bias yang lebih tinggi ke indeks bias yang
lebih rendah. Saat berkas cahaya terdapat pada core maka
cahaya tidak dapat dipantulkan keluar kembali, hal ini
disebabkan indeks bias core lebih tinggi daripada indeks bias
pada cladding. Sehingga berkas cahaya dapat terpantul dan
dapat ditransmisikan ketika berada pada core.
b. Pengaruh perubahan lekukan (bending) terhadap nilai daya
sinyal yang ditransmisikan pada serat optik yaitu semakin
banyak jumlah lilitan pada serat optik maka daya sinyal yang
ditransmisikan semakin kecil. Hal ini disebabkan tidak
terjadinya Total Internal Reflection pada kedua medium,
melainkan berkas cahaya dibiaskan yang mengakibatkan
adanya daya yang hilang/loss.
c. Pengaruh suhu terhadap nilai daya sinyal yang
ditransmisikan pada serat optik yaitu semakin tinggi suhu
yang diberikan maka semakin besar daya loss yang
dihasilkan. Hal ini disebabkan core pada serat optik terjadi
pemuaian yang menyebabkan kerapatan core berkurang dan
jari-jari pada inti semakin bertambah, sehingga nilai daya
sinyal yang ditransmisikan semakin kecil.

21
22

5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan untuk kebaikan
praktikum selanjutnya yaitu:
a. Sebaiknya kabel serat optik yang digunakan ketika
praktikum tidak terlalu panjang sehingga dapat
memudahkan praktikan dalam melakukan pengukuran.
b. Sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan
kondisinya baik agar kondisi bahan tidak mempengaruhi
hasil perolehan data.
DAFTAR PUSTAKA

23
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai