Anda di halaman 1dari 10
a, Faktor-faktor predisposisi (Predisposising factos) Faktor predisposisi ini meliputi: 1) Pengetahuan Pengetahuan adalah merupaken hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan tethadap suatu obyck tertentu melakukan pengindraan terjadi melslui indra manusia, sebagion besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata (pengelihatan) dan telinga (pendengaran) (Notoadmojo, 2003). Pengetahuan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang diketabui oleh seseorang dengan jalan apapua don sesustu yang diketahui orang dari pengslaman yang didapat (Padmonodewo, 2000). Pengetabuan diperoleh dari pengalaman disi sendiri atau orang lain, pengetahuan merupskan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, pad umunnya seorang Kader yang memiliki pengetahuan yang beik tentang posyanda maka dapat menimbulken Kkesadaran para Kader dan aken berdampak serta berpengaruh pada aktifnya keder dalam mengikuti kegiatan posyandn (Zein, 2008) Sikap Sikap adalsh reaksi terturup dari seseorang terhadap stimulus atan objek. Sikep seeara nyaia menunjukan onotasi adanya kesesuaian reaksi stimulus fertentu, Dalam kehicupan scharishari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial Sikap menggambarkan suka 3) atau tidak sukanya seseorang tethadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengaleman sendiri ataupun dari orang lain. Sikap membuat seseorang mendekati atau: menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap tethadap nilai- nilai kesehataa tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan ayata. Sikap masyarakat tethadap posyandu juga dipengaruhi oleh tradisi dan Kepercayaan masyerakat tethadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehetan sistem nilai yang dianut masyerakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi (Azwar, 2002). Nilai Budaya Individu lahir diantara kelompok. yaitu keluarga dan masyarakat. Hal ini akan membuat kemungkinan adanya suatu norma atau aturan yang diharapkan mampu memunculkan perileku yang nermatif atau sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat (Zein, 2005). Nilai ini diperoleh melalui sosialisasi dan emosi dikenakan kepercaysan mereka atas apa yang membuat orang berfikir apakah sesuatu itu penting sehingga dari nilai akan mempengaruhi keseluruhian berbagai perasaan tentang keluarga (Naidoo dan Wills, 2000). 4) Kepereayaan Kepereayaan merupakan keyakinan tentang kebenaran tethadap sesuam yang dirasakan pada budaya yang ada pada masyarakat tersebut. Sehingga bila dalam masyarakat mempunyai kepereaysan yang salah tentang sesuatu maka dapat menghambat perubahan perilaku, Masyarakat yang memperesyai sua keyakinon tertentu terhadap posyandu, maka dapat mempengaruhi suam periloku yong akan berpengeruh tethadap kektifan keder dalam kegiatan posyandu (Zein, 2005). Semakin beik kepercayaan seseorang maka skan semakin baik pula sikap yang terbentuk, sehingga pada akhimya membnat semakin baik pula perilakn yang dimnneulkan oleh orang tersebut (Notoatmodjo, 1993). Kepercayaan didasarkan pada orang yang memiliki informasi tentang obyek atan tindakan, Teori Kesehatan terknit penibahan perilaku didasarkan pada easanbahwa setiap aktivitas seseorang akan berdasarkan pada kepercayan mereka, sehingga dalam menghadapi snatn perilaku kesehatan akan berpenganth techadap status keschatan individu tersebut (Naidoo dan Wills, 2000), Pendidikan Tingkot pendidikan turut menentuken mudah tidalnya seseorang menyerap dan memahami suatu pengetshuan tentang posyandu dengan baik sesuai dengan yang mereka peroleh dari kepentingan pendidikaa itu sendiri, Tingkat rendalmya pendidikan crat kaitamnya dengan tingkat rendshnya pengetahuan tentang posyandu, rendabnya tingkat pemanfeatan posyandu, serta rendahnya kesadaran tethadsp pemanfaatan program posyandu (Suharjo, 2005). Pendidikan yang rendah, tingkat penghasilan yang masil rendah merupakan penghambat dalam pembangunan kesehatan, Pendidikan yang 6) masi rendah, Khususnya dikalangan kader posyandu merupakan saleh satu masalah yang berpengaruh teshadap kegictn pemanfaatan posyandn. Semakin tinggi tingkat pendidikan kader maka semakin tinggi kesadaran Kader untuk aktif dalam kegiatan posyandu (Rawadi dan Suharjo, 2005). Motivasi Motivasi adalah upaya untuk menimbulken rangsangan, dorongaa, ataupun pembangkit tenga pada seseorang ataupun pada kelompok masyarakat tescbut mau berbuat dan bekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatau yong telah direncanekan untuk meneapai tujuan ‘yang telah ditetapkan, Untuk terlaksansnya program harus ada motivasi dari petugas, meskipun motivasi harus ada dari individu atew masyarakat itu sendisi dan pihok Iuar hanya merangsangaya saja. (Azcul, 1996). 7) Sosial Ekonomi Sosial ekonomi seseorang dipengaruhi oleh besamya pendapatan keluarga, Pendapatan adalah sejumlah penghasilan dari seluruh anggota keluarga, Semakin tinggi tingkat pendapatan keluarga kader maka kader akan semakin aktif dalam kegiatan posyandu. Pendidil merupakan faktor yang penting dalam usaha memperoleh kesempatan kerja, Seseoramg yang berpendidikan tinggi akan mendapatkan Kesempatan memperoleh kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan seseorang yang berpenghasilan rendah, Pekerjaan yang layak tersebut akan mendapatkan upah yang lebih tinggi bila dibandingkan yang berpendidikan rendah, Tingkat pendapatan akan mempengaruhi keaktifan Kader dalam memanfaatkan kegiatan posyandu. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seorang Kader maka akan semakin aktif kader tersebut dalam kegiatan posyandu (Berg, 1986), b, Faktor-faktor pemungkin (enabling firctor) Faktor-faktor ini mencakup: 1) Ketersediaan sarana dan prasarana atan fasilitas (fisik dan umum) yang mendukung kelancaran kegiatan posyandu, Fasilitas fisik yaitu fasilitas- fasilitas atau sarana Kesehatan yang meliputi puskesmas, obat-obatan, alat kontrasepsi, vaksin untuk imunisasi dan sebagainya, Sedangkan Fasilitas umum yaitu fasilitas atau sarana Kesehatan meliputi: media informasi misalaya TV. koran ataupun majalah, sehingga dapat diketahui bahwwa untuk menunjang terlaksananya program posyandu supaya berjalan dengan baik maka tidak hanya tahu dan sadar manfaat posyandu melainkan fasilitas yang lengkap juga dapat menjadi faktor pemicu keaktifan kader (Zein, 2005) ) Jarak dan keterjangkauan tempat pelayanan (posyandu). Jarak tempat pelayanan kesehatan yang janh akan membuat kader enggan untuk datang, kketempat pelayanan kesehatan, Selain memerlukan waktu juga menambah biaya akomodasi, Seorang kader yang tidak aktif dalam kegiatan posyandu disebabkan karena rumahnya jauh dari posyandu (Notoatmodjo. 1994). b._ Faktor-faktor penguat atau pendorong (Reinforcing Factors) 1) Faktor sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Sikap dan perilaku disini adalah bagaimana para perugas Kesehatan (perawat, bidan, dokter dan tenaga Kesehatan lainnya) berlaku tidak ramah atau tidak simpatik kepada Kader ataupun pada pasien babkan tidak responsif saat menerima pasien serta dalam memberikan tindakan medis. Karena inilah kader enggan untuk aktif dalam kegiatan posyaudu, Dalam hal ini motivasi dan dukungan baik dukumgan dari tenaga Kesehatan sangat diperlukan untuk meningkatkan keaktifan kader dalam kegiatan posyaudu. Dukungan sosial sebagai informasi verbal maupun nonverbal, saran, bantuan yang nyata dan tingkah Iaku yang diberikan masyarakat berperan penting dalam memotivasi Kader untuk aktif dalam Posyandu (Mantra, 1999). 2) Faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat. a) Dukungan kepala desa Desa yang memiliki Kepala desa yang selalu memberikan motivasi setiap pelaksanaan Kegiatan posyandu akan labih baik kinerja dan kelestarian posyandunya dibandingkan dengan desa yang kepala desanya tidak memberikan motivasi sama sekali. Dorongan motivasi tersebut dapat berupa pemberian pemberian tugas yang selalu dimonitor dan disupervisi, selalu memberitahukan mana yang benar d) dan mana yang salah dalam supervisi, selalu_mempertimbangkan kemampuan kader sebelum memberi tugas, dalam memberi tugas pada kader selalu ada imbalan apapun bentuknya baik itu imbalan material ataupun hanya ucapan terima Kasih, bila Kader mendapat tgas ketempat Iain akan mendapatkan uang transport. kesejahteraan kader selahu menjadi perhatian Kepala desa, Kebiasaan kepala desa unk melakuken peninjauan terhadap pelaksanaan kegiatan posyandu (Sarwono, 1986), Dukungan tokoh agama Dukungan tokeh agama mempunyai pengaruh di masyarakat. Selanjumya tokoh agama ini dapat menjembatani antara pengelola © program Kesehatan dengan masyarakat. Pada masyarakat yang masily paternalistik seperti di Indonesia ini tokoh masyarakat dan tokoh agama merupakan panutan perilaku masyarakat_ yang sangat signifikan. Oleh sebab itu apabila toma dan toga sudah mempunyai perilaku sehat, maka akan mudah ditiru oleh anggota masyarakat yang lain. Bentuk kegiatan mencari dukungan sosial ini antara lain: pelatihan-pelatihan para toga dan toma, seminar, loka karya. penyuluban dan sebagainya. Dukungan dari tokoh agama sangat berperan penting dalam memotivasi perilaku seorang kader untuk aktif dalam kegiatan posyandu (Notoatmodjo, 2003). Undang-undang ataupun peraturan-peraturan baik dari pusat maupun dari daerah yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2003)

Anda mungkin juga menyukai