1) Pengetahuan
dengan jalan apapun dan sesuatu yang diketahui orang dari pengalaman yang
seseorang. pada umunnya seorang kader yang memiliki pengetahuan yang baik
2) Sikap
pengalaman sendiri ataupim dari orang lain. Sikap membuat seseorang mendekati
atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap terhadap nilai- nilai kesehatan tidak
selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Sikap masyarakat terhadap posyandu
juga dipengaruhi oleh tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan.
3) Nilai Budaya
Individu lahir diantara kelompok. yaitu keluarga dan masyarakat. Hal ini
akan membuat kemungkinan adanya suatu norma atau aturan yang diharapkan
mampu memunculkan perilaku yang normatif atau sesuai dengan ketentuan yang
telali dibuat (Zein. 2005). Nilai ini diperoleh melalui sosialisasi dan emosi
yang membuat orang berfikir apakali sesuatii itu penting sehingga dari nilai akan
2000).
4) Kepercayaan
yang dirasakan pada budaya yang ada pada masyarakat tersebut. Sehingga bila
dalam masyarakat mempunyai kepercayaan yang salah tentang sesuatu rnaka dapat
dalam kegiatan posyandu (Zein. 2005). Semakin baik kepercayaan seseorang maka
akan semakin baik pula sikap yang terbentuk. seliingga pada akhimya membuat
semakin baik pula perilaku yang dimunculkan oleh orang tersebut (Notoatniodjo.
1993). Kepercayaan didasarkan pada orang yang memiliki infonnasi tentang obyek
atau tindakan. Teori kesehatan terkait perubahan perilaku didasarkan pada gagasan
Pendidikan
dan memahami suatu pengetahuan tentang posyandu dengan baik sesuai dengan yang
mereka peroleh dari kepentingan pendidikan itu sendiri. Tingkat rendahnya pendidikan
tinggi tingkat pendidikan kader maka semakin tinggi kesadaran kader nntuk aktif
6) Motivasi
yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telali ditetapkan. Untuk
terlaksananya program haras ada motivasi dari petugas, meskipun motivasi hams
ada dari individu atau masyarakat itu sendiri dan piliak luar lianya
Semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga kader maka kader akan semakin aktif
layak tersebut akan mendapatkan upah yang lebili tinggi bila dibandingkan yang
dalam memanfaatkan kegiatan posyandu. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seorang
kader maka akan semakin aktif kader tersebut dalam kegiatan posyandu (Berg. 1986). b.
1) Ketersediaan saraua dan prasarana atau fasilitas (fisik dan iinnim) yang
vaksin untuk imunisasi dan sebagainya. Sedangkan Fasilitas umum yaim fasilitas
maka tidak hanya tahu dan sadar manfaat posyandu melahikan fasilitas yang
lengkap juga dapat menjadi faktor peinicu keaktifan kader (Zein. 2005)
kesehatan yang jauh akan membuat kader enggan untuk datang ketempat
akomodasi. Seorang kader yang tidak aktif dalam kegiatan posyandu disebabkan
(perawat. bidan. dokter dan tenaga kesehatan lainnya) berlaku tidak ramah atau
tidak simpatik kepada kader ataupun pada pasien bahkan tidak responsif saat
menerima pasien seita dalam memberikan tindakan medis. Karena inilali kader
enggan untuk aktif dalam kegiatan posyandu. Dalam hal ini motivasi dan
sebagai informasi verbal maupun nonverbal, saran. bantuan yang nyata dan
1999).
setiap pelaksanaan kegiatan posyandu akan labih baik kinerja dan kelestarian
kader sebelum inemberi nigas. dalam memberi tngas pada kader selalu ada
terima kasih, bila kader mendapat tugas ketempat lain akan mendapatkan
im apabila toma dan toga sudah mempunyai perilakn sehat. maka akan mudah
ditiru oleh anggota masyarakat yang lain. Benmk kegiatan mencari dukungan
sosial ini antara lain: pelatihan-pelatihan para toga dan toma. seminar, loka
beiperan penting dalam memotivasi perilaku seorang kader untuk aktif dalam