Anda di halaman 1dari 13

PENGUKURAN KAPASITAS PENCERNAAN MAKANAN PADA

IKAN (AKTIVITAS PROTEASE)

Oleh :
Nama : Rizqi Nahriyati
NIM : B1A015088
Rombongan : I
Kelompok : 1
Asisten : Dian Krisna Arifiani

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI NUTRISI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Enzim adalah biokatalisator yang berfungsi sebagai katalis dalam proses


biologis. Enzim yang dikenal luas penggunaannya adalah enzim amilase, lipase, dan
protease yang merupakan enzim hidrolitik pemecah senyawa makromolkul
karbohidrat, lemak, dan ptotein. Enzim merupakan sekelompok protein yang
mengatur dan menjalankan perubahan-perubahan kimia dalam sistem biologi. Enzim
dihasilkan oleh organ-organ pada hewan dan tanaman yang secara katalitik
menjalankan berbagai reaksi, seperti hidrolisis, oksidasi, reduksi, isomerasi, adisi,
transfer radikal, pemutusan rantai karbon. Enzim berfungsi sebagai katalisator, yaitu
senyawa yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Suatu enzim dapat
mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan ketika reaksi
tersebut tidak menggunakan katalis. Seperti katalis lainnya, enzim juga menurunkan
atau memperkecil energi aktivasi suatu reaksi kimia. Enzim mengubah senyawa yang
selanjutnya disebut substrat menjadi suatu senyawa yang baru yaitu produk, namun
enzim tidak ikut berubah dalam reaksi tersebut. Setiap enzim memiliki aktivitas
maksimum pada suhu tertentu, aktivitas enzim akan semakin meningkat dengan
bertambahnya suhu hingga suhu optimum tercapai. Setelah itu kenaikan suhu lebih
lanjut akan menyebabkan aktivitas enzim menurun (Supriyatna et al., 2015).
Protease merupakan kelompok enzim yang memecah protein kompleks menjadi
asam amino. Protein dapat diproduksi dari berbagai macam sumber seperti mikroba,
hewan, dan tanaman. beberapa literatur menunjukkan bahwa enzim seperti protease
dapat mudah diekstraksi dari limbah nabati seperti bit, wortel, kol, tomat, dengan
proses ekstraksi yang sederhana. Pemecahan enzim dari biomolekul tergantung pada
enzim, aplikasi, suhu, waktu inkubasi, agitasi, konsentrasi, pH, dan penggunaan
persiapan enzim yang berbeda. Enzim protease ini memiliki peran penting dalam
bidang industri, seperti industri buah, industri tekstil, dan pengolahan air limbah
sehingga menunjukkan utilitas masa depan (Sarkar & Paul, 2016).
Kemampuan ikan dalam mencerna dan memanfaatkan nutrisi pakan sangat
tergantung pada kemampuan sistem pencernaan yang tercermin sebagai aktivitas
enzim yang ada di sepanjang saluran digesti. Oleh karena itu, pengukuran aktivitas
enzim pencernaan dapat memberikan informasi tentang daya cerna terhadap pakan.
Kajian aktivitas enzim digesti seperti protease dan amilase dapat digunakan untuk
mengetahui kemampuan suatu spesies dalam mencerna protein dan karbohidrat
(Taufik et al., 2017).

1.2 Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui perbedaan kapasitas


pencernaan ikan yang terukur sebagai aktivitas protease pada ikan yang memperoleh
asupan pakan dengan kualitas berbeda.
II. MATERI DAN PROSEDUR KERJA

2.1 Materi

Alat yang digunakan adalah lateks, bak preparat, centrifuse 4C, kotak es,
timbangan analitik, tabung eppendorf, alat bedah, pipet tetes, homogeniser listrik,
cawan petri, botol sampel, label, inkubator, tabung reaksi, mikropipet, vortex, tabung
ulir, dan spektrofotometer.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah es balok, tris-HCl pH
7,8, ikan Bawal (Colossoma macropomum), ikan Nila (Oreochromis niloticus),
2.2 Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum antara lain:
A. Preparasi jaringan
1. Organ digesti diisolasi dengan cara pembedahan lalu dibersihkan
(dilakukan diatas es balok).
2. Organ digesti ditampung di dalam botol sampel yang telah diberi label.
3. Tris-HCl ditambahkan ke dalam botol sampel dengan rasio 1 : 8 (w/v)
4. Usus dilumatkan atau dihancurkan menggunakan homogeniser listrik.
5. Usus yang telah dilumatkan ditampung dalam eppendorf 1,5 mL.
6. Usus yang telah dilumatkan dan ditampung dalam eppendorf 1,5 mL
disentrifugasi dengan menggunakan centrifuse 4C pada kecepatan
12.000 rpm selama 15 menit.
7. Ekstrak enzim ditampung di dalam eppendorf lainnya.
8. Ekstrak enzim disimpan di dalam freezer dengan suhu -80C.
B. Pengukuran aktivitas protease
1. Buffer Tris-HCL pH 7,8 dicampurkan ke dalam tabung sampel dan
blanko sebanyak 350 µl.
2. Ekstrak enzim ditambahkan pada tabung sampel sebanyak 50 µl.
3. Tabung sampel dan blanko diinkubasi selama 10 menit pada suhu 37oC.
4. Substrat kasein 1% ditambahkan sebanyak 350 µl ke dalam tabung
sampel dan blanko, lalu diinkubasi selama 20 menit pada suhu 37oC.
5. Setelah inkubasi, pada tabung sampel dan blanko ditambahkan dengan
750 µl asam trichloroacetat (TCA).
6. Ekstrak enzim ditambahkan sebanyak 50 µl pada tabung blanko.
7. Semua tabung sampel dan blanko lalu dimasukkan ke dalam lemari pendingin
selama 10 menit.
8. Setelah diinkubasi pada lemari pendingin, dipindahkan ke dalam tabung
Eppendorf dan disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm selama 10 menit.
9. Supernatan diambil sebanyak 1000 L dan dimasukkan kedalam tabung yang
sudah berisi akuabides 1500 L dan dihomogenasi dengan vortex.
10. Nilai absorbansi semua tabung diukur pada panjang gelombang 280 nm.
11. Setelah diketahui absorbansinya, dihitung nilai konsentrasinya menggunakan
rumus Konsentrasi = a + bx.
12. Setelah diketahui konsentrasinya, dihitung aktivitas enzim amilase pada ikan
bawal/nila yang puasa dan tidak puasa dengan rumus:
𝑘𝑜𝑛𝑠.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 1 + 𝑘𝑜𝑛𝑠.𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 2
Aktivitas protease (X) = ( ) – kons. blanko
2
Nilai aktivitas protease (X)
Aktivitas protease/menit = waktu inkubasi (20 menit)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 3.1 Preparasi Jaringan


No. No.
Berat Tris-
eppendorf eppendorf Berat usus
Kel Jenis ikan HCl (x8)
sebelum setelah (gram)
(gram)
sentrifugasi sentrifugasi
Ikan bawal
1,2,3 1,2 2 16
tidak puasa
1
Ikan bawal
4,5,6 3,4 2 16
puasa

Tabel 3.2 Hasil Spektrofotometri Aktivitas Protease Ikan Bawal


No Tabung Jenis Sampel Absorbansi Konsentrasi
1 Ikan bawal makan 0,518 317,983
2 Ikan bawal makan 0,642 394,536
Blanko Ikan bawal 124,131
3 0,204
makan
4 Ikan bawal puasa 0,464 284,645
5 Ikan bawal puasa 0,440 269,829
Blanko Ikan bawal
6 0,106 63,630
puasa

 Untuk Mencari Nilai Konsentrasi, Menggunakan Rumus :

Konsentrasi = a + bx

a = -1,810
b = 617,362
x = nilai absorbansi sampel
1) Konsentrasi = a + bx
= -1,810 + 617,362(0,518)
= 317,983
2) Konsentrasi = a + bx
= -1,810 + 617,362(0,642)
= 394,536
3) Konsentrasi = a + bx
= -1,810 + 617,362(0,204)
= 124,131
4) Konsentrasi = a + bx
= -1,810 + 617,362(0,464)
= 284,645
5) Konsentrasi = a + bx
= -1,810 + 617,362(0,440)
= 269,829
6) Konsentrasi = a + bx
= -1,810 + 617,362(0,106)
= 63,630
 Perhitungan Aktivitas Protease
a. Aktivitas protease ikan bawal makan
kons. sampel 1 + kons. sampel 2
Aktivitas protease (X) = ( ) − kons. blanko
2
317,983+394,536
=( ) − 124,131
2

= 232,128
Nilai aktivitas protease (X)
Aktivitas protease/menit =
waktu inkubasi (20 menit)
232,128
= 20

= 11,606
b. Aktivitas protease ikan bawal puasa

kons. sampel 4 + kons. sampel 5


Aktivitas protease (X) = ( ) − kons. blanko
2
284,645 +269,829
=( ) − 63,630
2

= 213,607
Nilai aktivitas protease (X)
Aktivitas protease/menit =
waktu inkubasi (20 menit)
213,607
= 20

= 10,680
3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh kelompok 1 dengan menggunakan 2 ekor ikan


bawal yang dipuasakan dan 2 ekor lainnya yang tidak dipuasakan didapatkan hasil
aktivitas enzim protease 232,128 dan aktivitas enzim/menit 11,606 pada ikan bawal
yang tidak dipuasakan, sedangkan ikan bawal dipuasakan menghasilkan aktivitas
enzim protease 213,607 dan aktivitas enzim/menit 10,680. Hal tersebut menunjukkan
bahwa pada ikan bawal yang dipuasakan memiliki aktivitas enzim protease yang
lebih kecil dibandingkan ikan bawal yang tidak dipuasakan, diduga aktivitas enzim
proteasenya semakin lambat ketika tidak adanya asupan makanan yang berperan
sebagai sumber protein di dalam tubuh ikan, dimana protein tersebut akan bertindak
sebagai substrak (aktivator enzim). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Yamin et
al (2008) bahwa aktivitas enzim protease akan menurun aktivitasnya dengan semakin
lamanya waktu setelah pemberian pakan. Penurunan aktivitas enzim ini dipengaruhi
oleh lamanya reaksi enzim-substrat, dimana semakin lamanya waktu setelah
pemberian makan, maka akan semakin sedikit substrat (protein) yang masuk ke
dalam tubuh ikan sehingga reaksi enzim-substrat akan semakin lama. Semakin lama
reaksi enzim-substrat akan menyebabkan enzim kehilangan sebagian kemampuan
proteolitiknya. Selain itu, interaksi antara protein pakan dengan ekspresi protease
mungkin disebabkan karena produksi protease dilakukan oleh enzim-enzim
regulatorik. Enzim-enzim seperti ini tidak aktif secara terus-menerus, tetapi
dipengaruhi oleh adanya aktivator dan inhibitor, yang biasanya berupa substrat.
Dalam hal ini, substrat protein mungkin berperan sebagai aktivator. Semakin tinggi
kadar protein di pakan maka produksi enzim protease akan meningkat dan sebaliknya
akan menurun disaat substrat berkurang. Menurut Al Gadri et al (2014) bahwa
aktivitas protease tidak bergantung pada besar kecilnya ukuran ikan, tetapi sangat
bergantung pada jumlah pakan, komposisi pakan, dan pola makan.
Enzim protease mempunyai dua pengertian, yaitu proteinase yang mengkatalisis
hidrolisis molekul protein menjadi fragmen-fragmen yang lebih sederhana, dan
peptidase yang menhdirolisis fragmen polipeptida menjadi asam amino. Enzim
proteolitik yang berasal dari mikroorganisme adalah protease yang mengandung
proteinase dan peptidase (Supriyatna el al., 2015). Menurut Yamin et al (2008) enzim
protease adalah enzim yang berperan dalam proses pencernaan protein dalam tubuh.
Dalam sistem pencernaan ikan, protein dari pakan tidak langsung diserap tetapi
didegradasi terlebih dahulu oleh enzim protease menjadi asam amino atau peptida
kemudian diserap tubuh. Proses degradasi protein ini terjadi di lambung dan usus,
sementara penyerapan makanan terjadi di usus. Selain untuk degradasi protein
nutrien, protease juga diperlukan dalam sejumlah reaksi biokimia tubuh seperti
mekanisme patogenisitas, proses koagulasi darah, proses sporulasi, diferensiasi,
sejumlah proses pasca translasi protein, dan mekanisme ekspresi protein ekstra
seluler. Menurut Juniarso (2008) terdapat dua kelompok utama enzim protease yaitu
golongan eksopeptidase (eksoprotease) dan endopeptidase (endoprotease).
Eksopeptidase dibagi menjadi karboksi(ekso)peptidase dan amino(ekso)peptidase
yang berturut-turut memotong peptida dari arah gugus karbonil terminal dan gugus
amino terminal, sedangkan endopeptidase memecah protein atau ikatan peptida dari
dalam (internal) peptida. Berdasarkan sumbernya, enzim protease dikategorikan
menjadi tiga yaitu hewani, nabati dan mikroba (bakteri, ragi dan kapang). Enzim
protease nabati meliputi papain, fisin dan bromelin, sedangkan pepsin, rennin,
kolagenase hewan, tripsin, kimotripsinogen dan elastase bersumber dari hewani,
serta yang bersumber dari mikroba seperti kimopapain, elastase, kolagenase bakteri,
subtilisin, scytalidopepsin B ragi dan rennet mikroba.
Protease terbagi menjadi membagi protease menjadi 4 golongan, yaitu protease
serin yang memiliki residu serin, bersifat endopeptidase. Protease sulfihidril (Thiol)
atau sistein yang memiliki residu sulfihidril, kerja enzim ini dapat dihambat oleh
senyawa oksidator, alkylator dan logam berat. Protease metal yang keaktifannya
tergantung pada adanya metal dan dapat dihambat oleh EDTA. Protease asam atau
aspartat yang aktif pada PH rendah dan pada lokasi aktifnya terdapat dua gugus
karboksil (Marsland & Douglas, 1945).
Menurut Furne et al (2015) dalam Taufik et al (2017) aktivitas protease diukur
menggunakan metode hidrolisis kasein. Aktivitas protease diukur menggunakan
buffer 0,1 M Tris-HCl (pH 8,1). Campuran reaksi yang terdiri atas buffer (350 μL),
substrat kasein 1% (350 μL) dan ekstrak enzim (50 μL) diinkubasi selama 30 menit
pada waterbath dengan temperatur 37 °C. Setelah inkubasi, reaksi dihentikan dengan
menambahkan 750 μL larutan TCA 8 %. Prosedur yang sama dilakukan pada blanko,
kecuali ekstrak enzim ditambahkan setelah pemberian TCA 8 %. Semua tabung
berisi campuran reaksi dimasukkan ke dalam refrigerator suhu 10 °C selama 60
menit untuk mempercepat pengendapan dan mencegah kerusakan sampel. Setelah 60
menit dalam refrigerator, semua isi tabung reaksi dipindahkan kedalam tabung
eppendorf volume 1500 μL. Campuran reaksi kemudian disentrifugasi dengan
kecepatan 6.000 rpm suhu 4 °C selama 10 menit pada. Absorbansi tirosin sebagai
produk hidrolisis kasein oleh aktivitas protease yang diukur menggunakan
spektrofotometer pada λ 280 nm. Kurva standar tirosin dibuat dengan konsentrasi
tirosin diantara 25–400 μg/mL. Aktivitas protease dihitung sebagai jumlah enzim
yang diperlukan untuk mengkatalis pembentukan 1 μg tirosin /mg protein /menit.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alat bedah yang berfungsi
untuk untuk membedah ikan dan mengisolasi ususnya, timbangan analitik untuk
menimbang berat usus, bak plastik sebagai wadah untuk membedah ikan, lempengan
es untuk mencegah rusaknya jaringan serta menstabilkan pH, botol sampel sebagai
wadah campuran reaksi, homogenizer listrik untuk menghancurkan usus dan
mencampurkannya dengan larutan Tris-HCl, kompor untuk mendidihkan air, tabung
eppendorf sebagai wadah campuran reaksi, sentrifuge untuk memisahkan natan dan
supernatan, freezer untuk menyimpan supernatan pada suhu suhu -80 oC, tabung
reaksi untuk wadah campuran reaksi, penangas air untuk tempat melakukan inkubasi,
mikropipet untuk memindahkan larutan-larutan dalam kadar mikro, pipet tetes untuk
memindahkan larutan, spectrophotometry untuk mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau
kuarsa yang disebut kuvet, dan vortex untuk mengaduk senyawa kimia yang ada
dalam tabung reaksi atau wadah (Csuros, 1997).
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan Bawal (Colossoma
macropomum), ikan Nila (Oreochromis niloticus) sebagai objek preparat penelitian.
Menurut Juniarso (2008) penambahan buffer fosfat bertujuan untuk mempertahankan
pH, sedangkan penggunaan fosfat sendiri karena fosfat merupakan unsur pokok yang
alami dalam sel. Kasein memiliki struktur yang sederhana sehingga pemotongan oleh
enzim dimungkinkan lebih mudah dan memudahkan terjadinya reaksi enzimatik
antara substrat dengan ekstrak kasar protease. Penambahan TCA berfungsi untuk
menghentikan aktivitas enzim dan mengendapkan protein, sedangkan sentrifugasi
dengan kecepatan 12000 rpm pada temperatur ruang selama 15 menit akan
memisahkan supernatan dari sentratnya, lalu diukur absorbansinya pada panjang
gelombang 280 nm. Menurut Ismail (1990) kasein berfungsi sebagai substrat protein
yang akan berinteraksi dengan sisi aktif (induce fit) enzim sehingga enzim protease
dapat bekerja memecah ikatan peptida dari protein, jadi pengukuran aktivitas enzim
protease dapat dilakukan. Inkubasi dilakukan untuk memberikan waktu kepada
enzim untuk memecah ikatan peptida substrat protein yang panjang menjadi
fragmen-fragmen protein yang kecil. Inkubasi dilakukan pada suhu 37oC untuk
meningkatkan aktivitas enzim (dicapai aktivitas optimum) karena kebanyakan enzim
memiliki aktivitas optimum pada suhu tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas protease pada intestine adalah sangat
dipengaruhi oleh jumlah protease aktif yang ada, jumlah pakan dan kualitas pakan
serta pola makan bukan oleh ukuran. Selain kadar pakan, faktor lain yang dapat
mempengaruhi aktivitas protease ikan yaitu kemampuan usus, kebiasaan makan,
kompleksitas struktur pakan, suhu dan musim. Aktivitas protease pada intestine lebih
tinggi dibandingkan pada hepatopankreas, karena hepatopankreas merupakan
kelenjar pencernaan yang mensekresikan enzim-enzim pencernaan antara lain
protease dalam bentuk tidak aktif. Protease tersebut kemudian disekresikan ke dalam
intestine dan mengalami aktivasi. Perbedaan aktivitas protease selain disebabkan
oleh fungsi hepatopankreas dan intestine, juga disebabkan oleh perbedaan jumlah
protease aktif di dalam kedua organ tersebut. Hepatopankreas banyak mengandung
protease tidak aktif sehingga aktivitas proteasenya rendah, sedangkan di dalam
intestine banyak mengandung protease yang telah mengalami aktivasi sehingga
aktivitas proteasenya tinggi. Aktivitas enzim berkaitan dengan jumlah enzim aktif
untuk mencerna pakan yang dikonsumsi. Aktivitas enzim pencernaan juga
berkorelasi dengan jumlah enzim yang terdapat pada tempat pencernaan berlangsung,
semakin banyak enzim yang bekerja pada organ pencernaan tersebut maka semakin
tinggi pula aktivitasnya (Al Gadri et al., 2014).
Perbedaan ketersediaan pakan pada perbedaan perlakuan yang diterapkan
memiliki efek pada respon fisiologi ikan yang dicerminkan oleh perubahan aktivitas
protease. Umumnya enzim disekresi kaitannya dengan keberadaan pakan pada
saluran digestinya, pada kondisi puasa atau tidak diberi pakan maka akan menjadikan
ketiadaan senyawa penginduksi sekresi dan aktivitas enzim. Pada kondisi pemberian
pakan, pakan yang berada pada saluran digesti akan bertindak sebagai penginduksi
aktivitas enzim sehingga aktivitas protease akan meningkat (Hanum et al., 2013).
Aktivitas protease yang meningkat diduga juga berkaitan dengan meningkatnya
peran pakan yang dikonsumsi sebagai stimulator aktivitas enzim. Adanya
peningkatan aktivitas enzim sebagai akibat meningkatnya makanan dalam saluran
digesti yang bertindak sebagai substrat (Eroldogan et al. 2008).
III. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ikan


bawal yang dipuasakan memiliki aktivitas enzim protease lebih kecil daripada
aktivitas enzim protease pada ikan yang tidak dipuasakan. Faktor-fator yang
mempengaruhi aktivitas enzim protease adalah jumlah pakan, komposisi pakan, pola
makan, kemampuan usus, kebiasaan makan, kompleksitas struktur pakan, suhu dan
musim.
DAFTAR REFERENSI

Al Gadri, S. F., Susilo, U., & Priyanto, S. 2014. Aktivitas Protease dan Amilase pada
Hepatopankreas dan Intestine Ikan Nilem Osteochilus hasselti C.V. Scripta
Biologica.

Csuros M. 1997. Environmental Sampling and Analysis Lab Manual. Inggris: CRC
Press.

Eroldogan, O. T., Suzer, C., Tasbozan, O., & Tabakoglu, S. 2008. The Effect of Rate
Restricted Feeding Regimes in Cycles in Digestive Enzymes of Gil the head
Sea-brem Sparus aurata. Turkish Journal of Fisheris and Aquatic Science. Vol.
8, pp. 49-54

Furne M, Hidalgo MC, Lopez A, Garcia GM, Morales AE, Domezain A, Domezaine
J, Sanz A. 2005. Digestive enzyme activities in adriatic sturgeon (Acipenser
naccarii) and rainbow trout (Onchorynchus mykiss):a comparative study.
Aquaculture. Vol. 250, pp. 391–398.

Hanum, W. H., Susilo, U., & Piyanto, S. 2013. Aktivitas Protease dan Kadar Protein
Tubuh Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada Kondisi Puasa dan
Pemberian Pakan Kembali. Scripta Biologica. 30(1), pp. 1-7.
Ismail, S. D. 1990. Nutrisi dan Kesehatan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Juniarso, E. T. 2008. Pemanfaatan Ekstrak Kasar Protease dari Isi Perut Ikan Lemuru
(Sardinella sp.) untuk Deproteinisasi Limbah Udang Secara Enzimatik dalam
Proses Produksi Kitosan. Skripsi. Jember: Fakultas MIPA Universitas Jember.

Marsland & Douglas. 1945. Principies of Modern Biologi New York: Washington
schuare Collage of Arts and Science.
Sarkar, D. & Paul, G. 2016. Extraction and Bio-chemical Characterization of
Protease Enzyme from a Proteolytic bacteria Isolated from Dry Mixed Kitchen
Waste. Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci. 5(3), pp. 268-276.
Supriyatna, A., Amalia, D., Jauhari, A. A., & Holydaziah, D. 2015. Aktivitas Enzim
Amilase, Lipase, dan Protease dari Larva. Jurnal ISTEK. 9(2), pp. 18-32.
Taufik, M., Hana, & Susilo, U. 2017. Aktivitas Protease dan Amilase pada Ikan Sidat,
Anguilla Bicolor Mcclelland. Scripta Biologica. 4(3), pp. 183-188.

Yaman, M., Palinggi, N. N., & Rachmansyah. 2008. Aktivitas Enzim Protease dalam
Lambung dan Usus Ikan Kerapu Macan Setelah Pemberian Pakan. Media
Akuakultur. 3(1), pp. 40-44.

Anda mungkin juga menyukai