Penggunaan obat berpedoman kepada penggunaan obat rasional yang mengacu pada
beberapa kriteria yaitu:
1. Tepat diagnosis
Obat diberikan sesuai dengan diagnosis. Apabila diagnosis tidak ditegakkan dengan
benar maka pemilihan obat akan salah.
Contoh: Seorang pasien penderita hipertensi telah menggunakan captopril selama 6
bulan lalu pasien mengeluhkan batuk kering,lalu di apotik membeli obat batuk.Hal ini
dikaenakan pasien tidak dibeitahu efek samping dari obat captopril lah yang menyebabkan
pasien mengalami batuk kerring.
2. Tepat indikasi penyakit
Obat yang diberikan harus yang tepat bagi suatu penyakit.
Contohnya: setiap obat memiliki spectrum terapi yang spesifik. Antiobitika, misalnya
diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian pemberian obat ini hanya dianjurkan
untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi bakteri
3. Tepat pemilihan obat
Obat yang dipilih harus memiliki efek terapi sesuai dengan penyakit.
Contoh: pasien yang membutuhkan efek kerja obat yang cepat harus diberi obat yang
pelepasan obatny juga cepat. Sepeti asetosal dan aspilet yang pelepasan obatnya cepat.
4. Tepat dosis
Dosis, jumlah, cara, waktu dan lama pemberian obat harus tepat. Pemberian dosis
yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang sempit misalnya
theofilin akan sangat berisiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlau kecil
tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan.
5. Tepat penilaian kondisi pasien
Penggunaan obat disesuaikan dengan kondisi pasien, antara lain harus
memperhatikan: kontraindikasi obat, komplikasi, kehamilan, menyusui, lanjut usia atau bayi.
Misalnya pada penderita kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida sebaiknya dihindarkan
karena resiko terjadinya nefrotoksik pada kelompok ini secara bermakna.
6. Waspada terhadap efek samping
Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada
pemberian obat dengan dosis terapi, seperti timbulya mual, muntah, gatal-gatal, dan lain
sebagainya. Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping yaitu efek tidak diinginkan
yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi, karena itu muka merah setelah
pemberian atropine bukan alergi tetapi efek samping sehubungan vasodilatasi pembuluh
darah di wajah.
7. Efektif, aman, mutu terjamin, tersedia setiap saat, dan harga terjangkau
Untuk mencapai kriteria ini obat dibeli melalui jalur resmi.
Jangan membeli obat di warung yang tidak jelas dan tidak ada apotekernya.
8. Tepat tindak lanjut (follow up)
Apabila pengobatan sendiri telah dilakukan, bila sakit berlanjut konsultasikan ke
dokter. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap, tanyakan kepada
apoteker di apotek.
9. Tepat penyerahan obat (dispensing)
Penggunaan obat rasional melibatkan penyerah obat dan pasien sendiri sebagai
konsumen. Resep yang dibawa ke apotek atau tempat penyerahan obat di Puskesmas akan
dipersiapkan obatnya dan diserahkan kepada pasien dengan informasi yang tepat.
10. Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang diberikan
Ketidakpatuhan minum obat terjadi pada keadaan berikut :
a. Jenis sediaan obat beragam
b. Jumlah obat terlalu banyak
c. Frekuensi pemberian obat per hari terlalu sering
d. Pemberian obat dalam jangka panjang tanpa informasi
e. Pasien tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai cara menggunakan obat
f. Timbulnya efek samping
1. Obat Oral
a. Obat oral adalah obat yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (per oral).
b. Pemberian obat oral (melalui mulut) adalah cara yang paling praktis, mudah dan
aman. Yang terbaik adalah minum obat dengan air matang.
c. Obat oral terdapat dalam beberapa bentuk sediaan yaitu tablet, kapsul, puyer dan
cairan.
Cara Pemakaian Obat Oral Untuk Dewasa
1. Sediaan Obat Padat
a. Jika mendapat kesulitan dalam meminum obat dalam sediaan yang diberikan, hubungi
tenaga kesehatan untuk minta sediaan yang sesuai.
b. Ikuti petunjuk tenaga kesehatan, seperti apakah obat diminum, saat perut kosong,
sebelum atau sesudah makan.
2. Sediaan Obat Larutan
a. Jika minum obat dalam bentuk cair, gunakan sendok takar bukan sendok makan.
b. Hati-hati terhadap obat kumur. Jangan diminum. Lazimnya pada kemasan obat kumur
terdapat peringatan ”Hanya untuk kumur, jangan ditelan”.
i.
3. Berikan permen setelah minum obat yang terasa pahit/ kurang enak.
2. Obat Topikal
a. Beberapa bentuk sediaan obat untuk penggunaan kulit, yaitu bentuk bubuk halus
(bedak), cairan (lotion), setengah padat (krim, salep).
b. Untuk mencegah kontaminasi (pencemaran), sesudah dipakai wadah harus tetap
tertutup rapat.
c. Cara penggunaan :
i. Cuci tangan.
ii. Oleskan/taburkan obat tipis–tipis pada daerah yang terinfeksi.
iii. Cuci tangan kembali untuk membersihkan sisa obat.
Sediaan tidak diberikan pada luka terbuka dan gunakan sampai sembuh, atau tidak ada
gejala lagi.
3. Obat Mata
a. Terdapat 2 macam sediaan untuk mata, yaitu bentuk cairan (obat tetes mata) dan
bentuk setengah padat (salep mata). Dua sediaan tersebut merupakan produk yang
pembuatannya dilakukan secara steril (bebas kuman) sehingga dalam
penggunaannya harus diperhatikan agar tetap bebas kuman.
b. Untuk mencegah kontaminasi (pencemaran), hindari ujung wadah obat tetes mata
terkena permukaan benda lain (termasuk mata) dan wadah harus tetap tertutup
rapat sesudah digunakan.
c. Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan
bola mata (Anief,2008).
4. Obat Hidung
Terdapat 2 macam sediaan untuk hidung, yaitu obat tetes hidung dan obat semprot
hidung. Obat tetes hidung adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara
meneteskan obat ke dalam rongga hidung; dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar, dan
pengawet (Farmakope Ed III). Obat semprot hidung adalah obat yang dimaksudkan untuk
disemprotkan melalui hidung atau mulut dalam bentuk kabut ke dalam saluran pernapasan.
Umumnya obat tetes hidung mengandung antibiotik, sulfonamida, vasokonstriktor, antiseptik
dan anastetik lokal.
5.Cuci botol alat semprot dengan air hangat (jangan sampai air masuk ke dalam botol) dan
keringkan dengan tissue bersih setelah digunakan.
6.Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan.
6. Obat Suppositoria
Suppositoria adalah sediaan solid dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan
melalui rektal, vagina, atau uretra, umumnya meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh
(F.I. ed. IV, 1995). Suppositoria akan hancur atau larut dalam suhu tubuh dan akan menyebar
secara bertahap ke rectum dan diserap oleh aliran darah.
5. Obat ovula
Ovula adalah sediaan padat yang digunakan melalui vaginal, umumnya berbentuk
telur, dapat melarut, melunak, meleleh pada suhu tubuh (F.I. ed III, 1971).
6. Obat Kumur
Obat kumur adalah sediaan larutan yang umumnya dalam larutan pekat yang harus
diencerkan sebelum digunakan untuk pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan.
Penandaan pada etiket harus tertera:
1. Petunjuk pengencerannya sebelum digunakan
2. Tanda yang jelas yaitu ‘’hanya untuk kumur, tidak untuk ditelan
Efek Samping
Efek samping obat adalah setiap respon obat yang merugikan akibat penggunaan obat
dengan dosis atau takaran normal. Beberapa hal yang perlu diketahui tentang efek samping
obat, adalah sebagai berikut :
a. Biasanya efek samping obat terjadi setelah beberapa saat minum obat.
b. Perhatikan kondisi pasien, misalnya ibu hamil, ibu menyusui, lansia,
anakanak,penderita gagal ginjal, jantung dan sebagainya. Pada penderita tersebut
harus lebih berhati-hati dalam memberikan obat.
c. Informasi tentang kemungkinan terjadinya efek samping obat, biasanya terdapat pada
brosur kemasan obat, oleh karena itu bacalah dengan seksama kemasan atau brosur
obat, agar efek samping yang mungkin timbul sudah diketahui sebelumnya.
Efek samping yang biasa terjadi :
a. Pada kulit, berupa rasa gatal, timbul bercak merah atau rasa panas.
b. Pada kepala, terasa pusing.
c. Pada saluran pencernaan, terasa mual, dan muntah, serta diare. Pada saluran
pernafasan, terjadi sesak nafas.
d. Pada jantung terasa dada berdetak kencang (berdebar-debar).
e. Pendarahan
Hal yang harus dilakukan apabila timbul efek samping obat :
a. Hentikan minum obat.
b. Mencari pertolongan ke sarana kesehatan, puskesmas/ rumah sakit/dokter terdekat.