Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadirat-NYA yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-NYA kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
Bahasa Indonesia mengenai “Memahami Diksi Bahasa Indonesia” ini dengan lancar,
shalawat serta salam kami panjatkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang
menjauhkan kita dari jalan kegelapan.
Makalah yang berjudul “Memahami Diksi Bahasa Indonesia” disusun untuk memenuhi
salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii
Daftar Tabel ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 3


1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2
1.4 Manfaat .......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 4


2.1 Tinjauan Studi ................................................................................ 4
2.1 Landasan Teori............................................................................... 5
2.3 Pengertian Diksi ............................................................................. 2
2.3.2 Persyaratan dan Ketentuan Diksi ................................................... 6
2.3.1 Fungsi Diksi ................................................................................... 8
2.4 Makna Denotatif dan Konotatif ..................................................... 8
2.4.1 Makna Kata .................................................................................... 8
2.4.2 Macam-Macam Makna .................................................................. 9
2.5 Gaya Bahasa................................................................................... 12
2.6 Gaya Bahasa Menurut Pilihan Kata ............................................... 14

BAB III............................................................................................................ 16
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 16
3.2 Saran .............................................................................................. 17
3.3 Daftar Pustaka ................................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain kata, frase, klausa, dan
kalimat. Kata merupakan tataran terendah & kalimat merupakan tataran tertinggi. Ketika
Anda menulis, kata merupakan kunci utama dalam upaya membentuk tulisan. Oleh
karena itu, sejumlah kata dalam Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide
dan pesan seseorang dapat mudah dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang
digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Kata
sebagai unsur bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi,
kata-kata tersebut harus digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan ide-ide dalam bentuk tulisan
secara terus-menerus & teratur (produktif) serta mampu mengungkapkan gambaran,
maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh karena itu, ketrampilan menulis /
mengarang membutuhkan grafologi, struktur bahasa, & kosa kata. Salah satu unsur
penting dalam mengarang adalah penguasaan kosa kata. Kosa kata merupakan bagian
dari diksi. Ketepatan diksi dalam suatu karangan merupakan hal yang tidak dapat
diabaikan karena ketidaktepatan penggunaan diksi pasti akan menimbulkan
ketidakjelasan makna.
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah Untuk memperoleh keindahan guna menambah
daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan
sesuai. Ketepatan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang
berlainan antara penulis atau pembicara dengan pembaca atau pendengar, sedangkan
kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk
menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi
oleh pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut
mendeskripsikan tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar
sosial dalam cerita tersebut.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Apakah pengertian diksi?


2. Bagaimana diksi yang tepat dan tidak tepat dalam kalimat?
3. Apa perbedaan kata umum dan khusus?
4. Apa berbedaan makna denotatif dan konotatif?
5. Apa yang dinamakan gaya bahasa?

1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :
1. Untuk mengetahui pengertian diksi.
2. Untuk mengetahui seperti apa kata umum dan khusus.
3. Untuk mengetahui makna denotatif dan konotatif.
4. Untuk memahami bagaimana diksi yang tepat & tidak tepat dalam kalimat.
5. Untuk mengetahui pengertian gaya bahasa.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan dalam berbahasa yang benar sehingga
dapat memberi manfaat sebagai berikut :
Penelitian ini diharapkan berhasil dengan baik dan dapat mencapai tujuan penelitian
secara optimal, sistematis, dan bermanfaat.
1) Manfaat teoretis
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai penelitian
korelasi saan diksi dan sikap berbahasa dengan keterampilan menulis.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam mengaplikasikan teori
penelitian korelasi dalam bidang linguistik dan pengajarannya.
2) Manfaat praktis
a.Bagi dosen
Sebagai bahan masukan pentingnya meningkatkan kualitas mengajar sehingga dapat
mengarahkan mahasiswa dalam meningkatkan kreativitas menulis karya tulis ilmiah.
b.Bagi mahasiswa
Diharapkan dapat mengembangkan kreativitas menulis mahasiswa dalam karya tulis
ilmiah.
c. Bagi universitas
Merupakan bahan masukan sebagai sumbangan pemikiran pentingnya
keterampilan menulis karya tulis ilmiah untuk memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Studi

Dalam penelitian ilmiah atau pembuatan makalah pengertian diksi sangat beragam.
Dalam makalah ini peneliti mengambil dua makalah sebagai tinjauan studi.

Dalam makalahnya Mumtahanah Diksi atau pilihan kata adalah hasil dari upaya memilih
kata yang tepat untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa.

Sementara menurut Susandi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diksi berarti "pilihan
kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan
sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan)”.

Sementara menurut Mumtahanah Diksi bukan hanya sekedar memilih yang tepat tetapi
untuk menentukan kata mana yang cocok digunakan dalam kalimat yang maknanya tidak
bertentangan dengan nilai-nilai yang diakui masyarakat.

2.2 Landasan Teori

Diksi menurut Keraf (2010:24) yang menurunkan tiga kesimpulan utama mengenai diksi,
antara lain sebagai berikut.
1. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang
tepat.
2. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk
yang sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar.
3. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah besar
kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa.
Diksi atau pilihan kata adalah salah satu persyaratan yang perlu dan mendesak dalam
berbicara atau menulis menurut Fitriyah dan Gani. Pilihan kata termasuk dalam ilmu
sistematik (semansiologi), yaitu ilmu yang mempelajari makna kata.
Dari uraian diatas diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang dalam
memilih kata untuk mencapai penyampaian yang tepat dalam berbicara atau menulis,
sehingga tidak menimbulkan makna yang tidak dikehendaki pembicara atau penulis.

2.3 Pengertian Diksi

Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan
kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana
yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tapi juga meliputi persoalan
fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam
pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang khusus
berbrntuk ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi berkaitan dengan
ungkapan-ungkapan yang individual atau karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik
yang tinggi.
Terdapat beberapa pengertian mengenai diksi atau pilihan kata : (1) Diksi atau pilihan
kata adalah hasil dari upaya memilih kata yang tepat untuk dipakai dalam suatu tuturan
bahasa. (2) diksi berarti "pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam penggunaannya)
untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang
diharapkan)”.. (3) Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih
kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alenia, atau wacana. Pemilihan kata dapat
dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau bermiripan. (4)
Diksi atau pilihan kata adalah upaya pemilihan kata yang benar untuk mencapai suatu
makna yang tepat.
2.3.1 Persyaratan dan Ketepatan Diksi
Ketepatan adalah kamampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama
pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh
penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat
mungkin memilih kata-kata untuk mencapai magsud tertentu. Ketepatan tidak akan
menimbulkan salah paham.
Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kata untuk mencapai ketepatan
pilihan katanya itu.
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Dari kedua kata yang mempunyai
makna yang mirip satu sama lain ia harus menetapkan mana yang akan
dipergunakannya untuk mencapai magsudnya. Kalau hanya pengertian dasar yang
diinginkannnya, ia harus memilih kata yang denotatif, kalau ia menghendaki reaksi
emosional tertentu, ia harus memilih kata konotatif sesuai dengan sasaran yang akan
dicapainya itu.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata
bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Sebab itu,
penulis atau pembicara harus hati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada,
untuk menyampaikan apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi
yang berlainan.
3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Bila penulis sendiri tidak mampu
membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, maka akan membawa akibat yang
tidak diinginkan, yaitu salah paham. Kata-kata yang mirip dalam tulisannya itu
misalnya : bahwa-bawah-bawa, proposisi-preposisi, korparasi-koperasi, dan
sebagainya.
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai
dengan perkembangan masyarakat. Pemkembahan bahasa pertama-tama tampak dari
pertambahan jumlah kata baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap orang boleh
menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru biasanya muncul untuk pertama kali
karna dipakai oleh orang-orang terkenal atau pengarang terkenal. Bila anggota
masyarakat lainnya menerima kata itu, maka lama-kelamaan kata itu akan menjadi
milik masyarakat. Neologisme atau kata baru atau penggunaan sebuah kata lama
dengan makna dan fungsi yang baru termasuk dalam kelompok ini.
5.Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang
mengandung akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan : idiom-idiomatic,
progres-progresif, kultur-kultural, dan sebagainya.
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.

Pasangan yang tepat Pasangan yang tidak tepat


antara.....dengan..... antara....dan....
tidak.....melainkan..... tidak.....tetapi....
baik.....ataupun..... baik....maupun.....
bukan.....tetapi..... bukan....melainkan....
1.1 Contoh pasangan kata yang tepat.
7. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis : ingat akan
bukan ingat terhadap; berharap, berharap akan, mengharapkan bukan mengharap akan;
berbahaya, berbahaya bagi, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi sesuatu; takut
akan, menakuti sesuatu (lokatif).
8. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata umum dan
kata khusus. Kata umum digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang umum,
sedangkan kata khusus digunakan untuk seluk beluknya atau perinciannya. Kata khusus lebih
tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata umum.
9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
2.3.2 Fungsi Diksi
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian,
hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara lain :
a. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d. Mencegah perbedaan penafsiran.
e. Mencagah salah pemahaman.
f. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

2.4 Makna Denotatif dan Makna Konotatif


Di dalam sebuah tulisan biasanya kita sulit untuk menentukan atau menginterpretasi
makna sebuah kata atau frasa. Hal ini disebabkan karena adanya makna yang disampaikan
secara sebenarnya(Denotasi) dan makna yang disampaikan dalam bentuk kiasan(Konotasi).

2.4.1 Makna Kata

Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua aspek,
yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna.
Bentuk atau ekspresi adalah segi yang dapat dicerap dengan pancaindra, yaitu dengan
mendengar atau dengan melihat. Sebaliknya segi isi atau makna adalah segi yang
menimbulkan reaksi dalam pikiran pendengar atau pembaca karna rangsangan aspek bentuk
tadi. Contoh :
Ketika ada orang berteriak “maling !” timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa “ada seseorang
yang berusaha mencuri barang orang lain”. Jadi bentuk dan ekspresinya adalah kata maling
yang diucapkan orang tadi, sedangkan makna atau isi adalah “reaksi yang timbul pada orang
yang mendengar”.

2.4.2 Macam-Macam Makna

Pada umumnya makna kata dibedakan pertama-tama atas makna kata yang bersifat denotatif
dan makna kata yang bersifat konotatif.
a. Makna Denotatif
Kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan disebut dengan makna
denotatif. Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti : makna
denotasional, makna kongnitif, makna konseptual, makna ideasional, makna referensial atau
makna proposisional. Disebut makna denotasial, referensial, konseptual dan ideasional, karna
makna itu menunjuk (danote) kepada suatu referen. Disebut makna kongnitif, karna makna
itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan; stimulus (dari pihak pembicara) dan respon
(dari pihak pendengar) menyangkut hal-hal yang dapat dicerap pancaindra (kesadaran) dan
rasio manusia. Dan makna ini disebut juga makna proposional karna ia bertalian dengan
informasi-informasi atau pernyataan-pernyataan yang bersifat faktual. Makna ini, yang diacu
dengan bermacam-macam nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata.
Contoh :
 Tangan kanan ikhsan terkilir.
 Rudi menjual kambing hitam miliknya.
 Ia naik tangga untuk memperbaiki genteng rumah yang bocor.

b. Makna Konotatif
Makna kata yang mengandung arti tambahan , perasaan tertentu atau nilai rasa tertentu
disamping makna dasar yang umum dinamakan makna konotatif atau konotasi. Konotasi atau
makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif.
Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respons mengandung nilai-
nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan
perasaan setuju atau tidak setuju, senang atau tidak senang dan sebagainya pada pihak
pendengar,; di pihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga
memendam perasaan yang sama.
Contoh:
 Banyak pahlawan yang telah gugur dalam medan perang.
(gugur : meninggal dunia)
 Ia tak pantang menyerah meski banyak aral melintang.
(aral melintang : rintangan, hambatan)
 Mempunyai harta berlimpah tak membuat Heru besar kepala.
(besar kepala : sombong)
 Kenaikan harga bahan pokok membuat usaha Reza gulung tikar.
(gulung tikar : bangkrut)
 Para TNI turun tangan dalam percarian korban tragedi kecelakaan pesawat.
(turun tangan : ikut membantu)
Makna Denotatif Makna Konotatif
Makna yang sesuai dengan makna asli. Maknanya kiasan.
tidak menimbulkan penafsiran ganda bagi sering kali membingungkan para
pembaca. pembaca dalam menemukan makna.
seringkali dijumpai dalam penulisan sangat sering dijumpai dalam karya
karya ilmiah. sastra, misalnya puisi, cerpen, dan lain
sebagainya.
1.2 Table Perbandingan Makna Konotatif dan Denotatif

2.5 Kata Umum dan Kata Khusus


Pada umumnya untuk mencapai ketepatan pengertian yang lebih baik memilih kata
khusus daripada kata umum. Kata umum yang dipertentangkan dengan kata khusus harus
dibedakan dari kata denotatif dan konotatif. Kata konotatif dibedakan dari kata berdasarkan
maknanya, yaitu apakah ada makna tambahan atau nilai rasa yang ada pada sebuah kata. Kata
umum dan kata khusus dibedakan berdasarkan luas dan tidaknya cakupan makna yang
dikandungnya. Bila sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas
bidang lingkupnya maka kata itu disebut kata umum. Bila ia mengacu kepada pengarahan-
pengarahan yang khusus dan kongkret maka kata-kata itu disebut kata khusus.
Dengan demikian semakin khusus sebuah kata atau istilah, semakin dekat titik
persamaan atau pertemuan yang dapat dicapai antara penulis dan pembaca, sebaliknya
semakin umum sebuah istilah, semakin jauh pula titik pertemuan antara penulis dan pembaca.
Sebuah istilah atau kata yang umum dapat mencakup sejumlah istilah yang khusus. Dalam
ilmu semantik, kata umum yang mencakup sejumlah istilah khusus ini disebut superordinal,
sedangkan istilah-istilah khusus yang dicakupnya disebut hiponim.
a. Kata umum adalah kata-kata yang pemakaiannya dan maknanya bersifat umum dan luas.
Bidang dan obyek yang dicakup oleh kata umum itu luas dan tidak secara spesifik merujuk
atau merepresentasikan bidang atau obyek tertentu. Jenis kata umum tidak memiliki pertalian
yang erat dengan obyeknya.Sebagai akibatnya, kata umum kurang memberi daya imajinasi
kepada audiens atau pembaca. Citra dalam pikiran audiens/ pembaca masih samar.
b. Kata Khusus adalah kata-kata yang pemakaiannya dan maknanya bersifat spesifik dan
sempit dan yang merujuk kepada pengertian kongkret dan tertentu. Bidang, ruang lingkup,
dan obyek yang dicakup oleh kata khusus itu sempit dan dia secara spesifik merujuk atau
merepresentasikan bidang, ruang lingkup, atau obyek yang sempit, di samping juga hanya
meliputi aspek tertentu saja.Jenis kata khusus memiliki pertalian yang erat dengan obyeknya.
Sebagai akibatnya, kata khusus memberi daya imajinasi kepada audiens atau pembaca. Citra
dalam pikiran audiens/ pembaca tidak samar.
Hubungan antara kata umum kata khusus itu bersifat relatif. Maksudnya, suatu kata
tertentu bisa merupakan kata khusus dari kata lain yang lebih umum; dan kata yang lebih
umum itu bisa menjadi kata khusus untuk kata lainnya lagi. Relativitas kata umum dan kata
khusus ini menciptakan gradasi kata.
Sangat Umum Kurang Umum Lebih Khusus Sangat Khusus

Tumbuh-tumbuhan Pohon Pohon asam Pohon asam dibelakang


rumah
Penjahat Pencuri Pencopet Orang yang mencopet
dompet saya
Kendaraan Mobil Sedan Mobil sedan milik Pak Ali

Olahragawan Pemain bola Gelandang Ali


Binatang Anjing Herder Nero
Table 1.3 Contoh Kata Umum dan Kata Khusus

2.6 Gaya Bahasa


Pengertian Gaya Bahasa
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style
diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin.
Keahlian dalam menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada
lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis
indah, maka style berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau
mempergunakan kata-kata secara indah.
Karena perkembangan itu, gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari diksi atau
pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian fakta, frasa atau klausa tertentu.
Sebab itu, persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan : pilihan kata secara
individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah wacana secara
keseluruhan.
Walaupun kata style berasal dari bahasa Latin, orang Yunani sudah mengembangkan sendiri
teori-teori mengenai style itu. Ada dua aliran yang terkenal, yaitu :
1. Aliran Platonik: menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan, menurut mereka ada
ungkapan yang memiliki style, ada juga yang tidak style.
2. Aliran Aristoteles: menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang inheren, yang ada
dalam ungkapan.
Dengan demikian, aliran Plato mengatakan bahwa ada karya yang memiliki gaya dan ada
karya karya yang sama sekali tidak memiliki gaya. Sebaliknya, aliran Aristoteles mengatakan
bahwa semua karya memiliki gaya, tetapi ada karya yang memiliki gaya yang tinggi ada yang
rendah, ada karya yang memiliki gaya yang kuat ada yang lemah, ada yng memiliki gaya
yang baik ada yang memiliki gaya yang jelek.
Bila kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara
mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan sebagainya.
Dengan menerima pengertian ini maka kita dapat mengatakan “cara berpakaiannya menarik
perhatian banyak orang”, “Cara menulisnya lain dari pada kebanyakan orang”, “Cara
jalannya lain dari pada yang lain”, yang memang sama artinya dengan “gaya berpakaian”,
“gaya menulis” dan “gaya berjalan”. Dilihat dari segi bahasa, gaya bahasa adalah cara
menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak dan
kemampuan seseorang yang menggunakan bahasa itu. Semakin baik gaya bahasanya,
semakin baik pula penilaian orang terhadapnya, semakin buruk gaya bahasa seseorang,
semakin buruk pula penilaian diberikan kepadanya.
Akhirnya style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui
bahasa secara khas yang diperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).
2.6.1 Gaya Bahasa Berrdasarkan Pilihan Kata
Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan
sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata
dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa ini
mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu.
Dalam bahasa standar (baahasa baku) dapatlah dibedakan : gaya bahasa resmi (bukan bahasa
resmi), gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan.

a. Gaya Bahasa Resmi


Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan
dalm kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang digunakan oleh mereka yang diharapkan
mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Amanat kepresidenan, berita negara,
khotbah-khotbah mimbar, pidato-pidato yang penting, artikel-artikel yang serius, atau esei
yang membuat subyek-subyek yang penting, semuanya dibawakan dengan bahasa resmi.

b. Gaya Bahasa Tak Resmi


Gaya bahasa tak resmi juga gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar,
khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya ini
biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku-buku pegangan, artikel-artikel
mingguan atau bulanan yang baik, dalam perkuliahan, editorial, kolumnis dan sebagainya.
Singkatnya gaya bahasa tak resmi adalah gaya bahasa yang umum dan normal bagi kaum
terpelajar.
Menurut sifatnya, gaya bahasa tak resmi ini dapat juga memperlihatkan suatu jangka
variasi, mulai dari bentuk informal yang paling tinggi (yang sudah bercampur dan mendekati
gaya resmi) hingga gaya bahasa tak resmi yang sudah bertumpang tindih dengan gaya bahasa
percakapan kaum terpelajar.

c. Gaya Bahasa Percakapan


Sejalan dengan kata-kata percakapan, terdapat juga gaya bahasa percakapan. Dalam gaya
bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata populer dan kata-kata percakapan. Kalau
dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan gaya bahasa tak resmi, maka gaya bahasa
percakapan ini dapat diumpamakan sebagai bahasa dalam pakaian sport. Itu berarti bahasanya
masih lengkap untuk suatu kesempatan, dan masih dibentuk menurut kebiasaan-kebiasaan,
tetapi kebiasaan ini agak longgar bila dibandingkan dengan gaya bahasa resmi dan gaya
bahasa tak resmi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang dalam memilih kata untuk
mencapai penyampaian yang tepat dalam berbicara atau menulis, sehingga tidak
menimbulkan makna yang tidak dikehendaki pembicara atau penulis.
Dalam pemilihan kata terdapat berbagai syarat yang harus tepati agar mencapai diksi
yang baik dan tepat, diantaranya yaitu :
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri.
5. Waspada terhadap penggunaan akhiran asing.
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
7. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis.
8. membedakan kata umum dan kata khusus.
9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi.
10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
Adapun fungsi dari diksi atau pemilihan kata adalah :
a) Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b) Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c) Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d) Mencegah perbedaan penafsiran.
e) Mencagah salah pemahaman.
f) Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
Diksi merupakan bagian penting dalam pembuatan sebuah karya ilmiah karna karangan
atau karya ilmiah yang baik bukan hanya dilihat dari isi karya ilmiah tersebut tetapi juga
dilihat dari pemilihan kata yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah tersebut. Karna
dilihat dalam pemilihan kata seseorang dapat menilai kepribadian seorang penulis tersebut.
3.2 Saran
Dengan adanya penelitian ini penulis dapat mengetahui lebih mendalam tentang diksi
atau pemilihan kata, serta penulis berharap dengan adanya karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi pelajar, mahasiswa serta semua pihak yang membaca karya ilmiah ini. Melalui makalah
ini supaya penulis dapat memahami lebih mendalam lagi sehingga dapat membentuk generasi
yang cerdas dan berbudi pekerti yang baik.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak, untuk dapat menulis karya ilmiah yang lebih baik lagi kedepannya.
Daftar Pustaka

A, Alex dan Achmad H.P.2010.Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:Penada


Media group.
Mumtahanah, Fida.Makalah Diksi dan Gaya Bahasa
<http://www.slideshare.net/Oki16/diksi-dan-gaya-bahasa>
Nur, Imran.Makalah Penggunaan Kata Umum dan Kata Khusus
<http://www.slideshare.net/FerialImranNur7/penggunaan-kata-umum-dan-kata-khusus>
Keraf, Gorys.2010.Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
http://www.smansax1-edu.com/2014/09/cara-mudah-memahami-makna-denotasi-dan.html
Gani, Ramlan A dan Fitriyah Z.A.2007.Pembinaan Bahasa Indonesia. Jakarta:Lembaga
Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta press.
<http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8
&ved=0CEIQFjAE&url=http%3A%2F%2Ffile.upi.edu%2FDirektori%2FFPBS%2FJUR._PE
ND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA%2F196711031993032-
NOVI_RESMINI%2FDIKSI_ATAU_PILIHAN_KATA_power_point.pdf&ei=KURiVaaUO
MXbmgW354CIAw&usg=AFQjCNHaVXS7Ak8ynfjgkMK16e85tnmXMg&sig2=WOqCvE
Jn23KakKOIEWPW4Q&bvm=bv.93990622,d.dGY>

Anda mungkin juga menyukai