Anda di halaman 1dari 148

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan ke hadirat Tuhan Yang


Maha Esa, karena berkat karunia-Ny penulisan mampu
menyelesaikan buku ajar dengan Ilmu Sosial Budaya Dasar
(ISBD)
Buku ajar Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) ini
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan bahan ajar Ilmu
Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) yang sesuai dengan Surat
Keputusan Dirjen Dikti No. 44/Dikti/Kep/2006 tentang Rambu-
Rambu Pelaksanaan Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat di
Perguruan Tinggi. Sebelumnya, bahan ajar atau substansi kajian
mengenai ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) di Perguruan
Tinggi mengacu pada Keputusan Dirjen Dikti No.
30/Dikti/Kep/2003 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan
Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat yang memuat dua
matakuliah, yaitu Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) dan Ilmu
Kealamian Dasar (IAD).
Sesuai dengan judulnya, buku Ilmu Sosial dan Budaya
Dasatr (ISBD) ini di peruntukkan bagi para mahasiswa yang
mengikuti matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (ISBD) di
setiap jurusan atau program studinya masing-masing. Selain itu,
dapat dijadikan acuan bagi dosen pengampuh dalam mendesain
materi pembelajarannya sesuai dengan dengan tuntutan Keputusan
Dirjen Dikti No. 44/Dikti/Kep/2006.
Isi materi buku ajar ini berisi pokok-pokok kajian yang
mendasar pada Surat Keputusan Dirjen Dikti
No.44/Dikti/Kep/2006, khususnya untuk matakuliah Ilmu Sosial
dan Budaya Dasar (ISBD). Adapun materinya meliputi:
1. Pengantar ISBD
2. Manusia sebagai Makhluk Budaya

1
3. Kontak Sosial dan Jarak Sosial
4. Isolasi
5. Individualisasi
6. Kompetisi dan Monopoli
7. Manusia, Sains, dan Seni
8. Manusia dan Lingkungan
Sajian dalam buku ajar ini sengaja dirancang secara
sederhana dan praktis dengan maksud agar mudah dalam
penyajiannya serta dapat secara efektif mencapai tujuan
pembelajaran yang dimaksud. Dosen maupun mahasiswa dapat
mengembangkan sendiri pengalaman belajarnya secara bermakna
dengan tetap berpatokan pada tujuan dan materi pembelajaran
yang ada.
Demikian, semoga bermanfaat. Kritik dan saran yang
konstruktif sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan materi
buku ajar ini di masa yang akan dating

Makassar, September 2015


Penulis,

2
BAB 1
PENGANTAR ISBD

TUJUAN PEMBELAJARAN
setelah melakukan pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa
mampu :
1.      mengemukakan kompetensi dasar dan pokok substansi kajian
sebagai ruang lingkup ISBD
2.      menjelaskan pentingnya ISBD sebagai kelompok mata kuliah
berkehidupan bermasyarakat (MBB) dan program pendidikan
umum perguruan tinggi.
3.      menggunakan ISBD sebagai sudut pandang alternative atas
pemecahan masalah social dan budaya.
MATERI PEMBELAJARAN
A.    Hakikat dan ruang lingkup ISBD
B.     ISBD sebagai MBB dan penddikan umum
C.     ISBD sebagai alternative pemecahan masalah social budaya.
KATA-KATA KUNCI
Ilmu sosial dasar, ilmu budaya dasar, kompetensi,
matakuliah berkehidupan masyarakat, system nilai budaya.
Pada bagian pertama buku ini, akan diuraikan topic
mengenai pengantar kuliah ilmu sosial dan budaya dasar
(ISBD)sebelum menguraikan lebih lanjut materi-materi pokok
yang ada dalam substansi kajian ISBD. bagian pengantar ini
dimaksudkan untuk memberikan penjelasan umum mengenai mata
kuliah ISBD. dalam pengantar ini akan disajikan mengenai
hakikat dan ruang lingkup ISBD, ISBD sebagai MBB dan

3
pendidikan umum, dan ISBD sebagai alternative pemecahan
masalah dan social budaya.

A.    HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ISBD


1.      Hakikat ISD dan IBD
Secara garis besar ilmu dan pengetahuan dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam, yaitu:
a.       ilmu alamiah (natural sciences)
b.      ilmu social (social sciences)
c.       pengetahuan budaya (the humanistic)
ilmu sosial dasar (ISD) termasuk dalam kelompok ilmu
social. namun, ISD tidak bersifat sebagai pengantar kea rah suatu
bidang disiplin ilmu social sebagaimana pengantar ilmu politik,
pengantar antropologi, pengantar sosiologi, dan sebagainya. ISD
menggunakan pengertian yang berasal dari berbagai disiplin ilmu
untuk menanggapi masalah-masalah social, khususnya yang
dihadapi masyarakat Indonesia.
ISD mempunyai tema pokok, yaitu hubungan timbale balik
manusia dengan lingkungannya. adapun objek sasaran atau objek
kajian ISD adalah sebagai berikut.
a.       berbagai kenyataan bersama merupakan masalah social yang
dapat ditanggapi melalui pendekatan sendiri maupun
pendekatan antarbidang (interdisiplin).
b.      keanekaragaman golongan dan kesatuan social dalam
masyarakat yang masing-masing memiliki kepentingan dan
kebutuhan sendiri, tetapi terdapat juga persamaan kepentingan
yang dapat mengakibatkan kerjasama dan pertentangan.

4
Intinya, matakuliah ISD adalah upaya untuk memberkan
pengetahuan dasar dan pengetahuann umum tentang konsep-
konsep yang dikembangjan untuk mengkaji gejala-gejala social
sehingga daya tangkap, presepsi, dan penalaran mahasiswa
terhadap lingkungan social meningkat, dengan demikian kepekaan
sosialnya pun bertambah.
Tujuan matakuliah ISD adalah membantu perkembangan
wawasan pemikiran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh
wawasan pemikiran yang lebih luas dan cirri-ciri kepribadian yang
diharapkan dari setiap tingkah laku manusia dalam menghadapi
manusia lain, serta sikap dan tingkah laku manusia lain terhadap
manusia yang bersangkutan.
Ilmu budaya dasar (IBD) dalam kelompok ilmu
pengetahuan termasuk dalam kelompok pengetahuan budaya (the
humanistic), tetapi tidak identik dengan pengetahuan budaya itu
sendiri. IBD berbeda dengan pengetahuan budaya. pengetahuan
budaya mengkaji masalah masalah nilai manusia sebagai makhluk
berbudaya, sedangkan IBD mengkaji masalah kemanusiaan dan
budaya. IBD budaya ialah suatu pengetahuan yang menelaah
berbagai  masalah kemanusiaan dan budaya, dengan menggunakan
pengertian yang berasal dari dan telah dikembangkan oleh
berbagai bidang ilmu pengetahuan atau keahlian.
Adapun yang menjadi pokok kajian IBD adalah berbagai
aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah
kemanusiaan dan budaya serta hakikat manusia yang satu.
termasuk pula didalamnya pemahaman akan system nilai budaya,
yaitu konsepsi tentang nilai yang hidup dalam pikiran sebagian
besar masyarakat. system nilai budaya berfungsi sebagai pedoman
bagi sikap mental, pola pikir dan pola prilaku warga masyarakat.

5
IBD merupakan suatu upaya memberikan pengetahuan
dasar dan umum mengenai konsep-konsep budaya untuk menkaji
masalah kemanusiaan dan budaya. pendekatan pokok kajian IBD
dilakukan dengan menggunakan pengetahuan dasar dan umum
tentang konsep budaya dari berbagai keahlian pengetahuan
buadaya maupun degan menggunakan masing-masing keahlian
dalam pengetahuan budaya.
Tujuan IBD adalah mengembangkan kepribadian
mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran dan
kemampuan kritikalterhadap masalah-masalah budaya sehingga
daya tangkap, presepsi, dan penalaran budaya mahasiswa menjadi
halus dan manusiawi.
Namun dalam rangka evektifitas dan keterpaduan maka
sesuai SK dirjen dikti no 44/2006 pengorganisasian materi
maupun teknik penyajiannya digabungkan menjadi ISBD. dengan
demikian ISBD dapat dikatakan sebagai paduan atau integrasi dari
kajian ISD dan IBD. sebgai integrasi dari ISD dan IBD , ISBD
memiliki kompetensi dasar menjadi ilmuan yang professional,
yakni yang berfikir kritis, kreatif, sistematik dan ilmiah,
berwawasan luas, etis, serta memiliki kepekaan dan empati
terhadap solusi pemecahan masalah social dan budaya secara arif
(SK dirjen Dikti No, 44 tahun 2006).
2.      Ruang lingkup ISD,IBD, dan ISBD
ISD memberikan dasar-dasar pengetahuan kepada manusia
yang diharapkan akan cepat tanggap serta mampu menghadapi dan
menanggulangi masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat
(masalah social). dengan mengetahui dan mengorientasikan diri
kedalamnya, paling tidak ia harus mempu mengetahui kea rah
mana pemecahan jalan keluar suatu permasalahan yang dihadapi.

6
karena, bagaimanapun juga pada saat ini masalah-masalah
social telah berkembang sedemikian kompleksnya. mulai dari
ruang lingkup lokal, regional, nasional, maupun internasional.
ruang lingkup materii yang disajikan dalam ISD meliputi :
1.      individu, keluarga, dan masyarakat.
2.      masyrakat desadan masyarakat kota
3.      masalah penduduk
4.      pelapisan social
5.      pemuda sosialisasi
6.      ilmu pengetahuan,teknilogi, dan kemiskinan.
berdasarkan hasil konsorsium pada lokakarya tahun 1982,
ditetapkan behwa matakuliah IBD adalah usaha yang diharapkan
dapat memberikan bekal pengetahuan dasar dan pengertian umum
tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah budaya.
seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa IBD bukanlah
pengetahuaan mengenai budaya. jadi materi yang disajikan
bukanlah tema atau topic tentang kebudayaan. yang dijadikan
pokok kajian IBD adalah aspek kehidupan yang seluruhnya
merupakan ungkapan, maupun masalah kemanusian dan budaya,
hakikat manusia yang satu, serta system nilai budaya. ruang
lingkup yang dijadikan tema dalam matakuliah IBD mencakup
hal-hal berikut.
a.       manusia dan pandangan
b.      manusia dan keindahan
c.       manusia dan keadilan
d.      manusia dan cinta kasih
e.       manusia dan tanggung jawab
f.       manusia dan kegelisahan
g.      manusia dan harapan

7
kemudian, ketika materi ISD dan IBD di gabung menjadi ISBD
maka sesuai dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi
memuat sejumlah substansi kajian yang mengarah pada
tercapainya kompetensi dasar. artunya, bahwa pemberian
substansi kajian atau ruang lingkup kajian ISBD yang ada kepada
mahasiswa diharapkan dapat mencapai kompetensi dasar
matakuliah yang dimaksud.

  
   
  
   
 adapun substansi kajian ISBD berdasarkan ketentuan
dalam surat keputusan dirjen dikti no.30/dikti/kep/2003 tentang
rambu-rambu pelaksanaan kelompok matakuliah berkehidupan
bermasyarakat di perguruan tinggi Indonesia, mencakup pokok-
pokok kajian sebagai berikut :
a. pengantar ISBD
b. manusia sebagai maklik budaya
c. manusia dan peradaban
d. manusia sebagai makhluk individu social
e. manusia,keragaman,kesederajatan
f. moralitas dan hukum
g. manusia, sains dan teknologi
h. manusia dan lingkungan
Sedangkan menurut ketentuan baru, yaitu surat keputusan dirjen
dikti nomor 44/dikti/kep/2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan
kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat di perguruan
tinggi, substansi kajian ISBD meliputi hal-hal berikut.
a. Pengantar ISBD
b. Manusia Sebagai Makhluk Budaya
c. Manusia Sebagai Makhluk Individu Social
d. Manusia Dan Peradaban
e. Manusia,Keragaman, Dan Kesetaraan
f. Manusia, Nilai , Moral, Dan Hukum

8
g. Manusia,Sains, Teknologi Dan Seni.
h. Manusia Dan Lingkungan
Menyimak dari isi kajian di atas, dapat dikemukakan
bahwa kajian ISBD mencakup masalah social dan masalah budaya
serta keberadaan manusia sebagai subjek bagi masalah-masalah
tersebut. baik dihadapkan pada masalah social maupun budaya
tersebut, diharapkan manusia dapat meningkatkan wawasannya,
kepekaannya, serta berempati terhadap masalah maupun
pemecahan masalahnya.

B.     ISBD SEBAGAI MATAKULIAH BERKEHIDUPAN


BERMASYARAKAT (MBB) DAN PENDIDIKAN UMUM
1.      ISBD merupakan kelompok MBB di perguruan tinggi
menurut keputusan menteri pendidikan nasional republic
Indonesia nomor 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan
kurukulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar
mahasiswa, kelompok bahan kajian dan pelajaran yang dicakup
dalamsuatu program studi yang dirumuskan dalam kurikulum
terdiri atas:
a. Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)
Adalah Kelompok Bahan Kajian Dan Pelajaran Untuk
Mengembangkan Manusia Indonesia Yang Beriman Dan
Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berbudi Pekerti
Luhur, Berkepribadian Mantap Dan Mandiri, Serta
Mempunyai Rasa Tanggung Jawab Kemasyarakatan Dan
Kebangsaan.
b. Kelompok Mata Kuliah Keilmuan Dan Keterampilan (MKK)
Adalah Kelompok Bahan Kajian Dan Pelajaran Yang
Ditujukan Terutama Untuk Memberikan Landasan Penguasaan
Ilmu Dan Keterampilan Tertentu.

9
c. Kelompok Matakuliah Keahlian Berkarya (MKB) Adalah
Kelompok Bahan Kajian Dan Pelajaran Yang Bertujuan Untuk
Menghasilkan Tenaga Ahli Dengan Kekaryaan Berdasarkan
Tenaga Ilmudan Keterampilan Yang Dikuasai.
d. Kelompok Matakuliah Prilaku Berkarya (MPB) Adalah
Kelompok Bahan Kajian Dan Pelajaran Yang Bertujuan
Umtuk Membentuk Sikap Dan Perilaku Yang Diperlukan
Seseorang Dalam Karya Menurut Tingkat Keahlian
Berdasarkan Dasr Ilu Keterampilan Yang Dikuasai.
e. Kelompok Metakuliah Berkrhidupan Bermasyarakat (MBB)
Adalah Kelompok Bahan Kajian Dan Pelajaran Yang
Diperlukan Untuk Dapat Memahami Kaidah Berkehidupan
Bermasyarakat Sesuai Dengan Pilihan Dengan Keahlian
Dalam Berkarya.
Menurut surat keputusan menteri No.23/U/2000 tersebut
ISD dan IBD termasuk dalam kelompok MPK kurikulum
institusional. kurikulum institusional merupakan sejumlah bahan
kajian dan pelajaran yang merupakan bagian dari kurukulum
pendidikan tinggi, yang terdiri atas tambahan dari kelompok ilmu
dalam kurikulum inti yang disusun dengan memerhatikan keadaan
dan kebutuhan lingkungan secara cirri khas perguruan tinggi yang
bersangkutan. sedangkan kelompok MPK kurikulum institusional
yang lain, misalnya bahasa Indonesia, bahasa inggris, ilmu
alamiah dasar, filsafat ilmu, dan olahraga(pasal 10 ayat 2)
Selanjutnya terjadi perubahan berdasarkan surat keputusan
dirjen dikti No.30 /Dikti/kep/2003 tentang rambu-rambu
pelaksanaan kelompok matakuliah berkehibupan bermasyarakat di
perguruan tinggi maka ISBD termasik dalam kelompok MBB.
selengkapnya, mata kuliah yang termasuk dalam MBB terdiri atas:
a. Ilmu Social Dan Budaya Dasar (ISBD)

10
b. Ilmu Kealaman Dasar (IAD)

a.       Visi kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat


(MBB)
visi kelompok MBB di perguruan tinggi merupakan sumber nilai
dan pedoman bagi penyelenggaraan program studi guna
mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadianm kepekaan
social, kemampuan hidup bermasyarakat, pengetahuan tentang
pelestarian, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup,
dan mempunyai wawasan tentang perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
b.      Misi kelompok matakuliah berkehidupan bermasyarakat
(MBB)
misi kelompok MBB di pergguruan tinggi membantu
meumbuhkembangkan daya kritis, daya creative, apresiasi, dan
kepekaan mahasiswa terhadap nilai-nilai        
 social dan budaya
demi memantapkan kepribadiannya sebagai bekal hidup
bermasyarakat selaku makhluk hidup dan makhluk social yang
mwmiliki sifat sebagai berikut :
1. bersikap demokratis, berkeadapan, menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan, bermartabat serta peduli terhadap pelestarian
sumber daya alam dan lingkungan hidup.
2. memiliki kemampuan untuk menguasai dasar-dasar ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
3. ikut berperan mencari solusi pemecahan masalah social
budaya dan lingkungan hidup secara arif.

c.       Kompetensi Kelompok Matakuliah Berkehidupan


Bermasyarakat (MBB)

11
Standar kompetensi kelompok MBB yang harus dikuasai
mahasiswa meliputi berpikir kritis,kreatif,sistematis, ilmiah,
berwawasan luas, etis,estetis, memiliki apresiasi, kepekaan dan
empati social, bersikap demokratis, berkeadapan, dan menjunjung
tinggi nilai kemampuan; memiliki kepedulian terhadap pelestarian
sumber daya alam dan lingkungan hidup; mempunyai wawasan
tentang perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi dan seni
sehingga dapat ikut berperan mencari solusi pemecahan masalah
social,budaya,dan lingkungan hidup secara arif.
Kompetensi dasar untuk bidang ISBD adalah menjadi
ilmuwan dari dan professional yang berpikir
kritis,kreatif,sistematik, dan ilmiah, berwawasan luas,etis,
memiliki kepekaan dan empati terhadap solusi pemecahan
masalah social dan busaya secara arif.
Kompetensi dasar untuk IAD adalah menajadi ilmuwan
dan professional yang berfikir kritis, kreatif,sistematik,dan
ilmiah,berwawasan luas,etis,lingkungan hidup, mempunyai
wawasan luas tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta dapat ikut berperan dalam mencari solusi
pemecahan masalah lingkungan hidup secara arif.

2.      ISBD sebagai program pendidikan umum (general education)


Pendidikan tinggi sebagai kelanjutan dari pendidikan
menengah diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik
menjadi anggaota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan professional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi
dan kesenian. pendidikan tinggi dilaksanakan di perguruan tinggi
dan oleh perguruan tinggi yang terdiri atas pendidikan akademik
dan professional.

12

  
  
   
    Lulusan perguruan tinggi baik ilmuan / akademisi dan
professional diharapkan memiliki kemampuan yang meliputi
kemampuan personal, kemampuan akademik, dan kemampuan
professional.
Kemampuan personal adalah kemampuan kepribadian.
dengan kemampuan ini para teaga ahli diharapkan memiliki
pengetahuan sehingga mampu menunjukan sikap, tingkah laku,
dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia;
memahami dan mengenal nilai-nilai keagamaan,
kemasyarakatan,dan kenegaraan (pancasila); memiliki pandangan
yang luas dan kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi
oleh masyarakat Indonesia.
Kemampuan akademik adalah kemampuan untuk
berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan, maupun tulisan;
menguasai peralatan analisis, berpikir logis, kritis, sistematik dan
analitik; memiliki kemampuan kensepsional untuk
mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi serta
mampu menawarkan alternative pemecahan.
Kemampuan professional adalah kemampuan dalam
bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. dengan kemampua
ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.
Kemampuan personal adalah ditanamkan kepada para
mahasiswa sebagai calon tenaga ahli melalui program pendidikan
umum. pendidikan umum merupakan studi kajian yang membekali
pesrta didik berupa kemampuan dasar tentang pemahaman,
penghayatan,dan pengalaman nilai-nilai dasar kemanusiaan,
sebagai makhluk tuhan, sebagai pribadi, anggota keluarga,
masyarakat, warga Negara, dan sebagai bagian dari alam.

13
ISBD mengambil peran sebagai program pendidikan
umum yang bersifat mengantarkan mahasiswa memiliki
kemampuan personal. menempatkan diri sebagai anggota
masyarakat yang tidak terpisahkan dari masyarakat serta
kemampuan untuk memiliki tanggung jawab social
kemasyarakatan. tanggung jawab itu diwujudkan dengan
keikutsertaan dalam memecahkan masalah social dimasyarakatnya
sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.
Program pendidikan umum berusaha untuk memperluas
cakrawala perhatian dan pengetahuan para mahasiswa sehingga
tidak terbatas pada  bidang pengetahuan keahlian serta golongan
asal masing-masing; membantu mahasiswa menemukan diri
sendiri dan menempatkan diri dalam perkembangan masyarakat
dan kebudayaan yang sedang berlangsung, menghadapkannya
dengan masalah-masalah susila serta masalah yang diwujudkan
oleh kenyataan-kenyataan kehidupan sosialm ekonomi, dan politik
yang secara sadar ataupun tidak sadar senantiasa dihadapinya;
memberikan pengertian pada mereka mengenai hubungan dan
keterkaitan dari ilmu pengetahuan. singkatnya, program
pendidikan umum diharapkann dapat menjadikan mahasiswa lebih
peka dan lebih terbuka, disertai rasa tanggung jawab yang lebih
kuat.
C.     ISBD SEBAGAI ALTERNATIF PEMECAHAN
MASALAH SOSIAL BUDAYA
ISBD sebagai integrasi dari ISD dan IBD memberikan
dasar-dasar pengetahuan social dan konsep-konsep budaya kepada
para mahasiswa sehingga mampu mengkaji masalah social,
kemanusiaan, dan budaya. selanjutnya, diharapkan mahasiswa
peka,tanggap,kritis, serta berempati atas solusi pemecahan
masalah social dan budaya secara arif.

14

  
  
  
    
 Seperangkat konsep dasar ilmu social dan budaya tersebut
secara interdisiplin digunakan sebagai alat bagi pendekatan dan
pemecahan masalah yang timbul dan berkembang dalam
masyarakat. dengan demikian ISBD memberikan alternative sudut
pandang atas pemecahan masalah social budaya dimasyarakay.
bardasarkan pemahaman yang diperoleh dari kajian ISBD,
mahasiswa dapat mengorientasikan diri untuk selanjutnya mampu
mengetahui kea rah mana pemecahan masalah harus dilakukan.

  
  
  
    
 Pendekatan dalam ISBD lebih bersifat interdisiplin atau
multidisiplin, khususnya ilmu-ilmu social dalam menghadapi
masalah social. pendekatan dalam ISBD bersumber dari dasar-
dasar ilmu social dan budaya yang bersifat terintegrasi.ISBD
digunakan untuk mencari pemecahan masalah kemasyarakatan
melalui pendekatan interdisipliner atau multidisipliner ilmu-ilmu
social dan budaya. sedangkan pendekatan dalam ilmu social lebih
bersifat subjek oriented, artinya berdasarkan sudut pandang dari
ilmu social tersebut. misalnya, ilmu ekonomi melihat suatu
masalah melalui prespektif ekonomi serta pemecahan masalah pun
dari sudut pandang ekonomi pula.

  
  
  
    
 Pendekatan dalam ISBD akan memperluas pandangan
bahwa masalah social, kemanusiaan, dan budaya dapat didekati
dari berbagai sudut pandang. dengan wawasan ini pula maka
mahasiswa tidak jatuh dalam sifat pengotakan ilmu secara ketat.
sebuah ilmu secara mandiri tidak cukup mampu mengkaji sebuah
masalah kemasyarakatan. dewasa ini perkembangan sebuah
masalah semakin kompleks. kajian atas suatu masalah
membutuhkan berbagai sudut pandang keilmuan, demikian pula
dengan solusi pemecahannya.

  
  
  
    
 ISBD sebagai kajian masalah social, kemanusiaan dan
budaya, sekaligus pula member dasar pendekatan yang bersumber

15
dari dasar-dasar ilmu social yang terintegrasi. pendekatan yang
mendalam bersifat subject oriented di bebankan pada ilmu social
dan budaya yang lebih bersifat teoritis , baik yang menyangkut
ruang lingkup, metode dan sistematikanya.

  
   
  
   
 Demikian pula halnya dengan pendekatan dalam ilmu-ilmu
alam atau yang bersifat eksakta. pendekatan dalam ilmu-ilmu alam
dalam mengkaji gejala alamiah juga bersifat subject oriented.
mahasiswa yang menekini ilmu-ilmu eksakta akan mengkaji
gejala alam menurut sudut pandang ilmu mereka. dengan
diberikan kajian ISBD diharapkan dapat member wawasan akan
pentingnya pendekatan social dan budaya dalam menangani
masalah alam. misalnya,seorang sarjana teknik sipil dalam
upayanya membuat jembatan harus mempertimbangkan aspek
social dan budaya masyarakat dan sekitarnya. ia semata-mata
tidak boleh hanya mempertimbangkan masalah teknis. harus
dipahami bahwa manusia tidak lepas dari gejala alam dan
kehidupan lingkungan. alam dan manusia akan saling
mempengaruhi. namun,sebagai subjek kehidupan, manusia perlu
memperlakukan alam secara baik sehingga akan memberikan
manfaat bagi kesejahteraan hidupnya.

  
   
  
   
 Berdasarkan hal tersebut beberapa perguruan tinggi
memberlakukan ISBD sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswa
dari program ilmu alam atau eksakta. hal ini dimaksudkan agar
pendekatan social dan budaya senantiasa dipertimbangkan dan
melandasi setiap upaya mencari solusi atas pemecahan dari
masalah alam yang mereka hadapi. dengan demikian manusia
sebagai calon ilmuwan dan professional harapan bangsa mampu
bertindak secara arif dan bijaksana.

16
BAB II
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

TUJUAN PEMBELAJARAN

17
setelah melaksanakan pembelajaran ini, mahasiswa diarapkan
mampu :
1. menganalisis manusia sebagai makhluk berbudaya
2. menjelaskan hakekat kemanusiaan dan kebudayaan
3. membedakan antara etika dan estetika berbudaya
4. menunjukkan sikap hormat dan menghargai sesama manusia
5. memberikan contoh problema kebudayaan dewasa ini
MATERI PEMBELAJARAN
1. hakikat manusia sebagai makhluk budaya
2. apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan
3. etika dan estetika berbudaya
4. memanusiakan manusia
5. problematika kebudayaan

KATA KUNCI
Akal budi, budaya, kebudayaan, etika,estetika.

  
      
  
  Bab ini membahas tentang manusia sebagai makhluk
budaya yang berkemampuan menciptakan kebaikan,
kebenaran,keadilan, dan bertanggung jawab. sebagai makhluk
berbudaya, manusia mendayakan akal dan pikirannya untuk
menciptakan kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi
masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. sebagian makhluk
berbudaya, manusia menciptakan kebudayaannya.

  
      
  
  Dalam bab ini akan dibahas mengenai hakikat manusia
sebagai makhluk budaya, apresiasi terhadap kemanusiaan dan
kebudayaan, etika dan estetika berbudaya, memanusiakan
manusia, dan problematika kebudayaan.
A.    HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
Manusia adalah salah satu makhluk tuhan di dunia.
makhluk tuhan di alam fana ini ada empat macam, yaitu

18
alam,tumbuhan, binatang, dan manusia, sifat-sifat yang dimiliki ke
empat makhluk ini sebagai berikut :
1. alam memiliki sifat wujud
2. tumbuhan memiliki sifat wujud dan hidup
3. binatang memiliki sifat wujud,hidup dan dibekali nafsu
4. manusia memiliki sifat wujud,hidup, dibekali nafsu serta akal
budi.
Akal budu merupakan pemberian sekaligus potensi dalam
diri 
 manusia yang tidak dimiliki makhluk lain. kelebihan manusia
disbanding mekhluk lain terletak pada akal budi. anugrah tuhan
akan akal budilah yng membedakan manusia dengan makhluk
lain. akal adalah kemampuan berfikir manusia sebagai kodrat
alami yang dimiliki. berpikir merupakan kegiatan operasional dari
akal yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan
peningkatan hidup manusia. jadi, fungsi dari akal adalah berfikir.
karena manusia di anugerahi akal maka manusia dapat berfikir.
kemampuan berfikir manusia juga digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah hidup yang dihadapinya.

  
    
  
  
 Budi berarti juga akal. budi menurit kamus lengkap bahasa
Indonesia adalah bahian dari kata hati yang berupa paduan akal
dan perasaan dan yang dapat membedakan baik-buruk sesuatu.
budi dapat pula berarti tabiat atau perangai dan akhlak. sultan
takdir alisyabanha mengungkapkan bahwa budilah yang
menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang
bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan
penilaian objektif terhadap objek atau kejadian. dengan akal
budinya, manusia mampu menciptakan,mengkreasikan,
memperlakukan, memperbaharui, memperbaiki, mengembangkan
dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup
manusia. contohnya, manusia bisa membengun rumah , membuat

19
aneka masakan, menciptakan beragam jenis pakaian, membuat
alat transportasi,sarana komunikasi, dan lain-lain. binatangpun
bisa membuat rumah dan mencari makan. akan tetapi, rumah atau
makanan jenis suatu binatang tidak akan pernah berubah ataupun
berkembang. rumah burung, atau sarang burung dari dulu sampai
sekarang tetap saja wujudnya, tidak ada pembaharuan dan
peningkatan. manusia dengan kemampuan akal budinya bisa
memperbaharui dan mengembangkan sesuatu untuk kepentingan
hidup.

  
   
  
  
  Kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan hidup. secara umum, kebutuhan manusia
dalam kehidupan dapat dibedakan menjadi 2. pertama, kebutuhan
yang bersifat kebendaan(sarana-prasarana), atau badani / ragawi/
jasmani/rohani. contohnya adalah makan,minum,
bernafas,istirahat dan seterusnya. kedua, kebutuhan yang bersifat
rohani, atau mental dan psikologi. contohnya adalah kasih
saying,pujian,perasaan aman, kebebasan dan lain sebagainya.

  
   
  
  
  Abraham maslow seorang ahlu psikologi berpendapat,
bahwa kebutuhan manusia dalam hidup dibagi menjadi 5
tingkatan. kelima tingkatan tersebut adalah sebagi berikut :
1. kebutuhan fisiologis
2. kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan
3. kebutuhan social
4. kebutuhan akan penghargaan
5. kebutuhan akan aktualisasi diri
MeurutMaslow, kebutuhan manusia awalnya diawali
dengan kebutuhan fisiologis atau paling mendesak, kemudian
ecara bertahap beralih pada tingkat kebutuhan diatasnya sampai
tingkatan tertinggi, yaitu kebutuhan aktualisasi diri. beliau
menjelaskan bahwa kita tidak dapat memenuhi kebutuhan yang

20
lebih tinggi kalau kebutuhan yang lebih rendah belum terpenuhi.
itu berarti kebutuhan nomor 5 akan diupayakan pemenuhannya
kalau kita sudah memenuhi kebutuhan-kebutuhan sebelumnya.
jadi, kebutuhan manusia bertingkat dan membentuk hierarki.
Dengan akal budi, manusia tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan hidup, tetapi juga mampu mempertahankan juga
meningkatkan derajadnya sebagai makhluk yang tinggi bila
disbanding makhluk lain. ,manusia tidak sekedar homo tetapi
human (manusia yang manusiawi). dengan demikian manusia
mempu mengembangkan sisi kemanusiaanya.
Dengan akal budi, manusia mampu menciptakan
kebudayaan. kebudayaan pada dasarnya adalah hasil akal budi
manusia dalam interaksinya, baik dengan alam maupun alam
sekitarnya. manusia merupakan makhluk yang berbudaya.
manusia adalah pencipta kebudayaan.
B.     APRESIASI TERHADAP KEMANUSIAAN DAN
KEBUDAYAAN

1.      Manusia dan kemanusiaan


Istilah kemanusiaan berasal dari kata manusia mendapat
tambahan awalan ke dan akhiran-an sehingga menjadikan kata
benda abstrak. manusia menunjuk pada kata benda konkret,
sedangkan kemanusiaan kata benda abstrak. dengan demikian
kemanusiaan tidak dapat dipisahkan dari manusia. manusia adalah
homo sedangkan kemanusiaan adalah human.
Kemanusiaan berarti hakekat dan sifat-sifat khas manusia
sebagai makhluk yang tinggi harkat dan martabatnya.
kemanusiaan menggambarkan ungkapan   akan hakikat dan sifat
yang seharusnya dimiliki oleh makhluk yang bernama manusia.
kemanusiaan merupakan prinsip atau nilai yang berisi

21
keharusan/tuntutan/ untuk berkesesuaian dengan hakikat dari
manusia.
Hakikat manusia bisa dipandang secara segmental atau
dalam arti parsial, misalkan, manusia dikatakan sebagai homo
economicus, homo faber, homo socius,homo homini lupus, zoon
politicon dan sebagainya. namun pandangan demikian tidak bisa
menjelaskan hakikat manusia scara utuh
Hakikat manusia berdasarkan pancasila sering dikenal
dengan sebutan hakikat kodrat mono prulalis, hakikat manusia
terdiri atas ;
1. Mono dualis, susunan kodrat manusia dari segi aspek
keragaan.meliputi wujud materi anorganis banda mati,
vegetative, dan animalis serta aspek kejiwaan meliputi cipta,
rasa dan karsa.
2. Monodualis sifat kodrat manusia terdiri dari segi individu dan
segi social.
3. monodualis kedudukan kodrat meliputi segi keberadaan
manusia sebagai makhluk yang berkepribadian merdeka
(berdiri sendirii) sekaligus juga menunjukan keterbatasannya
sebagai makhluk tuhan.
Hakikat manusia harus dipandang secara utuh, manusia
merupakan makhluk tuhan yang paling sempurna, karena ia
dibekali akal budi. manusia memiliki harkat dan derajad yag
tinggi. harkat adalah nilai sedangkan derajat adalah kedudukan.
pandangan demikian   berlandaskan pada ajaran agama yang
diyakini oleh manusia sendiri . contoh dalam ajaran agama islam
surah at-tin ayat 4 dikatakan ‘sesungguhnya kami (allah) telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Karena manusia memiliki harkat dan derajat yang tinggi
maka manusia hendaknya mempertahankan hal tersebut. dalam

22
upaya mempertahankan dan meningkatkan hal tersebut, maka
prinsip kemanusiaan berbicara, prinsip kemanusiaan mangandung
arti adanya penghargaan dan penghormatan terhadap harkat dan
martabat manusia yang luhur itu, semua manusia adalah luhur,
karena itu manusia tidak harus dibedakan perlakuannya hanya
karea perbedaan suku,ras,keyakinan,status social ekonomi, asal
usul dan sebagainya.
Ada ungkapan bahwa the makind is one (kemanusiaan
adalah satu). dengan demikian, sudah sewajarnya antar semua
manusia tidaksaling mennindas, tapi saling menghargai dan
menghormati dengan pijakan prinsip kemanusiaan.prinsip
kemanusiaan yang ada pada diri manusia menjadi penggerak
manusia untuk berperilaku yang seharusnya sebagai manusia.
Dalam pancasila sila kedua terdapat konsep kemanusiaan
yang adil dan beradap. kemanusiaan yang adil dan beradab berarti
sikap dan perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat
manusia yang sopan dan susila yang berdasarkan atas nilai dan
norma moral. kemanusiaan yang adil dan beradab adalah
kesadaran akan sikap dan perbuatan yang didasarkan pada budi
murni manusia yang dihubungkan dengan norma-norma, baik
terhadap diri sendiri, sesame manusia, maupun terhadap
lingkungannya..
2.      Manusia dan dan kebudayaannya
Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta, yaitu
budhayah yang merupakan bentuk jamak dari budhi (budhi atau
akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal. ada pendapat lain mengetakan budaya berasal dari kata budi
dan daya. budi merupakan unsure rohani, sedangkan   daya adalah
unsure jasmani manusia. dengan demikian, budaya merupakan
hasil budi dan daya dari manusia.

23
Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata lain colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
dalam bahasa belanda, cultur berarti sama dengan culture, cultur
atau culture bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. dengan demikian kata budaya ada hubungannya dengn
kemampuan manusia dalam mengelola sumber-sumber kehidupan,
dalam hal ini pertanian. kata culture juga terkadang diterjemahkan
sebagai kultur   dalam bahasa Indonesia.
Kebudayaan sebagai system pengetahuan yang meliputi
system idea tau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan bersifat
abstrak. sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda
yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa prilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
social,religi,seni, dan lain-lain, yang kesemuannya ditujukan untuk
membentu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakatnya.
C.     ETIKA DAN ESTETIKA BERBUDAYA
1.      Etika Manusia Dalam Berbudaya
Kataetika berasal dari bahasa yunani, yaitu etos, secara
etimologis etika adalah ajaran tentang baik-buruk, yang diterima
umum tentang sikap,perbuatan,kewajiban dan sebagainya. etika
bisa disamakan artinya dengan moral (mores dalam bahasa latin),
akhlak atau kesusilaan. etika berkaitan dengan masalah nilai,
karena etika pada pokoknya membicarakan masalah-masalah yang
berkaitan dengan predikat nilai susila, atau tidak susila, baik dan
buruk. dalam hal ini , etika termasuk dalam kawasan nilai,
sedangkan nilai etika itu sendiri berkaitan dengan baik-buruk
perbuatan manusia.

24

  
  
   
    Namun, etika memiliki makna yang bervariasi, bertens
menyebutkan ada tiga jenis makna etika sebagai berikut.
a. Etika dalam arti nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau kelompok orang dalam mengatur tingkah
laku.
b. Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang
dimaksud di sini adalah kode etik)
c. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang baik dan buruk. disini
etika sama artinya dengan filsafat moral
Etika sebagai nilai dan dan norma etik atau moral
berhubungan denganmakna etika yang pertama nilai-nilai etik
adalah nilai tentang bik buruk kelakuan manusia. nilai etik
diwujudkan kedalam norma etik, norma moral atau norma
kesusilaan.
Norma etik berhubungan dengan manusia sebagai individu
karena menyangkut kehidupan pribadi. pendukung norma etik
adalah nurani individu dan bukan manusiasebagai makhluk social
atau sebagai anggota masyarakat yang terorganisir.norma ini dapat
melengkapi ketidakseimbangan hidup pribadi dan mencegah
kegelisahan diri sendiri.
Norma etik ditujukan kepada umat manusia agar terbetuk
kebaikan akhlak pribadi guna pnyempurnaan bentuk manusia dan
melarang manusia melakukan perbuatan jahat.
membunuh,berzinah,mencuri dan sebagainya, tetapi dirasakan
juga sebagai bertentangan dengan norma kesusilaan dalam setiap
hati nurani manusia. orma etik hanya membebani manusia dengan
kewajiban-kewajiban saja.
Asal atau sumber norma etik adalah dari manusia sendiri
yang bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir. tetapi
ditunjukan kepada sikap batin manusia. batinnya sendirilah yang

25
mengancam perbuatan yang melanggar norma kesusilaan dengan
sanksi itu. kalau terjadi pelanggaran norma etik, misalnya
pencurian atau penipuan, maka akan timbullah dalam hati nurani
si pelanggar itu penyesalan, rasa malu, takut, dan merasa bersalah.
Daerah berlakunya norma etik relative universal, meskipun
tetap dipengaruhi oleh ideology masyarakat pendukungnya.
prilaku membunuh adalah prilaku yang amoral,asusila, atau tidak
etis. pandangan ini bisa diterima oleh dimana saja atau universal.
namun, dalam hal tertentu, perlaku seks bebas bagi masyarakat
penganut kebebasan kemungkinan bukan perilaku amoral. etika
masyarakat timu mungkin berbeda dengan etika masyarakat barat.
Norma etik atau norma moral menjadi acuan manusia
dalam berprilaku. dengan norma etik, manusia bisa membedakan
mana perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. norma
etik menjadi semacam das-sollen untuk berperilaku baik. manusia
yang beretika berarti perilaku manusia itu baik sesuai dengan
norma-norma etik.
Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta,rasa dan karsa
manusia. manusia yang beretika akan menghasilkan budaya yang
memiliki nilai-nilai etik pula. etika berbudaya mengandung
tuntutan/keharusan bahwa budaya yang dicptakan manusia
mengandung nili-nilai rtik yang kurang lebih bersifat universal
atau diterima sebagian besar orang. budaya yang memiliki nilai-
nilai etik adalah budaya yang mampu menjaga, mempertahankan,
bahkan mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia itu
sendiri. sebaliknya, budaya yang tidak beretika adalah kebudayaan
yang akan merendahkan atau bahkan menghancurkan martabat
kemanusiaan.
Namun demikian, menentukan apakah suatu budaya yang
dihasilkan manusia itu memenuhi nilai-nilai etik ataukah

26
menyimpang dari nilai etika adalah bergantug dari paham atau
ideology yang diyakini masyarakat pendukung kebudayaan. hal ini
dikarenakan berlakunya nilai-nilai etik bersifat universal, namun
amat dipengeruhi oleh ideology masyarakatnya.
Contohnya, budaya perilaku berduaan di jalan antara
sepasang muda mudi, bahkan bermesraan di depan umum.
masyarakat individu menyatakan demikian bukanlah perilaku
tidak etis, tetapi aka nada sebagiano orang atau masyarakat yang
berpandangan hal tersebut merupakan penyimpangan etik.
2.      Estetika Manusia Dalam Berbudaya
Etika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau
seni. estetika berkaitan dengan nilai-nilai jelek (tidak indah). nilai
estetikaberarti nilai tentang keindahan. keindahan dapat diberi
makna secara luas, secara sempit dan estetik murni.
a. secara luas, keindahan mengandung nilai kebaikan. bahwa
segala sesuatu yang baik termasuk yang abstrak maupun nyata
yang mengandung ide kebaikan adalah indah. keindahan
dalam arti luas meliputi banyak hal ,seperti watak yang indah,
hukum yang indah, ilmu yang indahdan kebajikan yang indah.
indah dalam arti luas mencakup hampir seluruh yang
ada.apakah merupakan hasil seni, alam moral, dan intelektual.
b. secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup presepsi
penglihatan (bentuk dan warna)
c. secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik
seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang
diresapinya melalui penglihatan, pendengaran,peradapan, dan
perasaan, yang semuanya   dapat menimbulkan   presepsi
(anggapan) indah.
Jika estetika dibandingkan dengan etika, maka etika
berkaitan dengan nilai yang berkitan dengan baik-buruk,

27
sedangkan estetika yang berkaitan dengan indah jelek. sesuatu
yang estetik berarti memenuhi unsure keindahan (secaraestetik
murni maupun secara sempit, baik dalam bentuk warna ,
garismkata, ataupun nada). budaya yang estetik berarti budaya itu
memiliki unsure keindahan.
Apabila nilai etik bersifatrelativuniversal, dalam arti bisa
diterima banyak orang, namun nilai estetik amat subjektif dan
particular. sesuatu yang indah bagi seseorang belum tentu indah
bagi orang lain. misalkan dua orang memandang sebuah lukisan,
orang pertama akan mengakui keindahan yang terkandung di
dalam luksan tersebut, namun bisa jadi orang kedua sama sekali
tidak menemukan keindahan di lukisan tersebut.
Oleh karena subjektif, nilai estetik tidak bisa dipaksakan
pada orang lain. kita tidak bisa memaksa seseorang untuk
mengakui keindahan sebuah lukisan sebagaimana pandangan kita,
nilai-nilai estetik lebih bersifat perasaan, bukan pernyataan.
Budaya sebagai hasil karya mausia sesungguhnya
diupayakan untuk memenuhi unsure keindahan. manusia sendiri
memang suka akan keindahan. disinilah manusia berusaha
berestetika dalam berbudaya. semua budaya pastilah dipandang
memiliki nilai-nilai estetik bagi masyarakat pendukung budaya
tersebut. hal-halyang indah dan kesukaannya pada keindahan
diwujudkan dengan menciptakan aneka ragam budaya.
Namun sekali lagi, bahwa suatu produk budaya yang di
pandang indah oleh masyarakat pemiliknya belum tentu indah
bagi masyarakat budaya lain. contohnya, budaya suku-suku
bangsa di Indonesia. tarian suatu suku berikut penari mungkin
dilihat tidak ada nilai estetikanya, bahkan dipandang aneh oleh
warga dari suku lain, demikian pula sebaliknya.

28
Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata
dalam berbudaya harus memenuhi nilai-nilai keindahan. lebih dari
itu estetika berbudaya menyiratkan perlunya manusia untuk
menghargai keindahan budayayang dihasilkan oleh manusia
lainnya.keindahan adalah subjektif. tetapi kita akan dapat melepas
subjektivitas kita untuk melihat adanya estetik.
A. BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KEKUATAN
PSIKISNYA

  
   
  
   
 Menurut pandangan aliran psikoanalisa kesenian,
kesusasteraan, dan 9segala jenis idealisme sosial dan politik
muncul dari kenyataan bahwa kekuatan psikis yang dapat
ditanamkan di dalam obyek-obyek yang secara sosial dapat
diterima, memberiknnya suatu nilai yang tegas dan pasti. Masalah
besar yang  dihadapi sosiologi dewasa ini ialah menemukan cara-
cara untuk mempergunakan kekuatan psikis ini sehingga
bermanfaat secara kemasyarakatan.

  
   
  
   
 Telah kita pahami bahwa idealisasi dan sublimasi adalah
bentuk-bentuk khusus dari apa yang kita sebut secara lebih umum
dengan ‘pemindahan kekuatan psikis’, menggunakan kekuatan
psikis yang sama dengan yang digunakan dalam kasus neorosa
atau rasionalisasi atau pembentukan reaksi, namun dengan akibat
yang sungguh berbeda. Apakah kekuatan psikis itu ditanamkan di
dalam obyek-obyek yang secara kemasyarakatan dapat diterima,
tentu saja tergantung kepada kepribadian individual, namun
demikina mungkin pula tergantung kepada sifat dari bimbingan
kekuatan-kekuatan yang bekerja di dalam masyarakat dimana
individu yang bersangkutan hidup.

  
   
  
   
 Kita kini hidup dalam suatu periode dimana ide
perencanaan sosial tidaak lagi merupakan konsepsi yang asing
sama sekali. Mungkin sekali bimbingan terhadap kekiatan psikis

29
kita, cepat atau lambat akan dianggap sebagai suatu masalah sosial
yang penting. Bimbingan demikian tentu saja bukan berarti bahwa
kita dapat atau menghendaki untuk mengatur perkembangan
individual kita secara mekanik atau kita harus mencoba
meramalkan perkembangan evolusi dari individdu tertentu.
Peramalan evolusi dari individu demikian itu adalah suatu hal
yang tak mungkin dan tak perlu; namun ada kemungkinan bahwa
faktor-faktor umum cenderung membentuk perilaku manusia dan
kondisi pemanfaatan kekuatan psikis yang berlebih-lebihan
mungkin ditampung dan dibimbing karena mempengaruhi
kebanyakan orang kearah tingkat tertentu dan kedalam aturan
tertentu. Dalam hal ini orang harus membedakan dua hal. Pertama,
kondisi individual tertentu dalam keadaan sebelum ditentukan,
yakni sebelum mendapatkan bantuan dari institusi tertentu yang
menghasilkan tipe khusus individu. Sekiranya ada orang yang
mempercayai terbentuknya kepribadian individu menurut cara ini,
maka orang itu tentu berasumsi bahwa perkembangan masyarakat
secara berangsur-angsur dapat diramalkan, dan merupakan suatu
yang tak dapat dielakkan. Tetapi ini sama sekali bukan pendirian
kita. Kita berasumsi bahwa kondisi tertentulah yang menyebabkan
timbulnya beberapa pengaruh dengan derajat kemungkinan
statistik tertentu. Namun kebebasan berkembang diluar tipe itu
adalah sesuatu yang esensial terhadap perkembangan yang lebih
banyak bersifat tentatif dan yang mudah disesuaikan ini.

  
  
     
  Bimbingan terhadap kekuatan psikis dan emosional dalam
masyarakat yang lebih sederhana, pertama terdiri dari penyesuaian
kekuatan aktif menurut kebutuhan masyarakat yang lebih
sederhana seperti yang lahir dari proses pembagian kerja dalam
masyarakat, dan kedua dalaam menyelaraskan kekuatan yang
berlebihan dengan merangsang pertumbuhan pola sublimasi

30
dengan mempengaruhi aktivitas yang menyenangkan dan
sebagainya. Kita harus mempelajari dengan sangat hati-hati
bagaimana proses sublimasi dan pemindahan kekuatan psikis dan
emosional itu mendapatkan bimbingannya dalam masyarakat yang
lebih kuno.

B. PENETAPAN OBYEK DAN PEMINDAHAN LIBIDO



  
   
    
  Kemungkinan untuk membimbing kekuatan emosional
disediakan oleh kenyataan fundamental bahwa emosi manusia
tidak seluruhnya ditentukan pada waktu lahir kepada obyek
tertentu, dan malahan sering kali situasi sosial yang
menghubungkannya dengan obyek-obyek tertentu. Sekali emosi
dihubungkan dengan suatu obyek tertentu, maka kita berbicara
tentang ‘penentuan obyek’ atau disebut juga kathexis. Penetapatn
obyek seperti itu misalnya kecintaan anak terhadap orang tuanya
dan sebaliknya, kecintaan anak terhadap saudara-saudaranya,
kecintaan murid terhadap gurunya san sebaliknya, kecintaan anak
terhadap teman sepermainannya dan sebagainya. Disamping itu,
dapat pula mencakup kecintaan terhadap rumah atau kecintaan
terhadap kegiatan-kegiatan seperti terhadap pekerjaan dan
terhadap simbol-simbol keagamaan atau politik, atau kepercayaan.
Sekali penetapan obyek telah terjadi maka ikatannya menjadi
terkunci dengan era, namun demikian dalam hal ini masih terdapat
kemungkinan pergeseran libido dari satu obyek ke obyek yang
lain.

  
   
    
  Seperti terjadi dalam proses evolusi kehidupan anak-anak
dimana terdapat model umum peniruan, yang dimulai dari orang
yang paling dekat hubungannya dengan si anak, kemudian
mengarah kepada orang yang lebih jauh hubungannya dengannya,
dan dari contoh-contoh yang lebih konkrit menuju kepada yang

31
lebih abstrak, demikian pula proses pemindahan emosi itu terjadi,
dimulai dari ibunya dan anggota keluarganya yang lain menjurus
kepada anggota komunitas diluar anggota keluarganya, dan
akhirnya terhadap ide-ide abstra komunitas itu sendiri. Selanjutnya
karena situasi dasar pada setiap jenis kemampuan sosialisasi
manusia ditemukan kenyataan bahwa anak manusia lebih
tergantung dibandingkan dengan anak binatang, dengan demikian
maka nasib libido ditentukan oleh situasi fundamental yang sama.
Selama periode menyusu dan pemeliharaan yang intensif, anak
manusia mengembangkan perasaan ketergantungan terhadap
orang lain yang mendorong kearah pengembangan kecenderungan
yang bersifat libido dan kecenderungan emosional demikian itu
disatukan dan diaraahkan kepada seseorang, yang biasanya adalah
ibunya. Karena penetapan obyek emosional yang mula-mula
terjadi selama masa bayi, maka pola keluarga yang mula-mula itu
sangat penting bagi individu dalam membantu menciptakan sikap-
sikapnya yang mendasar. Lasswell menekankan pada kenyataan
bahwa pemikiran orang dewasa hanyalah sebagian saja yang
benar2benar diperolehnya dalam masa dewasanya, dan karena itu
obyek dan model-model yang diperkenalkan semasa bayinya
mempengaruhi perilaku orang dewasa dalam situasi sosial. Kita
sering melihat pertumbuhan tingkah laku anak-anak
mencerminkan sikap ibunya. Perasaan gelisah, pola kepercayaan
tahyul dan tabu dari seseorang mungkin sekali berasal dari sikap
orangtuanya, dan terus berpengaruh setelah anak itu menjadi
dewasa. Karena itu setiap keluarga yang memperlihatkan pola
sikap dan pola perilaku tertentu, besar kemungkinan berasal dari
lingkungan eluarga si ayah dan si ibunya sendiri. Kenyataan ini
sebagian menerangkan kelambatan perkembangan masyarakat
sekalipun dalam periode dinamis atau periode revolusioner.

32
Kelambatan perkembangan ini bukan karena kenyataan bahwa
individu tidak dapat diubah, melainkan karena kenyataan bahwa
unit pembentuk kepribadian yang fundamental yakni keluarga,
telah bekerja dalam waktu yang lama dan dengan cara yang sama,
sekalipun lingkungan sosialnya telah berubah. Bukan warisan
biologis dan warisan mental yang menjadi alasan kenapa pola
mental tertentu direproduksi dari satu generasi ke generasi
berikutnya tetapi adalah kenyataaan bahwa perubahan-perubahan
dalam kehidupan publik hanya merembes dengan sangat lambat ke
dalam kehidupan keluarga.

  
   
   
  
 Seorang anak, sekali ia telah dibentuk oleh keluarganya,
hanya dapat dengan secara bertahap mengubah pola utama sikap
dan perilakunya itu. Namun demikian, terdapat suatu periode
dalam perkembangan anak-anak ketika pemindahan bagian
penting penetapan libido terjadi. Inilah yang dikenal sebagai
periode pubertas atau periode remaja. Fase pertumbuhan biologis
ini bertepatan dengan kontak-kontak sosial baru dan kebutuhan-
kebutuhan sosial yang baru pula. Suatu konflik peranan dapat
terjadi, dan pada umumnya jika tak terselesaikan dengan baik,
pemindahan fiksasi emosional dapat terjadi. Terdapat suatu
masalah remaja di dalam masyarakat kita (Barat) dimana aspirasi
kalangan remaja yang menuntut adanya kebebasan dan desakan
para orangtua terhadap keterikatan, bertentangan satu sama lain.
Menarik sekali bahwa masyarakat primitif mempunyai
perencanaan dan menginstitusionalisasikan fase transisi ini di
dalam adat-istiadatnya yang dihubungkan dengan upacara
pelantikan atau pembayaran paraa remajanya menjadi orang
dewasa yang dikenal dengan istilah ‘initiation rites’.

  
   
   
  
 Dalam suatu simposium yang membahas penelitian
sosiologi tentang masalah remaja, Margaret Mead, E.B. Reuter,

33
dan R.G. Foster mengemukakan aspek-aspek yang berbeda dari
masalah ini. Menurut Reuter, keremajaan tidak harus di
definisikan dalam pengertian kematangan anak secara psikis. Jika
kita menganalisanya sebagai suatu pengalaman sosial, maka
keremajaan bermula ketika masyarakat tidak lagi memandang
seseorang sebagai anak kecil tetapi menilainya telah mengambil
alih beberapa tanggung jawab orang dewasa. Sedangkan usia
pengambil alihan tanggung jawab itu terjadi, tergantung kepada
faktor-faktor sosial, bukan kepada faktor biologis. Kelompok
keagamaan menyerahkan tanggung jawab orang dewasa kepada
anak-anak yang berusia antara 12-14 tahun. Dengan demikian,
kelompok keagamaan itu mengesahkan anak-anak dalam usia
tersebut sebagai orang dewasa. Di Inggris, usia dewasa dalam soal
seksual adalah 16 tahun; usia untuk diizinkan minum alkohol 18
tahun. Masyarakat modern cenderung menetapkan suatu periode
transisi yang panjang antara masa kanak-kanak dan masa dewasa,
sementara itu anak remaja biasanya menganggap dirinya sendiri
sebagai orang dewasa, dan mendesak dengan satu dan lain cara
bahwa keluarga serta masyarakat tidak perlu lagi memperlakukan
mereka sebagai anak kecil.

  
   
  
   
 Secara biologis keremajaan adalah suatu tingkat
perkembngan sosial dan suatu keadaan mental atau keadaan
berpikir tertentu. Keremajaan melambangkan suatu periode
lanjutan dari sikap yang tidak terpengaruh seorang pemuda dari
pengendalian keluarga. Ini adalah suatu tanda ketergantungan
terhadap kelompok umurnya sebelum ia mencapai kebebasan
secara individual dalam membuat keputusan-keputusan yang
menandai status kedewasaan penuh. Banyak orang dewasa secara
psikologis, yang sebenarnya tak pernah melebihi sikap dan
perasaan orang yang kita sebut remaja.

34

  
   
   
  
 Sebagian besar tergantung kepada jenis pola perilaku dan
sikap yang ditawarkan kepada pemuda dalam fase kritis dari
pertumbuhannya. Jika suatu masyarakat dapa menentukan apa
yang setepatnya dilakukan dalam merencanakan pengaruh yang
penting, dan dapat secara meyakinkan mempengaruhi kedua fase
fundamental, dari perkembangan manusia- yakni fase anak-anak
dan fase pubertas- sekalipun perbedaan secara individual masih
akan timbul tetapi suatu bimbingan yang lebih besar terhadap
masyarakat akan dimungkinkan. Memang setelah fase pubertas
itupun kita tak henti-hentinya mengubah sikap kita. Namun dasar
kebersamaannya yang berasal dari lingkungan keluarga akaan
lebih besar peranannya. Saya yakin bahwa kita berada diambang
pintu suatu situasi masyarakat dimana akan memerlukan
bimbingan yang lebih besar lagi.

  
   
   
  
 Dalam tingkat poerkembangan sosial yang lebih kemudian,
transformasi terus-menerus dan pemindahan libido diperlihatkan
oleh kenyataan bahwa masyarakat yang revolusioner ditandai oleh
banyak kelonggaran dari libido yang sebelumnya telah
dikukuhkan. Ketegangan besar dalam masyarakat seperti itu lahir
dari kenyataan bahwa disana terfdapat sejumlah kekuatan libido
yang muncul tanpa suatu pengukuhan sedang mencari integrasi
baru. Dalam masyarakaty tradisional yang konservatif, kekuatan
emosional dikukuhkan dan dipelihara berdasrkan ata keluarga,
pertemanan, keanggotaan kelompok tradisional darimana
seseorang dilahirkan, atas dasar cita-cita yang dihargai dalam
kelompok tersebut, dan dalam beberapa kasus tertentu mendorong
individu untuk mencoba melahirkannya di dalam skala sosial
tertentu. Pada waktu bersamaan, nilai emosional dari ide-ide
keagamaan, adat-istiadat dan sopan santun tradisional masih
sangat kuat.

35

  
   
   
  
 Tetapi sekali terjadi pergeseran umum dalam struktur
masyarakat, maka banyak orang yang melepaskan cita-cita sosial
dan politik, cita-cita keagamaan, kebiasaan rekreasi dan ambisi
pribadi yang tertanam di dalam perasaan mereka masing-masing.
Sebagai akibatnya, terdapat sejumlah kekuatan psikis yang
terlantar yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan baru.

  
   
   
  
 Penciptaan agama baru yang hanya dimungkinkan dalam
situasi dimana suatu generasi baru telah melepaskan ikatan
emosionalnya yang lama dan jika kelompok pemimpinnya
menyadari bahwa mereka harus menciptakan fiksasi perasaan
bersama yang baru yang dapat dipertalikan dengan loyalitas
menuju tatanan sosial baru. Fiksasi libido dalam periode revolusi
atau dalam masa-masa reformasi sosial biasanya dihasilkan oleh
proses demikian itu.

  
   
   
  
 Makna sosiologis dari pemindahan libido ini harus diakui
sangat penting karena sama caranya dengan pemindahan motif-
motif individual dari obyek keluarga kepada obyek publik yang
merupakan bentuk normal dari perkembangan individual. Dengan
demikian, perasaan-perasaan kebanggaan dari kesetiaan yang
dirasakan sseseorang anak terhadap orangtuanya kemudian dapat
dialihkan kepada tokoh pemimpin rakyat atau kepada tanah air.
Sebaliknya rasa kebencian terhadap seorang atau terhadap kedua
orangtuanya sebelumnya, mungkin kemudian dapat dibelokkan
kearah penentangan terhadapa kekuasaan raja, kelas kapitalis, atau
terhadap penguasa lain. Seperti dikemukakan Lasswell, seorang
dewasa yang merasa bahwa ia tidak dapat lagi mencintai ‘umat
manusia ‘ ini. Ia tak dapat mencintai Tuhan namun ia dapat
mencintai bangsanya. Atau ia mungkin merasa tak mampu
mencintai tanah airnya dan malahan menjadikan kelasnya atau
partainya sebagai obyek kecintaan dan pemujaan.

36

  
  
  
   
  Persoalan yang timbul disini ialah apakah dan seberapa
jauh psikologi bermanfaat dalam analisa politik. Menurut saya
analisa politik tanpa bantuan psikologi sendiri sebenarnya tidak
mencukupi karena ia mengandung keterbatasan yang sangat
penting. Psikologi cenderung memotong faktor-faktor sosial
seperti perkembangan institusi dan mengabaikan pengaruh
tekanan ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan serta pengaruh yang
timbul dari strategi dan faktor-faktor militer yang diperlihatkan
dalam suatu masyarakat.

F. SOSIOLOGI TENTANG TIPE PERILAKU


1) Sikap dan Keinginan.

  
   
   
  
 Sedemikian jauh telah dibicarakan tentang proses yang
paling mendasar yang menyatukan, melarutkan, menyatukan
kembali, menetapkan, dan memindahkan kekuatan psikis yang
bersifat libido.

  
   
   
  
 Perkembangan ini termasuk ke dalam bahasan sosiologi
umum (sistematika sosiologi) karena setiap masyarakat baik yang
paling primitif maupun yang paling maju atau yang paling rumit
susunannya didasarkan atas mekanisme ini. Sebaliknya
sosiologi  historis mempelajari bentuk-bentuk yang lebih
individual dari penetapan dan pemindahan libido seperti: sifat dari
perasaan kekeluargaan dalam periode historis tertentu atau tentang
perasaan konsep kasih-sayang dalam periode kekesatriaan atau
tentang perasaan nasionalisme diantara kelompok-kelompok sosial
yang terdapat didalam suatu negara seperti Jerman misalnya atau
tentang sejarah pemindahan libido di dalam kehidupan kelompok
yang berbeda.

  
   
   
  
 Diantara kedua tingkat sosiologi ini, yakni antara
sistematika sosiologidan sosiologi historis, terdapat suatu tingkat

37
perantara. Dalam tingkat perantara ini kita mempelajari tipe-tipe
umum tertentu dengan cukup nyata menandai keseluruhan tipe
mental dan yang mungkin kita untuk menerapkan pernyataan
umum di dalam lingkungan historis yang lebih konkrit. Contoh
analisa seperti itu, disumbangkan oleh W.I. Thomas seorang
sosiolog dan ahli psikologi sosial Amerika yang menyusun tipe-
tipe kelompok dan menyebutnya dengan’empat keinginan’.
Thomas mengakui bahwa jika kita mencoba menganalisa
sekelompok orang tertentu dan kita ingin menguraikan tidak hanya
sekedar aktivitas mereka dan penyesuaian tujuan bersama mereka,
tetapi juga perubahan kehidupan batin, (inner life) mereke, sikap,
keinginan dan perasaan mereka, maka kita membutuhkan suatu
klasifikasi mana sebagian besar orang dapat disesuaikan. Ini
berarti bahwa klasifikasi itu dapat menampung secara utuh satu
tipe – yang mana ini jarang terjadi- atau klasifikasi itu
menggambarkan suatu campuran dari dua atau lebih tipe-tipe.
Thomas mengakui bahwa keinginan-keinginan manusia
mempunyai perbedaan bentuk yang sangat besar tetapi
menurutnya pula, keinginan yang berbeda-beda itu dapat di
klasifikasikan menjadi empat tipe dengan beberapa keuntungan.
Masing-masing tipe adalah sebagai berikut:
a. Keinginan untuk memperoleh pengalaman baru
b. Keinginan untuk memperoleh keamanan
c. Keinginan untuk memperoleh tanggapan
d. Keinginan untuk memperoleh penghargaan.
Thomas mengira dan saya pun sependapat bahwa kompleks
sikap berasal dari kecenderungan mendasar, rangsangan atau apa
yang disebut dengan naluriah. Thomas mencoba meredusir
keempat tipe keinginan tersebut menjadi pola sikap yang paling
mendasar yang telah dapat ditemukan pada kehidupan bayi dan

38
pada tingkat primitif dari evolusi sosial. Kiranya ada baiknya
direkapitulasi di sini, baik uraiannya tentang keinginan-keinginan
fundamental maupun upayanya dalam meredusir keinginan-
keinginan manusia itu menjadi keinginan yang lebih sederhana.

a. Keinginan Untuk Memperoleh Pengalaman Baru


Seluruh pengalaman yang lazim dikejar seperti terbang,
menangkap, meloloskan diri dari pengejaran atau dari kematian
adalah pengalaman yang menarik dan mengasyikkan. Thomas
membicarakan tentang pengalaman disini yang menandai
kehidupan manusia yang lebih kuno. Ada suatu informasi yamg
lambat dari pola yang asli dan sederhana ke pola yang
disublimasikan secara lengkap dan ruwet. Sekarangpun kita masih
dapat mengenal sesuatu yang disebut: ‘pola pemburuan
‘kepentingan’. Petualangan merupakan perubahan utama dari pola
ini. Sensasi yang diberitaakan di dalam koran merupakan jenis lain
dari transformasi itu. Kegiatan individual seperti yang diberitakan
dikoran itu dan pengalaman seperti ketika bercumbu-cumbuan
juga merupakan suatu elemen yang dikejar. Dalaam setiap
penemuan ilmiah yang murni juga terdapat pola pemburuan
terhadap pekerjaan dan praktek yang sama juga terjadi dalam
penyelesaian teka-teki atau suatu masalah.

b. Keinginan Untuk Memperoleh Keamanan


Keinginan ini terutama didasarkan atas rasa takut yang
bergandengan dengan kemungkinan timbulnya penderitaan pisik
atau kematian, daan mengekspresikan dirinya sendiri dalam
perasaan takut dan melarikan diri. Individu yang mendominasi
oleh keinginan untuk memperoleh keamanan biasanya sangat
berhati-hati dan konservatif, cenderung kepada kebiasaan yaang

39
teratur, bekerja secara sistematis dan suka mengumpulkan
kekayaan. Polaritas sosial antara pemberontakan dan orang yang
tradisional berkaitan erat dengan ke dua tipe pertama keinginan
tersebut diatas.

c. Keingin Untuk Memperoleh Tanggapan


Keinginan ini di kembangkan dari kecenderungan untuk
mencintai, mencari dan memberi tanda-tanda apresiasi.
Kecenderungan ini terlihat dalam kesayangan seorang ibu
terhadap anaknya dan dalam tanggapan seorang anak terhadap
kasih-sayang ibunya. Namun keinginan ini juga bekerja pada
derajat yang lain dalam keinginan untuk mendapatkan tanggapan
dari lawan jenis. Masa bercumbu-cumbuan yang penuh gairah
misalnya penuh dengan janji-janji muluk dan daya tarik demi
untuk mendapatkan tanggapan yang serupa itu pula kembali.
Kecemburuan adalah suatu ekspresi dari rasa takut, dalam hal
mana tanggapan ditujukan kepada orang lain. Tetapi sukse-sukses
kemasyarakatan sering mengurangi keinginan untuk memenuhi
tanggapan secara personal.

d. Keinginan Untuk Memperoleh Penghargaan


Keinginan ini diekspresikan dalam perjuangan
perseorangan untuk memperoleh posisi atau pengaruh dan
prestisedalam kelompok sosial mereka sendiri. Ini kita namakan
keinginan untuk memperoleh status sosial. Contoh nyatanya
ditemuukan dalam kasus politisi atau kapten industri yang
berjuang untuk memperoleh sukses. Seorang laki-laki atau wanita,
mungkin memancing tanggapan dan memperoleh perhatian atau
penghargaan melalui tindakan berpura-pura sakit. Sedangkan
orang lainnya mungkin memperoleh penghargaan dengan

40
menampilkan sikap dan tindakan yang berpura-pura atau dengan
kerendahan hati yang sungguh-sungguh, dengan mengorbankan
kepentingan dirinya sendiri, dengan kesholehan dan dengan mati
syahid. Tendensi serupa itu mungkin bermanfaat secara
kemasyarakatan dalam satu hal tertentu dan berbahaya dalam hal
yang lain. Motif-motif yang berkaitan dengan suatu daya tarik
untuk memperoleh pengahargaan melalui sikap yang
mementingkan diri sendiri dan kesukaan memamerkan
disebut: sombong sedangkan aktivitas kreatif yang berkaitan
dengan keinginan yang serupa disebut: ambisi.

  
   
  
  
  Kita boleh menggeser dari satu kategori ke kategori yang
lain dan menemukan obyek baru untuk kategori yang sama.
Terakhir, keinginan-keinginan yang berbeda mungkin dapat di
gabungkan ke dalam kepribadian seorang individu.

  
   
  
  
  Seorang imigran ke Amerika misalnya mungkin sekali
ingin melihat dunia baru, untuk mencari keuntungan, untuk
mencari taraf hidup yang tinggi atau untuk memenuhi sejumlah
keinginan yang lain yang tercakup dalam keempat tipe keinginan
tersebut diatas.

  
   
  
  
  Wataak dapat dipandang sebagai suatu ekspresi dari
kesatuan keinginan-keinginan dasar yang dihasilkan dari saling
pengaruh-mempengaruhi antara temperamen dan pengalaman.
Keinginan adalah titik tolak dari aktivitas dan tekanan-tekanan
terhadapnya dpat mempengaruhi perilaku manusia.

2) Kepentingan

  
  
  
  
  
 Sedemikian jauh kita telah menganggap penting unsur-
unsur yang tidak disadari dan yang irrasional dari kehidupan
manusia. Meskipun kehidupan sosial tanpa terelakkan dibimbing
sedemikian luasnya oleh faktor-faktor ketidaaksadaran dan emosi,

41
namun adalah suatu kekeliruan besar bila diabaikan peranan yang
dimainkan oleh kepentingan rasional.

  
  
   
  
  Kita akan membedakan dua ide tentang ‘kepentingan’.
Pertama, kepentingan dalam arti luas. Contohnya seperti: yang
berkepentingan atau berminat terhadap rakyat, terhadap kesenian,
atau terhadap filsafat. Kepentingan demikian ini adalah murni
dalam pengertian psikologi. Kedua, di sebut kepentingan rasional.

  
  
   
  
  Kepentingan dalam arti luas adalah pasangan dari sikap.
Menurut MacIver, sikap adalah keadaan berpikir secara subyektif,
mencakup kecenderungan bertindak menurut cara-cara yang khas,
kapan saja suatu stimuli timbul. Sikap seperti itu misalnya sikap
cemburu, iri-hati, benci, jijik, pemujaan, keyakinan atau
ketidakyakinan. Seluruh sikap secara tak langsung menyatakan
obyek tertentu, ke arah mana sikap itu di tujukan, tetapi obyek ini
menyatakan keadaan pikiran, bukan obyek seperti yang
ditunjukkan dengan istilah ‘sikap’/

  
  
   
  
  Sebaliknya, jika kita mengalihkan perhatian kita dari
subyek kepada obyek, maka kita akan berbicara tentang obyek
dari kepentingan. Seorang politisi misalnya, adalah obyek
kepentingan dari banyak orang walaupun sikap orang itu
terhadapnya mungkin sangat berbeda-beda.

  
  
   
  
  Kita dapat memulai dengan mengingat suatu obyek
kepentingan dari sudut pandangan elemen subyektif. Sekali
kepentingan saya dipusatkan kepada obyek itu maka hubungan
obyektif antara obyek itu dengan saya mejadi semakin penting.
Dalam arti luas ini kita dapat membicarakan tentang kepentingan
terhadap obyek kultural seperti terhadap filsafat. Dalam hal ini
kepentingan berarti suatu obyek yang mendapatkan perhatian kita.

  
  
   
  
  Dari kepentingan dalam arti ‘saya berminat terhadap
sesuatu’, maka kita harus membedakannya dari kepentingan yang

42
mempunyai implikasi khusus terhadap keuntungan personal yang
kadang-kadang kita sebut ‘kepentingan sendiri’. Sebagai
contohnya, saya mungkin menginginkan untuk mencapai sejumlah
terbesar kemungkinan dalam bidang kekuasaan, prestise atau
keuntungan ekonomi. Keinginan utama untuk memperoleh
keuntungan, mendorong saya untuk melakukan kegiatan. Ini
berarti bahwa kepentingan memaksa saya untuk mengorganisir
tingakah laku saya untuk mencapai tujuan tertentu dan dalam hal
ini kita berbicara tentang makna kedua dari kepentingan yang kita
bicarakan, yakni kepentingan rasional. Kepentingan rasional ini
secara tak langsung enyatakan adanya perhitungan dan perjuangan
untuk mencapai tujuan tertentu itu, dan bentuk-bentuk yang
kompleks dari penyesuaian diri, karena perhitungan secara tak
langsung berarti memilih cara-cara yang paling efektif dan jalan
yang paling singkat untuk mencapai tujuan itu serta dengan upaya
ekonomi yang paling besar. Ini secara tak langsung menyatakan
pula adanya suatu kontrol positif terhadap sumber daya dan dana
yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu; kontrol positif
terhadap pemilihan alat-alat dan cara-cara untuk memuaskan
keinginan-keinginan dan melatih kekuatan berpikir terutama
inisiatif serta mencerminkan kebutuhan terhadap kehati-hatian dan
kebijaksanaan melihat jauh ke depan.

  
   
   
   Sebagai contoh, sementara kelompok berdasarkan atas
hubungan darah (keluarga atau suku) maka individu demikian
kuatnya dibatasi oleh keluarganya atau oleh sukunya sehingga
individu itu tak mampu membebaskan diri dari peraturan bersama
dan tabu. Dalam kasus ini individu tak dapat mengarahkan
aktivitasnya menurut kepentingan dirinya sendiri, tetapi menurut
interpretasi kelompok terhadap situasi, kecuali jika individu itu
mencapai kepentingan persoalannya didalam kerangka

43
kepentingan kelompoknya itu. Tradisi sangat menetukan dala
situasi seperti itu, sebagai mana ditunjukkan oleh Malinowski
dalam penelitiannya terhadap kehidupan ekonomi penduduk di
Kepulauan Koral, dimana harga tidak mengikuti hukum
permintaan dan penawaran, melainkan menurut tradisi.

  
   
   
  
 Jika saya sedang berjuang untuk mencapai sesuatu yang
baik, dimana orang lain juga ingin mencapainya, masing-masing
untuk dirinya sendiri, maka kita berbicara tentang kepentingan
yang sama (like interest). Jika dua orang atau lebih mengejar suatu
tujuan yang mana masing-masing orang tetap merupakan unit-unit
dari kesemuanya dan mereka menyadari sebagai suatu
keseluruhan, maka kita berbicara tentangkepentingan
bersama (commo interest). Kepentingan yang sama mendorong
terjadinya kompetisi untuk mendapatkan barang sesuatu yang
sama, sedangkan kepentingan bersama mendorong terciptanya
kerjasama. Satu masalah terpenting dalam menciptakan
keharmonisan masyarakat ialah bagaimana mengubah kepentingan
yang sama menjadi kepentingan bersama, bagaimana mengubah
kompetisi menjadi kooperasi atau kerjasama. Masalah ini
menyangkut bimbingan terhadap pemindahan libido.

  
   
   
  
 Perbedaan penting lainnya ialah antara kepentingan jangka
panjang dan jangka pendek. Jika seseorang mempunyai kebiasaan
mengubah-ubah keinginan dan keppentingan maka ia takkan
mampu mengorganisir perilakunya sejalan dengan tujuan jangka
panjang. Contoh perilaku serupa itu ditunjukkan oleh kemanjaan
seorang anak yang selalu menuntut dan menerima pemenuhan
keinginannya dalam waktu singkat atau seseorang pengembara
yang tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam hidupnya. Satu
syarat terpenting untuk pertumbuhan aktivitas yang terorganisir
dan syarat terpenting untuk semua epentingan-kepentingan jangka

44
panjang, dan kekayaan pribadi telah menjadi kekuatan yang sangat
berarti sepanjang sejarah dalam menciptakan kepentingan jangka
panjang bagi individu. Setiap sistem produksi yang kompleks atau
organisasi sosial yang kompleks, memerlukan aktivitas jangka
panjang dan bagi kelompok pemimpin aktivitas itu kebanyakan
diciptakan melaui kekayaan pribadi. Tetapi aktivitas jangka
panjang itu juga dapat diciptakan dengan mengorganisir
kepentingan bersama yang didasarkan atas kesadaran terhadap
kekayaan bersama atau dengan mengutamakan hasil usaha
bersama yang terbesar. Contohnya dapat ditemukan dalam sikap
kesetiaan terhadap hukum atau terhadap cita-cita ideal di Inggris
yang terlihat di kalangan tentara, olahragawan, pegawai
pemerintah, dan juga terlihat di Uni Soviet dalam kesuksesan apa
yang disebut ‘kompetisi sosialis’. Pemaksaan mendatangkan
akibat-akibat buruk, dan perbudakan adalah paling menyedihkan.
Kekayaan pribadi dan usaha yang didasarkan atas intensif berupa
penghargaan atau keuntungan, memberikan hasil yang jauh lebih
baik.

  
   
   
  
 Kekayaan pribadi,   menekankan kepada perhitungan
jangka panjang dan pada gilirannya mengorganisir perilku
individu. Wujud yang tepat dari kepentingan dan pengorganisasian
perilaku, berbeda-beda menurut jenis   kekayaan yang dimiliki.
Kepentingan terhadap tanah sebagai contoh, menciptakan fiksasi
libido yang jauh lebih besar terhadap obyek yang konkrit
dibandingkan dengan kepentingan terhadap uang yang
menciptakan suatu tipe abstrak fiksasi libido. Kepentingan
terhadap tanah sebaliknya mendorong munculnya perasaan
kemengangan hidup dari kesuburan tanah melalui perjuangan
pribadi dan melalui pemahaman terhadap bumi dan penduduk
yang mengolahnya.

45

  
  
    
  
 Penciptaan perilaku yang tidak disenangi dalam
masyarakat adalah masalah yang amat penting yang akan
merepotkan kita terus-menerus. Ini dirangsang oleh kenyataan
bahwa terdapat suatu mata rantai yang panjang yang
menghubungkan antara langkah pertama dan yang terakhir dari
aktivitas kita. Orang yang termasuk anggota partai sosialis
misalnya, mungkin tidak pernah mempunyai kesempaatan untuk
melihat atau memahami tujuan-tujuan dari gerakan yang mana   ia
termasuk salah seoraang diantara yang ingin mencapainya selama
hayatnya. Dengan demikian bukan hanya kekayaan pribadi, tetapi
setiap jenis kerjasama dan pembagian kerja meningkatkan
kesempatan bagi perilaku yang abstrak, mengembangkan
kapasitas untuk memperpanjang ketegaangan antara keinginan-
keinginan dan pemenuhannya.

  
  
    
  
 Integrasi sosial dari keinginan dan sikap sangat besar
perbedaannya daripada pengintegrasian kepentingan.
Pengintegrasian kepentingan itu sebgaian besar terbentuk melalui
kompromi, yang berarti bahwa orang yang mempunyai
kepentingan yang serupa misalnya yang berkompetisi untuk
mendapatkan suatu keuntungan, melepaskan sebagian dari
keuntungan mereka atas dasar persetujuan rasional. Keseluruhan
pertukaran secara barter dilakukan dalam suatu penolakan
terhadap keuntungan yang diharaapkan dalam setiap jenis
perserikatan adalah merupakan hasil dari pengintegrasian
kepentingan.

  
  
    
  
 Pengintegrasian sikap sebaliknya terbentuk atas dasar
identifikasi secara langsung. Ini berarti bahwa kita
mengidentifikasikan diri kita sendiri dengan anggota lainnya dari
komunitas dan juga antara komunitas yang satu dengan yang lain.
Masyarakat modern membentuk kepentingan jangka panjang,

46
cenderung menekan elemen libido dari bidang kegiatan publik dan
dari pekerjaan, dan ini mungkin merupakan suatu handikap yang
serius dalam aktivitas sosial tertentu dan dalam situasi sosial
tertentu.

BAB III
KONTAK SOSIAL DAN JARAK SOSIAL

  
   
  
  
  Kini kita tidak lagi membicarakan perlengkapan psikologis
dari kehidupan individual tetapi memusatkan perhatian terhadap
proses-proses sosial yang mendasar, yyang serta merta
mempegaruhi perkembangannya. Di sini hanya akan dibahas
sedikit saja dari proses sosial yang mendasar itu, namun demikian
pentingnya sehingga tak ada kehidupan individual dan kehidupan
sosial yaang dapat dijelaskan dengan sempurna tanpa pengetahuan
yang mendasar itu. Proses yang dimaksud, sebagai contohnya
ialahkontak sosial, dan isolasi sosial.

  
   
  
  
  Sosiolog yang hanya lebih mengutamakan mempelajari
fenomena yang disebut ‘masyarakat luas’ (Great Society) seperti
mobilitas sosial, stratifikasi sosial, dan pranata sosial, tanpa
mwnghubungkan studinya dengan penyelidikan yang cermat
terhadap proses sosial yang mendasar ini kemungkinan besar
belum dapat menampilkan suatu analisa setepatnya bagaimana
mestinya.

47
A. KONTAK PRIMER DAAN KONTAK SEKUNDER

  
  
    
   Kita mesti membedakan dua jenis kontak sosial. Pertama,
kontak primer, yakni kontak yang dikembangkan secara intim dan
mendalam berupa pergaulan tatap muka di mana hubungan secara
visual dan perasaan-perasaan yang berhubungan dengan
pendengaran senantiasa digunakan. Kedua, kontak sekunder,
yakni kontak yang ditandai oleh pengaruh keadaan luar dan jarak
yang lebih besar. Orang yang secara mental terbentuk oleh kontak
primer, dan oleh ide-ide primer, mengembangkan ciri-ciri yang
berbeda daripada mereka yang di bentuk oleh kontak sekunder.
Sekedar contoh, dapat dibandingkan antara seorang wanita yang
fungsi utamanya sebagai nyonya rumah tangga dan sebagai
seorang ibu dengan seorang manajer pabrik atau dengan seorang
politisi. Sudah tentu terdapat hubungan antara ciri-ciri
kepcribadian yang dikembangkan melaui kontak primer dan
kontak sekunder. Keinginan untuk menghargai publik selalu
terjadi sebagai pemindahan faktor psikologis, sekurang-kurangnya
sebagian, sebagai pengganti keterbatasan keintiman dari
tanggapan yang dialami ditengah-tengah kehidupan keluarga.

  
  
    
   Jelas kiranya bahwa kawasan tempat berlangsungnya
kontak sekunder yang sebenarnya adalah dalam kehidupan
kekotaan. Revolusi industri yang melahirkan kota-kota dan yang
memecah kehidupan sosial seperti kehidupan masyarakat desa
menjadi unit-unit kecil, merupakan faktor yang sangat penting
dalam menciptakan sebagian besar antar hubungan yang bersifat
abstrak dan impersonal. Kontak sekunder, dengan demikian
mendorong terciptanya sikap-sikap yang abstrak. Kontak sekunder
ini juga memungkinkan kita untuk membandingkan kepentingan
jangka panjang dan yang penuh perhitungan, karena

48
kecenderungan-kecenderungan dapat diperkirakan dan disusun,
demikian pula sistem kontrol yang baru terhadap publik dapat
diperbuat dan dipergunakan dengan menekankan kepada segi-segi
perbedaan peranan yang dimainkan mereka seperti membedakan
mereka selaku pembayaran pajak atau selaku buruh atau majikan.
Situasi hubungan tatap muka, yang menandai kontak primer,
dewasa inipun telah mengalami perubahan.

B. KONTAK BERDASARKAN SIMPATI DAN


BERDASARKAN KATEGORIS

  
   
  
    Klasifikasi lain dari kontak sosial, dapat pula dibuat atas
dasar sudut pandangan psikologis dan sosiologis. Orang yang
tidak termasuk ke dalam kelompok kita sendiri, tidak termasuk ke
dalam bidang kontak primer kita. Kita tidak menganggap mereka
sebagai anggota kelompok kita yang sesungguhnya tetapi kita
membuat penggolongan atau kategori terhadap mereka. Ini berarti
bahwa kita mengklasifikasikan mereka dalam pengertian
perbedaan derajat simpati atau antipati terhadap mereka. Di sini
kita berhadapan dengan dasar atau asal mula dari prasangka.
Perasaan simpati berhubungan dengan perbedaan kategori dan
kelompok-kelompok menciptakan apa yang dapat kita
klasifikasikan misalnya sebagai: ‘orang negro’, ‘orang Jerma’,
‘orang Yahudi’, ‘orang asing’, ‘orang luar’, ‘mereka’, dan
sebagainya.

  
   
  
    Fase permulaan proses kategori ini terdapat pada jenis
primitif dari penyesuaian diri. Kita mulai dengan menunjukkan
atau menentukan kelompok kita sendiri dengan tanda-tanda yang
baik, disebabkan karena kita tidak mampu menghadapi setiap
obyek yang kontak dengan kita, maka kita membedakan dan

49
memisah-misahkannya. Selanjutnya jika kita pertama kali bertemu
dengan seorang manusia yang belum kita kenal, biasanya kita
merasakan suatu perasaan simpati atau antipati secara tiba-tiba. Ini
jelas adalah suatu interpretasi dari sikap-demikian pula lazimnya
dalam dunia binatang-dimana simpati dan antipati adalah sejenis
alat untuk menseleksi pengalaman-pengalaman yang tepat.
Pengertian kita, dalam sebagian besar kasus adalah ditentukan
oleh gagasan dan prasangka yang kita miliki. Dasar alamiah dari
prasangka adalah suatu kecenderungan untuk mencocokkan
pengalaman-pengalaman baru ke dalam kategori yang lama
dengan mempergunakan generalisasi yang mula-mula untuk
menanggulangi pengalaman baru itu. Setiap pengalaman yang
nyata, didasarkan atas kontak yang dekat dan langsung atau
primer. Pengertian atau pemahaman, adalah suatu pertarungan
antara penyesuaian diri segera terhadap versi baru dari
pengalaman dan kecenderungan terhadap prasangka. Orang yang
selalu bergerak secara sosial dan secara geografis ( mobilitas
vertikal dan horizontal), lebih kritis dan lebih tidak memihak
dalam menilai orang lain, dan dengan demikian kurang
berprasangka karena pengalamannya itu di pergunakannya untuk
berhubungan dengan bermaca-macam orang lain. Seperti kita
ketahui, orang yang berurat berakar di satu tempat tertentu saja,
lebih tinggi derajat prasangkanya dibandingkan dengan orang
yang banyak bergerak tersebut diatas. Orang yang banyak
bergerak (mobile) dapat lebih mudah beralih dari pengalaman-
pengalaman kategori kepada pengalaman-pengalaman spesifik.
Kesan atau impresi penting pertama yang kita peroleh dari
kehidupan kota besar itu bereaksi terhadap kesadaran diri sendiri
dan terhadap penilaian diri sendiri. Kesadaran diri sendiri
penduduk kota besar tidak stabil dan tidak kaku. Sedangkan dalam

50
kehidupan masyarakat desa, prestise atau gengsi didasarkan atas
siapa orang tua kita, dari keluarga mana kita berasal, daan dimana
posisi kita dalam komunitas desa itu. Dalam kehidupan kota besar,
prestise sebagian besar didasarkan atas hasil usaha (achievement)
personal. Sebagai akibatnya penduduk kota besar selalu lebih
mengisolasi dirinya dan penilaian terhadap dirinya sendiri di-
internalisasikan.

  
   
    
  Akibat dari kenyataan serupa ialah fleksibelitas, tetapi juga
ketidak-stabilan, ketidak-sungguhan, dan skeptisme yang terdapat
dalam watak penduduk kota besar. Selanjutnya individu yang
relatif anonim sifatnya dalam kehidupan kota besar, memperluas
lingkungan kehidupan sehingga memungkinka kita untuk
memindahkan sebagian tanggungjawab kita kepada orang lain
atau kepada institusi lain. Sebagai akibatnya, orang kian lama kian
menjadi penonton saja terhadap situasi yang ada.

  
   
    
  Dalam hubungan persahabatan sejati, unsur penggolong-
golongan yang terdapat dalam kontal personal, tidak muncul.
Persahabatan sejati ini didasarkan atas hubungan simpati yang
berarti suatu keinginan untuk mengidentifikasikan kepentingan.
Ungkapan ‘kita’ secara tak langsung menyatakan adanya saling
mengidentifikasikan diri masing-masing dan difusi kepribadian.
Ungkapan ‘tetangga kita’ dalam pengertian tertentu, pada
dasarnya berarti kita sendiri. Semakin individualis seseorang,
semakin sukar baginya untuk berusaha mengidentifikasikan
dirinya dengan orang lain. Malahan, perasaan yang mendua atau
bercabang biasanya muncul ditengah-tengah pengidentifikasian
diri, dan masing-masing cabang perasaan itu besar perbedaannya.
Persahabatan dan perkawinan, adalah dua jenis antara hubungan
yang sedikit banyak berhasil menyalurkan atau menyatukan
perasaan yang bercabang itu.

51

  
   
   
  
 Tempat pengalaman yang paling awal dari kesatuan sosial
dan identifikasi, terdapat pada kelompok primer atau kelompok
tatap muka seperti keluarga, kelompok teman sepermainan,
hubungan tetangga, klub, masyarakat faternal atau sekolah.
Perasaan cinta, kepahlawanan dan keberanian, begitu juga mabisi,
kesombongan dan dendam kesumat, kesemuanya dibentuk di
dalam kelompok primer. Menurut C.H. Cooley, perasaan cinta
kemerdekaan dan keadilan   yang merupakan cita-cita primer yang
mendasari ajaran kristen demokrasi dan sosialisme, ketiganya
didasarkan atas ide-ide dari kelompok primer.

  
   
   
  
 Kontak di dalam dan di luar kehidupan kelompok, telah
dianalisa oleh sosiolog seperti Sumner, Cooley, dan Burgess.
Menurut mereka, hubungan simpati internal yang egotisme
kelompok menghasilkan dua standar perasaan yang berbeda. Di
satu pihak, kemauan baik, kerjasama, dan saling percaya di antara
sesama anggota kelompok sendiri. Di lain pihak, perasaan
bermusuhan dan kecurigaan terhadapanggota kelompok lain.
Hubungan persaudaraan di kalangan anggota kelompok sendiri
dan perasaan bermusuhan terhadap anggota kelompok lain atau
terhadap ‘out-group’ adalah dua hal yang saling berhubungan.
Perlawanan dan permusuhan yang gawat terhadap orang asing
atau terhadap kelompok lain, memperkuat solidaritas di kalangan
sesama anggota kelompok sendiri sehingga perselisihan yang
terjadi di kalangan internal kelompok sendiri, tidak dapat
melemahkan permusuhan itu.

  
   
   
  
 Etnosentrisme adalah istilah teknis yang dipakai untuk
mengungkap sikap serupa itu. Bagi anggotanya, kelompok sendiri
adalah segala-galanya. Setiap kelompok etnosentrisme
memelihara dan mempertahankan rasa harga diri, kesetiaan,
kesombongan, dan perasaan superioritas yang dimilikinya sendiri,

52
mengagung-agungkan Tuhan-nya sendiri serta memandang
dengan perasaan jijikdan mencela terhadap segala sesuatu yang
dimiliki kelompok lain. Kejijikan itu diekspresikan dengan
memakai kata-kata yang menghina, dengan menyebut dan
menandai kelompok lain itu sebagai ‘pemakan babi’, ‘tak
bersunat’, pemakan lembu’, daan sebagainya. Apa yang mendasari
penilaian demikian itu, mungkin dapat kita sebut dengan istilah
‘moralitas kafir’. Atas dasar mengkafirkan kelompok lain
nasionalisme, juga didasarkan atas sikap prasangka dan moralitas
kafir demikian itu.

C. JARAK SOSIAL

  
   
  
   
 Dalam setiap kontak sosial, secara tak langsung
menyatakan suatu jarak sosial. Jarak sosial itu mungkin berati
jarak eksternal atau jarak internal atau jarak mental. Seluruh jenis
dan aneka ragam kehidupan sosial dan kultural tak kan dapat
dijelaskan dengan memadai tanpa mengkategorikan jarak sosial.
Tanpa jarak sosial, takkan ada obyek dan takkan ada kehidupan
sosial itu sendiri. Pengambilan jarak, pada waktu bersamaan
adalah salah satu dari pada perilaku yang penting untuk
mempertahankan dan untuk melanjutkan otoritas peradaban
manusia. Demokrasi mengurangi jarak sosial. Prestise-prestise
komandan ketentaraan misalnya sebagian besar adalah persoalan
jarak sosial. Secara harfiah jarak sosial berarti mengubah barang
sesuatu menjadi terpencil, memindahkan suatu obyek yang dekat
kepada suatu posisi yang jauh dari titik semula. Perkataan ‘jarak’
berasal dari pengalaman langsung kita terhadap ruang. Anehnya
ialah bahwa pengalaman mngenai ruang juga menyediakan pola
bagi pengalaman mental. Behawa seseorang berada pada jarak 5
meter dari saya misalnya, adalah suatu pengalaman tentang ruang;

53
tetapi jika saya mengatakan bahwa seseorang mempunyai jarak
sosial dari saya, maka ini berarti bahwa saya mempunyai status
sosial 
 yang lebih tinggi atau lebih rendah dari orang yang
bersangkutan. Ada persamaan tertentu antara kedua jenis jarak ini
meskipun keduanya tidaklah identik. Ahli sosiologi berbicara
tentang penciptaan jarak buatan. Lalu apa gerangan yang
dimaksudkannya? Jarak mengenai ruang, yang dapat diukur
dengan mudah dalam arti pisik adalah dapat diubah melalui suatu
tindakan dengan sengaja oleh manusia, menjadi barang sesuatu
yang dapat disebut jarak mental. Pengurangan identifikasi
termasuk ke dalam penciptaan jarak mental ini. Bergerak dari
tindakan-tindakan yang intim dan simpatik menuju pengasingan
diri tanpa perlu menerapkan tingkah laku yang menggolong-
golongkan atau yang bersifat menyerang.

  
   
  
   
 Baiklah saya berikan contoh di sini di lapangan yang
murni pengalaman yang berhubungan dengan panca-indera
tentang bagaimana proses yang fundamental dari pengambilan
jarak itu dapat di selidiki. Seorang pelaut dalam pelayarannya
menuju pelabuhan, mungkin pertama kali menyenagi
pemandangan yang jelas terhadap kota pelabuhan yang terletak di
depannya di kejauhan. Tiba-tiba keseluruhan penglihatannya
berubah menjadi jauh disebabkan karena adanya kabut.
Sebenarnya kota pelabuhan itu tidaak lebih jauh dari pada jarak
sebelumnya tetapi kabut telah menciptakan suatu kepalsuan ilusi,
seakan-akan kota pelabuhan itu sedemikian jauhnya dalam
penglihatan pelaut itu. Dalam contoh ini, jarak bukanlah di
ciptakan oleh subyek, melainkan oleh halimum atau kabut.
Keseluruhan jarak mentaal yang akan kita bicarakan berikut ini
berasal dari spontanitas subyek; yang dalam kenyataannya
kesemuanya diciptakan oleh subyek.

54

  
   
  
  
  Evolusi jarak mental dari jarak ruang dapat ditunjukkan
dengan jelas dalam kasus ketakutan. Kenyataan, jarak yang
disebabkan karena rasa takut adalah jarak yang paling sederhana.
Jika saya tetap mempertahankan jarak ruang antara saya dengan
orang lain yang lebih kuat dari saya, maka dalam jarak ruang
antara kami ini, berisi jarak mental dari rasa takut itu. Binatang
yang dikurung, dalam situasi tertentu masing-masing memelihara
jarak ruang terhadap yang relatif lebig kuat secara proporsional.
Makin pengecut binatang itu, makin jauh jarak ruang yang
diambilnya terhadap binatang yang ditakutinya.

  
   
  
  
  Schjelderup Ebbe yang melakukan penyelidikan yang
cermat, menyatakan adanya suatu hierarki yang teratur di
kalangan kehidupan sosial binatang seperti di kalangan ayang
betina, ayam jantan, dan anak ayam. Ebbe meneliti kehidupan
ayam itu dalam kelompok yang terdiri atas 2-25 ekor dan
kemudian terhadap kelompok yang terdiri atas 25-100 ekor.
Menurutnya hal pertama yang dikemukakannya ialah bahwa
selama mencari makan, selama memakan/makanan di pot
makanan atau pergi bertengger untuk beristirahat atau pergi
kesarang , ayam jantan melihatkan untuk bertelur, ayam jantan
memperlihatkan suatu keteraturan yang pasti. Ayam yang terkuat
atau paling jagoan, selalu yang mula-mula sekali datang ke
tempat-tempat tersebut baru kemudian disusul oleh ayam yang
lain menurut urutan tingkat keberaniannya terhaadap sesamanya.
Seluruh tempat tersebut selalu diambil oleh ayam yang terkuat itu
lebih dulu. Persoalan yang timbul ialah: bagaimana aturan itu
dibentuk.? Penelitian menunjukkan bahwa aturan itu dibentuk
melaui pertarungan antara sesamanya. Jika dua anak ayam
bertemu maka pertama kali yang dilakukannya adalah membuat
tingkatan sosial diantara mereka melalui pertarungan. Anak ayam

55
yang lari pertama kali, akan menjadi taklukan untuk selama-
lamanya. Dengan demikian, suatu urutan lengkap dapat disusun
menurut hasil pertarungan itu dan terlihat pula bahwa hierarki ini
dipertahankan dengan keras oleh ayam itu. Penelitian ini juga
menemukan bahwa tingkatan yang teratur ini tidak mengikuti
dengan keras perbedaan dalam segi kekuatan fisik tetapi
mengikuti apa yang disebut superioritas psikolgi, di mana aspek
keberanian sangat besar peranannya. Tetapi adalah suatu
kenyataan pula bahwa ketakutan selalu memainkan peranan pula.

  
   
   
  
 Penyelidikan berikutnya mempelajari tingkahlaku khas
dari ayam-ayam yang paling jagoan dan ayam yang
ditaklukkannya. Terlihat adanya aturan umum bahwa ayam yang
berada di puncak hierarki, dalam arti yang terkuat, lebih penuh
dengan kebajikan debandingkan dengan ayam yang yang berada di
tingkat menengah. Terlihat bahwa sekali jagoan itu mencapai
tingkat jagoan dalam arti mengalahkan semua ayam lainnya, maka
ia tak perlu lagi berkelahi untuk mempertahankan posisi jagoan
itu. Dia menjadi jagoan untuk selamanya. Jarak psikologis telah
terbentuk dan berlangsung secara stabil. Tetapi ayam berada di
tingkat menengah hierarki, sangat agresif karena mereka khawatir
dalam mepertahankan posisinya yang secara permanen terancam
dari dua fron. Percobaan selanjutnya ialah untuk mengetahui
bagaimana cara ayam tersebut bertingkah laku dalam mengubah
kondisi. Jika kita mengambil seekor ayam jantan yang menjadi
pemimpin dari satu kelompok lain dimana ia menjadi salah seekor
yang berkedudukan sebagai anggota kelas mengengah, maka
ternyata ia mengubah pola tingkahlakunya. Dari semula penuh
kebajikan, kemudian berubah menjadi lebih agresif. Jelas ini
disebabkan karena kekhawatiran dalam mempertahankan
posisinya. Sebaliknya jika ayam yang paling jagoan dari satu

56
kelompok besar kemudian digabungkan kedalam dan menjadi
jagoan kelompok kecil, maka tingkahlakunya lebih penuh
kebajikan dibandingkan dengan tingkahlakunya ketika berada
pada posisi sebagai jagoan kelompok besar. Ujung dari penelitian
ini melihat kemungkinan besar bahwa tingkahlaku ayam itu lebih
banyak tergabung kepada posisi sosialnya dibandingkan dengan
karakter bawaannya.

  
   
  
   
 Ebbe kemudian mencoba pula meneliti keteraturan jarak
sosial dan tingkahlaku sosial di kalangan anak sekolah. Peneliti
menemukan bahwa dalam suatu hierarki tertentu yang
kesemuanya tak serupa dengan penilaian gurunya tetapi
merupakan hasil ciptaan kehidupan kelompo anak sekolah itu.

  
   
  
   
 Jika pimpinan dari satu kelompok dimasukkan ke dalam
kelompok lain dimana ia menjadi anggota kelas menengah disana,
maka tingkahlakunya berubah. Dengan demikian di antara anak
sekolah itu juga supaya tingkah lakunya tergantung kepada
sosialnya secara individual dan juga kepada apa yang disebut:
karakter, yang untuk sebagian besar merupakan hasil dari berbagai
situasi sosial.

  
   
  
   
 Adalah jelas sekali trdapat tendensi umum tertentu yang
melekat dalam kehidupan kelompok anak sekolah seperti itu yang
berperan menurut aturan yang sama, wlaupun mereka di ubah oleh
perlengkapan mental dari komposisi kehidupan kelompok. Salah
satu perbedaan utama antara tingkah laku binatang dan tingkah
laku manusia dalam kehidupan kelompok, terlihat dari kenyataan
bahwa binatang tidak mampu mengatur tindakan yang menjurus
ke arah perubahan secara revolusioner. Hanya ada pemberontakan
secara individual yang ada dalam kehidupan kelompok binatang.
Ayam yang ditaklukkan selalu berusaha meningkatkan posisinya
melalui pertarungan baru terutama dalam kasus di mana ayam

57
yang ditaklukkan itu tak harus inferior secara badaniah tetapi
disebabkan karena ketakutan psikologis yang timbul. Dengan
mengamati pertarungannya orang dapat melihat bahwa binatang
yang ditaklukkan itu adalah sangat gelisah, ia berupaya untuk
menciptakan kebiasaan dan membangun sikap takluk,
menciptakan jarak ketakutan. Revesz, seorang peneliti di bidang
sosiologi binatanng lainnya meneliti tingkah laku kera yang
dikandangkan. Dikandang yang diamatinya itu terdapat seekor
kera yang unggul, empat ekor yang lemah, dan seekor anak kera.
Ketika makanan yang dibawa ke kandangnya, yang terjadi mula-
mula ialah perebutan makanan menurut dorongan hati (impulse)
masing-masing kera itu. Tetapi tingkah laku demikian segera
membuka jalan bagi situasi di mana kera yang terkuat mampu
memuaskan dirinya sendiri tanpa rintangan, sebagai kera utama.
Kera lain yang rebut makanan yang ada ditepi tiba-tiba rupanya
menyadari dan mengingat hasil pertarungan dan gigitan kera yang
terkuat yang terjadi sebelumnya, sehingga kemudian mereka
menghindar ke arah yang berlawanan dan mengakhiri perebutan
makanan itu. Segera setelah hal ini terjadi, anak kera maju ke
depan dan menempatkan dirinya berdekatan dengan kera yang
terkuat, mulai memakan pisang yang tersedia dengan tenang tanpa
digigit oleh sang jagoan. Sepanjang anak kera ini tidak
mencampuri persaingan kera yang lain itu, maka ia menjadi seekor
kera yang mendapat bagian dalam kompetisi, maka ia segera
ditaklukkan dan akan sama nasibnya dengan kera lain yang
berkompetisi. Jelas kiranya bahwa dalam setiap situasi yang khas,
suatu jarak tertentu terus-menerus tercipta dengan sendirinya di
kalangan kehidupan binatang itu. 
 Di sini jarak ruang pada waktu
bersamaan mengandung jarak ketakutan dan rasa hormat. Jarak
obyektif cenderung dihubungkan dengan kualitas jarak mental.

58

  
  
    
  
 Ungkapan bahasa Jerman ‘drei Schritt von Leib’ (tiga
langkah dari manusia) digunakan untuk menandai sikap
pemeliharaan jarak dari seseorang menggambarkan dengan
sempurna keadaan masyarakat dimana jarak ruang pada waktu
bersamaan mengungkapkan ketakutan dan rasa hormat.langkah
pertama ialah jarak normal antara anggota dari suatu masyarakat.
Jarak dari tiga langkah selanjutnya, merupakan pemaksaan
terhadap orang yang berada di luar kelompok dominan sebagai
tanda dari status yang disubordinasikan di dalam hirarki
masyarakat yang ketat. Jarak yang berlebih ini, yang dapat
dipertentangkan dengan keadaan berkurangnya jarak
menggambarkan keintiman. Keintiman yang berhubungan erta
dengan keakraban dan kontak pisik yang terjadi antara individu
dalam kelompok, sekali lagi menunjukkan kenyataan bahwa jarak
obyektif cenderung berhubungan erat dengan kualitas jarak
mental.

  
  
    
  
 Selama berlangsungnya proses diferensiasi, tipe-tipe jarak
yang lebih kompleks muncul dari jarak ketakutan; sebagai
contohnya adalah jarak kekuasaan. Jarak konvensional yang telah
berkembang dengan cepat dalam suatu masyarakat sebagai
tanggapan terhadap keperluan akan keamanan pribadi telah
berkembang dengan cepat dalam suatu masyarakat senagai
tanggapan terhadap keperluan akan keamanan pribadi telah
berkembng dalam berbagai masyarakat menjadi suatu simbol antar
hungan kekuasaan dan berpengaruh nyata terhadaap hiraarki
sosial.

  
  
    
  
 Kita dapat membedakan tiga jenis jarak. Pertama, jarak
yang menjamin terpeliharanya tata sosial dan hirarki sosial
tertentu. Kedua, jarak eksistensial. Ketiga, jarak diri sendiri, yakni
jarak yang diciptakan di dalam diri seseorang individu tertentu.

59
D. PEMELIHARAAN HIRARKI SOSIAL

  
   
  
   
 Struktur hirarkis tata sosial, adanya kelas-kelas
dantingkatan dalam kehidupan, dalam sebagian besar kasus
ditunjang oleh sejenis jarak tertentu. Jarak yang jelas kelihatan di
dalam pergaulan sosial dan di dalam penyelesaian obyek kultural
yang dimiliki masyarakat, memelihara suatu stratifikasi sosial
melalui peralatan mental yang cenderung menggantikan
kedudukan kekuasaan. Sistem berpakaian yang sangat canggih dan
tatakrama, gaya berbicara, sikap dan adat kebiasaan, dapat
dipergunakan untuk memelihara jarak antara kelompok penguasa
dan oraang yang dikuasainya. Tugas tersembunyi sistem tersebut
ialah untuk menciptakan jarak dan dengan demikian untuk
mengawetkan kekuasaan minoritas penguasa.

  
   
  
   
 Jarak digambarkan dengan sendirinya oleh bentuk
pergaulan sosial dan oleh jarak obyek tertentu dalam lingkungan
kebudayaan masyarakat tertentu. Pergaulan sosial, dapat terbentuk
dalam dua cara. Pertam, dengan membatasi atau meniadakan
kerjasama antara dua kelompok penguasa dan yang dikuasai.
Misalnya dengan melarang perkawinan campuran antara aanggota
kedua kelompok atau dengan memantangkan makan bersama pada
satu meja atau dengan memantangkan makan suatu sistem
kebiasaan yang canggih, yang menonjolkan jarak antara strata
masyarakat yang berbeda.

  
   
  
   
 Melalui penyatuan mayoritas orang yang tertindas secara
mendadak, maka setiap kelompok penguasa dapat digulingkan.
Karena itu prinsip memecah-belah dan kemudian menguasai-
devide and rule-selalu diikuti oleh kelompok penguasa dan bila
pelaksanaan prinsip ini berhasil baik maka stabilitas sistem sosial
yang ada akan terjamin. Namun demikian bukan hanya pergaulan
sosial dimana masing-masing strata sosial dan antara strata sosial

60
yang berbeda saja yang dikendalikan oleh jarak sosial itu. Obyek-
obyek sosial dan lingkungan kultural pun dijaga jaraknya dengan
cara yang sama. Jika kita mengamati masyarakat yang berbeda
dan bertanya kepada diri sendiri: apakah yang dapat membuatnya
mempunyai jarak, maka kita akan menemukan bahwa di keduanya
terdapat baik manusianya seperti pemimpin dan raja maupun
obyek-obyeknya seperti barang peninggalannya. Dalam
masyarakat primitif mislanya, sifat ke-Tuhanan dari para
pemimpinnya atau rajanya sebagian besar dipelihara melalui
upacara seremonial yang rumit yang dapat melindungi pemimpin
atau raja itu dan memisahkan mereka dari rakyat yang
diperintahnya. Tokoh ‘orang suci’ sebaliknya menjadi orang yang
dikeramatkan terutama karena ia meningkatkan jarak dan dengan
demikian mengisolasikan dirinya dari pengikutnya. Selanjutnya
pepatah-petitih dan peribahasa dapat sipisahkan dari pemakaian
sehari-hari menjadi mantera-mantera, seperti kalimat yang dipetik
dari kitab suci oleh seorang pendeta. Orang juga dapat
memisahkan institusi dan organisasi atau bidang kehidupan dan
aktifitas seperti kesenian atau hari libur.

  
   
  
    Ada kesamaan antara jarak sosial dan jarak obyek dari
lingkungan kultural. Peningkatan nilai tertentu secara palsu dan
menjaga jarak dalam kebiasaan sehari-hari ditopang oleh sistem
yang sama. Ide kekesatriaan seperti kepahlawanan dan sopan
santun, meningkatkan dan memisahkan pola perilaku tertentu dan
meningkatkan kebutuhan yang tak dapat dipenuhi oleh orang
kebanyakan. Jadi ide tersebut mempunyai fungsi sosial yang sama
dengan jarak yang berperan dalam pergaulan sosial.

  
   
  
    Evolusi demokrasi ditandai oleh kecenderungan baik
dengan mengurangi jarak atau dengan mengubah metode
pengambilan jarak. Sementara dalam masyarakat pra-demokrasi

61
peraturan-peraturan keras menentukan cara-cara berpakaian yang
boleh dikenakan oleh tingkat sosial yang berbeda, maka
masyarakat demokrasi mengganti sistem yang usang itu dengan
‘mode’. Bertingkahlaku dan bergaul menjadi lebih bebas. Suatu
proses penyamarataan ke atas dan ke bawah dikembangkan dan
kebebasan menonjolkan diri untuk sebagian besar menggantikan
peraturan seremonial tradisional. Hambatan terhadap kebebasan
menonjolkan diri, juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk
mempertahankan jarak sosial. Dengan demikian, orang yang
berada pada kedudukan yang lebih tinggi dapat membatasi diri
mereka sendiri untuk mengawetkan jenis tingkah laku martabat
tertentu.
E. JARAK EKSISTENSIAL

  
  
    
  
 Jarak sosial jenis ini dapat diamati jika kita
mengenyampingkan seluruh tindakan pengambilan jarak yang
berasal dari pergaulan sosial. Dengan demikian akan terdapat
suatu bentuk jarak tertentu yang lain dari jenis jarak sosial yang
dapat ditunjukkan melalui contoh berikut. Jika seorang wanita dari
kalangan yang sederhana mengunjungi seorang pendeta demi
untuk maksud pengakuan dosa, maka baginya pendeta itu
bukanlah sebagai seorang yang khas tetapi merupakan suatu
kepribadian yang mencerminkan kemampuan untuk meningkatkan
status sosial. Namun pada waktu bersamaan, wanita itu mungkin
pula dipengaruhi oleh rasa keakrabannya terhadap si pendeta atau
oleh perasaannya sendiri yang merasa sedemikian renggangnya
dengan pendeta itu. Perasaan terakhir inilah yang kita sebut
sebagai jarak eksistensial itu. Tetapi kedua topeng individual
biasanyaa berpengaruh secara serentak. Proses demokratisasi
lazimnya cenderung mengurangi jarak sosial dan membuka
hubungan eksistensial yaang murni antara manusia.

62

  
  
   
  
  Perbedaan-perbedaan eksistensial merupakan suatu antara
hubungan antara individual yang lahir secara eksklusif dari
kualitas kejiwaan manusia. Perbedaan eksistensial ini terlihat
ketika seseorang sekonyong-konyong menyadari keintiman
dirinya dengan orang lain, dan ia mengadakan kontak yang erat
dengan batinnya yang paling dalam. Jarak eksistensial ini dalam
sebagian besar masyarakat sejak lama dikacaukan dengan jarak
sosial, mislanya dalam masyarakat berkasta. Kelahiran
individualisme akhirnya merobek topeng sosial dari manusia.

F. PENCIPTAAN JARAK DALAM KEPRIBADIAN


TUNGGAL

  
   
  
   
 Seorang individu dapat berada sedemikian dekatnya atau
jauh dari kepribadian sebenarnya yang dimilikinya, sama seperti ia
juga dapat merasa dekat atau jauh dari kepribadian orang lain.
Kita dapat mengamati dari dalam diri seseorang individu
fenomena yang menunjukkan jauh-dekatnya seseorang dari
kepribadiannya sendiri, yang dengan tiba-tiba kepribadiannya itu
menjadi asing bagi dirinya sendiri. Abad demokrasi telah merusak
jarak sosial, namun dengan demikian penonjolan jarak eksistensial
menjadi lebih besar. Pengasingan diri sendiri yang terdapat dalam
situasi kultural tertentu merintangi penonjolan diri sendiri secara
individual.

  
   
  
   
 Pengambilan jarak adalah suatu faktor yang amat penting
dalam mengubah struktur kekuasaan menjadi pola mental dan
kultural. Sejaraah telah menunjukkan bahwa perubahan dalam
gaya kultural berhubungan erat dengan perubahan dalaam struktur
kekuasaan. Sosiologi kultural membahas masalah ini secara
terperinci dan telah menemukan bagaimana organisasi kekuasaan

63
dalam berbagai jenis perkembangan sejarah berpengaruh terhadap
berbagai bentuk jarak mental.

BAB 1V
ISOLASI

A. FUNGSI SOSIAL DARI ISOLASI


Isolasi adalah situasi marjinak kehidupan sosial. Situasi ini
meniadakan kontak sosial. Bentuk isolasi yang paling sederhana
diciptakan oleh rintangan alam seperti
pegunungan,sungai,lautan,hutan,atau padang pasir. Rintangan
alam sering mempertahankan isolasi. Baik individu maupun
kelompok dapat terisolasi, dan akibat terpentingnya ialah
timbulnya individualisasi dan perlambatan perkembangan.
Setiap individu atau kelompok yang terkecil dari
hubungannya dengan individu atau dengan kelompok lain
cenderung berkembang menjadi individu atau sebuah komunitas
yang menyimpang atau berbeda dengan yang lain.
Dikatakan  demikian karena individu atau kelompok itu hanya
akan menyesuaikan diri mereka sendiri dengan kondisi mereka
yang khas itu saja tanpa saling mempengaruhi dan saling memberi
kesan kapada individu atau kelompok lain. Akibat dari ketiadaan
kontak dengan pihak lain itu maka individu atau kelompok yang
bersangkutan tidak mengetahui perubahan dan perkembangan
yang terjadi pada individu atau pada unit sosial yang lain. Suatu
fenimena yang kita sebut `perubahan yang tidak proporsional`

64
muncul karena tak adanya kontak dengan pihak lain itu. Kontak
sosial berperan kurang lebih sama seperti kontak antara benda-
benda fisik dengan tingkat panas yang berbeda. Setiap benda
sejenis yang kontak dengan derajat panas tertentu yang sama, akan
mendapat derajat panas yang sama pula. Hal serupa dapat pula
terjadi pada kelas-kelas sosial. Kontak yang sering terjadi antara
kelas bangsawan dengan kelas menengah cenderung menyebabkan
mereka dalam berbagai hal menjadi serupa atau paling sedikit
mengurangi ketidaksamaan yang ada diantara mereka. Sebaliknya
isolasi dan pengambilan jarak,meningkatkan perbedaan-perbedaan
orisinil di antara mereka dan mengindividualisasikan mereka.
Kejadian seperti ini jelas terlihat dalam komunitas desa yang
diisolasikan oleh pegunungan atau oleh rawa yang luas. ini juga
terjadi terhadap individu yang mengasingkan diri dari pergaulan
dengan orang lain dan yang dikucilkan oleh orang lain. Individu
atau kelompok yang mengalami hal demikian akan menjadi
individu atau kelompok yang “ asing” atau “aneh”.
Isolasi telah terjadi dalam proses evolusi dunia binatang,
dan memberikan sumbangan berharga terhadap terciptanya
berbagai spesis binatang. Adaptasi spesis-spesis seperti itu
berhubungan erat dengan adaptasi organisme tertentu terhadap
berbagai kondisi geografis. Hal serupa juga terlihat didalam
kehidupan kelompok dan evolusi dan sosial. Sebagai contoh, jika
kelompok penggembara atau domaden dikumpulkan dan
dimukimkan pada suatu tempat tertentu. (sehingga sepintas lalu
dapat dikatakan sebagai suatu kesatuan kelompok) maka hasil
yang terlihat dari hasil pemukiman itu adalah bahwa masing-
masing sub-kelompok memisahkan diri satu sama lain dan tanpa
mengadakan kontak untuk jangka waktu relatif lama, dan baik
kebiasaan mereka maupun logat bicara mereka tetap berbeda.

65
Demikian itulah, dialek muncul, sangat mirip dengan kemunculan-
kemunculan spesis-spesis dan jenis-jenis dalam kehidupan
binatang. Jadi individualisasi dan spesialisasi merupakan salah
satu kemungkinan yang diakibatkan oleh isolasi.
Kemungkinan akibat isolasi yang lain adalah perlambatan.
Jelas sekali bahwa sejumlah pengisolasian tertentu diperlukan
untuk setiap jenis indidualisasi. Individu adakalanya
mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat, mengundurkan diri
kedalam dirinya sendiri, jika keperibadiannya akan dipertahankan
dari keretakan dan keterputusan dan hendak dipelihara
keutuhannya. Tetapi jika individu secara sempurna memisahkan
diri dari pergaulan masyarakat, maka perlambatan perubahan
evolusinya dapat diperkirakan akan terjadi.
Demikian pula pembentukan ras yang berhasil atau
mempertahankan jenis keturunan binatang tertentu memerlukan
suatu perselangselingan antara periode endogami, dalam periode
dmana karakter dibentuk, dan periode eksogami dalam dalam
mana tenaga baru diturunkan.
Sekte-sekte yang bertahan hidup ratusan tahun karena
mengisolasikan diri dari orang dan kultur lain, adalah suatu contoh
dari kaidah bahwa isolasi mengembangkan kestabilan jenis.
Sebaliknya, percampur-adukan keturunan seperti yang terjadi di
Amerika Utara, memperlihatkan bahwa berkurangnya isolasi
tertentu, menciptakan suatu keanekaragaman yang besar dan
ketidakstabilan jenis. Seperti di atas, inti isolasi ialah pengurangan
kontak. Dalam seksi 1 ini kita menyederhanakan pembahasan
terhadap bentuk-bentuk isolasi yang rumit itu pada batas proses-
prosesnya yang mendasar saja. Dalam analisa berikut ini akan
dicoba menemukan apa yang berbagai penyebab yang

66
menciptakan isolasi dan menditeksi apa akibat-akibat yang dapat
ditimbulkan dari berbagai bentuk isolasi itu. 
  
   
   
  
B. BERBAGAI JENIS ISOLASI SOSIAL
Ada dua jenis utama isolasi sosial: isolasi ruang dan isolasi
organik. Isolasi ruang, dapat dipaksakan dari luar dengan
meniadakan kontak seperti yang terjadi ketika seseorang
dikucilkan dari pergaulan komunitasnya atau dipenjarakan.
Akibatnya,individu akan tercabut dari perlindungan kelompoknya
atau dalam kasus seekor binatang,akan terlepas dari
gerombolannya. Sangat menarik bahwa seekor binatang jantan
pemimpin gerombolannya jika terpisah dari sgerombolannya
terkenal dikalangan pemburu sebagai binatang buruan yang sangat
ganas dan berbahaya. Ia menjadi lebih agresif dan lebih ganas dari
pada binatang yang tetap kontak dengan gerombolannya. Hal yang
agak mirip terjadi pada diri orang yang dikucilkan atau
dipenjarakan,dan hingga derajat tertentu juga terjadi pada orang
asing yang berada dalam suatu masyarakat yang bukan
lingkingannya sendiri,memperlihatkan kecenderungan lebih besar
untuk bertingkahlaku anti sosial. Menarik pula,dijerman istilah
untuk menyatakan perasaan `tidak senang` atau `menyedihkan`dan
istilah untuk menyatakan `hidup diluar negeri` mempunyai akar
kata yang sama. Tingkahlaku anti sosial dan kadang-kadang juga
kehausan untuk membalas dendam adalah khas merupakan akibat
mental dari hukuman penjara dalam kurungan, yang merupakan
bentuk ekstrim dari pengucilan yang dipaksakan. Banyak orang
yang berkemauan baik,yang dipengaruhi oleh tradisi,agama dan
pandangan moral di awal abad ke 19 mengira bahwa pemenjaraan
dalam kurungan dan kesepian yang ditimbulkannya, dapat
memperbaiki karakter narapidana,dan akan memudahkan upaya
mengubah mereka menjadi orang-orang baik kembali. Padahal

67
akibat pemenjaraan itu jelas terlihat dalam sebagian besar kasus
keadaan mental yang murung,homosek,kadang-kadang juga
halusinasi dan kebiasaan tingkahlaku anti sosial.
Yang dimaksud dengan isolasi organik ialah gejala
keterasingan yang disebabkan bukan karena ketiadaan kontak
yang dipaksakan dari luar,melainkan karena ketiadaan kontak
yang disebabkan karena kecatatan individu seperti kebutaan dan
ketulisan. Akibat penting kecatatan seperti itu ialah kurangnya
pengalaman bersama tertentu dengan semua orang normal. Beet
hoven mengatakan: `kecatatan saya memaksa saya hidup dalam
pengasingan`. Akibat kecatatan organik sangat mirip dengan
kecatatan sosial seperti perasaan malu yang berlebih-lebihan
curiga,inferior atau superior dan kesukaan menonjolkan
kepintaran diri sendiri (kecatatan terakhir ini selanjutnya disebut
:keminter ). Penyimpangan sosial tersebut diatas baik merupakan
akibat maupun merupakan gejala dari isolasi sebelumnya dan ia
menciptakan isolasi sebagian. Akibat keterbatasan pengalaman
serupa itu adalah bahwa orang yang tuli,buta dan pemalu,jarang
mendapatkan jawaban yang sempurna dari orang yang normal.
Mereka terhalang dalam setiap komunikasi umum. Mereka
dicurigai atau mencurigai,lekas marah dan dengan demikian
mereka juga kurang mempunyai kesempatan untuk mendapatkan
teman dan sahabat yang sesuai dengan mereka. Akibat selanjutnya
dari keterbatasan pengalaman ini ialah sempitnya pergaulan orang
cacat itu,hanya sampai pada batas lingkungan orang tertentu saja.
Kesemuanya ini dapat mendorong orang kepada sikap pasrah:
individu itu mungkin menyerah saja kepada nasib untuk
mendapatkan posisi yang normal atau mungkin juga menjadi
seorang yang patah hati dan patah semangat, yang menerima
peranannya dari bayangan perasaan inferior. Hasil lainnya yang

68
sering terjadi dari situasi demikian ialah `kompensasi` dan
mungkin pula mengenbangkan perasaan superrior-kompleks.
Orang seperti itu mungkin merasakan bahwa `tak seorangpun yang
cukup baik terhadap saya`.
Kompleks-kompleks demikian berhubungan erat dengan
sifat suka menonjolkan ilmun atau kepintaran diri sendiri. Orang
keminter seperti itu adalah orang yang hanya merasa dirinya
sendiri sajalah yang aman karena ia berada dibawah perlindungan
dan bimbingan yang terandal. Keteraturan dan kebersihan bagi
orang seperti itu dapat berarti sebagai suatu proteksi terhadap
perselisihan yang tak terduga,bentrokan dan kritik. Keminter
kebanyakan merupakan gejala yang menandakan rasa takut
terjerumus ke dalam situasi yang tidk diinginkan. Dengan
demikian sang keminter ini mencoba merumuskan setiap situasi
menurut caranya sendiri. Ketelitiannya sering dianggap sebagai
suatu bentuk penyimpangan dari nilai kerjasama. Apa yang
menjadi keistimewaan si keminter ini ialah tekanan
psikologis,kekacauan berpikir dan kesenangan terhadap ketelitian.
Perasaan malu menurut pengertian sosiologi adalah sejenis
isolasi sebagian yang timbul dari ketidak-mampuan menciptakan
tanggapan yang memadai dalam bidang kehidupan tertentu.
Perasaan ini kebanyakan adalah akibat dari goncangan jiwa ini
sering terjadi kanak-kanak. Goncangan jiwa ini sering terjadi
anak-anak mulai meninggalkan pergaulan dengan lingkungan
keluarga dan tetangganya dan memasuki dunia antar hubungan
sekunder. Sejenis kegoncangan jiwa (trauma) sebagai akibat dari
perubahan lingkungan pergaulan dari kelompok primer ke
kelompok sekunder demikian itu,dan gangguan kepribadian kronis
sebenarnya dapat diteliti. Bibit perasaan malu yang berkelebihan

69
itu dapat dilihat melalui antara hubungan yang akrab dengan anak-
anak berusia sekitar 5 tahun.
Perasaan malu yang berlebih-lebihan yang mula-mula
hanya muncul kadang-kadang saja cenderung kemudian
dibiasakan dan dapat menciptakan seluruh gejala isolasi sebagian.
Tahap awal gangguan terhadap kemampuan sosial demikian dapat
ditemukan pada anak-anak kecil dan kemudian dapat muncul
sebagai suatu kegelisahan yang lazim dalam menghadapi setiap
situasi baru. Perasaan demikian timbul,misalnya disaat akan
menghadapi ujian atau di dalam kelas ketika anak takut takkan
dapat menjawab pertanyaan yang tak terduga dari gurunya. Jika
sikap ini di alihkan kepada tingkat perkembangan anak
selanjutnya,maka sikap ini dapat menyembunyikan bahkan
menghilangkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan ketegasan
yang wajar dari individu. Seseorang yang mempunyai kepribadian
tak seimbang, sering mencoba mengkompensasikan dirinya
dengan berbagai cara. Atau jika keluarganya menyokong ketidak-
munculannya,maka biasanya kompensasi itu muncul melalui
peledakan perasaan,kadang-kadang dengan mencari kelembutan,
kasih sayang yang berlebihan terhadap orang lain dan dengan
pengungkapan emosi yang hebat lainnya yang serupa.
Jenis lain isolasi sebagian itu timbul ketika suatu
kemampuan normal untuk mengadakn kontak sosial tak dapat
menemukan lingkungan sekitarnya yang cocok yang diperlukan
untuk situasi seseorang gadis tua atau perjaka tua yang kadang-
kadang membujang sebagai akibat sikap pemalunya yang
berlebih-lebihan. Orang yang dalam situasi demikian akan
mencari suatu pemuasan bagi kerugian yang mungkin dialaminya
dalam kehidupan pribadiannya dan dalam kehidupan sosialnya
dengan mencari suatu kegiatan sosial yang bermanfaat,melalui

70
persahabatan,latihan sepiritual bagi yang mampu
melaksanakannya atau mungkin melalui pemeliharan binatang dan
mempertahankan sentimental.

C. BENTUK-BENTUK KERAHASIAAN PRIBADI


Kerahasiaan pribadi (privacy) juga mencerminkan tipe
isolasi sebagian tertentu. Kerahasiaan pribadi secara tak langsung
menyatakan bahwa ruang lingkup inti pengalaman pribadi kita
dilindungi dari pengaruh kontak sosial. Orang moderen sering
mencoba untuk menyembunyikan sebagian dari kepribadiannya
terhadap kontrol publik. Disini kita berbucara tentang kerahasiaan
pribadi kita sendiri.
Kita dapat melihat suatu perkembangan yang serupa pada
latar belakang sosial dan politki ketika kita mengamati bagaimana
negara liberal moderen menahan diri untuk tidak mencampuri dan
mengganggu urusan pribadi individu warganya,sejauh mungkin di
pantangkan mengatur dan mengendalikan keyakinan pribadi,
kesadaran pribadi dan perasaan-perasaan yang bersifat pribadi.
Atau dalam kehidupan kota moderen kita melihat perlindungan
kehidupan pribadi warga kota dari penilaian publik. Kehidupan
masyarakat desa tak mengenal adanya baik privasi internal
maupun privasi eksternal demikian. Kehidupan masyarakat desa
sebagai keseluruhan biasanya menyangkut pula kehidupan rumah-
tangga dan kehidupan perseorangan petani. Kontrol publik
menyelusup sampai jauh ke dalam setiap sudut yang tersembunyi
sekalipun dari kehidupan kekeluargaan individu. Kenapa
demikian? Yang jelas karena dalam komunitas primitif,jarak
antara kegiatan seorang individu berhubungan erat dengan bidang
kegiatan keseluruhan komunitas. Pemisahan

71
sosial,penyembunyian kepribadian seorang dalam kehidupan
kelompok demikian itu teramat sulit. Gilda di kota-kota abad
pertengahan sama-sama dapat mengontrol sebagian besar aktivitas
eksternal dari setiap individu yang menjadi anggotanya,seperti
pengungkapan kepercayaan agama,aktivitas profesional,bentu-
bentuk pergaulan,aktivitas artistik,upacara penguburan dan
sebagainya organisasi moderen seperti perserikatan profesionel
(misalnya:korpri,IDI atau perusahaan,hanya menyentuh sebagian
bidang tertentu saja dari kehidupan individu. Kemungkinan untuk
menyembunyikan kerahasiaan pribadi dalam kehidupan organisasi
moderen ini jauh lebih besar dan dengan menyenbunyikan kan
maka manusia moderen berhasil mengisolir sebagian dari
kepribadiannya. Isolasi ini berarti memperkuat individualisasi.
Gerakan keagamaan seperti protestantisme dan
puritanisme,menampilkan suatu kecenderungan untuk mengubah
agama publik menjadi agama pribadi dan menjaga agar supaya
bagian-bagian tertentu dari kepribadian orang, aman dari campur
tangan dari luar. Puritanisme juga mencerminkan tendesi yang
mengutuk pemberitaan dan meningkatkan penilaian terhadap
urusan pribadi dan pengalaman pribadi individu. Proses
penciptaan kerahasiaan pribadi ini bermula melalui perubahan-
perubahan eksternal seperti pemisahan urusan rumahtangga dari
urusan dinas atau urusan kantor. Warga kota di penghujung abad
pertengahan atau di zaman Renaisan,karena makin kaya,mampu
menyediakan satu kamar untuk masing-masing anggota
keluarganya dalam satu rumah yang dipergunakan oleh masing-
masing anggota keluarga itu untuk keperluannya sendiri. Ruangan
pribadi ini menjadi lingkungan eksternal pertama yang
menciptakan seperangkat sikap dan paresaan yang kini kita sebut
privat itu dan ini adalah satu bentuk individualisasi.

72
Di sini kita harus membedakan dengan tegas antara sikap
yang berhubungan erat dengan kontak primer, kontak-kontak yang
intim, dan sikap yang berhubungan erat dengan kerahasiaan
pribadi. Kerahasiaan pribadi adalah sejenis pengisolasian dalam
dunua ke hidupan keluarga atau di dalam kelompok primer yang
lain. Ini merupakan suatu cara melepaskan diri dari kelompok
sosial di mana pengendalian kelompok sangat dekat terhadap
individu. Kerahasiaan pribadi sangat membantu dalam
menciptakan individualisasi. Kerahasiaan pribadi ini memelihara
kecenderungan ke arah individualisasi enternal. Salah satu akibat
utama kerahasiaan pribadi ini ialah terciptanya standar norma
ganda dari kesadaran orang, baik norma hukum maupun norma
moral. Akibat lainnya ialah munculnya standar ganda dalam
pengalaman terhadap waktu. Pengertian waktu yang dimaksud di
sini bukanlah perjalana waktu secara kronologis yang dapat diukur
dengan bantuan suatu skala obyektif, tetapi ialah cara yang
menyadarkan kita terhadap waktu di dalam inti pengalaman kita.
Inti pengalaman kita terhadap waktu, sebagian besar
diarahkan kepada pengalaman kolektif. Sejauh kita akrab dan
berhubungan erat dengan sesama manusia melalui tujuan-tujuan
bersama,maka ketegangan yang tertanam dalam perjuangan
bersama itu membedakan waktu dalam suatu cara kolektif bagi
setiap peserta perjuangan bersama itu. Orang yang bekerja
bersama-sama untuk mencapai hasil bersama, mengukur waktu
menurut aktivitas bersama mereka. Artulasi dari peristiwa seperti
juga waktu, mula-mula diarahkan kepada tujuan bersama itu.
Tetapi kerahasiaan pribadi memisahkan pengalaman individu
tertentu dari komunitas,dan inti pengalaman individu menjadi
terpisah dari dunia luar. Sebagai akibatnya, inti waktunya terpisah
dari waktu komunitas. Perlu di ingat bahwa evolusi yang tidak

73
proporsional menciptakan individualisasi dan pengalaman
ditunjukkan ke dalm diri sendiri. Oleh karena adanya kerahasiaan
yang bersifat pribadi dan personal,maka keduanya tidak sama dan
sederajat. Diskriminasi yang teliti dari pengalaman yang
berhubungan erat dengan pemusatan perhatian dan pemikiran
terhadap diri sendiri menjadi sumbr dari puisi-puisi yang bersifat
subyektif dan menjdi sumber sunyektivisme pada umumnya.
Bahaya privasi yang berlebih-lebihan ialah bahwa dalam
keadaan demikian dapat mendorong kearah terbelahnya
kepribadian. Dunua kesadaran terdalam dari privasi dan dunia
aktifitas bersama, kehilangan hubungannya dan karena itu orang
lalu hidup dalam dua dunia yang saling terpisah. Kretschmer dan
shelddon menyatakan bahwa gejala penyakit jiwa dalm bentuk
kesukaan mengasingkan diri (schizofrenia) ini sebagai salah satu
ciri dari aliran psikoanalisa mereka.
Privasi tentu saja juga mempunyai makna produktif bagi
kultur, jika ia tidak menampilkan isolasi absolut tetapi hanya suatu
isolasi sebagian. Aspek privasi yang bermanfaat ini telah di
selidiki oleh pemimpin suatu gerakan keagamaan. Hasilnya
ternyata bahwa biara bagi rahip-rahip merupakan suatu alat untuk
menciptakan kondisi eksternal tiruan yang dapat memelihara
difasi mereka. Mereka yang hidup dalam biara demikian biasanya
adalah orang yang suka `menyendiri`. Peraturan dikalangan biara
ini mengandung anjuran untuk menghindarkan setiap kontak
eksternal. Biara dan peraturannya itu membantu menciptakan
kesamaan bidang pengalaman bersama yang bersifat tiruan.
Tujuan yang sama dilanjutkan oleh peraturan biara yang
berhubungan dengan pekerjaan pada waktu senggang. Didalam
biaralah kita dapat menemukan suatu perasaan keagamaan
subyektif yang murni. Perasaan seperti itu merupakan salah satu

74
bentuk awal dari individualisasi yang dibantu perkembangannya
oleh privasi.

BAB V
INDIVIDUALISASI

Kerahasiaan pribadi (privasi) hanyalah satu bentuk


individualisasi. Banyak jenis kekuatan sosial yang membantu
perkembangan individualisasi, yang dimaksud individualisasi
ialah proses sosial yang cenderung menyebabkan individu kurang
lebih terlepas dari kelompoknya dan yang menciptakan di dalam
dirinya suatu kesadaran diri sendiri mengenai miliknya diri
sendiri.
Dalam menganalisa bagaimana proses individualisasi
berlangsung, maka dua kesalahan konsepsi perlu dikoreksi terlebih
dahulu. Pertama, bahwa individualisasi ialah proses yang semata-
mata dibantu oleh individu itu sendiri. Ini didasarkan atas asumsi
bahwa seseorang membebaskan atau kurang bebas sama sekali
dari pengaruh kelompoknya, hanya dengan menggunakan kualitas
mental. Kekeliuruan konsepsi kedua didasarkan atas asumsi
bahwa individualisasi terutama adalah proses mental atau spiritual
yang tersebar melalui ide-ide umum dari satu periode waktu atau
tempat tertentu. Jika ahli sejarah misalnya berbicara mengenai
Renaisan maka mereka mengumpulkan kalimat-kalimat yang
membuktikan bahwa suatu penilaian baru terhadap individualitas
telah muncul pada waktu tertentu dan kemudian menunjukkan
bahwa ide itu swcara berturut-turut diterima oleh kelompok lain
dan oleh individu lain. Upaya sosiolog tidak hanya sekedar
mempelajari bahwa ide demikian itu ada pada waktu tertentu
tetapi berupaya pula menemukan bagaimana ide itu timbul. Kita

75
dapat bertanya kepada diri kita sendiri,kekuatan-kekuatan sosial
apa saja yang menimbulkannya di dalam lingkungan yang lebih
sempit dan perangkat pengaruh sosial yang bagaimana yang
mempersiapkan kelompok manusia yang lebih besar menerina ide-
ide itu. Ide itu biasanya hanyalah merupakan ekspresi mental
belaka dari proses individualisasi,yang dasar-dasarnya telah
dipersiapkan oleh perubahan sosial yang cenderung
mengarahkannya. Di tengah-tengah jaringan sosial baru yang
demikian itu diungkapkan ide-ide yang memperkuat dan yang
secara meyakinkan membentuk situasi baru tetapi ide-ide itu
sendiri tidak menciptakannya ketika saya mengatakan bahwa di
setiap situasi sosial terdapat seperangkat kekuatan sosial, di dalam
situasi mana individualisasi cenderung bekerja,saya menyadari
bahwa periode waktu tertentu seperti Renaisan atau periode
Rasionalisme abad ke 18 dan liberalisme abak ke 19 membantu
kelangsungan proses individualisasi sedemikian besarnya
dibandingkan dengan periode sejarah lainnya.
Untuk menghindarkan kebingungan terhadap berbagai
jenis individualisasi,maka saya akan memulai dengan menjelaskan
perbedaan bentuknya dan mencoba menemukan kekuatan sosial
yang spesifik yang menunjang masing-masing bentuk tersebut.
Saya membedakan empat aspek utama
individualisasi,masing-masing sebenarnya masih dapat dipecah
lagi menjadi beberapa sub-aspek.
A. Individualisasi sebagai proses menjadi berbeda dari orang lain.
B. Individualisasi pada tingkat bentuk baru dari penghormatan
terhadap sikap sendiri: baik melalui kesadaran terhadap ke
unukan dan kekhasan kepribadian orang lain maupun melalui
jenis penilaian baru terhadap diri sendiri atau pengaturan diri
sendiri.

76
C. Individualisasi dari keinginan-keinginan,yakni
mengindividualisasikan hubungan dengan obyek.,
D. Individualisasi sebagai sejenis perenungan ke dalam diri kita
sendiri, yakni sejenis pemusatan perhatian dan pemikiran
terhadap diri sendiri (intriversi) yang secara tak langsung
menyatakan penerimaan pengalaman yang kita miliki sendiri
dan meningkatkan kekuatan individualisasi di sekitar dan di
dalam diri kita sendiri. Ini juga dapat dijelaskan sebagai
tindakan tidak menyingkapkan dimensi yang terdalam dari
kehidupan seseorang.
Dengan demikian,keempat aspek utama individualisasi itu
adalah : menjadi berbeda ; munculnya jenis penilaian baru
terhadap kekhasan kepribadian diri sendiri ; individualisasi
melalui obyek; dan pemasukan kekuatan individualisasi.
Keempatnya merupakan fenomena yang berbeda.

A. PROSES MENJADI BERBEDA.


Perbedaan eksternal dari tipe dan individual menyebabkan
terbentunya kelompok baru dimana ciri-ciri baru ini biasanya di
ungkapkan. Munculnya kelompok baru ini dipercepat oleh adanya
pembagian kerja dan dan pembagian fungsi. Pembagian fungsi ini
menyebabkan perkembangnya ciri-ciri profesional. Kelompok
baru serupa itu sedikit banyak memungkinkan individualitas
dalam keanggotaannya menurut intensitas dan volume organisasi
dan peraturan internal. Bahkan misalnya perbedaan antara tenaga
kerja ahli dan tenaga kerja pelaksna dalam suatu pabrik. Tenaga
kerja ahli bekerja dengan ketrampilan teknik dan dengan peralatan
tersendiri sehingga dengan demikian menjadi lebij individualis.
Dalam pabrik ada kecenderungan pengaturan kerja secara
impersonal. Faktor sosial berikutnya yang menimbulkan tipe

77
diferensiasi eksternal dan tipe individual adalah akibat dari
keterbatasan kontak,karena orang yang dalam keadaan demikian
itu akhirnya terhalang untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi
yang berubah.
Dalam masyarakat cina kuno, tindakan orang dalam
keseluruhan hubungannya telah ditetapkan secara pasti oleh ajaran
konghucu. Dalam kehidupan rumah tangga misalnya,
peraturan  tingkah laku seorang anak terhadap bapaknya atau si
isteri terhadap suaminya, atau seorang adik terhadap kakak laki-
lakinya, telah ditetapkan dengan pasti. Aturan tingkah laku ini
terang mempengaruhi kesempatan-kesempatan yang terbuka bagi
anggota kelompok, dan dalam kenyataan kehidupan yang
sesungguhnya dari anggota kelompok. Sebaliknya, demokratisasi
dalam pengertian yang seluas-luasnya di bidang politik, ekonomi
dan pedagogik berperan sangat kuat dalam mengarahkan
terciptanya tindakan yang spontan dan tindakan yang tidak
tradisional. Kompetisi secara bebas juga mendorong individu
menyesuaikan dirinya sendiri terhadap situasi khususnya sendiri,
untuk mengambil inisiatif dan tidak menunggu perintah atau tidak
lebih senang diperintah. Khususnya unit sosial yang kecil, jika
diorganisir menurut cara-cara demokratis dapat mendorong
pertumbuhan kepribadian. Unit sosial yang kecil seperti itu
terdapat di wilayah Swiserlan bagian tengah, dalam komune
merdeka abad pertengahan dan dalam sekte-sekte keagamaan. Hal
yang serupa juga terdapat pada kelompok-kelompok pendidikan
yang terorganisir secara demokratis seperti universitas di abad
pertengahan memudahkan upaya secara individual dan upaya
pengambilan keputusan.
Satu contoh yang nyata dari kulit luar suatu situasi yang tidak
berpola terlihat dalam kasus pionir atau pedagang yang bertualang

78
meninggalkan kampung halaman mereka dengan tujuan
menaklukan daerah baru, atau untuk menciptakan pasar baru, atau
sama seperti pemuda atau pemudi yang melepaskan diri mereka
dari perlindungan keluarga mereka untuk mencari sumber
penghidupan di tempat baru. Tetapi kompetisi di dalam kehidupan
kelompok mendorong setiap orang untuk bertindak menurut
kepentingan individualnya dan untuk mengintegrasikan kembali
situasi dirinya sendiri.
Perkembangan proses individualisasi selanjutnya dibantu oleh
peningkatan mobilitas sosial,terutama oleh mobilitas sosial
vertikal yang memungkinkan seseorang tampil pada skala sosial
sebagai individu,dan tidak hanya sebagai seorang anggota belaka
dari kelompoknya. Di dalam situasi demikian itu adalah perlu bagi
keberhasilannya untuk membebaskan dirinya sendiri dari
prasangka kelompoknya,meskipun mungkin kemudian ia
menyesuaikan diri juga dengan prasangka kelompok lain.
Mobilitas horizontal terlihat misalnya dalam pengembaran
individu, yang secara tak langsung menyatakan keperluannya
untuk membuang sudut pandangan kelompok kecilnya yang sudah
usang. Bagaimana, dalam kasus ini terdapat kemungkinan baginya
untuk mengenali sama sekali dirinya sendiri melalui kelompok
baru dan melalui cara ini ia di paksa untuk menemukan
pandangannya sendiri secara bebas. Jika seseorang
menggabungkan diri dengan kelompok oposisi, maka orang itu
akan kehilangan pandangannya yang asli dan mencoba
mempelajari dan menerima pandangan orang lain.
Situasi seseorang sebagai `orang asing`, apakah secara relatif
atau secara mutlak mempunyai pengaruh individualisasi yang
serupa. Contoh keterasingan secara relatif demikian adalah anak
kecil yang diterlantarkan keluarganya atau pemimpin golongan

79
minoritas di dalam suatu kehidupan kelompok,sedangkan contoh
ketersaingan secara absolut adalah orang yang diusir atau dibuang
dari lingkungan kelompoknya dan orang asing yang tidak
berasimilasi. Awal dari kehidupan Hitler, lenin, dan T rotsky atau
stalin memperlihatkan sejumlah situasi outsider demikian itu.
Situasi sosial terakhir yang diperlihatkan dalam kaitannya
dengan individualisasi sebagai suatu`proses menjadi berbeda`
adalah melarikan diri dari kontrol sosial satu kelompok kepada
kontrol sosial kelompok yang lain. Dalam setiap kelompok
terdapat perbedaan sesuatu yang disumbangkan yang dipelajari
oleh orang yang sama,seperti halnya orang yang berbeda
membentuk jenis kelompok yang berbeda,keluarga,teman
sepermainan,klub,universitas,dan sebagainya. Dengan demikian
lingkungan kontak yang diperluas itu dapat memberikan
anekaragam pengalaman yang makin luas pula sehingga
individualisasi dapat berkembang dengan fleksibelitas yang lebih
besar.

B. INDIVIDUALISASI (PENGHORMATAN
TERHADAP SIKAP SENDIRI)
Dilihat dari satu segi,kepribadian individualistis terdiri dari
semakin sadar terdapat kekhasan karakter kita sendiri dan
munculnya jenis penilaian baru terhadap diri sendiri. Dengan
demikian, pengorganisasian terhadap diri sendiri berlangsung
sebagai bentuk kemunculan penilaian terhadap diri sendiri. Contoh
proses ini dapat ditemukan dalam sejarah di mana pemujaan
terhadap kepribadian yang kuat menciptakan suatu tipe
individualisasi tertentu. Prakondisi proses ini adalah suatu
diferensiasi yang ketat dan pengambilan jarak oleh elite
pemimpin, pengorganisasian kelompok sedemikian rupa sehingga

80
menyediakan kesempatan bagi sekumpulan orang tertentu untuk
menjadi lalim (despotic);adanya lingkungan pergaulan istana yang
tak terjangkau oleh penilaian publik   di mana sang penguasa lalim
itu dapat berilusi sebagai seorang yang `maha kuasa`. Ini adalah
prakondisi untuk terciptanya seorang penguasa yang kejam dan
lalim yang biasa disebut dengan satu kata `tirani` yang bersandar
kepada kekuatan pisik dan paksaan spiritual (biasanya berdasarkan
sikap yang mengira ia memiliki sejenis kekuatan gaib) bersama
dengan kekuatan yang berasal dari pemilikan tanah, uang dan
harta kekayaan lainnya serta prestise dan kemegahan.
Proses serupa terlihat dalam bentuk yang lebih moderat dan
dalam lingkungan pergaulan yang lebih sempit,jika seorang anak
menjadi tirani dari suatu keluarga. Dalam kasus di atas terlihat
adanya impuls kecintaan terhadap diri sendiri pada si tiran atau
pada si despot itu, dan ini terima oleh kelompoknya.
Perasaan mengenai keunikan kehidupan seseorang dan
karakter yang dimilikinya, dapat ditemukan pada asal mula
pemujaan terhadap otobiografi: pemujaan ini berkembang di
penghujung periode kekaisaran Romawi yang berhubungan erat
dengan timbulnya suatu perasaan bahwa kehidupan dan karakter
seseorang adalah unik. Namun asal mula perasaan demikian
ditemukan juga di permulaan kehancuran despotisme di dunia
Timur. Di permulaan tingkat perkembangan individualisasi ini,
penilaian terhadap diri sendiri dibangun dengan membiarkan
orang lain menjadi mangsa ketakutan dan hormat kepada kita
sendiri. Contoh kemegahan diri sendiri serupa itu dapat ditemukan
dalam riwayat Assurbanipal (885-860 SM) yang menyatakan ;
`Aku adalah raja`.`Aku adalah Tuhan`.`Aku adalah yang maha
agung`.`Aku adalah yang terbesar ,yang terkuat`. `Aku adalah
yang termasyhur`. `Aku adalah pangeran, bangsawan, panglima

81
perang`. `Aku adalah seekor singa.......`Aku adalah wakil Tuhan`.
`Aku adalah senjata yang tak terkalahkan,yang membuat bumi
musuh menjadi puing`. `Aku menangkap mereka hidup-hidup, dan
menenggelamkan mereka`. `Aku mencat gunung dengan darah
mereka`. `Aku menguliti mereka dan menutupi dinding istanaku
dengan kulit mereka`. `Aku mendirikan pilar istanaku dengan
batok kepala mereka. Dan diantara pilar-pilar itu aku
menggantungi kepala mereka dengan tanaman anggur.....`Aku
menyiapkan gambar klosal tokoh-tokoh keluarga kerajaanku dan
menggoreskan kemauanku dan keagunganku padanya...sinar
wajahku terpancar pada puing-puing. Dalam melayani
kemarahanku,aku menemukan kepuasanku`.
Melalui periode terakhir kekaisaran Romawi dan melalui
otobiografi filosof Stoa serta melalui pernyataan lainnya,kita dapat
menunjukkan situasi sosial yang menyokong bertambah kuatnya
perasaan keunikan diri sendiri itu. Kita dapat menunjukkan
kelemahan organisasi masyarakat yang besar dan keadaan yang
kacau dari kekaisaran,dan sehubungan dengan itu kita dapat pula
menunjukkan kemungkinan bagi individu untuk naik ke tingkat
yang lebih tinggi dalam skala sosial. Kelemahan organisasi yang
besar ialah bahwa kekuatan mengikat normanya hampir hilang
sama sekali. Kita melihat di sini pembubaran cita-cita yang
terkandung di dalam negara-negara kota Yunani (prolis) yang
kecil-kecil itu.

C. INDIVIDUALISASI KEINGINAN MELALUI OBYEK


Dalam membangun petunjuk arah dan keteguhan perasaan
terhadap obyek dan terhadap orang lain (apa yang oleh ahli
psikoanalisasi disebut penetapan libido atau kathexes) sikap
tradisional dan daya tahan kelompok primer adalah menentukan.

82
Petani dan kaum ningrat yang menguasai tanah pertanian,lebih
terarah dan lebih teguh keimanannya dari pada tipe orang kaya
kota yang mudah bergerak (mobile). Kalangan petani dan ningrat
pemilik tanah, mencoba menetapkan jenis keinginan yang akan
dipenuhinya sejauh ia ingin membeli suatu barang tertentu tetapi
ingin menyelang-nyelingi ke mungkinan dalam keterbatasan
kemampuan yang ada padanya. Jarak pilihannya mungkin lebih
luas dan pilihannya yang sebenarnya beraneka ragam. Berbagai
faktor meningkatkan keinginannya secara individual dan yang
mendadak seperti faktor kekayaan,yang menciptakan
kemungkinan yang bervariasi atau yang menciptakan proses
produksi dan distribusi moderen yang mendorong kompetisi
individual dan orang yang pertama tampil membawa ide-ide baru.
Bagaimanapun juga, industri raksasa yang merangsang para
pembeli melalui iklan misalnya juga berusaha untuk
menyeragamkan pilihan konsumen. Di samping itu terdapat
mobilitas sosial baik horizontal seperti migrasi maupun secara
vertikal seperti bergerak ke bawah dan ke atas skala sosial, yang
cenderung mengikat individu kepada keinginan-keinginan khusus
.
Ada beberapa keinginan yang dimiliki orang. Kita dapat
menyederhanakannya menjadi dua macam. Pertama sikap untuk
memilih obyek tunggal dengan penetapan libido yang pasti.
Kedua, penetapan libido terhadap obyek yang abstrak, seperti
uang dan persamaan derajat. Selanjutnya terdapat dua jenis sikap
yang menginginkan untuk menyeimbangkan dalam hubungannya
dengan pemilikan; pertama berusaha sekuat tenaga untuk memiliki
suatu obyek tertentu yang pasti, dan kedua berusaha keras untukn
keras untuk memiliki berbagai macam obyek. Dalam kasus
terakhir ini libido yang dipastikan terhadap sesuatu obyek,dalam

83
ukuran tertentu adalah dialihkan dari obyek itu kepada pilihan itu
sendiri. Contoh libido yang dipastikan terhadap obyek tertentu
ialah berupa kesukaan seseorang petani terhadap pipa rokok
kesayangannya atau terhadap piring kesayangannya pada waktu
makan atau terhadap pemandangan alam di sekitar tempat ia
mondar-mandir dan bermukim. Dalam keseluruhan kasus di atas
petani secara pribadi berhubungan erat dengan barang-barang
yang dimilikinya itu atau dengan situasi personalnya. Dalam kasus
yang kedua,dimana libido ditetapkan tidak begitu banyak terhadap
obyek tetapi lebih banyak terhadap pilihan itu sendiri, contohnya
dapat diketengahkan tentang sikap orang yang selalu mengikuti
mode, sikap orang liberal atau sikap orang yang individualis
dalam masyarakat yang bercorak kompetitif. Tetapi orang yang
bersikap liberal dan anarkis juga dapat memiliki keinginan-
keinginan yang terikat kepada obyek khusus atau kepada orang
tertentu.
Penetapan libido individu yang keras terbentuk oleh keluarga
kecil. Contohnya libido terhadap tokoh ibu atau tokoh ayah adalah
lebih besar dalam tipe keluarga tertentu daripada dalam tipe
keluarga yang lain. Dalam kelompok keluarga primitif, setiap anak
mempunyai beberapa orang ibu sekaligus karena dalam kelompok
keluarga demikian seluruh ibu-ibu yang setingkat usianya
dipanggil ibu oleh semua anak-anak mereka. Dalam keluarga kecil
monogami, kepastiannya lebih besar dan disitu terlihat kasih
sayang yang sedemikian mendalam dari seorang ibu, dan dalam
keluarga yang beranak tunggal lebih mencolok lagi dibandingkan
dengan keluarga yang beranak,katakan lah sepuluh orang
misalnya.
Salah satu sumber utama libido individual yang
mempengaruhi ide tentang keunikan perseorangan dan cinta yang

84
lebih ideal dapat ditemukan di sini. Cinta yang romantis hanya
dapat di terangkan dalam kaitannya dengan kesukaan memusatkan
perhatian kepada diri sendiri yang dikenal sebagai `introversi`.

D. INDIVIDUALISASI SEBAGAI INTROVERSAL


Melalui pengetahuan tentang individualisasi,dapat diketahui
kepribadian yang mendalam,yang disebut; introyeksi. Tingkatnya
dapat ditelusuri. Tingkat merenggang, menjadi terpencil yang
ditandai oleh kenyataan bahwa individu mengundurkan kekuatan
libidonya ke dalam dirinya sendiri. Gejala seperti ini sering
ditemukan dalam kehidupan kota besar di mana dirasakan
kurangnya keeratan hubungan persahabatan dan keramahtamahan
dan kebingungan yang disebabkan karena pada umumnya
komunitas kehilangan kekuatan ekspresifnya, karena misalnya
bentuk-bentuk pemujaan dan upacara kehilangan makna
kebersamaannya dan makna perseorangannya. Hilangnya jarak
aktivitas karena demikian sibuknya,keterbatasan kemungkinan
untuk membagi ekspresi emosional, kesemuanya itu memberikan
andil terhadap merenggangnya hubungan, introspeksi dan
pengarahan perhatian ke dalam diri sendiri (indwardness) dan
memberikan andil terhadap sublimasi energi menuju kepada suatu
kesukaan memikirkan diri sendiri daripada memikirkan orang lain
(introversion). Proses ini, yang berkombinasi dengan munculnya
kecintaan terhadap diri sendiri,memungkinkan terbentuknya cinta
romantis.
Kemudian berkembanglah suatu penerimaan terhadap privasi
dan isolasi sebagian sebagai suatu cara untuk melarikan dari
kontrol eksternal,sama halnya dengan bentuk lain dari
individualisasi berhubungan erat dengan introversi. Pengutamaan
introversi adalah salah satu bentuk individualisasi sejenis

85
introversi ini. Selain dari itu, dalam keadaan terjadinya mobilitas
sosial dan kultural, ketika dengan tiba-tiba diperlukan penilaian
kembali yang lebih dalam,maka suasana batin yang introspektif
demikian itu biasanya muncuk terutama di kalangan orang
yang  banyak mempunyai waktu terluang untuk bersenang-senang
yang dikombinasikan dengan privasi. Perkembangan harmonis
keseluruhan kepribadian adalah bentuk individualisasi yang di
senangi orang demikian itu, yang memandang barang sesuatu
tidak secara spesifik tetapi sebagai yang memperlihatkan
keseragaman dan kesatuan pengalaman sekaligus. Bagi orang
demikian itu, jarak sosial dari bidang pekerjaan dan perjuangan
sosial mengakibatkan berkurangnya ketundukan terhadap
kekuasaan atau menyelesaikan fakta-fakta eksternal. Seniman-
seniman besar zaman Renaisan,sastrawan dan ilmuwan abad ke 17
dan ke 18 dan beberapa orang ahli pikir inggris abad ke 20
memperlihatkan sikap serupa itu.

E. INDIVIDUALISASI DAN SOSIALISASI


   
  
 Di mana kesadaran terhadap diri sendiri adalah dominan
maka di situ selalu terdapat pengutamaan baik terhadap diri
sendiri maupun pengutamaan diri kita sendiri terhadap diri orang
lain. Jika kita berbicara tentang seseorang yang suka
mementingkan diri sendiri atau yang memusatkan perhatian
kepada dirinya sendiri, maka kita berfikir mengenai dia sebagai
orang yang kurang mampu melihat barang sesuatu dalam
hubungannya dengan sudut pandang orang lain. Orang serupa itu
belum secara keseluruhannya melewati fase awal dari kesadaran
sosial di dalam mana kita melihat barang sesuatu hanya dalam
hubungannya dengan kita. Sebagai contoh,anak yang tak
mempunyai saudara kandung laki-laki atau perempuan, sering

86
sekali menjadi orang yang suka memusatkan perhatian kepada diri
sendiri (self centred). Orang yang demikian itu belum cukup di
sosialisasikan. Dengan sosialisasi kita maksudkan sebagai proses
yang berlawanan dengan individualisasi. Sosialisasi ialah proses
pengembangan diri sendiri. Pengembangan diri sendiri ini
mengikuti garis tertentu yang dapat disebut sebagai jalan sosial
menuju pengembangan diri sendiri.
Para sosiolig telah menunjukkan tentang adanya berbagai
bentuk pengembangan diri dengan istilah simbolis seperti berikut:
1. Spheric-self. Yakni orang yang tak mau bekerjasama, terutama
tak mau cocok dengan orang yang dekat hubungannya
dengannya.orang yang dijauhi oleh orang yang memiliki aspek
kepribadian seperti itu justru adalah orang yang sering
memperhatikannya karena mereka sering melihatnya,sebagai
contoh,tetangganya dan pengasuhnya semasa kecil. Tetapi
buku-buku bacaan,perjalananya,kehidupan orang besar,dan
stratifikasi sosial dapat merentangkan radius aktivitas
perseorangan dan dengan demikian tak menguntungkan bagi
pengembangan kepribadian yang tak mau bekerjasama ini.
2. Linier-self. Yakni kepribadiaan yang tetap sejalan dengan
garis keluarga. Kepribadian ini mendorong seseorang untuk
banyak berkorban agar tidak mencemarkan nama baik nenek
monyangnya atau untuk tidak menjadi halang-perintang bagi
anak cucunya. Di sini perasaan kekeluargaan menjadi saingan
bagi perasaan sosial yang lebih luas.
3. Flat-self. Muncul jika perasaan sosial hanya terbatas pada
orang yang berasal dari setrata sosial tertentu di mana ia
menjadi salah seorang yang termasuk kedalamnya. Sosialisasi
horisontal demikian ini melemahkan rintangan perasaan iri
yang muncul di kalangan kehidupan bertentangan,jemaah dan

87
di bidang wewenang, tetapi sebaliknya menciptakan perasaan
iri yang baru lainnya. Sementara permusuhan dalam komunitas
dapat menghindarkan kerusuhan dengan jalan saling
menghilangkannya satu sama lain, maka pemusuhan antara
kelas sosial tak dapat menghindarkan kontak-kontak sosial dan
dengan demikian tak dapat melenyapkan pergeseran-
pergeseran atau friksi 
 antara kelas sosial itu.
4. Vein-self. Dalam kota-kota besar demokratis, persaudaraan
dan persahabatan cenderung mengikuti garis pekerjaan.
Contohnya,wartawan surat kabar saling mengenal satu sama
lain dan saling bertemu muka dengan sebagian besar wartawan
surat kabar yang lain. Kenyataan bahwa mereka saling
berkompetisi, dikalahkan oleh adanya kepentingan bersama
yang terdapat pada mereka semuanya. Mereka yang tidak
memcintai panggilan dirinya sendiri dan mempunyai profesi
yang terlalu banyak dapat mengikuti suatu garis non-
profesional dari kepentingan pribadinya.
5. Star-self. Pengenbangan kepribadian,dalam beberapa hal akan
mendapat simpati dari berbagai jenis orang menurut lapisan
yang berbeda.jadi akan timbul kepribadian teladan (star self)
yang memancar ke berbagai bidang. Contohnya dapat
ditunjukkan pada kepribadian Goethe, Albert Schweitzer, dan
Betran Rusell.
Diperensiasi fungsional dan kompleksitas kehidupan
masyarakat kota, mendorong pengembangan kepribadian teladan
ini. Sejumlah besar persoalan yang memerlukan kerjasama (team
work) terutama didasarkan atas harga yang harus dibayar terhadap
spheric-self tersebit di atas. 
Adalah menjadi tugas sosiolog dan para pendidik di masa
mendatang untuk meneliti situasi sosial yang mana yang dapat

88
membantu perkembangan dan perluasan kepribadian yang sesuai
dengan tuntutan kerjasama ini dan berbagai kelemahan sosial
lainnya.
Bagaimana juga, adalah penting ditekankan di sini bahwa
pengertian-pengertian di atas hendaknya jangan dihypothesakan
sebagai kepribadian yang tepisah satu sama lain. Kelima
pengertian di atas mempunyai keterbatasan penggunaannya secara
praktis bagi sosiolog. Pertanyaan mendasar yang dapat timbul
adalah: bagaimanakah sifat dasar kepribadian yang telah
mendapatkan sumbangan pengaruh dari proses individualisasi dan
proses sosialisasi it

BAB VI
KOMPETISI DAN MONOPOLI

Salah satu kekuatan sosial terpenting ialah kompetisi. Kita


dapaat mengklasifikasikan kekuatan sosial menjadi dua kelompok.

89
Pertama, kekuatan sosial yang mendorong perkembangan
kerjasama, dan kedua kekuatan yang memaksa orang untuk
bertidak bertentangan dan beroposisi satu sama lain. Kekuatan
sosial utama yang mendorong orang untuk bertindak bertentangan
satu sama lain adalah perjuangan. Prjuangan dapat dirumuskan
sebagai antar hubungan sosial di mana kita ingin memaksa orang
lain atau kelompok lain dengan kekuatan, agar supaya bertindak
menurt kemauan kita.   Melalui perjuangan ini, perlawanan dari
orang lain itu diatasi. Kompetisi, sebaliknya dapat dianggap
sebagai sejenis perjuangan secara damai. Dengan demikian, dapat
dirumuskan sebagai suatu upaya secara damao dari beberapa
individu atau kelompok untuk mendapatakan barang sesuatu yang
sama.
Kompetisi, seperti perjuangan, adalah suatu kategori
universal dari kehidupan. Dalam biologi kita berbicara tentang :
perjuangan untuk mempertahankan hidup dan ini adalah kategori
universal dari kehidupan sosial. Banyak orang yang percaya
bahwa kompetisi adalah suatu fenomena ekonomi murni, yang
terutama dilambangkan oleh barter. Namun tak ada yang lebih
keliru daripada pemberian arti yang terbatas seperti itu terhadap
istilah kompetisi. prinsip kompetisi ialah samaa-sama bekerja
ketika sejenis perlombaan terjadi, tujuan bersama bagi setiap
orang yang berkompetisi adalah mencoba untuk mencapai tujuan
paling dahulu daripada orang lain. Tetapi adalah juga kompetisi,
jika dua sekolah yang berbeda mencoba menyelesaikan problema
ilmiah yang sama,atau juka dua orang laki-laki ingin merebut hati
dan mengawini wanita yang sama. Ini penting untuk diperhatikan
bahea semua barang-barang yang berbeda itu kepunyaan bersama,
dan kompetisi bekerja dalam keseluruhan bidang itu. Kompetisi
ekonomi termasuk ke dalam lapangan yang sama dan dalam

90
hubungan ini sekali lagi menjadi jelas bahwa ilmu ekonomi
berhubungan erat dengan sosiologi.
Melihat riwayat ide kompetisi, adalah menarik dicatat
bahwa prinsip kompetisi mula-mula diselidiki dalam ilmu
ekonomi, baru kemudian dialihkan ke bidang biologi. Adam smith
dan para penganut aliran physiocrat lainnya adalah orang yang
mula-mula melakukan analisa sistematis tentang kompetisi.
Menurut mereka, kemerdekaan dan kompetisi adalah elemen yang
diperlukan dalam mencpai keselarasan kepentingan. Malthus
dalam karyanya Essay on the principle of population (1798)
menyatakan suatu pandangan yang mengecilkan hati tentang
adanya suatu kecenderungan umum bahwa pertambahan jumlah
penduduk berlangsung menurut deret ukur sedangkan
pertambahan produksi bahan makanan hanya menurut deret
hitung. Charles Darwin adalah orang yang mula-mula
mengalihkan ide tentang kompetisi kehidupan biologi di tahun
1859. Ia menganggap kehidupan makhluk hidup sebagai suatu
perjuangan untuk memepertahankan hidup dan sampai kepada
suatu kesimpulan bahwa perjuangan ini mendorong organisme
secara individual untuk menyesuaikan dirinya terhadap situasi
khususnya sendiri. Jadi Darwin yang dipengaruhi oleh esei
Malthus, mengembangkan prinsip mengenai seleksi alamiah
melalui perjuangan mempertahankan hidup.

Hendaknya jangan dilupakan bahwa esei Malthus itu


adalah suatu reaksi yang pesimis melawan optimisme teori sosial
yang diajukan oleh Godwin dan Condoret yang mempercayai
tentang kesempurnaan yang tak ada akhirnya dan persamaan
alamiah umat manusia.

91
A. FUNGSI KOMPETISI
Kita membedakan antara kompetisi   perseorangan dan
kompetisi antar kelompok. Walaupun kompetisi didorong oleh
tujuan-tujuan perseorangan tetapi kompetisi itu melaksanakan
fungsi sosial dari seleksi, terutama dalam menetapkan satu tempat
untuk setiap orang di dalam sistem sosial. Alternatif utama bagi
kompetisi sebagai suatu cara untuk menetapkan tempat bagi
masing-masing individu di dalam sistem sosial adalah sebagai
berikut;
a) Penetapan status sosial melalui warisan turun menurun
b) Penetapan prinsip senioritas
c) Penetapan ukuran kemampuan melalui bentuk-bentuk testing
yang bertingkat.

Masyarakat yang merencanakan dan seluruh masyarakat


lainnya yang ingin menimalkan kompetisi, boleh memilih diantara
alternatif di atas.
Sejumlah aktivitas yang berhubungan dengan proses
seleksi dalam setiap masyarakat adalah suatu indek dari kompetisi.
Di dalam masyarakat yang statis, di mana biasanya anak-anak
mengikuti pekerjaan orangtuanya; di mana posisi tertentu
dipertahankan pleh segelintir kasta,   dimana sistem memilih
melalui suatu proses pemilihan tidak dikenal, maka orang hanya
mengorbankan sedikit tenaga untuk menemukan suatu tempat di
dalam sistem sosial demikian. Intensitas kompetisi berbeda-beda,
sesuai dengan tingkat kemerdekaan perseorangan, sesuai dengan
tingkat perubahan sosial, dan berkebalikan dengan sifat badan-
badan selektif.
Semakin bebas individu dalam memilih tingkat upah yang
lebih baik, atau semakin jarang orang mengalami diskriminasi

92
rasial, keagamaan atau diskriminasi kelas, maka semakin tinggi
tingkat kemajuan umum yang dicapai oleh masyarakat yang
bersangkutan.
Perubahan sosial membuaka kesempatan baru banyak
orang, yang dalam keadaan yang lain orang mungkin harus
meyakinkan dirinya sendiri bahwa mereka ditentukan untuk
selama-lamanya. Contoh menarik dari proses ini ialah pengaruh
peningkatan industri mobil di Amerika Serikat, yang mana selama
25 tahun menyerap tenaga kerja sejuta orang dan sangat sedikit di
antara mereka yang mewariskan pekerjaan mereka kepada anak
mereka. Makin baik badan-badan selektif makin ekonomis dan
makin tepat penyaringan terhadap orang-orang yang berkompetisi.
B. AKIBAT KOMPETISI
Setiap orang yang berkompetisi akan mencoba
menyesuaikan diri mereka sendiri sebaik mungkin dengan kondisi
khusus mereka sendiri agar supaya menjadikannya sebagai orang
yang terbaik, dan individualisasi adalah suatu produk dari
penyesuaian diri ini, di mana mentalitas perseorangan dari seorang
individu mencerminkan struktur dari situasi dan kekhasan dari
orang yang berkompetisi itu. Kompetisi mempertinggi
keanekaragaman kepandaian, kekenyalan dan mobilitas individu
yang terlibat di dalamnya. Kompetisi dalam sebagian besar kasus,
berhubungan erat dengan mobilitas. Hanya jika saya dapat maju
menuju kemungkinan mencapai prestasi terbaiklah maka
kompetisi mampu mengembangkan potensi sosial saya.
Bagaimana pun juga, kompetisi individual adalah suatu perantara
yang cenderung memecah solidaritas kelompok.
Pasar adalah tempat di mana kompetisi mula-mula
timbul,mula-mula terdapat di kawasan perbatasan suku, yakni
ditempat mana komunikasi antar suku berlangsung. Pandangan

93
yang timbul di dalam situasi marjinal ini kemudian menerobos ke
tengah-tengah masyarakat dan dengan demikian dimulailah
transformasi ke arah situasi masyarakat yang serakah.
Secara psikologis,kompetisi cenderung menciptakan
perasaan inferior. Ini adalah konsekuensi dari cara-cara melalui
mana kompetisi itu berlangsung. Di sini dibedakan dua jenis
perasaan inferior yang bersumber pada kompetisi. Pertama,
perasaan inferior yang menyebabkan individu menjadi aktif,yang
memaksanya untuk menyesuaikan dirinya sendiri dengan cara
yang lebih baik terhadap situasinya. Perasaan seperti ini
menciptakan insentif baru dan mendorong untuk menghormati
kepribadian orang lain. Perasaan inferior kedua, ialah yang
melumpuhkan kekuatan individu dan memaksanya untuk
menerima saja perasaan inferiornya itu. Jenis pertama adalah
potensial dan aktual dan dalam kebanyakan kasus di sebabkan
karena kompetisi yang benar-benar bebas. Sedangkan jenis
perasaan inferior kedua, terutama dibantu perkembangannya oleh
tingkahlaku yang otoriter dari mereka yang mendominasi individu
yang berbeda pada posisi yang lemah.
Pertanyaan yang timbul di sini adalah seperti berikut:
siapakah saingan kompetisi anda? Bagaimana acaranya anda
mengkonpensasikan perasaan inferior anda? Apakah kompetisi itu
meningkatkan kekuatan anda ataukaah situasi kompetisi demikian
itu anda hadapi dengan menarik diri dan lari ke dalam diri sendiri,
sehingga anda menjadi seorang pendiam dan pelamun? Apakah
kompetisi itu membesarkan hati dan mendorong anda ataukah
mengecilkan dan menciutkan hati anda dalam berusaha?
Suatu perasaan inferior yang minimum sering perlu untuk
menemukan cara-cara penyesuaian diri yang baru, yang
dibutuhkan dalam menghadapi situasi baru. Perasaan inferiorlah

94
yang menciptakan dalam diri individu suatu desakan untuk
mengkompensasikan perasaan inferiornya sendiri. Mekanisme ini
dapat mengubah penampilan yang buruk menjadi penampilan
yang lebih baik di sekolah, di tempat bekerja, dan sebagian. Tetapi
sejumlah perasaan inferior yang berlebih-lebihan melumpuhkan
aktivitas individu,karena perasaan demikian merusak
keseimbangan kepribadiannya dan penilaiannya terhadap dirinya
sendiri.
Tentu saja juga ada metode untuk menghilangkan perasaan
inferior seseorang. Contohnya, pertama sebagai pengganti
pengembangan kemampuan diri kita sendiri, kita mencoba
membatasi lawan berkompetisi kita seperti ketika seorang
pimpinan menengah dalam suatu birokrasi memilih para
asistennya dari kalangan orang yang tidak berbakat, dan dengan
demikian menimbulkan kemungkina untuk menguasai perasaan
inferior itu. Atau kedua, dengan mencemarkan ide-ide atau nama
baik orang lain yang berkompetisi dengan kita. Menurut cara ini,
kebencian, iri hati, dan dendam kesumat di lawan dengan
kepahlawanan, dengan kekesatriaan. Atau ketika prestasi kita
sedang meningkat,kelompok lain yang kurang berefektif mungkin
mencoba menghasut orang lain untuk memusuhi kita yang lebih
efisien dan yang lebih berhasil. Contohnya kasus demikian ini
dapat ditunjukkan ketika para bangsawan pemilik tanah mencoba
menciptakan perasaan permusuhan melawan pengusaha industri
yang banyak menghasilkan uang. Pencarian `kambing hitam` juga
bukan suatu hal yang taklazim dilakukan orang; kegagalan yang
bersumber sebenarnya pada kelemahan kita sendiri, kita
lemparkan kesalahannya kepada orang lain sebagai biang
keladinya.

95
C. KETERBATASAN METODE KOMPETISI
Sepanjang kompetisi bekerja menurut cara-cara yang
konstruktif,maka ia akan memaksa individu untuk meningkatkan
usaha perseorangannya dan mendorongnya untuk berprestasi
semaksimal mungkin. Karena kompetisi berperan sangat
efektif,maka sebagai akibatnya dimungkinkan untuk memilih yang
terbaik dri segi tipe manusianya yang paling menonjol dan dari
segi penampilannya yang terbaik dalam pekerjaan. Tetapi ada
suatu kemungkinan bahwa prinsip kompetisi yang sama,justru
dapat menghasilkan akibat-akibat yang berlawanan,dan menjadi
alat dari cara-cara pemilihan yang bersifat negatif. Karena itu
kompetisi secara bebas harus selalu disertai dengan peraturan yang
mengikat dan standar yang di terima secara umum. Di sini,
fenomena perlakuan yang wajar terhadap semua orang (disebut:
fair-play ) termasuk ke dalam nya.
Perlakuan yang wajar terhadap semua orang berarti bahwa
baik dalam keseluruhan masyarakat atau sekurang-kurangnya
dalam salah satu stratanya, suatu kontrol sosial tertentu berlaku
dalam bentuk suatu standar tinhkahlaku yang mempengaruhi
mentalitas individu yang berkompetisi itu. Kejujuran seperti itu
dapat dimasukkan ke dalam situasi kompetisi di sekolah, di dalam
dunia usaha, dan di dalam bidang perjuangan politik. Kelompok
harus menerima sekurang-kurangnya harus ditegur oleh beberapa
orang anggotanya,dan pemimpin harus pula menerima suatu
standar sosial yang menentukan, yang menjamin kewajaran dan
kejujuran terlaksana di kalansgan orang yang berkompetisi. C.H.
Cooley adalah orang yang pertama yang menyadari arti penting
prinsip fair-play ini.

96
BAB VII
MANUSIA, SAINS, DAN SENI
A.    HAKIKAT DAN MAKNA SAINS, TEKNOLOGI, DAN
SENI BAGI MANUSIA

  
      
  
  Selama perjalanan sejarah, umat manusia sudah berhasil
menciptakan berbagai ragam kebudayaan. Berbagai macam atau
ragam kebudayaan, tersaebut hanya meliputi tujuh buah
kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut merupakan
unsur-unsur pokok yang selalu Vada pada pokok kebudayaan.

97
masyarakat yang ada dibelahan dunia ini. Menurut Kluchkhon
sebagaimana dikutip Koenjaraningrat (1996), bahwa ketujuh unsur
pokok kebudayaan tersebut meliputi peralatan hidup (teknologi),
sistem mata pencaharian hidup (ekonomi), sistem kemasyarakatan
(organisasi sosial), sistem bahasa, kesenian (seni), sistem
pengetahua ( ilmu pengetahuan/sains), serta sistem kepercayaan
(religi).

  
   
   
   Ketujuh unsur budaya tersebut merupakan unsur-unsur
budaya pokok yang pasti ada atau kita ketemukan apabila kita
meneliti atau mempelajari setiap kehidupan masyarakat mana pun
di dunia ini. Karena ada pada setiap kehidupan masyarakat
didunia, maka ketujuh unsur pokok dari kebudayaan yang ada di
dunia itu sering kali dikatakan sebagai unsur – unsur budaya yang
bersifat universal, atau unsur-unsur kebudayaan universal.

  
   
   
   Ilmu pengetahuan (sains), peralatan hidup (teknologi),
serta kesenian (seni), atau yang disingkat Ipteks, termasuk bagian
dari unsur-unsur pokok dari kebudayaan universal tersebut. Maka
dapat dipastikan Ipteks akan kita jumpai pada setiap kehidupan
masyarakat manusia dimana pun berada, baik yang telah maju,
sedang berkembang, sampai pada masyarakat yang masih sangat
rendah tingkat peradabannya. Bahkan, pada kehidupan masyarakat
purba atau pada zaman prasejarah sekalipun, ketujuh unsur-unsur
budaya universal tersebu telah ada, termasuk Ipteks, meskipun
tentunya pada tingkatan yang sangat sederhana atau primitif
sekali.

  
   
   
   Salah satu bukti bahwa pada zaman purba telah muncul
ketujuh unsur-unsur budaya universal   adalah pada zaman itu
manusia telah mengenal adanya peralatan hidup atau teknologi
berupa alat-alat sederhana yang terbuat dari batu maupan dari
tulang yang diginakan untuk mencari makanan (berburu, meramu

98
makanan, atau bercocok tanam secara sederhana atau berladang).
Kemudian, pada saat itu manusia purba juga telah mengenal
adanya sistem kepercayaan yang sekaligus menunjukkan adanya
nilai seni serta sistem mata pencaharian hidup manusia purba,
yakni sebagaimana terpotret pada gambar gambar mistis berupa
lukisan telapak tanganserta lukisan babi rusa yang terkena panah
pada bagian perutnya, yang ditemukan di gua-gua tempat tinggal
mereka. Pad zaman purba, ternyata juga telah dikenal adanya
sistem pengetahuan dalam pelayaran yang menggunakan sandaran
pengetahuan pada perbintangan.

  
   
   
  
 Demikianlah pada masa-masa sesudahnya, pelan tetapi
pasti Ipteks terus berkembang semakin maju sejalan dengan
kemajuan penalaran yang telah dicapai oleh umat manusia.
Bahkan, kini Ipteks yang pada awal perkembangannya berasal dari
embrio filsafat, sekarang pertumbuhannya telah bercabang-cabang
menjadi puluhan, bahkan ratusan disiplin ilmu ataupun teknologi
yang masing-masing memiliki karakteristik serta dasar
keilmiahannya sendiri-sendiri.

  
   
   
  
 Salah satu fungsi utama ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah untuk sarana bagi kehidupan manusia, yakni untuk
membantu manusia agar aktivitas kehidupannya menjadi lebih
mudah, lancar, efisien, dan efektif,sehingga kehidupannya menjadi
lebih bermakna dan produktif. Oleh karena itu, khususnya dalam
ilmu antropologi, istilah atau pengertian ilmu pengetahuan sering
dipakai untuk merujuk pada keterkaitan antar manusia,
lingkungan, dan kebudayaan. Hal ini dikarenakan dalam
berinteraksi menghadapi lingkungannya, manusia mau tidak mau
pasti akan berusaha menggunakan sarana-sarana berupa
pengetahuan yang dimiliki serta menciptakan peralatan hidup
untuk membantu kehidupannya. Dengan demikian, Iptek bagi

99
manusia selalu berkaitan dengan usaha manusia untuk
menciptakan taraf kehidupannya yang lebih baik.

  
  
   
   
 Dalam definisi lain (terutama berdasarkan kajian filsafat
ilmu) istilah Iptek (ilmu,pengetahuan, dan teknologi) juga sering
dibedakan secara terpisah atau sendiri-sendiri, karena masing-
masing dari ketiga istilah itu dianggap memiliki bobot keilmiahan
yang berbeda-beda. Menurut pengertian ini, pengetahuan
merupakan pengalaman yang bermakna dalam diri tiap orang yang
tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, manusia yang normal,
sekolah atau tidak sekolah, sudah pasti dianggap memiliki
pengetahuan. Pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena
dua hal. Pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat
mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua, manusia mempunyai
kemampuan berpikir menurut suatu alur pikir tertentu yang
merupakan kemampuan menalar. Penalaran merupakan suatu
proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan.

  
  
   
   
 Namun begitu, yang namanya pengetahuan sifatnya acak,
dan bagi kita (manusia), pengetahuan tersebut sangat potensial.
Hanya saja, dalam kehidupan yang makin berkembang, kompleks,
serta penuh tantangan ini, pengetahuan yang sifatnya acak tersebut
nilai fungsionalnya tidak sampai mencapai tingkatan yang
optimum guna menghadapi tantangan serta memecahkan masalah
yang makin rumit. Oleh karena itu, pengetahuan yang sifatnya
acak tadi perlu ditingkatkan derajat atau bobot keilmiahannya
sehingga berubah menjadi ilmu. Dengan demikian, pengetahuan
yang bersifat acak serta terbuka itu dengan melalui proses yang
cukup anjang, dapat diorganisasikan dan disusun menjadi bidang
bidang seperti filsafat, humaniora, serta ilmu.

100

  
  
    
  
 Selanjutnya dalam kaitannya dengan ilmu. Ilmu itu sendiri
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua buah
golongan besar, yakni ilmu eksak dan noneksak, atau ilmu
pengetahuan alam (IPA ) serta ilmu pengetahuan sosial (IPS ).
Jika dilihat dari ciri-cirinya serta dibandingkan dengan
pengetahuan yang acak dan terbuka lainnya, terletak pada adanya
unsur sistematika, obkek kajian, ruang lingkup kajian, serta
metode yang diterapkan serta dikembangkannya. Jadi, ilmu
sesungguhnya merupakan pengetahuan yang sudah mencapai taraf
tertentu yang telah memenuhi sistematika, memiliki objek kajian,
dan metode pembahasan akan kajian tersebut.

  
  
    
  
 Ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun
secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran,
dimana pengetahuan tersebut selalu dapat dikontrol oleh setiap
orang yang ingin mengetahuinya. Berpijak dari pengertian ini,
maka ilmu memiliki kandungan unsur-unsur pokok sebagai
berikut.
1. Berisi pengetahuan (knowledge)
2. Tersusun secara sistematis.
3. Menggunakan penalaran.
4. Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain.

  
  
    
  
Ilmu pengetahuan bersifat fungsional dalam kehidupan
manusia sehari-hari. Dengan pengetahuan, maka pemanfaatan
benda, alat, senjata, dan hewan, menjadi lebh mudah serta terarah
guna mencapai hasil atau apa yang diinginkannya. Apalagi setelah
pengetahuan itu tersusun menjadi sebuah ilmu (ilmu
pengetahuan), maka fungsi dan penerapannya dalam rangka
memanfaatkan sebuah benda, alat, senjata, atau hewan tadi akan
menjadi lebih baik lagi.

101

  
   
    
  Sementara itu, lebih khusus lagi jika pengetahuan dan ilmu
pengetahuan tadi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam
rangka untuk menampilkan sesuatu, maka akan menghasilkan
kemampuan apa yang kemudian disebut teknologi. Oleh karena
itu, sebagaimana dikatakan Brown (1980), bahwa teknologi pada
hakikatnya merupakan penerapan pengetahuan oleh manusia guna
mengerjakan suatu tugas yang dikehendakinya. Dengan kata lain,
teknologi pada hakikatnya merupakan penerapan praktis
pengetahuan untuk mengerjakan sesuatu yang kita inginkan.
Pengertian senada juga pernah ditegaskan oleh Marwah Daud
Ibrahim, yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan pada
hakikatnya adalah suatu jawaban sistematis atas kata atau
pertanyaan “mengapa”, sedangkan teknologi adalah jawaban
praktis dari pertanyaan “bagaimana”. Selanjutnya, dengan
teknologi itu orang lalu dapat memanfaatkan gejala alam, bahkan
bisa mengubahnya.

  
   
    
  Sebenarnya masih banyak lagi definisi lain yang dibuat
oleh para ahli tentang ilmu, teknologi, serta seni yang dibuat oleh
para ahli. Berbagai defenisi itu telah diberikan oleh para filsuf,
ilmuwan serta budayawan, yang mana masing masing seolah
membuat defensi sesuai dengan apa yang mereka kehendaki.
Misalnya saja yang paling sederhana mengatakan bahwa sains
atau ilmu pengetahuan yang sistematis. Sedangkan pengertian
yang lebih luas dikatakan bahwa yang disebut sainsadalah
himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui suatu
proses pengkajian dan dapat diterima secara rasio. Jadi, dalam
pengertian yang lebih luas ini sains dikatakanya sebagai suatu
himpunan rasionalitas kolektif insani. Seacara etimologis, kata
sains sendiri berasala dari bahasa Latin, yaitu scire, yang berarti
mengetahui atau belajar. Sedangkan sebagaimana sudah kita

102
pahami bersama bahwa kata sains sendiri dalam pengertian atau
terjemahan bahasa Indonesia berarti ilmu pengetahuan.

  
           Sebagaimana juga pernah disinggung sebelumnya, jika
dilihat dari segi filsafat ilmu antara pengetahuan dan sains adalah
berbeda (memilki makna berbeda). Pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui oleh manusia melalui tangkapan panca
indera, intuisi, serta firasat, sedangkan ilmu pengetahuan yang
sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistemisasi, serta
diinterprestasikan sehingga menghasilkan kebenaran yang
objektif, sudah teruji kebenarannya, serta dapat diulang secara
imiah. Dalam sudut   pandang filsafat imu, istilah sains juga telah
dipahami oleh masyarakat Indonesia menjadi suatu istilah baku,
yaitu ilmu pengetahuan.

  
           Lalu, timbul pertanyaan kapanatu bilamana kira-kira suatu
pngetahuan itu dapat dikategorikan sebagai suatu ilmu (sains/ilmu
pengetahuan). Dalam kajian filasafat ilmu, suatu pengetahuan
dapat dikatakan sebagai suatu ilmu apabila memenuhi tiga kriteria
pokok sebagai berikut.
1.      Adanya aspek ontologis, artinya bidang studi yang
bersangkutan telah memiliki objek studi/kajian yang jelas.
Dalam hal ini, bahwa yang nama nya objek suatu studi itu
haruslah yang jelas, artinya dapat diindentifikasikan, dapat
diberi batasan, serta dapat diuraikan sifat nya yang esensial.
Objek studi suatu ilmu itu sendiri terdapat dua macam, yaitu
objek material serta objek formal.
2.      Adanya aspek epistemologi, yang artinya bahwa bidang studi
yang bersangkutan telah memiliki metode kerja yang lebih
jelas. Dalam hal ini terdapat tiga metode kerja suatu bidang
studi, yaitu deduksi, induksi, serta eduksi.

103
3.      Adanya aspek aksiologi, yang artinya bahwa bidang studi
yang bersangkutan memiliki nilai guna. Misalnya, bidang studi
tersebut dapat menunjukkan adanya nilai teoritis, hukum,
generalisasi, kecenderungan umum, konsep, serta kesimpulan
yang logis, sistematis, dan koheren. Selain itu, bahwa dalam
teori serta konsep tersebut tidak menunjukkan adanya
kerancuan, perentangan kontradiktif diantara satu sama
lainnya.

Dalam filsafat ilmu, setiap ilmu membatasi diri pada salah


satu bidang kajian. Oleh karena itu, ada seseorang yang hanya
mendalami bidang ilmu tertentu dalam masyarakat, yang
kemudian disebut sebagaispesialis, dan ada pula seseorang yang
banyak tahu dalam bidang ilmu, namun tidak sampai mendalam,
atau yang kemudian disebut generalis. Namun, karena
keterbatasan manusia maka sangat jarang ditemukan adanya
seseorang dalam masyarakat yang menguasai beberapa ilmu
secara mendalam.
Setelah kita mengetahui tentang pengertian sains (ilmu
pengetahuan) dan teknologi, kemudian perbedaan serta
hubungannya masing-masing, lalu muncul pertanyaan lagi, yaitu
bagaimana hubungannya dengan seni dalam kehidupan manusia ?
Nah, untuk dapat menjawab pertanyaan ini, berikut akan kita
uraikan sedikit tentang bagaimana keterkaitan di antara unsur-
unsur Ipteks itu dalam kaitannya dengan kehidupan manusia di
alam semesta ini.
Dalam pemikiran Barat, sains emiliki tiga karakteristik
pokok, yaitu bersifat obyektif, netral, serta bebas nilai.
Karakteristik sebuah ilmu pengetahuan bersifat obyektif dan netral
itu sudah jelas, namun apakah benar bahwa sains itu juga harus

104
bebas nilai ? tampaknya disinilah permulaan yang akan kita bahas
didalam menghubungkan antara pengetahuan, sains, teknologi,
serta seni dalam kehidupan manusia. Menurut sebagian ahli,
bahwa sekalipun diakui berpijak dari sistem nilai, namun sains
tetap bebas dari pertimbangan-pertimbangan nilai. Akan tetapi,
mereka mengakui bahwa sains tetap berpijak pada sistem nilai.
Karena dalam pandangan mereka, hubungan langsug diantara
fakta dan bukan fakta, sedangkan pertimbangan-pertimbangan
nilai menurut mereka bukanlah wewenang dari sains. Namun
perlu juga diketahui bahwa fakta itu sangat tergantung pada sains,
dan tergantung pula pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh
para ilmuwan sendiri, karena memang dialah yang menentukan
fakta mana saja yang lebih relevan dan apa saja yang dapat
dikatakan sebagai fakta ilmiah.
Jadi, dalam pengertian tersebut bahwa fakta itu jelas sangat
tergantung pada jiwa seseorang dalam memilih pertanyaan yang
diformulasikan dan yang tergabung dalam aksioma serta
pemilihan aksioma tadi. Jadi, bukanlah pilihan pertanyaan dan
aksioma terlepas dari pilihan serta pertimbangan nilai nilai ?
meskipun memang benar dikatakan bahwa nilai itu tidak akan bisa
langsung keluar dari fakta, namun sebuah fakta hanya akan
menjadi relevan dan signifikan apabila melalui sebuah sistem
niali. Karena disini yang dikatakan fakta hanya akan timbul karena
daya sains yang bersifat objektif dan tanpa pamrih.

  
   
  
    Sedangkan pada sisi lainnya, dikatakan bahwa meskipun
teori pada sains juga dibangun diatas fakta, tetapi laporan tentang
fakta itu sendiri juga tidak luput dari interprestasi. Oleh karena itu,
dikatakan bahwa sains terbentuk karena adanya pertemuan dua
orde pengalaman, yakni orde observasi dan orde konsepsional.
Orde observasi didasarkan pada hasil observasi fakta, sedangkan

105
orde konsepsi didasarkan pada hasil pemahaman manusia
mengenai alam semesta, karena itu sifatnya menjadi sangat
subjektif. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa sains, tidak
bisa bebas dari nilai-nilai. Jadi, sesuai dengan sifat sains itu sendiri
yang kebenaranya bersifat tidak mutlak.

  
  
   
   
 Sedangkan berbicara masalah teknologi, dimana istilah
teknologi itu sendiri sebenarnya sudah mengandung pengertian
sains dan teknik atau engineering, sebab produk teknologi tidaklah
mungkin ada tanpa didasari adanya sains. Sementara itu, dalam
sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur
budaya sebagai hasil penerapan praktis dari sains. Walaupun pada
dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik objektif dan netral,
namun dalam kenyataannya teknologi tidak bisa netral seluruhnya
karena memerlukan juga sentuhan estetika yang bersifat objektif.

  
  
   
   
 Pada titik ini kita berbicara tentang seni. Seni berasal dari
bahasa Latin, yaitu ars yang berarti kemahiran. Secara etimologis,
seni (art) diformulasikan sebagai suatu kemahiran dalam membuat
barang atau mengerjakan sesuatu. Pengertian seni merupakan
kebalikan dari alam, yaitu sebagai hasil campur tangan (sentuhan)
manusia. Seni merupakan pengolahan budi manusia secara tekun
untuk mengubah suatu benda bagi kepentingan rohani dan jasmani
manusia. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang yang hasil
ekspresi tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya
manusia. Seni dan keindahan yang tercipta merupakan dua sisi
yang tidak bisa dipisahkan. Dengan seni, cipta dan karya manusia,
termasuk teknologi, di dalamnya mendapat sentuhan keindahan
atau estetika.

  
  
   
  Dari uraian di atas, seni diartikan sebagai kegiatan
manusia (human activity), yaitu proses kegiatan manusia dalam
menciptakan benda-benda yang bernilai estetik. Jadi, dengan

106
sentuhan seni, teknologi sebagai hasil karya ilmu pengetahuan
manusia tidak sekadar menjadi alat, tetapi juga bernilai indah.
Contohnya, pesawat terbang sebagai karya teknologi tidak hanya
berkembaang dari sisi kualitas, kemampuan mesin, dan
ketahanannya, tetapi juga berkembang semakin estetik, baik dalam
hal bangunan bodi, model, interior pesawat, warna, dan
sebagainya. Selain itu, seni juga berarti hasil karya seni itu sendiri.
Pesawat adalah teknologi hasil karya dan juga hasil seni dari
manusia.

  
  
   
  Ilmu pengetahuan merupakan usaha manusia untuk
memahami gejala dan fakta alam, lalu melestarikan pengetahuan
tersebut secara konsepsional dan sistematis. Sedangkan teknologi
adalah usaha manusia untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan itu
untuk kepentingan dan kesejahteraan. Karena hubungan tersebut,
maka perkembangan ilmu pengetahuan selalu terkait dengan
perkembangan teknologi, demikiann pula sebaliknya.

  
  
   
  Sains dan teknologi saling membutuhkan, karena sains
tanpa teknologi bagaikan pohon tak berakar(science without
technology has no fruit, technology without science has no
root). Sains hanya mampu mengajarkan fakta dan nonfakta pada
manusia, ia tidak mampu mengajarkan apa yang harus atau tidak
boleh dilakukan oleh manusia. Jadi, fungsi sains di sini hanyalah
mengoordinasikan semua pengalaman manusia dan
menempatkannya ke dalam suatu sistem yang logis, sedangkan
fungsi seni sebagai pemberi persepsi mengenai suatu keberaturan
dalam hidup dengan menempatkan suatu keberaturan padanya.
Tujuan sains dan teknologi adalah untuk memudahkan manusia
dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan seni memberi
sentuhan estetik sebagai hasil budaya yang indah dari manusia.

107
B.      DAMPAK PENYALAHGUNAAN   IPTEKS PADA
KEHIDUPAN

  
        
  
 Manusia dengan potensi akalnya, telah diberi kebebasan
untuk memilih dan mengembangkan mana yang benar dan mana
yang salah. Sedangkan dengan potensinya pula manusia dapat
menggali dan mengembangkan rahasia alam semesta ini sehingga
lahirlah apa yang kemudian disebut sains,
teknologi, danseni (disingkat Ipteks). Pada saat ini, perkembangan
Ipteks sudah   sedemikian pesatnya, bahkan telah berpengaruh baik
secara langsung maupun tidak langsung bagi kehidupan manusia,
dan pengaruh   tersebut menyangkut pola pikir, pola kerja, pola
hidup, maupun tingkah lakunya. Semestinya, semakin tinggi
penguasaan   terhadap Ipteks, harusnya manusia semakin kritis
dalam berpikir, semakin disiplin dalam bekerja, dan semakin
efisien dalam bertindak. Akan tetapi, pada kenyatannya
kebanyakan manusia justru semakin merasa dibuai dengan semua
fasilitas dan produk yang dihasilkan oleh Ipteks tersebut.


  
        
  
 Dalam kehidupan modern, hampir tidak ada orang yang
hidup tanpa menggunakan jasa Iptek. Semakin tinggi orang yang
menggunakan jasa Iptek, semakin tinggi pula tingkat
ketergantungannya kepada alat-alat tersebut. Dampak langsung
dari kemajuan Iptek adalah kemudahan-kemudahan dalam
beraktivitas. Memang Iptek diciptakan dengan tujuan untuk
memberikan berbagai kemudahan dan memperingan beban
pekerjaan manusia yang tadinya sangat melelahkan menjadi
ringan. Namun, dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, dapat mengakibatkan masyarakat semakin
terbuai, karena mereka hampir tidak sadar bahwa ternyata dirinya

108
telah berada dalam situasi pola hidup konsumtif, hedonistik, dan
materialistik.


  
  
   
    Perkembangan Iptek yang demikian pesat mampu
menciptakan perubahan-perubahan yang berpengaruh langsung
pada kehidupan masyarakat, khususnya dalam elemen-
elemen   sebagai berikut.
1. Perubahan di bidang intelektual; masyarakat meninggalkan
kebiasaan lama atau kepercayaan tradisional, mereka mulai
mengambil kebiasaan serta kepercayaan baru, setidaknya
mereka telah melakukan reaktualisasi.
2. Perubahan dalam organisasi sosial yang mengarah pada
kehidupan politik.
3. Perubahan dan benturan-benturan terhadap tata nilai dan tata
lingkungannya.
4. Perubahan di bidanng industri dan kemampuan   di medan
perang.

  
  
   
    Keempat persoalan di atas kini secara langsung telah
menyentuh sendi-sendi kehidupan manusia yang menuntut
keterlibatan 
 semua pihak, yang pada akhirnya ikut menentukan
pula kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini.

  
  
   
    Dalam pemikiran teologis, ada suatu pernyataan yang
seolah-olah tabu untuk dipersoalkan, yaitu “Kapan kira-kira
kiamat itu akan terjadi?”. Di sini jawabannya sangat normatif,
yaitu hanya Tuhanlah yang tahu karena Dia-lah yang menentukan
kapan kiamat itu akan tiba. Sedangkan dalam pemikiran saintifik,
pertanyaan semacam itu ternyata bisa dikembangkan, yaitu bahwa
kiamat akan terjaadi apabila alam semesta ini sudah kehilangan
keseimbangannya, dan yang menjaga keseimbangan alam itu
adalah salah satu tugas manusia. Jadi, apabila pengembangan

109
Iptek (oleh manusia) sampai tidak memedulikan keseimbangan
dan kelestarian (yang juga menjadi salah satu tugas manusia),
maka kiamat akan segera tiba. Dengan demikian, peristiwa kiamat
dalam pandangan saintifik sangat tergantung pada ulah manusia,
yakni sejauh mana manusia di muka bumi ini dapat menjaga dan
melestarikan alam ini. Oleh karena itulah, menjadi tugas manusia
sebagai makhluk yang telah diangkat oleh Tuhan menjadi khalifah
di muka bumi ini untuk menjaga kelestarian alam ini   dengan
memanfaatkan serta menerapkan hasil karya Ipteks dengan cara
yang tepat.

  
   
   
  
 Seperti sudah menjadi hukum alam, di samping ada sisi
positif juga muncul sisi negatif dari kemajuan Iptek. Selain yang
sudah disebutkandi atas, contoh dampak negatif Ipteks di
antaranya adalah perlombaan senjata nuklir, pelanggaran norma
kesusilaan, kriminalitas, penurunan kesehatan, dan pencemaran
lingkungan hidup.

  
   
   
  
 Adanya sisi positif dan negatif dari Ipteks maka sering
dikatakan bahwa kemajuan Ipteks bermata dua atau bersifat
dilematis. Di satu sisi, Iptek secara positif telah mendatangkan
rahmat, dalam arti dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia. Oleh karena itu, ada pihak yang menyatakan bahwa
Iptek menjadi “tulang punggung kesejahteraan”. Namun di sisi
lain, seperti dapat kita amati dalam kehidupan, penerapan dan
pemanfaatan Ipteks itu juga telah membawa dampak negatif atau
membawa laknat dalam bentuk munculnya masalah lingkungan,
seperti pencemaran, kekeringan, banjir, tanah longsor, dan
kenaikan susu udara global. Oleh karena itu, kita sebagai umat
manusia tentunya harus penuh kewaspadaan dan kehati-hatian
dalam menerapkan dan memanfaatkan Iptek, yakni yang sesuai
dengan asas-asas keserasian, keseimbangan, maupun kelestarian.

110
Dengan demikian, kehidupan di bumi ini akan tetap berjalan
secara seimbang dan lestari.

  
   
   
  
  Bukan hanya sampai disitu, pada saat ini perkembangan
Iptek juga telah merambah ke bidang teknologi informasi dan
komunikasi. Sebagaimana kita dengar atau lihat di berbagai media
massa, semenjak runtuhnya komunisme dan dilanjutkan dengan
munculnya keterbukaan, dunia seakan dilanda arus informasi dan
globalisasi. Akibat kemajuan di bidang teknologi informasi yang
ditandai dengan munculnya berbagai media komunikasi canggih,
seperti pesawat telepon, komputer, faksimili, internet, dan lain-
lain, maka arus informasi semakin cepat, dan akibat lebih
lanjutnya ialah dunia seakan-akan menjadi semakin transparan
(terbuka) dan sempit. Akan tetapi, pemanfaatan dan penerapan
teknologi di bidang informasi dan komunikasi juga mengandung
suatu dilema atau bermata dua, yakni rahmat dan laknat. Di bidang
komunikasi, rahmat Iptek dapat Anda amati dan hayati, yang
bukan hanya telah mengglobal, melainkan juga telah mengangkasa
luar. Bahkan, satelit komunikasi juga semakin memacu derasnya
informasi. Derasnya arus informasi ini sebagaimana dilakukan
stasiun-stasiun televisi yang telah memanfaatkan berbagai
penyiaran globalnya melalui satelit-satelit komunikasi tersebut.

  
   
   
  
  Sedangkan dampak negatif yang membawa laknat juga
telah mengglobal. Berbagai pencemaran yang berpengaruh
terhadap kesehatan fisik biologis dan mental psikologis pun telah
mengglobal. Dampak negatif dari perkembangan kemajuan serta
penerapan Iptek yang telah menghasilkan berbagai ketimpangan
itu oleh Alvin Toffler (1976) disebut sebagai guncangan hari
esok (future shock), yang tidak saja telah menimbulkan guncangan
fisik (physical shock), melainkan juga guncangan
kejiwaan (psychological shock). Sekarang cobalah Anda lihat dan

111
amati sendiri, bagaimana telah mengglobalnya berbagai penyakit
yang timbul di masyarakat pada saat ini. Mulai dari ketegangan
urat sraf, darah tinggi, sadisme, kriminalitas, mabuk, teler,dan
sebagainya, adalah berbagai macam penyakit ataupun gangguan-
gangguan fisik-biologis maupun mental-psikologis, yang tidak
hanya terjadi di negara-negara tertentu saja, melainkan juga telah
meluas ke berbagai negara di penjuru dunia. Dalam kaitan ini,
maka perkembangan kemajuan Iptek di bidang komunikasi dan
informasi itulah yang dianggap menjadi salah satu sarana
penyebarannya. Di sinilah kiranya letak tuntutan bagi dunia
pendidikan pada khususnya, serta masyarakat dan pemerintah
pada umumnya, bagaimana caranya menciptakan kiat-kiat khusus
guna mengatasi dampak negatif Iptek terhadap guncangan fisik
serta psikologis tadi.

C.    PROBLEMATIKA PEMANFAATAN IPTEKS DI


INDONESIA

  
      
  
  Ipteks dimanfaatkan oleh manusia terutama dalam
memudahkan pemenuhan kebutuhan hidup. Contoh sederhana
adalah dengan dikembangkannya sarana transportasi, manusia bisa
bergerak dan melakukan mobilisasi dengan cepat. Kemajuan yang
dicapai manusia melalui Ipteks telah memberikan dampak positif
dalam hidupnya. Ipteks memberi rahmat dalam arti memicu
kemajuan dan kesejahteraan. Namun demikian, pemanfaatan
Ipteks oleh manusia dapat pula berdampak buruk bagi kehidupan
dan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Gejala negatif   itu
sebagai akibat dari penyalahgunaan dalam hal pemanfaatannya,
berlebihan dalam penggunaannya, ataupun tidak mempunyai
manusia dalam mengendalikan kekuatan teknologi itu sendirii.

112

  
   
   
  
 Pengembangan ilmu pengetahuan berjalan aktif di segala
bidang, yaitu kesehatan, pertaniian, ilmu ekonomi, ilmu sosial,
ilmu pengetahuan alam, dan sebagainya. Akan tetapi, jika diamati
lebih teliti ada empat bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
strategis yang akan menentukan masa depan dunia, yaitu material,
energi, mikroelektronik, dan bioteknologi (Rahardi Ramelan,
2004). Dari bidang-bidang tersebut menghasilkan pula empat
macam teknologi, yaitu teknologi bahan, teknologi energi,
teknologi mikroelektronika, dan teknologi hayati.

  
   
   
  
 Teknologi bahan adalah teknologi yang memanfaatkan
material, terutama logam seperti besi dan baja untuk pemenuhan
kebutuhan manusia yang menggunakan bahan material tersebut.
Dewasa ini, inovasi penciptaan material baru terus berkembang
dan tidak lagi mengandalkan logam atau komponen baku yang
sudah dibentuk alam (konvensional). Berbagai komposisi baru
atau pemurnian dilakukan untuk memanfaatkan material organik
dan anorganik sebagai structural material, tool
material, atau electronic/electromagnetic materials. Pembentukan
material komposit yang semula hanya menggunakan jenis-
jenis 
 polimer sebagai serat penguat/matriks juga digunakan pada
struktur pesawat terbang, printed circuit board, dan lain-lainnya,
telah berkembang dan akan terus berkembang dengan
menggunakan bahan-bahan serat lainnya, seperti kaca/gelas,
karbon, logam, ataupun keramik.

  
   
   
  
 Teknologi energi adalah teknologi dengan memanfaatkan
sumber-sumber energi. Sumber energi konvensional di dunia
adalah minyak, gas alam, batu bara, tenaga air,geothermal, dan
kayu. Sumber dan teknologi modern sudah mulai dikembangkan,
termasuk tenaga nuklir, gambut, tenaga surya, gelombang laut,
tenaga panas laut, angin, dan sebagainya.

113

  
   
   
   Teknologi mikroelektronika atau yang berkembang
sekarang ini sebagai teknologi informasiatau informatika.
Teknologi informasi ialah teknologi yang digunakan untuk
menyimpan, menghasilkan, mengolah, dan menyebarluaskan
informasi. Informasi yang dimaksud mencakup numerik, seperti
angka, audio, teks, dan citra seperti gambar dan sandi. Teknologi
informasi merupakan salah satu jenis teknologi yang
dikembangkan dari ilmu-ilmu dasar, seperti matematika, fisika,
dan sebagainya. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi
informasi ini menghasilkan ciptaan baru berupa komputer,
internet, rekayasa perangkat lunak (program), termasuk
kecerdasan buatan. Perkembangan teknologi informasi atau
dengan istilah lain teknologi telematika mendapat perhatian luar
biasa dari banyak negara, termasuk Indonesia. Perkembangan
teknologi informasi ini diyakini menjadi   faktor penting
munculnya globalisasi.

  
   
   
   Teknologi hayati atau bioteknologi adaalah teknologi yang
berusaha secara sistematis menggunakan serta mengarahkan
sistem atau komune biologis, terutama organisme kecil, untuk
menghasilkan barang atau jasa secara efisien. Untuk memengaruhi
dan mengarahkan itu, kini digunakan berbagai teknik dan alat
yang dikembangkan di cabang-cabang ilmu pengetahuan dan
teknologi lainnya, seperti mikrobiologi,bioengineering, gentic
engineering, dan sebagainya.

  
   
   
   Bangsa Indonesia dari dulu sudah menyadari akan
pentingnya peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
pembangunan. Faktor yang paling menentukan dalam hal
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah manusia, yaitu
para pelaku yang menggeluti bidang penelitian dan pengembangan
serta rancang bangun dan perekayasaan. Pembinaan terhadap para

114
pelaku seperti perguruan tinggi dan lembaga penelitian, bahkan
pembinaan kemampuan di sektor industri mulai dilakukan.
Misalkan dengan dibentuknya berbagai wadah seperti Kantor
Menteri Negara Riset dan Teknologi, Dewan Riset nasional,
Dewan Standarisasi Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, dan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.

  
  
   
   
 Di era sekarang ini, perhatian terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tampak pada dokumen Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009,
khususnya pada bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Disadari
oleh bangsa Indonesia bahwa pembangunan ilmu pengetahuan dan
teknologi (Iptek) pada hakikatnya ditujukan untuk
meningkatkan   kesejahteraan masyarakat dalam rangka
membangun peradaban manusia. Sejalan dengan paradigma baru
di era globalisasi, yaitu tekno-ekonomi(techno-economy
paradigm), teknologi menjadi faktor yang memberikan kontribusi
signifikan dalam peningkatan kualitas hidup suatu bangsa.
Pembangunan Iptek merupakan   sumber terbentuknya iklim
inovasi yang menjadi landasan bagi tumbuhnya kreativitas sumber
daya manusia (SDM), yang pada gilirannya dapat menjadi sumber
pertumbuhan dan daya saing ekonomi. Selain itu, Iptek
menentukan tingkat efektivitas dan efisiensi proses transformasi
sumber daya menjadi sumber daya baru yang lebih bernilai.
Dengan demikian, peningkatan kemampuan Iptek sangat
diperlukan untuk meningkatkan standar kehidupan bangsa dan
negara, serta kemandirian dan daya saing bangsa Indonesia di
mata dunia.
Namun demikian, masalah yang dihadapi bangsa Indonesia
terkait dengan pemanfaatan dan kemampuan Iptek ini dapat
didefinisikasi sebagai berikut (RPJMN 2004-2009).

115
1. Rendahnya kemampuan Iptek nasional dalam menghadapi
perkembangan global. Hal ini ditunjukkan dengan Indeks
Pencapaian Teknologi (IPT) dalam laporan UNDP tahun 2001
menunjukkan tingkat pencapaian teknologi Indonesia masih
berada pada urutan ke-60 dari 72 negara.
2. Rendahnya kontribusi Iptek nasional di sektor produksi. Hal
ini antara lain ditunjukkan oleh efisiensi dan rendahnya
produktivitasnya, serta minimnya kandungan teknologi dalam
kegiatan ekspor.
3. Belum optimalnya mekanisme intermediasi Iptek yang
menjembatani interaksi antara kapasitas penyedia iptek dengan
kebutuhan pengguna. Masalah ini dapat terilihat dari belum
tertatanya infrastruktur Iptek, antara lain institusi yang
mengolah dan menerjemahkan hasil penggembangan Iptek
menjadi preskripsi teknologi yang siap pakai untuk
difungsikan dalam sisitem produksi.
4. Lamahnya sinergi kebijakan Iptek, sehingga kegiatan Iptek
belum sanggup memberikan hasil yang signifikan.
5. Masih terbatasnya sumber daya Iptek, yang tercermin dari
rendahnya kualitas SDM dan kesenjangan pendidikan di
bidang Iptek. Rasio tenaga peneliti Indonesia pada tahun 2001
adalah 4,7 peneliti per 10.000 penduduk, jauh lebih kecil
dibandingkan Jepang sebesar 70,7.
6. Belum berkembangnya budaya Iptek di kalangan masyarakat.
Budaya bangsa secara umum masih belum mencerminkan
nilai-nilai Iptek yang mempunyai penalaran objektif, rasional,
maju, unggul, dan mandiri. Pola pikir masyarakat belum
berkembang kea rah yang   lebih suka mencipta daripada
sekedar memakai, lebih suka membuat   daripada sekadar

116
membeli, serta lebih suka belajar dan berkreasi daripada
sekadar menggunakan teknologi yang ada.
7. Belum optimalnya peran Iptek dalam mengatasi degradasi
fungsi lingkungan hidup. Kemajuan iptek berakibat pula pada
munculnya permasalahan lingkungan. Hal tersebut antara lain
disebabkan oleh belum berkembangnya system menajeman
dan teknologi pelestarian fungsi lingkungan hidup.
8. Masih lemahnya peran Iptek dalam mengantisipasi dan
menanggulangi bencana alam. Wilayah Indonesia dalam
konteks ilmu kebumian global   meruapakan wilayah yang
rawan bencana. Banyaknya korban akibat bencana alam
merupakan indikator bahwa pembangunan Indonesia belum
berwawasan bencana. Kemampuan Iptek nasional belum
optimal dalam memberikan antisipasi dan solusi strategis
terhadap berbagai permasalahan bencana alam, seperti
pemanasan global, anomali iklim, kebakaran hutan, banjir,
longsor, gempa bumi, dan tsunami.

BAB VIII
MANUSIA DAN LINGKUNGAN


  
  
   
  
  Lingkungan (milleu) memiliki hubungan dengan manusia.
Lingkungan memengaruhi sikap dan perilaku manusia, demikian
pula kehidupan manusia akan memengaruhi lingkungan tempat
hidupnya. Hubungan antara lingkungan dan kehidupan manusia
sudah diakui para pemikir dan tokoh dunia sejak dahulu.

  
  
   
  
  Aristoteles mengatakan manusia dipengaruhi oleh aspek
goegrafi dan lembaga politik. Montesquieu menyatakan bahwa
iklim memengaruhi perilaku iklim memengaruhi perilaku politik

117
dan semangat manusia. Arnold Toynbee menyatakan peradaban
manusia akan tumbuh pada lingkungan yang sukar dan penuh
tantangan sehingga melahirkan elan vital. Henry Thomas Bucle
menyatakan bahwa iklim, tanaman, dan tanah saling berkaitan
dalam memengaruhi karakter dan sifat manusia.

  
   
  
  
  Dari beberapa pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa faktor lingkungan (tanah, iklim, topografi, sumber daya
alam) dapat menjadi prakondisi bagi sifat dan perilaku manusia.
Lingkungan menjadi salah satu variabel yang memengaruhi
kehiduapan manusia. Manusia pun dapat memengaruhi
lingkungan demi kemajuan dan kesejahteraan hidupnya.

  
   
  
  
  Bab ini mengkaji masalah lingkungan hidup dan menusia
serta hubungan timbal balik antara keduanya. Uraiannya
mencakup: hakikat dan makna lingkungan bagi manusia; kualitas
penduduk dan lingkungan terhadap kesejahteraan; problematika
lingkungan sosial budaya yang dihadapi masyarakat; dan isu-isu
penting persoalan lintas budaya dan bangsa.

A.        HAKIKAT DAN MAKNA LINGKUNGAN BAGI


MANUSIA
Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan
hidupnya. Pada mulanya, manusia mencoba mengenal lingkungan
hidupnya, kemudian barulah manusia berusaha menyesesuaikan
dirinya. Lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah
lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan kesejahteraan. Dari
sinilah lahir peradaban –istilah Toynbee-senagai akibat dari
kemampuan manusia mengatasi lingkungan agar lingkungan
mendukung kehidupannya. Misalnya, manusia menciptakan
jembatan agar bisa melewati sungai yang membatasinya.

118
Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup
tinggal, mencari, dan memiliki karakter seta fungsi yang khas
yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk
hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki
peranan yang lebih kompleks dan riil (Elly M.Setiadi,2006).
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia
dan perilakunya. Menurut Pasal Undang-Undang No.23 tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dinyatakan bahwa
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Komponen hidup tidak bisa dipisahkan dari ekosistem atau
sistem ekologi. Ekosistem adalah satuan kehidupan yang terdiri
atas sesuatu komunitas makhluk hidup (dari berbagai jenis)
dengan berbagai benda mati yang membentuk suatu sistem.
Lingkungan hidup pada dasarnya adalah sistem kehidupan dimana
terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem.
Manusia adalah bagian dari ekosistem.
Komponen lingkungan terdiri dari faktor abiotik (tanah,
air, udara,cuaca, suhu) dan faktor biotik (tumbuhan, hewan, dan
manusia). Lingkungan bisa terdiri atas lingkungan alam dan
lingkungan buatan. Lingkungan alam adalah keadaan yang
diciptakan Tuhan untuk manusia. Lingkungan alam terbentuk
karena kejadian alam. Jenis lingkungan alam antara lain air, tanah,
pohon, udara, sungai, dan lain-lain. Lingkungan buatan dibuat
oleh manusia. Misalnya jembatan, jalan, bangunan rumah, taman
kota, dan lain-lain. Ada pula lingkungan alam, tetapi sudah
merupakan hasil peradaban manusia. Artinya, lingkungan alam itu

119
sudah mendapat sentuhan tangan manusia. Contohnya,
persawahan yang berundak-undak, pegunungan di California AS
yang dipahat menjadi beberapa tokoh presiden.
Lingkungan dapat pula berbentuk lingkungan fisik dan
nonfisik. Lingkungan alam dan buatan adalah lingkungan fisik.
Sedangkan lingkungan nonfisik adalah lingkungan sosial budaya
di mana manusia itu berada. Lingkungan sosial adalah wilayah
tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, yaitu interaksi sosial
antara berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan
nilai, serta terkait dengan ekosistem (sebagai komponen
lingkungan alam) dan tata ruang atau peruntukan ruang (sebagai
bagian dari lingkungan binaan/buatan)
Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala
yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk
mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki
daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Arti penting
lingkungan bagi manusia adalah sebagai berikut.

1.  Lingkungan merupakan tempat hidup manusia, berada,


tumbuh, dan berkembang di atas bumi sebagai lingkungan.
2. Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia.
3. Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku
manusia yang mendiaminya.
4. Lingkungan memberi tantangan bagi kemajuan peradaban
manusia.
5. Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan
lingkungan untuk kebutuhan dan kebahagiaan hidup.
Pentingnya lingkungan hidup ini telah didasari oleh
masyarakat internasional. Hal ini tercermin dari adanya Hari

120
Lingkungan Hidup Sedunia, yang selalu diperingati oleh
masyarakat, khususnya para pemerhati dan pecinta lingkungan.
Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati setiap tanggal 5 Juni.
Peringatan Lingkungan Hidup Sedunia dimaksudkan untuk
menggugah kepedulian manusia dan masyarakat pada lingkungan
hidup yang cenderung semakin rusak.
Hari Lingkungan Hidup Sedunia pertama kali dicetuskan
pada tahun 1972 sebagai rangkaian kegiatan lingkungan dari dua
tahun sebelumnya ketika seorang senator Amerika Serikat,
Gaylord Nelson menyaksikan betapa kotor dan cemarnya bumi
oleh ulah manusia. Selanjutnya, ia mangambil prakarsa bersama
dengan LSM untuk mencurahkan satu hari bagi usaha
penyelamatan bumi dari kerusakan. Pada tanggal 22 April 1970,
Gaylord Nelson memproklamasikan Hari Bumi (Earth Day),
sehingga tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Bumi (Earth
Day). Secara prinsip, tidak ada perbedaan antara Hari Bumi dan
Hari Lingkungan, hanya saja sejarahnya yang berbeda. Hari Bumi
diprakarsai oleh masyarakat dan diperingati terutama LSM
maupun organisasi yang berorientasi kepada pelestarian
lingkungan hidup, sedangkan Hari Lingkungan didasarkan dari
Konferensi PBB mengenai lingkungan hidup yang
diselenggarakan pada tanggal 5 Juni 1972 di Stockholm, Swedia.
Tanggal 5 Juni tersebut ditetapkan sebagai Hari Lingkungan
Hidup Sedunia.
Bangsa Indonesia memiliki pandangan tentang pentingnya
lingkungan hidup bagi manusia. Bahwa lingkungan hidup
Indonesia yang dipandang sebagai karunia dan rahmat Tuhan
Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan
ruang bagi kehidupan dalam segala aspek dan mantranya yang
sesuai dengan Wawasan Nusantara. Oleh karena itu, lingkungan

121
hidup indonesia wajib dilestarikan dan dikembangkan
kemampuannya agar dapat tetap menjadi sumber dan penunjang
hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta makhluk hidup
lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu
sendiri. Pancasila sebagai dasar dan filsafah negara serta sebagai
kesatuanyang bulat dan utuh, memberikan keyakinan kepada
rakyat dan bangsa Indonesia bahwa kebahagiaan hidup akan
tercapai jika didasarkan atas keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa maupun manusia dengan manusia, manusia dengan
alam, dan manusia sebagai pribadi, dalam rangka mencapai
kemajuan lahir dan kebahagiaan batin. Antara manusia,
masyarakat, dan lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik,
yang selalu harus dibina dan dikembangkan agar dapat tetap
dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan yang dinamis.
Berkaitan dengan itu, maka lingkungan hidup perlu
dikelola secara baik dan benar demi kemajuan dan kesejahteraan
rakyat Indonesia. Pengelolaan lingkungan hidup Indonesia telah
dimuat dalam peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-
Undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk
melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian
lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan
dengan asas tanggung jawab negara, asas kelanjutan, dan asas
manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dalam rangka pembangunan

122
masyarakat Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Warga atau masyarakat dapat berperan serta dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Kesempatan berperan serta itu
dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut.
1.      Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan
kemitraan.
2.      Menumbuhkan kembangkan kemampuan dan kepeloporan
masyarakat.
3.     Menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk
melakukan pengawasan sosial.
4.      Memberikan saran dan pendapat.
5.      Menyampaikan informasi dan/atau menyampaikan laporan.
Dalam implementasinya, para warga yang berperan serta
dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup mendapat penghargaan
dari negara. Contohnya, para perintis, penyelamat, dan pengabdi
lingkungan meraih penghargaan Kalpataru; para walikota dan
bupati menerima penghargaan Adipura sebagai kota atau
kabupaten terbersih; para kepala sekolah yang meneriam
penghargaan Adhiwijaya atas keberhasilannya dalam menjadikan
sekolah berbudaya lingkungan.
Di tingkat internasional, ditandai dengan pemberian
penghargaan kepada perorangan ataupun kelompok atas
sumbangan praktis mereka yang berharga bagi pelestarian
lingkungan atau perbaikan lingkungan hidup di tingkat lokal,
nasional, dan internasional. Penghargaan ini di beri nama Global
500 yang diprakarsai Program Lingkungan PBB (UNEP=United
Nation Environment Program).

123
B. 
  KUALITAS LINGKUNGAN DAN PENDUDUK
TERHADAP KESEJAHTERAAN
1. 
  
  
  Hubungan Lingkungan dengan Kesejahteraan

  
   
  
  
  Berdasarkan uraian sebelumya, dapat diambil kesimpulan
bahwa ada hubungan erat antara lingkungan dengan manusia.
Lingkungan memberikan makna atau arti penting bagi manusia
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Lingkungan dapat
memberikan sumber kehidupan agar manusia dapat hidup
sejahtera. Lingkungan hidup menjadi sumber dan penunjang
hidup. Dengan demikian, lingkungan mampu memberikan
kesejahteraan dalam hidup manusia.

  
   
  
  
  Sudah sejak dulu manusia mencari lingkungan yang
memiliki daya dukung yang baik bagi kehidupannya. Contohnya,
manusia menempati daerah yang memiliki sumber mata air,
misalnya menempati daerah sekitar sungai, tepi raw, lereng
gunung, dan sebagainya. Kota-kota kuno atau peradaban lama
banyak menempati daerah yang dekat dengan sungai, misalnya
peradaban kuno di tepi Sungai Nil. Kota-kota besar di Indonesia
juga banyak yang berada di tepi pantai atau dekat dengan laut,
misalnya jakarta, Surabaya, dan Makassar.
Pada masa sekarang, manusia tetap menginginkan
lingkungan sebagai tempat maupun sumber kehidupannya yang
dapat mendukung kesejahteraan hidup. Melalui ilmu
pengetahuandan teknologi, manusia mengusahakan lingkungan
yang sebelumnya tidak memiliki daya dukung serta lingkungan
yang tidak dapat untuk hidup (unhabitable) menjadi lingkungan
yang memiliki daya dukung yang baik dan bersifat habitable.
Contoh sederhana, manusia membangun bendungan, dam, atau
waduk guna menampung air. Air tersebut digunakan untuk
cadangan jika terjadi kamarau panjang, air bendungan digunakan

124
untuk mengairi sawah-sawah warga. Air juga digunakan sebagai
penggerak untuk pembangkit listrik. Daerah-daerah yang
sebelumnya gersang, seperti daerah guru di Arab sekarang ini
sudah bisa ditanami pepohonan. Manusia membuat saluran khusus
untuk menyalurkan air sungai ke wilayah tersebut. Bahkan, dalam
waktu tertentu dibuat hujan buatan.
Dewasa ini, manusia dengan kemampuan ilmu
pengetahuan yang maju dan teknologi modern dapat mengatasi
keterbatasan lingkungan, terutama yang bersifat fisik atau
lingkungan alam. Daerah-daerah yang pada masa lalu dianggap
tidak mungkin dapat digunakan sebagai tempat hidup, sekarang ini
dimungkinkan. Daerak itu sekarang mampu memberi
kesejahteraan bagi hidup manusia berkat penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah
meningkatkan kualitas hidup manusia melalui penciptaan
lingkungan hidup yang mendukungnya.
Manusia mengusahakan agar lingkungan mempunyai daya
dukung lingkungan hidup dan daya tampung lingkungan hidup
secara baik. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Daya tampung lingkungan hidup adalah
kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi,
dan/atau komponen lain yang masuk kedalamnya.
Untuk menciptakan day dukung dan day tampung
lingkungan hidup, diperlukan pengelolaan dan pelestarian
lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan,
pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalikan
lingkungan hidup. Pelestarian lingkungan hidup mencakup

125
pelestarian daya dukung lingkungan hidup dan pelestarian daya
tampung lingkungan hidup. Pelestarian daya dukung lingkungan
hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan
lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan/atau dampak
negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.
Pelestarian daya tampung lingkungan hidup adalah rangkaian
upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke
dalamnya.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam
pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian,
pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup. Pengelolaan
lingkungan memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mencapai kelsestarian hubungan manusia dengan lingkungan
hidup sebagai tujuan membangun manusia seutuhnya.
b. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
c. Mewujudkan manusia sebagai pembina lingkungan hidup.
d. Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk
kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
e. Melindungi negara terhadap dampak kegiatan diluar wilayah
Negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran
lingkungan.

Hakikat pengelolaan lingkungan hiduop oleh manusia adalah


bagaimana manusia melakukan berbagai upaya agar kualitas
manusia meningkat sementara kualitas lingkungan juga semakin
baik. Lingkungan yang berkualitas pada akhirnya akan
memberikan manfaat bagi manusia yaitu meningkatkan
kesejahteraan.

126
Pengelolaan lingkungan yang berhasil akan memberi manfaat
atau nilai bagi manusia. Terdapat nilai ekonomi, nilai mental, nilai
ilmiah, dan nilai budaya dari lingkungan. Nilai ekonomi, yaitu
menambah penghasilan dari hasil alam, menambah devisa,
memperluas lapangan kerja, dan lain-lain. Nilai mental , yaitu
lingkungan yang bisa menambah rasa estetika, rasa keagungan dan
mendekatkan diri kepada Tuhan. Nilai ilmiah, yaitu lingkungan
bisa dijadikan objek penelitian, pengembangan sains, botani,
proteksi tanaman, budidaya tanaman. Nilai budaya, adalah bahwa
lingkungan yang khas akan memberikan kebanggaan tersendiri
bagi warganya. Misalnya, bangga Indonesia dikenal sebagai
zamrud khatulistiwa.
Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang mengatur hak, kewajiban, dan peran
warga negar perihal pengelolaan ini. Hak,kewajiban dan peran itu
sebagai berikut :
a. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup
yang baik dan sehat.
b. Setiap orang mempunyai ha katas informasi yang berkaitan
dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup. Setiap
orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
d. Setiap orang yang melakukan usaha atau kegiatan
berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat
mengenai pengelolaan lingkungan hidup.

127
e. Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-
luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

2. Hubungan Penduduk dengan Lingkungan dan


Kesejahteraan
 Sejak awal, manusia merupakan subjek sekaligus objek dalam
perjalanan hidupnya guna mendapatkan kesejahteraan. Manusia
membuat, menciptakan, mengerjakan, dan memperbaiki berbagai
hal yang ditujukan untuk kepentingan hidupnya. Penduduk pada
dasarnya adalah orang-orang yang tinggal disuatu tempat yang
secara bersama-sama menyelenggarakan kehidupannya. Penduduk
Negara adalah orang orang yang bertempat tinggal disuatu
wilayah Negara, tunduk pada kekuasaan politik Negara dan
menjalani kehidupannya dibawah tata aturan Negara yang
bersangkutan.

    
   
  
  Dinegara, penduduk merupakan salah satu modal dasar
pembanguna. Sebagai modal dasar atau asset pembangunan,
penduduk tidak hanya sebagai sasaran pembangunan, tetapi juga
merupakan pelaku pembanguna. Mereka adalah subjek dan objek
dari pembangunan Negara. Pembangunan pada dasarnya
dilakukan oleh penduduk Negara dan ditujukan untuk pemenuhan
kebutuhan dan kesejahteraan penduduk yang bersangkutan.

    
   
  
 Hal yang bersangkutan dengan penduduk Negara meliputi :
a. Aspek kualitas penduduk mencakup tingkat pendidikan,
keterampilan, etos kerja, dan kepribadian.
b. Aspek kuantitas penduduk yang mencakup jumlah penduduk,
pertumbuhan, persebaran, perataan, dan perimbangan
penduduk ditiap wilayah Negara.
c. Dewasa ini, kualita penduduk merupakan aspek yang penting
bagi kesejahteraan hidup. Kesejahteraan hidup

128
Dewasa ini, kualitas penduduk merupakan aspek yang penting
bagi kesejahteraan hidup. Kesejahteraan hidup penduduk Negara
sangat ditentukan oleh kualitas penduduk yang bersangkutan.
Kualitas penduduk mencerminkan kualitas insani dan sumber daya
tersebut dipengaruhi beberapa factor, antara lain tingkat
pendidikan, keterampilan, kesehatan, etos kerja, dan karakter atau
kepribadian.
Dari segi lingkungan, masalah pemukiman merupakan
masalah penduduk (Soerjani, 1987). Ketika jumlah penduduk
kecil dan hidup bersahaja, maka cara hidup dan bermukimnya
lingkungan hidup. Namun, seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk dan majunya peradaban, maka cara hidup dan
bermukimnya penduduk tidak lagidiserasikan dengan lingkungan.
Justru sebaliknya, lingkungan diubah dan dicocokkan dengan cara
hidup dan pemukiman manusia.
Lingkungan alam seperti tanah, dirombak untuk menampung
berbagai fasilitas kebutuhan manusia. Misalnya perumahan dan
fasilitas lain seperti pelayanan kesehatan, perndidikan, hiburan,
pasar, jalan, saluran. Air tidak hanya dimanfaatkan untuk
kebutuhan sehari-hari. Air juga untuk pembangkit
listrik.Pertumbuhan penduduk akan selalu berkaitan dengan
masalah lingkungan hidup. Penduduk dengan segala aktivitasnya
akan memberikan dampak terhadap lingkungan. Demikian pula
makin meningkatnya upaya pembangunan menyebabkan makin
meningkata dampak terhadap lingkungan hidup. Dampak
lingkungan hidup adalah pengarauh perubahan pada lingkungan
hidup yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan.
Lingkungan hidup bisa berdampak positif dan negative bagi
kesejahteraan penduduk.

129
Perubahan positif akibat kegiatan manusia terhadap
lingkungan, misalnya dengan pembangunan jalan-jalan raya yang
bisa menghubungkan daerah-daerah yang sebelumnya terisolir.
Pembuatan saluran air, taman kota, penghijauan, penanaman turus
jalan, pembuatan bendungan, adalah contoh-contoh kegiatan yang
menjadikan lingkungan memberi dapak positif bagi manusia.
Perubahan yang positif dari lingkungan tersebut tentu saja dapat
memberikan keuntungan dan sumber kesejahteraan bagi
penduduk.
Perubahan lingkungan sebagai akibat tindakan manusia tidak
jarang memberikan dampak negative, yaitu kerusakan lingkungan
hidup. Kerusakan lingkungan hidup tidak hanya meniadakan daya
dukung lingkungan itu sendiri, tetapi juag memberikan resiko bagi
kehidupan manusia. Kerusakan lingkungan hidup merupakan
problema besar yang dialami umat manusia sekarang ini.
Beberapa problema lingkungan hidup dewasa ini antara lain :
1. Pencemaran (polusi) lingkungan, yang mencakup pencemaran
udara, pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran
suara.
2. Masalah kehutanan, seperti penggundulan hutan, pembalakan
hutan, dan kebakaran hutan.
3. Erosi dan banjir.
4. Tanah longsor, kekeringan, dan abrasi pantai.
5. Menipisnya lapisan ozon dan efek rumah kaca.
6. Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang buruk, seperti
gatal-gatal, batuk, batuk, infeksi saluran pernapasan, diare, dan
tipes.
Di Indonesia berhasil diidentifikasikanberbagai kerusakan sumber
daya alam dan lingkungan hidup. Kerusakan sumber daya alam
dan lingkungan hidup tersebut dikhawatirkan akan berdampak

130
besar bagi kehidupan makhluk bumi, terutama manusia yang
populasinya semakin besar. Beberapa masalah tersebut antara lain
:
a. Terus menurunnya kondisi hutan Indonesia. Indonesia
merupakan Negara ASEAN terbesar hutannya. Laju
deforestrasi p[ada periode 1985-1997 adalah sekitar 1,6 juta
hektar per tahun meningkat menjadi 2,1 juta hektar per tahun
pada periode 1997-2001.
b. Kerusakan DAS (Daerah Aliran Sungai). Praktik penebangan
liar dan konversi lahan menimbulkan dampak yang luas, yaitu
kerusakan ekosistem dalam tatanan DAS.
c. Habitat ekosistem pesisisr dan laut semakin rusak.kerusakan
habitat ekosistem diwilayah pesisir dan laut semakin
meningkat, khususnya diwilayah padat kegiatan seperti pantai
utara Pulau Jawa dan Pantai timur Pulau Sumatra.
d. Citra pertambangan yang merusak lingkungan. Sifat usaha
pertambangan, khusus nya tambang terbuka (open pit mining),
selalu mengubah bentang alam sehingga memengaruhi
ekosistem dan habitat aslinya. Dalam skala besar akan
mengganggu keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan
berdampak buruk bagi kehidupan manusia. Dengan citra
semacam ini, usaha pertambangan cenderung ditolak
masyarakat.
e. Tingginya ancaman terhadap keanekaragaman hayati
(biodiversity). Sampai saat ini, 90 jenis flora dan 176 fauna di
Pulau Sumatera terancam punah. Populasi orang utan di
Kalimantan menyusut tajam. Kerusakan ekosistem dan
perburuan liar yang dilator belakangi rendahnya kesadaran
masyarakat, menjadi ancaman utama bagi keanekaragaman
hayati di Indonesia.

131
f. Pencemaran air semakin meningkat. Kualitas air permukaan
danau, situ dan perairan umum lainnya juga menunjukkan
kondisi yang memprihatinkan. Umumnya disebabkan karena
tumbuhnya fitoplankton secara berlebihan sehingga
menyebabkan terjadinya timbunan senyawa fosfat yang
berlebihan.
g. Kualitas udara semakin menurun, khususnya dikota-kota
besar. Kualitas udara di 10 kota besar Indonesia cukup
mengkhawatirkan, dan di enam kota diantaranya, yaitu Jakarta,
Surabaya, Bandung, medan, jambi, dan Pekanbaru dalam satu
tahun hanya dinikmati udara bersih selama 22 sampai 62 hari
saja.
Kerusakan lingkungan hidup memberi efek yang besar
bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Lingkungan sangat
berkaitan dengan masalah ketahanan hidup (survival) manusia.
Ketahanan hidup amat bergantung pada hubungan yang saling
menopang dari lingkungan yang terdiri atas berbagai system yang
menunjang kehidupan itu ataupun yang saling menyayanginya.
Bagi manusia, problema lingkungan pada dasar timbunya kalau
terjadi ketidakseimbangan antarmanusia dengan sumber-sumber
yang ada dalam lingkungannya. Pemanfaatan yang berlebihan oleh
manusia menyebabkan daya dukung lingkungan berkurang
sehingga keseimbangan tidaak terjadi lagi. Oleh karena itu,
pengelolaan lingkungan pada hakikatnya adalah menciptakan
keseimbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan itu
sendiri.

  
  
    
  
   Masalah kependudukan tidak hanya menciptakan masalah
pemukiman dan problema lingkungan. Pertambahan penduduk
berpengaruh terhadap tingkat pendidikan. Dinegar-negara yang
anggaran pendidikannya rendah biasanya menunjukkan angka

132
kelahiran yang tinggi. Pertambahan   penduduk yang cepat juga
menghambat perimbangan pendidikan.

  
  
  
  
   Pertumbuhan penduduk juga berpengaruh terhadap tingkat
konsumsi penduduk. Penduduk yang besar jelas membutuhkan
konsumsi dalam jumlah yang besar pula. Pemenuhan konsumsi
yang besar,umumnya tidak diimbangi dengan kandungan gizi
yang layak. Tidak terpenuhinya konsumsi pangan penduduk
berakibat pada kelaparan. Demikian pula gizi yang kurang dapat
berakibat pada timbulnya penyakit seperti busung lapar dan cacat
mental pada anak.

  
  
  
  
   Seiring dengan tidak tercukupinya kebutuhan pangan,
maka akan muncul keterbelakangan dan kemiskinan.
Keterbelakangan dan    Kemiskinan ibaratnya adalah saudara
kembar. Keterbelakangan dan kemiskinan merupakan “penyakit”
yang bisa melemahkan fisik dan mental manusia dan juga
berpengaruh negatif terhadap lingkupan.

C. PROBLEMATIKA LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA


YANG DIHADAPI MASYARAKAT
Lingkungan sosial adalah wilayah tempat berlangsungnya
berbagai kegiatan dan interaksi sosial antar berbagai kelompok
beserta pranatanya dengan simbol dan nilai serta terkait dengan
ekosistem (sebagai komponen lingkungan alam) dan tata ruang
atau peruntukan ruang (sebagai bagian dari lingkungan
binaan/buatan). Manusia hidup berkaitan dengan lingkungan, baik
lingkungan fisik (alam dan buatan) maupun lingkungan sosial.
Lingkungan sosial seseorang manusia (individu) pada
dasarnya adalah individu lain atau kelompok individu dengan
segala aktivitas dan pranata yang dibentuknya. Seorang manusia
pastilah akan hidup ditengah-tengah manusia lain. Manusia hidup

133
dalam lingkungan sosial mereka. Kehidupan dalam lingkungan
sosial manusia ditandai dengan adanya beragam aktivitas, aneka
ragam interaksi, berbagai pranata yang dibentuk, serta berada
dalam suatu lingkungan alam dan buatan sebagai tempat
kehidupannya.
1.      Interaksi dalam Lingkungan Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis,
yang menyangkut hubungan timbal balik anatar perorangan, antara
kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok
manusia dalam bentuk akomodasi kerja sama, persaingan, dan
pertikaian.

  
         
  Interaksi sosial berbentuk hubungan pengaruh yang
tampak dalam kehidupan bersama. Tanpa interaksi sosial tidak
mungkin ada kehidupan masyarakat. Interaksi sosial terjadi antara
seseorang dengan orang lain, antara seseorang dengan kelompok
sosial antara kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya.

  
         
  Interaksi sosial tersebut bisa dalam situasi persahabatan
ataupun permusuhan (kerjasama atau konflik), bisa dengan tutur
kata, jabat tangan, bahasa isyarat, atau bahkan tanpa kontak fisik.
Bahkan, hanya dengan bau keringat sudah terjadi interaksi sosial
karena telah mengubah perasaan atau syaraf orang yang
bersangkutan untuk menentukan tindakan. Interaksi sosial hanya
dapat berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi dari
kedua belah pihak.

  
         
  Interaksi sosial dapat terjadi apabila ada kontak sosial dan
komunikasi. Kontak sosial merupakan usaha pendekatan
pertemuan fisik dan mental. Kontak sosial dapat bersifat primer
(face to face) dan dapat berbentuk sekunder (melalui media
perantara, koran, radio, tv, dan lain-lain). Komunikasi merupakan
usaha penyampaian informasi kepada manusia lain.tanpa

134
komunikasi tidak mungkin terjadi interaksi sosial. Komunikasi
bisa berbentuk lisan, tulisan, atau simbol lainnya.

  
  
    
  
 Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama
(cooperation), akomodasi(accomodation), ersaingan (competition),
dan pertikaian (conflict). Kerja sama sebagai segala bentuk usaha
guna mencapai tujuan bersama. Akomodasi digunakan dalam dua
arti, yaitu pada suatu keadaan dan sebagai suatu proses.
Akomodasi sebagai keadaan menunjukkan keyataan adanya
keseimbangan dalam interaksi sosial. Akomodasi sebagai proses
menunjukkan pada usaha manusia untuk meredakan
peretentangan, yaitu usaha mencapai kestabilan. Persaingan
merupakan proses sosial dimana seseorang atau kelompok sosial
bersaing memperebutkan nilai atau keuntungan dalam kehidupan
melalui cara-cara menarik perhatian publik. Pertikaian merupakan
interaksi sosial dimana seseorang atau kelompok sosial berusaha
memenuhi kebutuhannya dengan jalan menantang lawannya
dengan ancaman atau kekerasan.

2. Pranata dalam lingkungan Sosial


Pranata sosial ( dalam bahasa inggris nya istilahnya institution )
menunjuk pada sistem pola-pola resmi yang dianut suatu warga
masyarakat dalam berinteraksi. Pranata adalah suatu sistem norma
khusus yang menata rangkaian tindakan berpola mantap guna
memenuhi keperluan yang khusus dalam kehidupan masyarakat.
Sistem norma khusus dimaksudkan sebagai aturan , artinya
perilaku itu berdasarkan pada aturan-aturan yang telah ditetapkan.

  
  
   
   
 Kehidupan masyarakat memiliki berbagai pranata. Makin
besar dan kompleks kehidupan masyarakat makin banyak jumlah
pranata yang ada. Penggolongan pranata berdasarkan fungsinya

135
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Beberapa ragam
pranata tersebut sebagai berikut :
a) Pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhan kehidupan
kekerabatan. Misalnya perkawinan, pengasuhan anak,
pergaulan antarkerabat, dan sistem istilah kekerabatan.
b) Pranata-pranata ekonomi, antara lain pertanian, barter,
industri, dan perbankan.
c) Pranata-pranata pendidikan, misalnya model pendidikan,
jenjang pendidikan, pers, pemberantasan buta aksara, dan
perpustakaan.
d) Pranata-pranata ilmiah, antara lain metodologi imiah,
penelitian, dan pengukuran.
e) Pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhan akan keindahan
dan seni, seperti olahraga, berbagai kesenian, dan
kesusastraan.
f) Pranata-pranata keagamaan sebagai kebutuhan manusia untuk
berhubungan dengan Tuhan atau alam gaib.
g) Pranata-pranata untuk menjaga dan mengatur kekuasaan
dimasyarakat, serta kepolisian, kehakiman, pemerintah,
demokrasi, tentara.
h) Pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhan akan kenyamanan
hidup, seperti pemeliharaan kecantikan, kebugaran, kesehatan,
dan kedokteran.
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah pranata sering tumpah
tindih atau dikacaukan penggunaannya dengan istilah lembaga.
Istilah social-institusion, ada yang diterjemahkan sebagai pranata
sosial atau sebagai lembaga sosial. Koentjaraningrat
menganjurkan agar dibedakan secara tegas antara oranata sosial
dan lembaga sosial. Pranata sosial adalah sistem norma atau aturan
yang menyangkut suatu aktivitas masyarakat yang bersifat khusus.

136
Sedangkan lembaga sosial adalah badan atau organisasi yang
melaksanakannya. Lembaga sosial merupakan suatu bentuk
kelompok atau perkumpulan sosial yang khusus. Lembaga dan
pranata sosial mungkin tidak bisa dipisahkan, karena didalam
lembaga sosial terdapat pranata sosial, dan pranata sosial berjalan
dalam suatu lembaga sosial sebagai wadahnya.

  
        
  
 Lembaga sosial bertujuan memenuhi kebutuhan pokok
manusia. Lembaga sosial memiliki beberapa fungsi. Pertama,
memberi pedoman pada anggota masyarakat bagaimana   mereka
harus bertingkah laku dalam menghadapi masalah. Kedua,
menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan. Ketiga,
memberi pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial.
3.      Problema dalam Kehidupan Sosial
Problema sosial merupakan persoalan karena menyangkut tata
kelakuan yang abnormal, amoral, berlawanan dengan hukum, dan
bersifat merusak. Problema sosial menyangkut nilai-nilai sosial
dan moral yang menyimpang sehingga perlu diteliti, ditelaah,
diperbaiki, bahkan mungkin untuk dihilangkan.

  
        
  
 Problema-problema sosial timbul dari kekurangan dalam
diri manusia atau kelompok manusia yang bersumber dari faktor
ekonomi, biologis, biopsikologis, dan kebudayaan. Setiap
masyarakat memiliki sejumlah dan penyesuaian terhadap
lingkungan sosial. Penyimpanagan terhadap norma-norma tersebut
memunculkan gejala abnormal yang mengarah pada terciptanya
problema sosial.

  
        
  
 Problema sosial yang terjadi dan dihadapi msyarakat
banyak ragamnya. Sesuai dengan faktor-faktor penyebabnya,
maka problema sosial dapat diklafikasikan sebagai berikut :

137
a. Problema sosial karena faktor ekonomi, seperti kemiskinan,
kelaparan, dan pengangguran.
b. Problema sosial karena faktor biologis, seperti wabah
penyakit.
c. Problema sosial karena faktor psikologis, seperti bunuh diri,
sakit jiwa, dan disorganisasi.
d. Problema sosial karena faktor kebudayaan, seperti perceraian,
kejahatan, kenakalan remaja, konflik ras, dan konflik
keagamaan.
Sering kali suatu problema sosial dapat digolongkan lebih
dari satu kategori. Kemiskinan misalnya, mungkin sebagai akibat
dari penyakit paru-paru sehingga tidak bisa mencari nafkah, atau
karena sakit jiwa, atau dapat pula bersumber dari faktor budaya,
yaitu tidak adanya pekerjaan atau ditolak bekerja.
Sosiologi berusaha menentukan kriteria apakah suatu
permasalahan dapat dikatakan problema sosial atau tidak. Ukuran
atau kriteria untuk menentukan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kriteria utama untuk menentukan suatu problema sosial adalah
tidak adanya persesuaian antara ukuran atau nilai sosial
dengan kenyataan serta tindakan sosial yang terjadi.
b. Sumber-sumber sosial dari problema sosial. Sebab dari
problema sosial haruslah bersifat sosial. Berdasarkan hal ini
maka kejadian-kejadian menyimpang (abnormal) yang tidak
bersumber dari perbuatan manusia bukanlah merupakan
problema sosial. Gejala seperti gempa bumi, angin topan, dan
gunung meletus yang disebabkan alam bukanlah problema
sosial.
c. Pihak-pihak yang menetapkan apakah suatu kepincangan
merupakan problema sosial. Ukuran diatas sebenarnya bersifat
relatif. Mungkin banyak orang yang harus mengatakan atau

138
sekelompok orang yang berkuasa yang mengatakan. Dalam
suatu wilayah misalnya, masyarakat didaerah tersebutlah yang
menyatakan apakah suatu gejala merupakan problema sosial
atau tidak.
d. Manifest social problems dari latent social problems
e. Perlu dibedakan   antara manifest social problems dan latens
social problems. Manifest social problems adalah problema
sosial yang timbul sebagai akibat terjadinya kepincangan
dalam masyarakat karena tidak sesuainya tindakan dengan
norma atau nilai dimasyarakat. Masyarakat umumnya tidak
menyukai tindakan itu. Latent social problems merupakan
problema sosial yang juga menyangkut hal-hal yang
berlawanan dengan nilai-nilai masyarakat, tetapi diterima juga.
Manifest social problems diyakini dapat diperbaiki, dibatasi,
bahkan dihilangkan. Sedangkan latent social problems sulit
diatasi, karena walaupun masyarakat tidak menyukainya,
tetapi merasa tidak berdaya untuk mengatasinya.

  
   
  
    Keserasian adalah kesesuaian hubungan timbal balik antara
komponen serta berbagai aspek dalam lingkungan tersebut.
Keserasian lingkungan sosial adalah kesesuaian pola tindakan
manusia dalam suatu sistem hubungan timbal balik antara
berbagai aspek kehidupan sosial dan jaringan unsur-unsur pokok
yang ada dalam masyarakat yang memengaruhi sistem sosial,
nilai, sikap dan pola perilaku individu serta kelompok nya, proses
sosial, struktur sosial, dan perubahan sosial.

  
   
  
    Keserasian antarorang atau kelompok akan memengaruhi
daya tampung lingkungan sosial. Sebaliknya, daya tampung
lingkungan sosial akan memengaruhi keserasian hubungan antara
orang dan kelompok sosial. Daya tampung lingkungan sosial
adalah kemampuan manusia dan kelompok penduduk yang

139
berbeda-beda itu untuk hidup bersama-sama sebagai suatu
masyarakat secara serasi, selaras, seimbang, rukun, tertib, dan
aman.

D. ISU-ISU PENTING PERSOALAN LINTAS BUDAYA


DAN BANGSA
Isu-isu penting menjadi persoalan lintas budaya dan bangsa pada
umumnya merupakan isu global yang menjadi keprihatinan umat
manusia sedunia. Merupakan isu global karena persoalan ini tidak
hanya dihadapi umat manusia dalam suatu negara atau wilayah
tertentu, tetapi melanda ke berbagai belahan dunia.

  
  
    
   Berikut ini akan kita ketengahkan isu-isu global yang
terdiri atas isu mengenai lingkungan dan isu mengenai
kemanusiaan. Isu tentang lingkungan antara lain mencakup
kekurangan pangan, kekurangan sumber air bersih, polusi dan
perubahan iklim. Isu tentang kemanusiaan antara lain mencakup
kemiskinan, konflik, dan wabah penyakit.

1.       Isu Tentang Lingkungan


a.       Kekurangan Pangan
Pangan merupakan komoditi penting dan strategis, mengingat
pangan adalah kebutuhan pokok manusia yang hakiki. Kebutuhan
pangan disetiap pemukiman perlu tersedia dalam jumlah yang
cukup, mutu yang layak, aman dikonsumsi, dan dengan harga
yang terjangkau oleh masyarakat. Problema kekurangan pangan
masih saja menghantui umat manusia,kendati tingkat pertumbuhan
ekonomi dunia meningkat. Hal ini disebabkan pertumbuhan
penduduk dunia yang cepat tidak seimbang dengan produksi
pangan. Selain itu,masalah keadilan dan distribusi sumber-sumber
pangan yang tidak merata

140

  
        
  
 Kekurangan pangan menciptakan kekwatiran berbagai
pihak. Dunia pun diliputi kekwatiran itu,karena pertambahan
penduduk yang tinggi, terutama di negara-negara berkembang.
Menurut FAO,saat ini didunia terdapat sekitar 200 juta orang yang
kekurangan pangan.penduduk indonesia pada tahun 2035 di
perkirakan akan bertambah menjadi dua kali lipat dari jumlahnya
sekarang,menjadi sekitar 400 juta jiwa.

  
        
  
 Kekurangan pangan menciptakan gejala serius berupa
kelaparan. Mantan sekretaris jendral Perserikatan Bangsa-
Bangsa(PBB),Kofi Annan pernah menegaskan,walaupun saat ini
ada kemajuan yang luar biasa dibidang teknologi dan pertanian,
namun penderitaan yang paling tua dan paling mendasar yaitu
kelaparan,masih saja ada. Setiap hari setidaknya 840 juta orang
tidak punya bahan pangan untuk dimakan.

  
        
  
 Di Afrika Selatan, satu dalam setiap empat orang
mengalami kelaparan. Di Afrika Sahara proporsinya lebih tinggi
lagi, satu dalam setiap tiga orang. Sedangkan jumlah penduduk
yang kekurangan pangan diwilayah asia pasifik sekita 525 juta.
b.      Kekurangan Sumber Air Bersih

Sejak dulu air di akui sebagai sumber kehidupan.Air,khususnya air


bersih banyak dimanfaatkan manusia untuk berbagai
keperluan,terutama sekali untuk minum. Dengan
demikian,ketersediaan air bersih merupakan keharusan bagi
penduduk disuatu wilayah. Sumber-sumber air bersih didapatkan
dari mata air, atau sungai yang telah dilakukan proses
penyulingan.

  
   
   
  
 Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk
dunia,kebutuhan air bersih juga meningkat tajam. Seiring dengan
itu,sumber-sumber air bersih mejadi berkurang atau justru

141
semakin habis. Dewasa ini,penduduk dunia dilanda kekurangan air
bersih. Padahal masalah kekurangan air langsung berdampak
terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup manusia.

  
  
    
  
 Kurangnya ketersediaan air bersih berarti telah terjadi
kelangkaan air sebagai sumber kehidupan. Kelangkaan air bersih
menyebabkan orang terpaksa bergantung pada sumber air yang
mungkin tidak aman. Tidak tersedianya air bersih dapat memicu
timbulnya berbagai penyakit,seperti kolera,tifus,malaria,demam
berdarah,dan penyakit lain yang menular.kelangkaan air juga
dapat menjadikan orang kehabisan waktu dan dana untuk
mendapatkan air bersih.

  
  
    
  
 Perubahan iklim, kekeringan, dan banjir yang sering kali
terjadi, ditenagarai berpengaruh terhadap ketersediaan air bersih.
Contohnya, kekeringan pada sebagian sungai-sungai besar
didunia. Indonesia juga dilaporkan mulai terancam kekurangan air
bersih.

C. 
 Polusi Atau Pencemaran
Polusi atau pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen
lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukkan nya.

  
   
  
  
  Menurut tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan
menjadi tiga, yaitu pencemaran udara, air, tanah. Polusi air dapat
disebabkan oleh beberapa jenis pencemar, antara lain pembuangan
limbah industri, sisa insektida, dan pembuangan sampah domestik,
sampah organik, dan fosfat. Pencemaran tanah disebabkan oleh
beberapa jenis pencemar, seperti sampah-sampah plastik   yang

142
sukar hancur, botol, karet sintetis pecahan kaca, dan kaleng. Polusi
suara disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, kapal
terbang, deru mesin pabrik, radio/tape recorder yang berbunyi
keras sehingga mengganggu pendengaran.

  
  
   
  
  Salah satu penyebab polusi udara di Indonesia saat ini
adalah seringnya terjadi kebakaran hutan. Kebakaran hutan
merupakan bencana yang setiap tahun terus terjadi. Kebakaran
hutan skala besar adalah fenomena yang menjadi sebuah
kecenderungan yang rutin dalam 20 tahun terakhir.

  
  
   
  
  Dampak buruk kebakaran hutan amat terasa. Polusi udara
melanda di kota-kota sekitar hutan. Kebakaran hutan di Riau
menebabkan pendudknya mulai merasakan mata perih dan
berkurang nya jarak pandang karena kabut asap. Polusi udara
akibat kebakaran hutan di Indonesia juga berdampak bagi
masyarakat luar.

D. 
 Perubahan Iklim
Sumber energi fosil(minyak bumi, batu bara, dan gas alam) yang
dihasilkan oleh banyak pembangkit energi membangkitkan
terjadinya pencemaran udara. Hal ini karena pembangkit tersebut
mengeluarkan gas dan zat-zat pencemar, seperti gas (SO2) dan
gasgas rumah kaca (GRK), seperti karbondioksida (CO2). Banyak
penelitian menyebutkan bahwa GRK telah memicu terjadinya
pemanasan global akibat adanya efek rumah kaca.

  
  
    
  
 Efek rumah kaca terjadi akibat GRK yang terkumpul
diatmosfer membentuk selubung yang menghalangi radiasi panas
matahari yang dipantulkan bumi sehingga tidak dapat lepas
keatmosfer. Panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan
menimbulkan fenomena pemanasan global.

143

  
  
   
   
 Lebih lanjut, pemanasan global telah memicu terjadinya
perubahan iklim (climate change). Perubahan iklim
mengakibatkan adanya perubahan-perubahan yang tidak
terkirakan sebelumnya, seperti peningkatan suhu, melelehnya
gunung es, permukaan air laut naik, banyaknya banjir dan badai,
serta musim panas yang semakin panjang. Puahan-perubahan
iklim yang ekstrem ini dapat engancam kehidupan manusi di
bumi. Ancaman tersebut antara lain :
1. Panasnya suhu menimbulkan makin banyak nya wabah
penyakit endemik seperti leptospirosis, demam berdarah,
diare, dan malaria.
2. Wilayah-wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terancam
tenggelam oleh naiknya air laut.
3. Maraknya banjir dan badai topan yang sewaktu-waktu
melanda pemukiman manusia.
4. Berkurang nya ketersediaan air bersih karena kekeringan
dalam jangka waktu lama.
5. Kegagalan panen karena cuaca yang tidak mendukung.

2. Isu Tentang Kemanusiaan


a. kemiskinan
Kemiskinan meruakan masalah global yang sering dihubungkan
dengan kebutuhan, kesulitan, dan kekurangan diberbagai keadaan
hidup. Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahamannya
mencakup :
1) Gambaran akan kekurangan materi, yang biasanya mencakup
kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan
pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami
sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.

144
2) Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan
sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Halini termasuk pendidikan
dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari
kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik
dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
3) Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang
memadai. Makna “memadai” disini sangat berbeda-beda,
melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi diseluruh dunia.
Kemiskinan penduduk dunia kebanyakan terdapat
dinegara-negara berkembang. Istilah negara berkembang biasanya
digunakan untuk merujuk ke negara-negara yang “miskin”.
Indonesia sebagai negara berkembang tidak luput pula dari
ancaman kemiskinan. Meskipun presentase penduduk miskin
semakin berkurang setiap tahun, namun jumlah penduduk semakin
besar karena semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia.
b.      Konflik atau Perang
Konflik berasal dari bahasa Latin, yaitu configere yang
berarti saling memukul. Secara sosisologis, konflik diartikan
sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebh (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak
lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.

  
         
  Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri yang dibawa
individu dalam suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut
diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Selain
itu, konflik juga dapat disebabkan oleh perbedaan latar belakang
kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda
kepentingan antar individu atau kelompok.

145

  
   
   
   Konflik dalam pengertian luas mencakup konflik secara
fisik dan nonfisik. Konflik dalam derajat yang longgar atau lemah,
misalanya perbedaan ide dan pendapat. Konflik dalam derajat
yang tinggi, seperti pertentangan fisik, kerusakan, revolusi,
bahkan perang. Konflik sering kali diterima secara negatif karena
dianggap merusak keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat.
Namun, konflik dalam derajat yang longgar dapat memicu
kemajuan. Oleh karena itu, konflik tidak harus dipersepsikan hal
yang buruk.
Konflik sosial (termasuk konflik politik) adalah sebuah
fenomena sosial penting yang memerlukan penyelesaian konflik.
Konflik sosial juga merupakan fenomena yang memengaruhi
pembuatan keputusan. Semakin hebat koflik, semakin sulit
membuat keputusan yang mengikat semua pihak.
Konflik dalam derajat tinggi, yaitu perang antarmanusia
itulah yang mengancam sendi-sendi kehidupan manusia. Perang
hanya menyisakan beragam penderitaan, kesengsaraan,
kehancuran, dan kehilangan segalanya. Namun, anehnya
kehidupan umat manusia sejak masa lalu sampai sekarang tidak
pernah sepi dari kasus-kasus peperangan.

c. Wabah Penyakit

  
   
  
  
  Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit
menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat
secara nyata, melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Sumber
penyakit dapat berasal dari manusia, hewan,tumbuhan dan benda-
benda yang mengandung atau tercemar bibit penyakit, serta yang
dapat menimbulkan wabah.

  
   
  
  
  Penyakit yang mewabah sekarang ini dengan cepat sekali
menyebar menembus batas-batas wilayah dan negara. Penyakit

146
yang sebelumnya hanya melanda sebuah negara atau suatu
kawasan dengan cepat menyebar ke negara dan kawasan lain
dibumi. Tepat kiranya jika sekarang ini terdapat istilah globalisasi
penyakit. Globalisasi penyakit merupakan dampak negatif dari
semakin cepatnya pergerakan manusia, hewan, tumbuhan dan
barang-barang yang dibawa. Wabah penyakit menyebar
sedemikian cepat.

  
   
  
  
  Penyakit yang menyebar sekarang ini makin banyak dan
beragam. Jika dulu orang hanya mengenal sakit malaria, sekarang
telah muncul virus poli, SARS,AIDS, dan sebagainya. Selain
penyakit infeksi diatas, penyakit modern yang muncul akibat
perubahan gaya hidup yang kini juga menjadi penyakit yang
mengglobal. Sama seperti penyakit infeksi, penyakit gaya hidup
juga tidak mengenal batasan negara atau batasan status ekonomi.
Penyakit gaya hidup, contohnya serangan jantung, darah tinggi,
depresi, stroke, obesitas. Penyakit gaya hidup pada mulanya
muncul di negara-negara maju. akan tetapi sekarang ini penyakit
tersebut melanda pula negara-negara industri baru di Asia.

  
   
  
  
  Wabah penyakit yang menimbulkan malapetaka yang
menimpa umat manusia dari dulu sampai sekarang maupun masa
mendatang tetap merupakan ancaman terhadap kelangsungan
hidup dan kehidupan. Selain wabah membahayakan kesehatan
masyarakat karena dapat mengakibatkan sakit, cacat, dan
kematian, wabah juga akan mengakibatkan hambatan dalam
pelaksanaan pembangunan nasional. Penyakit dapat menurunkan
tingkat produktivitas manusia dalam bekerja yang bisa
berpengaruh terhadap pendapatan mereka. Banyak produktivitas
yang hilang akibat serangan penyakit. Disisi lain, pendapatan yang
diperoleh banyak dikeluarkan untuk biaya pengobatan. Pada
akhirnya, timbulnya penyakit bisa berpengaruh terhadap tingkat
ekonomi masyarakat.

147
DAFTAR PUSTAKA

Adi Suryadi Culla. 1999. Masyarakat Madani. Jakarta: Grasindo.


Bambang Daroeso. 1986. Dasar Konsep Pendidikan Moral.
Semarang: Aneka Ilmu.
Bambang S. Mintargo.1993. Manusia dan Nilai Budaya. Jakarta:
Universitas Trisakti.
Darji Darmodiharjo. 1979. Santiaji Pancasila, Surabaya: Usaha
Nasional.
Dirjen Dikti.2003. Modul Acuan Proses Pembelajaran Mata
Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat. Jakarta: Proyek
Peningkatan Tenaga Akademik, Dirjen Dikti, Depdiknas.
Elly M. Setiadi, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Enail. Salim. 1993. Pembangunan Berwawasan Lingkungan.
Jakarta: Pustaka LP3s Indonesia.
Franz Magnis Suseno. 2001. Etika Politik: Prinsi-prinsip Moral
Dasar Kenegaraan Modern. Jakarta: Gramedia.
Hendra Yuliawan. 2006. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Surakarta: Pustaka Mandiri.
Huntington, P. Samuel. 2001. Benturan Antar Peradaban dan
Masa Depan Dunia. Terj. M. Sadat Ismail. Yogyakarta:
Qalam.
Jusdy Achmad. 2004. Manusia Sebagai Makhluk Budaya.
Makalah dalam Pelatihan Nasional Dosen Matakuliah
Berkehidupan Bermasyarkat. Tanggal 7-9 September di
Denpasar.
Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Kama Abdul Hakim. 2004. Manusia; Moral dan Hukum. Makalah
dalam Pelatihan Nasional Dosen Matakuliah Berkehidupan
Bermasyarakat. Tanggal 7-9 September di Denpasar.
_____ 2004. Manusia, Nilai dan Moral dalam Tinjauan
Pendidikan. Makalah dalam Pelatihan Nasional Dosen
Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat. Tanggal 7-9
September di Denpasar.
Kasijanto. 2004. Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial.
Makalah dalam Pelatihan Nasional Dosen Matakuliah
Berkehidupan Bermasyarakat. Tanggal 7-9 September di
Denpasar

148

Anda mungkin juga menyukai