DISUSUN OLEH :
Mengesahkan:
Pembimbing Akademik /
Kepala Klinik
Penanggung Jawab
Dwi Ambulance
dr. Sitti Radhiah, Sp.A
NIP 3D196410301987032001
i
DAFTAR HADIR PESERTA SATUAN ACARA PENYULUHAN
HAND-FOOT MOUTH DISEASE DI KLINIK ANAK RSAL
Tanda
No. Nama Alamat
Tangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
ii
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
Surabaya, 16 Maret 2018
Mengesahkan,
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................ i
DAFTAR HADIR PESERTA ........................................................................................ii
DAFTAR ISI ...............................................................................................................iv
LEMBAR OBSERVASI PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT ..................... v
SATUAN ACARA PENYULUHAN HFMD ................................................................... 1
I. Tujuan umum ................................................................................................ 1
II. Tujuan Khusus .............................................................................................. 1
III. Materi ............................................................................................................ 1
IV. Metode .......................................................................................................... 1
V. Media ............................................................................................................ 2
VI. Kegiatan penyuluhan .................................................................................... 2
VII. Evaluasi ........................................................................................................ 3
VIII. Pengorganisasian ......................................................................................... 3
IX. Materi penyuluhan ........................................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12
LAMPIRAN ............................................................................................................... 13
iv
LEMBAR OBSERVASI
PENYULUHAN KESEHATAN RUMAH SAKIT
Tema : ....................................................................................................
Hari / tanggal : ....................................................................................................
Tempat : ....................................................................................................
Persiapan :
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
Pelaksanaan
Organisasi Pemateri :
Moderator :
Fasilitator :
Waktu Mulai :
Penjelasan :
Solusi :
Diskusi Proses diskusi :
Kendala :
Solusi :
Daftar Pertanyaan 1.
+ Nama 2.
v
3.
4.
5.
Jawaban + 1.
Fasilitator 2.
3.
4.
5.
Masukan /
Tambahan
16 Maret 2018
Observer
(.................................................)
vi
SATUAN ACARA PENYULUHAN HFMD
I. Tujuan umum
Setelah melakukan penyuluhan, sasaran mampu mengetahui tentang HMFD
III. Materi
1. Pengertian HFMD
2. Penyebab HFMD
3. Gejala-gejala HFMD
4. Komplikasi HFMD
5. Terapi HFMD
6. Tindakan preventif untuk HFMD
IV. Metode
Ceramah dan tanya jawab
1
V. Media
Leaflet
2
VII. Evaluasi
Diberikan setelah ceramah dengan mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan.
Kriteria Evaluasi
Evaluasi Struktur
Pasien dan keluarga hadir / ikut dalam kegiatan penyuluhan.
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di klinik Anak RSAL dr.
Ramelan Surabaya.
Pengorganisasian penyuluhan dilakukan pada hari sebelumnya.
Evaluasi Proses
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
Peserta tidak meninggalkan tempat sebelum kegiatan selesai.
Peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.
Evaluasi Hasil
a. Prosedur
b. Bentuk : pertanyaan terbuka
1) Pengertian HFMD
2) Penyebab HFMD
3) Gejala-gejala HFMD
4) Komplikasi HFMD
5) Terapi HFMD
6) Tindakan preventif untuk HFMD
c. Presentator
Hasil : Sasaran mampu menjawab pertanyaan
- > 80% = Berhasil
- 50-80% = Cukup
- < 50% = Kurang berhasil
VIII. Pengorganisasian
Penyaji : Christianto S.P. Tangkau
Moderator : Billy Swaskop Somalinggi
Fasilitator : Brillianta Eva, Christabela D Tanto, Gabriela Rante Batara,
Arles Halley Asaeli
Observer : Budiono G. S.
Peserta : Pasien dan keluarga
3
IX. Materi penyuluhan
A. Definisi
B. Patofisiologi
C. Gejala Klinis
4
penderita dapat mengeluh panas badan yang biasanya tidak terlalu tinggi
(38°C hingga 39°C), malaise, nyeri perut, dan gejala traktus respiratorius
bagian atas seperti batuk dan nyeri tenggorok. Dapat dijumpai pula
adanya limfadenopati leher dan submandibula. Eksantema biasanya
nampak 1 hingga 2 hari setelah onset demam, tetapi bisa bervariasi
tergantung serotipe yang terlibat (Fitzpatrick, 2008).
Hampir semua kasus HFMD mengalami lesi oral yang nyeri.
Biasanya jumlah lesi hanya beberapa dan bisa ditemukan di mana saja
namun paling sering ditemukan di lidah, mukosa pipi, palatum durum dan
jarang pada orofaring. Lesi dimulai dengan makula dan papula berwarna
merah muda cerah berukuran 5–10 mm yang berubah menjadi vesikel
dengan eritema di sekelilingnya. Lesi ini cepat mengalami erosi dan
berwarna kuning hingga abu-abu dikelilingi oleh halo eritema. Beberapa
literatur lain menyebutkan bentuk lesi ini sebagai vesikel yang cepat
berkembang menjadi ulkus. Lesi pada mulut ini dapat bergabung,
sehingga lidah dapat menjadi eritema dan edema (James WD, 2006).
Lesi kulit terdapat pada dua pertiga penderita dan muncul beberapa
saat setelah lesi oral. Lesi ini paling banyak didapatkan pada telapak
tangan dan telapak kaki. Selain itu dapat juga pada bagian dorsal tangan,
sisi tepi tangan dan kaki, bokong dan terkadang pada genitalia eksternal
serta wajah dan tungkai. Tangan lebih sering terkena daripada kaki. Pada
anak-anak yang memakai diapers lesi dapat timbul di daerah bokong. Lesi
di bokong biasanya sama dengan bentuk awal eksantema namun sering
tidak memberikan gambaran vesikel (Paller, 2006).
Lesi kulit dimulai sebagai makula eritematus berukuran 2–8 mm
yang menjadi vesikel berbentuk oval, elips atau segitiga berisi cairan jernih
dengan dikelilingi halo eritematus. Literatur lain menggambarkan lesi
vesikel ini berdinding tipis dan berwarna putih keabu-abuan. Aksis panjang
lesi sejajar dengan garis kulit pada jari tangan dan jari kaki (James WD,
2006).
Lesi pada kulit dapat bersifat asimtomatik atau nyeri. Jumlahnya
bervariasi dari beberapa saja hingga banyak. Setelah menjadi krusta, lesi
sembuh dalam waktu 7 hingga 10 hari tanpa meninggalkan jaringan parut.
5
Referensi lain menyatakan bahwa vesikel ini dapat sembuh melalui
resorpsi cairan dan tidak mengalami krustasi (Fitzpatrick, 2008).
Penyakit dengan gejala simtomatis yang fatal dapat terjadi dalam 2
hingga 5 hari infeksi, di mana merupakan waktu yang sangat terbatas
untuk memberikan terapi yang efektif, jika tersedia (Nervi, 2008).
Pemeriksaan Fisik.
HFMD ditandai dengan ruam kulit tipikal dengan atau tanpa ulserasi
mulut. Ruam kulit biasanya papulo vesikuler dengan predileksi di telapak
6
tangan atau kaki. Pada beberapa kasus ruam dapat berupa
makulopapular tanpa vesikel yang bisa timbul di bokong, lutut, ataupun
siku. Lesi kulit dimulai sebagai makula eritematus berukuran 2–8 mm yang
menjadi vesikel berbentuk oval, elips, atau segitiga berisi cairan jernih
dikelilingi halo eritematus. Vesikel biasanya berdinding tipis,putih keabu-
abuan. Lesi ini biasanya sembuh dalam 7-10 hari tanpa bekas, jarang
diikuti infeksi sekunder bakteri.
Hampir semua kasus HFMD ditandai dengan lesi oral yang nyeri,
biasanya di lidah, mukosa pipi, palatum durum, dan jarang di orofaring.
Lesi biasanya hanya beberapa, diawali dengan makula serta papula
merah muda cerah berukuran 5–10 mm yang berubah menjadi vesikel
dikelilingi kulit yang eritema. Lesi ini cepat mengalami erosi dan berwarna
kuning hingga abu-abu dikelilingi halo eritema.
Masalah yang paling sering muncul akibat lesi oral ini adalah
dehidrasi akibat asupan cairan tidak adekuat disebabkan nyeri menelan
(CDK, 2016).
Pemeriksaan lab:
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain tes serologis,
isolasi virus dengan kultur, dan teknik PCR. Jika terjadi epidemi dapat
dilakukan biakan feses dan dahak. Pemeriksaan serologis digunakan
untuk mendeteksi adanya neutralizing antibodies pada fase akut, namun
jarang dilakukan, karena tidak dapat menunjukkan serotipe enterovirus
spesifik.
PCR sangat efektif untuk mendeteksi dan mengindentifikasi
serotipe enterovirus, namun dengan biaya relatif mahal. Standar kriteria
7
diagnosis infeksi enterovirus adalah isolasi virus. Virus diisolasi dan
didentifikasi melalui kultur dan teknik immunoassay dari lesi kulit, lesi
mukosa atau bahan feses, spesimen oral memiliki angka isolasi tertinggi.
Swab dari vesikel merupakan bahan yang baik; pada penderita
tanpa vesikel, swab diambil dari rektum. Dianjurkan pengumpulan 2 swab
dari tenggorok dan dari vesikel atau rektum. Pemeriksaan histopatologi
tidak rutin karena tidak memberikan gambaran khas. Pada pemeriksaan
Tzanck smear tidak ditemukan multinucleated giant cell, namun ditemukan
sel dengan syncytial nuclei (Andiyani C, 2010).
E. Diagnosa banding
8
Lesi tipikal di orofaring pada penderita herpangina. Terdapat lesi
papulovesikuler yang akut dan multipel yang cepat berkembang
menjadi ulkus dangkal dengan pembentukan eritema sekitarnya yang
cepat (Fitzpatrick, 2008).
F. Komplikasi
o Dehidrasi
o Viral atau aseptik meningitis (radang selaput otak) Viral
meningitis dapat menyebabkan demam, sakit kepala, leher dan
punggung. Kondisi ini biasanya ringan dan dapat sembuh tanpa
penanganan.
o Ensefalitis (radang otak) Dapat berakibat fatal.
o Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis
o Acute Flaccid Paralysis / Lumpuh Layuh Akut (Polio-like illness)
o Hilangnya kuku jari tangan dan kaki Hanya bersifat sementara
dan dan dapat sembuh tanpa pengobatan (CDK, 2016).
9
Derajat dehidrasi
Rasa haus
Dehidrasi Ringan
Oligouria ringan
Kesadaran
menurun: Dehidrasi Berat
somnolen,
stupor, koma
Pernapasan
Kussmaul
G. Manajemen
1. Ambil obat bebas untuk mengurangi rasa sakit dan demam (Perhatian:
Aspirin tidak boleh diberikan pada anak-anak.)
2. Gunakan obat kumur atau semprotan untuk mengurangi nyeri.
3. Jika seseorang menderita sakit mulut, mungkin akan menyakitkan bagi
mereka untuk menelannya. Namun, penting bagi penderita untuk
mencegah dehidrasi (kehilangan cairan tubuh). Jika seseorang tidak
dapat menelan cukup cairan untuk menghindari dehidrasi, mereka
mungkin perlu menerimanya melalui infus di pembuluh darah mereka.
10
Upaya rehidrasi (Subijanto, 2008):
Cara/lama
Derajat Dehidrasi Kebutuhan Cairan Jenis Cairan
pemberian
Larutan RT atau
Tanpa Dehidrasi 10-20mL/KgBB Oral
Oralit
TIV atau Oral 3
Dehidrasi Ringan 50mL/KgBB/3 jam HSD atau Oralit
jam
TIV atau Oral 3
Dehidrasi Sedang 70mL/KgBB/3 jam HSD atau Oralit
jam
TIV/3 jam atau
Dehidrasi Berat 30mL/KgBB/jam RL
lebih cepat
H. Preventif
Orang yang terinfeksi dengan penyakit tangan, kaki, dan mulut (Flu
Singapura) bisa menyebarkannya ke orang lain saat mereka batuk atau
bersin. Anda juga bisa mendapatkan penyakit tersebut jika anda
berhubungan dengan cairan blister atau kotoran seseorang yang
terinfeksi. Turunkan risiko terinfeksi dengan melakukan hal berikut:
11
DAFTAR PUSTAKA
Andiyani C, Heriwati ID, Sawitri. 2010. Penyakit tangan, kaki dan mulut. Berkala Ilmu
Kesehatan Kulit & Kelamin; halaman 22:143-50.
Belazarian L, Lorenzo ME, Pace NC, Sweeney SM, Wiss KM. Exanthematous viral
diseases. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Glicherst BA, Paller AS, Leffel
DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York:
McGraw-Hill; 2008. p. 1851–72.
CDC. 2017. Hand-foot Mouth Disease. https://www.cdc.gov/hand-foot-
mouth/about/index.html. Diakses tanggal 12 Maret 2018.
Dyne, Pamela. 2017. Hand-foot-and-mouth Disease in Emergency Medicine.
https://emedicine.medscape.com/article/802260-overview#a5. Diakses
tanngal 13 Maret 2018.
James WD, Berger TG, Elston DM. Andrew’s Diseases of the Skin. Clinical
Dermatology. 10th ed. Canada: WB Saunders Company; 2006.
Khalik, Salma. 2016. HFMD cases surge to near-record high. The Straitstimes.
Singapura.
Kurtz JB, Sterling JC. Viral infection. In: Breathnach SM, Burns DA, Burton JL,
Champion RH, editors. Rook/Wilkinson/Ebling Textbook of Dermatology. 6th
ed. London: Blackwell Science; 1998. p. 995–1095.
Nervi JS. Hand-foot-and-mouth diseasse. 2008. Available from URL:
http://www.emedicine.com
Paller AS, Mancini AJ. Enteroviral exanthems. In: Hurwitz Clinical Pediatric
Dermatology. 3rd ed. Philadelphia: Elsevier Inc; 2006. p. 438–40.
Purwanthi P. 2016. Penyakit Tangan, Kaki dan Mulut, Continue Medical Education.
CDK-246/vol.43 no. 11.
Romero, JR. 2017. Hand, foot, and mouth disease and herpangina.
https://www.uptodate.com/home. Diakses tanggal 13 Maret 2018.
Schlossberg D. Enteroviruses. In: Clinical Infectious Disease. New York: Crambridge
University Press; 2008. p. 1258–9.
Subijanto Marto Sudarmo, Reza Gunadi Ranuh, Alpha Fardah Attiyah. 2008.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Edisi III. RSUD
dr.Soetomo. Surabaya.
12
LAMPIRAN
13
DOKUMENTASI
14