Anda di halaman 1dari 8

Agen Pengendali Hayati adalah setiap organisme atau mahluk hidup, terutama serangga,

cendawan, cacing, bakteri, virus dan binatang lainnya yang dapat dipergunakan untuk
pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pada dasarnya agens hayati dibagi
menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Predator
2. Parasitoid
3. Patogen serangga
4. Antagonis patogen tumbuhan.

1. Predator
Predator ialah binatang atau serangga yang memangsa binatang atau serangga lain untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Predator biasanya mempunyai ukuran tubuh lebih besar dari
pada mangsanya. Mengingat banyaknya jenis predator secara umum dapat digolongkan menurut
beberapa golongan :
a. Binatang Menyusui : Beberapa jenis binatang merupakan predator penting pada hama
tanaman antara lain : Harimau sebagai pemangsa Babi Hutan; Kucing sebagai pemangsa Tikus.
b. Burung (Aves) : Banyak jenis burung yang dapat dimanfaatkan sebagai predator hama
penting, terutama pemangsa berbagai jenis Ulat daun dan tikus.
c. Laba-laba : Laba- laba banyak yang hidup sebagai pemangsa terhadap bermacam-
macam serangga termasuk hama penting seperti : Wereng Coklat, Wereng Hijau, Penggerek
batang, Belalang, Walang sangit dll. d. Serangga ( Insecta) Predator dari kelas serangga memiliki
anggauta species yang sangat banyak jumlahnya. Serangga yang paling banyak sebagai predator
ialah dari anggauta Kumbang ( Coleoptera ), Capung ( Odonata ), Lalat ( Diptera ) dan beberapa
spesies yang lain. Beberapa contoh serangga yang menjadi predator adalah : Kumbang Helem,
Capung dan Belalang yang menjadi predator Kutu Aphis & Wereng Coklat dll.

2. Parasitoid
Parasitoid ialah serangga yang hidupnya menumpang pada atau didalam tubuh inang
(hama) dan menghisap cairan tubuh hama supaya dapat tumbuh secara normal, Akibatnya
serangga hama tersebut akan mati. Serangga parasitoid biasanya mempunyai ukuran tubuh lebih
kecil dibandingkan inangnya. Contoh serangga parasitoid adalah sejenis tabuan Apanteles,
Stenobracon yang memarasit larva Penggerek batang, Trichogramma sp. sebagai parasitoid telur
penggerek batang dll.
3. Patogen Serangga
a. Bakteri
Bakteri patogen serangga yang telah banyak dimanfaatkan dan diproduksi secara
komersil sebagai insektisida mikroba adalah Bacillus thuringiensis. BAKTERI BACILLUS
THURINGIENSIS (FAMILI BACILLACEAE) MENGHASILKAN ZAT ( METABOLIK
SEKUNDER ) YANG BERSIFAT ANTIBIOTIK, RACUN ( TOKSIN ) MAUPUN ENZIMA .
PROSES PENGHASILAN METABOLIK SEKUNDER BERLANGSUNG KETIKA MASA
PERTUMBUHAN VEGETATIF ATAU SPORULASI. Bacillus thuringiensis termasuk
golongan pembentuk spora anaerob, merupakan spesies yang komplek dan terdiri atas lebih dari
20 jenis ( serotipe/ subspesies ). Jenis - jenis ini menghasilkan racun yang bersifat insektisida
(Insektisida Protein Cristal = IPC) diantaranya delta-endotoksin yang dimanfaatkan dalam
bidang pertanian. Kristal dapat berbentuk oktahedral, empat persegi panjang, segitiga atau kubus.
Sampai saat ini belum ditemukan teknik yang sederhana dengan biaya murah untuk perbanyakan
bakteri penyakit serangga hama ( entomopatogen ) di laboratorium. Perbanyakan Bacillus
thuringiensis tidak dapat dilakukan pada serangga inang karena bakteri ini tidak dapat tumbuh
baik pada tubuh inangnya, sedangkan media buatan untuk pertumbuhan bakteri tersebut mahal.
Proses Infeksi Pada umumnya saluran makanan adalah organ tubuh yang pertama kali terserang
bakteri. Dalam saluran makanan, racun dari bakteri akan mengalami penuraian (hidrolisis). Zat-
zat racun tersebut akan dibebaskan dari kristal, sehingga akan meracuni sel-sel epithelia saluran
makanan. Gejala Serangan Pada tahap awal infeksi bakteri, serangga menunjukkan penurunan
aktifitas makan dan cenderung mencari tempat perlindungan ditempat tersembunyi (dibawah
daun). Selanjutnya larva mengalami diare, mengeluarkan cairan dari mulutnya, mengalami
lumpuh (paralisis) pada saluran makanan; sehingga terjadi penurunan aktifitas gerakan dan
berakhir dengan kematian.

b. Cendawan
Cendawan pengendali hayati yang berfungsi sebagai entomopatogen pada umumnya dari
kelas Deuteromycetes, ordo Moniliales, seperti Beauveria bassiana, Metarrhizium anisopliae,
Hirsutella saussurei, Nomuraea rileyi dan Paecilomyces sp. Cendawan-cendawan tersebut di
Indonesia belum banyak diproduksi secara komersial, tetapi telah banyak dikembangkan di
Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman (LPHP). Cendawan entomopatogen
mempunyai kapasitas berkembang biak tinggi, siklus hidup pendek, dapat membentuk spora
yang bertahan lama dialam, aman, selektif dan kompatibel dengan berbagai insektisida kimia.
Akan tetapi keberhasilan pemanfaatan cendawan penyakit serangga hama ( entomopatogenik )
sebagai pengendali hama dilapangan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (suhu,
kelembaban dan sinar matahari), jumlah spora yang disemprotkan, kemungkinan spora sampai
pada sasaran dan waktu aplikasi yang tepat. Proses Infeksi Masuknya cendawan pada tubuh
inang melalui kulit tubuh (integumen), saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya.
Inokulum cendawan yang menempel pada tubuh serangga inang akan berkecambah dan
berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk menembus kulit tubuh.
Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau
toksin. Cendawan akan berkembang dalam tubuh inang dan menyerang seluruh jaringan tubuh,
sehingga serangga mati. Akar (miselia) cendawan menembus keluar tubuh inang, tumbuh
menutupi tubuh inang dan memproduksi konidia. Apabila keadaan kurang menguntungkan
perkembangan cendawan hanya berlangsung didalam tubuh inang tanpa keluar menyerang
integumen. Gejala Serangan Serangga yang terserang cendawan patogenik akan mati dengan
tubuh mengeras seperti mumi (Beauveria bassiana), rapuh (M. anisopliae) dan cendawan tumbuh
menutupi tubuh inang dengan warna cendawan tergantung spesies cendawan, misalnya putih
(Beauveria bassiana ) dan hijau tua (M. anisopliae).

c. Virus
Virus serangga yang dotemukan dilapang pada umumnya tergolong dalam famili
Baculoviridae (baculovirus), dan dibagi menjadi 3 subgrup, yaitu : 1) Subgrup A : Nuclear
Polyhedrosis Virus (NPV) 2) Subgrup B : Granulosis Virus (GV) 3) Subgrup C : Nonocluded
Baculovirus (NOB) Subgrup A merupakan subgrup besar virus yang banyak digunakan saat ini.
Nuclear Plyhedrosis Virus (NPV) memiliki ciri khas, yaitu berupa badan inklusi (inclusion
bodies) berbentuk polihedral yang merupakan kristal protein pembungkus virion, dengan
diameter 0,2 – 20 µm yang biasanyanya dapat dilihat dibawah mikroskop cahaya biasa.
Sedangkan virionnya berbentuk batang berukuran 40 – 70 x 200-400 µm. NPV umumnya
menyerang ulat ( larva ), mempunyai inang khusus. Sifat inang khusus ini layak dikembangkan
sebagai pestisida. Saat ini di Indonesia banyak terdapat jenis NPV ; seperti SL-NPV yang
patogenik terhadap Spodoptera litura pada tanaman kedelai, Se-NPV yang patogenik terhadap
Spodoptera exigua pada tanaman bawang merah, dan Ha-NPV yang patogenik terhadap
Helicoverva armigera pada tanaman tomat dan jagung. Proses Infeksi Polihedra yang menempel
pada permukaan tanaman termakan oleh larva, sehingga masuk kedalam saluran pencernaan.
Didalam saluran pencernaan yang bersuasana asam (pH 9 – 10) selubung polihedral larut,
sehingga membebaskan virion. Virion akan menginfeksisel epithel saluran pencernaan larva,
asuk kedalam inti sel dan memperbanyak diri. Dalam 1- 2 hari setelah polihedral termakan, larva
yang terinveksi menunjukkan gejala serangan. Gejala Serangan Ulat ( larva ) yang terinfeksi
menunjukkan gejala tingkah laku yang abnormal, yaitu cenderung bergerak kebagian atas
menuju pucuk tanaman, ulat yang semula berwarna pucat keputihan berubah menjadi hitam
mengkilat, aktifitas makan berkurang bahkan berhenti, tubuh menjadi lemas, dan kemudian mati
dengan menggantung tertumpu pada kaki palsu. Badan ulat yang terinveksi bila pecah
mengeluarkan cairan yang berwarna putih seperti susu. Gejala penyakit biasanya muncul apabila
infeksi sudah sampai pada tahap lanjut. 4. Agens Antagonis Patogen Tumbuhan Mekanisme
antagonis patogen tumbuhan dalam menekan populasi atau aktifitas patogen tumbuhan dapat
berupa hiperparasitisme, kompetisi terhadap ruang dan hara, serta antibiosis dan lisis. Agens
antagonis patogen tumbuhan adalah mikroorganisme yang menekan aktivitas patogen dalam
menimbulkan penyakit. Agens tersebut tidak dapat mengejar inang yang telah masukkedalam
tanaman. Efektifitasnya dapat dilihat dengan tidak berkembangnya penyakit tersebut. a. Bakteri
Bakteri Pseudomonas fluorescens dapat menghasilkan spora, bersifat aerobik, gram negatif,
banyak ditemukan pada daerah rizosfir dan tanah, serta lebih efektif pada tanah netraldan basa.
Penanaman pada tanah yang lembab dapat meningkatkan populasi Pseudomonas fluorescens.
Kolonisasai akar oleh Pseudomonas fluorescens merupakan persyaratan sebagai agens
biokontrol. Proses Antagonis Tipe mekanisme antagonis Pseudomonas fluorescens dengan
Pseudomonas tolaasii berupa kompetisi unsur hara. Dapat menekan perkembangan Fusarium sp.
melalui kompetisi terhadap unsur Fe yang tersedia. Cara Aplikasi Bakteri Pseudomonas
fluorescens dapat diaplikasikan pada benih saat sebelum tanam. Aplikasi pada benih dapat
menekan penyakit rebah kecambah (damping-off) yang disebabkan cendawan Rhizoctonia
solani. b. Cendawan Diskripsi Agens antagonis patogen tumbuhan yang telah banyak
dikembangkan saat ini adalah Trichoderma spp. dan Gliocladium sp. Cendawan Trichoderma
spp efektif pada tanah masam. Pada pH netral, perkecambahan propagulnya terhambat dan
bahkan tidak berkecambah pada kondisi basa. Penurunan pH tanah sampai 6 – 6,5 dengan
menggunakan belerang pada tanah yang mengandung Trichoderma spp dapat menekan penyakit
busuk akar pada bunga Lili. Cendawan ini sangat menyukai bahan yang banyak mengandung
selulosa, seperti sisa-sisa batang jagung. Trichoderma hamatum sensitif terhadap penurunan Fe
yang ditimbulkan oleh P. Fluorescens, sehingga kedua agens antagonis ini tidak kompatibel bila
diap-likasikan bersama-sama. Proses Antagonis Trichoderma spp aktif menyerang Rhizoctonia
solani dan Phytium sp. menghasilkan enzim kitinase dan ß-1.3-glukanase, dengan proses
antagonis parasitisme. Sedangkan Gliocladium sp. yang bersifat antagonis terhadap beberapa
patogen tular tanah, seperti Fusarium moniliforme dan Sclerotium rolfsii, dengan cara kerja
antagonis berupa parasitisme, kompetisi dan antibiosis. Mengenal Jenis-Jenis Agensia Hayati
Dan Manfaatnya. Agensia hayati dan jenis-jenisnya beserta manfaatnya dalam pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman. Sekedar mengingat kembali Menurut Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 411 tahun 1995, definisi agen hayati yaitu setiap organisme yang meliputi
spesies, subspesies, varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi),
bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap perkembangannya yang
dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian hama dan penyakit atau organisme
pengganggu, proses produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya. Atau
kalau boleh dengan bahasa yang mudah pengertian agen hayati adalah Jasad renik yang dalam
melangsungkan kehidupannya menghambat, mempengaruhi dan atau membunuh makhluk lain.
Berikut beberapa jenis agensia hayati dan manfaatnya dalam pengendalian hama penyakit pada
tanaman: 1. Jamur Trichoderma sp dapat mengendalikan penyakit layu atau bercak daun yang
biasa meyerang tanaman pangan dan hortikultura. Trichoderma sp bersifat antagonis terhadap
beberapa patogen tular tanah seperti Fusarium moniliforme dan Sclerotium rolfsii. Trichoderma
sp juga mempunyai kemampuan sebagai dekomposer dalam pembuatan pupuk organik 2. Bakteri
Corynebacterium sp Bakteri Corynebacterium sp. merupakan salah satu agens hayati bersifat
antagonis, yang dapat mengendalikan beberapa jenis OPT diantaranya penyakit kresek pada
tanaman padi yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas sp, plasmodiophora brassicae (akar
gada) pada kubis, bercak daun pada tanaman jagung, layu bakteri pada tanaman pisang. 3.
Bacillus thuringiensis (Bt) Bacillus thuringiensis (Bt) adalah bakteri gram positif yang berbentuk
batang, aerobik dan membentuk spora yang menghasilkan protein yang beracun bagi serangga
yang menjadi hama pada tanaman pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari protein kristal
tersebut lebih ramah lingkungan karena mempunyai target yang spesifik sehingga tidak
mematikan serangga bukan sasaran dan mudah terurai sehingga tidak menumpuk dan mencemari
lingkungan. 4. Beauveria bassiana Beauveria bassiana merupakan cendawan entomopatogen
yaitu cendawan yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga, lebih dari 175 jenis serangga
hama menjadi inang jamur ini, terutama efektif mengendalikan hama walang sangit (Leptocorisa
oratorius) dan wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi serta hama kutu
(Aphis sp.) pada tanaman sayuran dan buah. 5. Pseudomonas Fluorescens Bakteri P. fluorescens
dapat memberikan pengaruh menguntungkan terhadap perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, yaitu sebagai "Plant Growth Promoting Rhizobacteria" (PGPR). Menghasilkan
antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan patogen, terutama patogen tular tanah dan
mempunyai kemampuam mengoloni akar tanaman, dapat menghambat patogen layu Verticilium
dahliae pada tanaman kentang dan terong. Agensia hayati ini efektif untuk mengendalikan
penyakit layu fusarium pada tanaman tomat serta mampu menekan intensitas penyakit moler
pada tanaman bawang merah. 6. Metarhizium anisopliea M. anisopliae adalah salah satu
cendawan entomopatogen yang termasuk dalam divisi Deuteromycotina: Hyphomycetes.
Cendawan ini biasa disebut dengan green muscardine fungus dan tersebar luas di seluruh dunia.
Cendawan ini bersifat parasit pada beberapa jenis serangga dan bersifat saprofit di dalam tanah
dengan bertahan pada sisa-sisa tanaman. Cendawan M. anisopliae mampu menginfeksi hama
yang mempunyai tipe mulut menusuk dan mengisap, yaitu Riptortus linearis baik stadia nimfa
maupun imago. Selain itu, M. anisopliae juga mampu menginfeksi hama yang mempunyai tipe
mulut menggigit seperti S. litura. 7. Verticillium lecanii Verticillium lecanii sangat berguna
untuk membasmi kutu kebul pada tanaman hortikultura. Kutu kebul adalah hama utama yang
membonceng masuknya virus gemini yang menyebabkan tanaman kehilangan klorofil hingga
tanaman menjadi kerdil dan hasil panen menurun. Verticillium lecanii dapat juga membasmi
wereng pada tanaman padi. Demikian beberapa agensai hayati dan manfaatnya. Semoga dengan
agen hayati Bio Patenida tanaman kita dapat terhindar dari hama penyakit sehingga hasil panen
meningkat. Trik Tanaman Cepat Berbuah Aplikasi Poc Cair Tiap 2 Liter Hasil Fermentasi Bio
Paten Extra + Bio Patenida + Tricoderma + Nema Tida Ke Lubang Bio Pori Tiap 1-2 Hari
selama 3x Dengan Dosis Pupuk Dasar Kimia SP36/TSP 3 : KCL 2 : UREA 1 dan Tuang Ampas
Poc ke Lubang Bio Pori dan Ulangi Aplikasi Poc Tiap 3 Bari Selama 2-3 Minggu, Dosis dan
Jarak Lubang Bio Pori Di Sesuaikan Dengan Umur Tanaman. Setelah 3-4 Bulan Buat Lubang
Bio Pori di Tempat Berbeda dan Ulangi Aplikasi Poc dan Pupuk Kimia Dasar dan Sisa Ampas
Poc Kohe Ternak. Semoga Bermanfaat. Teknologi By Paten Extra. Terobosan Spektakuler di
bidang Pertanian Organik !!! Diramu dari Teknologi Mikroba Pa-Ten + 350jenis bahan2 herbal
alam baik lokal dan impor sebagai Ramuan pestisida nabati dan Hormon Zat Perangsang
Tumbuh extra, untuk meningkatkan kekebalan tanaman terhadap penyakit dan mempercepat
masa pertumbuhan dan meningkatkan hasil panen dengan Pola Tanam bertingkat untuk hasil
panen yang berlipat. Salam Organik Paten !!! Konsultasi, Pelatihan Gratis, order dan pabrikasi
Telp./ Sms / Wa 085268592020 / 08999396920 / 085378877277 / 085891939377 email :
biohormon@gmail.com / biopaten.extra@gmail.com / biopatenidaextra@gmail.com /
zptpatenextra@gmail.com https://www.biohormon.blogspot.com/
https://www.biopatenextra.blogspot.com/ https://www.biopatenidaextra.blogspot.com/
https://www.zptpatenextra.blogspot.com/ https://web.facebook.com/mikrobahormonextra/
https://web.facebook.com/zptpatenextra https://web.facebook.com/biopatenidaextra
https://web.facebook.com/groups/mikrobahormon/
https://web.facebook.com/biopatenextrapabrik Cara aplikasi Mikroba Bio Pa-Ten Extra Plus
Pestisida Hayati: 1.Minggu 1 / 7hari sebelum tanam, Buat Lubang tanam sesuai jenis tanaman
dan Tabur kompos/media tanam 15-20ton/ha, Lahan dibasahi/ disiram agar lembab, kemudian
siram/ kocor ramuan obat anti uret / ulat tanah ( Bio PaTen Gen.5 *6 ) untuk sterilisasi lahan
terhadap sumber penyakit tanaman dengan hasil Fermentasi 1liter bio uret ( Bio Patenida ) +
gula/ molase/tetes 1kg + 20butir Ragi / Tape ketan 2-5kg + 200liter air biasa / air klapa tua di
fermentasi 48jam, di treadmen seminggu 2x, setelah aplikasi anti uret pertama, bila kondisinya
hama ulat tanah/uret banyak ulangi hingga 3-4x dalam 2minggu sebelum tanam. 2. Minggu 2 /
Tanami Setelah tumbuh Aplikasikan hasil Fermentasi 1liter Bio PaTen Gen.5 *6 + gula/molase/
tetes 1kg + 500cc ZPT Multiguna, semprot ke seluruh bagian tanaman dan tanah secara merata
tiap 7-10hari selama 3bulan Untuk Perbaikan Tanah Tanaman Perkebunan dan bulan ke 4dst 1-
2x sebulan tergantung kondisi tanah, air dan Tanaman sampe 2minggu sebelum panen. 3. Untuk
pertumbuhan extra Aplikasi ( ZPT Pa Ten extra Daun 1liter+ urea 1kg+ 200liter air) seminggu
1x sampe mulai berbunga, setelah berbunga aplikasi ( Zpt PaTen Extra Buah 1liter + sp 36 1kg +
200liter air) Tiap 7 hari sekali sampe 2minggu sebelum panen. 4. Pengendalian Hama dan
Fusarium. Pengendalian Layu Fusarium Aplikasi kan Tricoderma kocor ketanah setiap 2-3hari
setelah hujan. Pengendalian Layu Bakteri dan semua jenis Hama, Aplikasikan Bio Patenida +
ZPT Multiguna / Zpt PaTen Extra tiap 2-3hari sampe sembuh. Pengendalian Hama uret/ulat
tanah/ Trips/ kutu/ Grayas Aplikasikan Nema Tida plus + ZPT Multiguna/ Zpt PaTen Extra tiap
2-3hari sampe sembuh. Cara fermentasi Bio Pa-Ten : 1. Mikroba Bio Pa-Ten extra 1liter + gula/
molase/tetes 1kg + tepung beras/ dedak 1kg + MSG 500gram+ 200liter air biasa / air klapa tua
difermentasi 2-3hari. 2. Bisa di fermentasikan setelah 12jam bersama Herbal seperti Tembakau /
daun sirsak/ kaliandra/ mimba di fermentasi 48jam. 3. Bila fermentasi menggunakan air klapa
tua 200litr / 15-20kg gula merah, 1liter hasil fermentasi bisa di encerkan kembali dengan 10litr
air biasa. Kolam ikan : 1. 250ml mikroba Bio Pa-Ten extra : 25 liter air siramkan kekolam secara
merata tuk 1500liter air kolam. 2. Aplikasikan tiap 5-7hari sekali. Pakan Ternak / dekomposer :
20liter hasil fermentasi untuk 1-3ton pakan ternak / kompos / kohe ternak

Anda mungkin juga menyukai