MANAJEMEN HIPERTENSI
OLEH
PEMBIMBING:
dr. Sumarni, Sp.GK, M.Kes
PEMBIMBING LAPANGAN
dr. Sherly. A. Ponga
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
BAB I
PENDAHULUAN
5. Bidan 20 Orang
6. Perawat 21 Orang
7. Sanitarian 8 Orang
8. Apoteker 1 Orang
.
Sarana dan transportasi sudah cukup memadai, beberapa kelurahan di
wilayah kerja Puskesmas Pantoloan mempunyai jalan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk kendaraan umum, sehingga hal ini bukan
merupakan hambatan dalam pelayanan kesehatan secara. menyeluruh 10
4.1 Tujuan
A. Definisi
B. Klasifikasi Hipertensi
1. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang
dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu
perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam
meter (Kaplan dan Stamler, 1991). Kaitan erat antara kelebihan berat
badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi.
Berat badandan indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah
penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh
lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orangorang
gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya
normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20 -33%
memiliki berat badan lebih (overweight). Penentuan obesitas pada orang
dewasa dapat dilakukan pengukuran berat badan ideal, pengukuran
3. Merokok
4. Olah Raga
Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang
tertentu dengan melakukan olah raga aerobik yang teratur dapat
menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat badan turun. 3
Metode Pemeriksaan
Lebih 25 -27
Obesitas : > 27
F. Tatalaksana Hipertensi
BAB III
PEMBAHASAN
a. Penemuan subjek
Penemuan subjek di puskesmas Pantoloan dilaksanakan secara
aktif dan pasif. Secara pasif, pasien ditemukan karena datang ke
puskesmas atas kemauan sendiri atau saran orang lain dan
dicurigai sebagai penderita hipertensi. Dan secara aktif pasien
ditemukan pada saat dilakukannya posyandu lansia.
b. Diagnosis
Penegakan diagnosis hipertensi di puskesmas Pantoloan
berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan saat pasien
datang berobat ke poliklinik. Yaitu dengan cara mengukur
tekanan darah menggunakan alat spygmomanometer. Jika
didapatkan tekanan darah menurut pedoman JNC VII yakni
tekanan darah sistol dan diastol 121-139 mmHg dan 81-89
mmHg di katakan pre hipertesni , untuk tekanan darah sistol
dan diastol 140-159 mmHg dan 90-99 mmHg di katakan
hipertensi stage 1 dan untuk tekanan darah sistol dan diastol >
160 mmHg dan > 100 mmHg di katakan hipertensi stage 2
c. Pengobatan
Pasien yang terjaring dan telah didiagnosis dengan hipertensi
maka akan diterapi dengan pemberian obat penurun tekanan
darah yang tersedia di Puskesmas. Pasien diedukasi tentang
jenis obat, waktu minum obat.
d. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan tentang Hipertensi dilakukan pada saat
melakukan kegiatan kunjungan rumah pada ,posyandu lansia,
senam lansia dan Prolanis. Salah satu bentuk promosi kesehatan
yaitu dengan membagikan pamflet tentang penyakit Hipertensi
dan menjelaskannya kepada masyarakat.
e. GERMAS (Gerakan Masyarakat Sehat)
GERMAS adalah gerakan bersama yang memiliki beberapa
tujuan mulai menurunkan beban penyakit menular dan penyakit
tidak menular, baik kematian maupun kecacatan; menghindarkan
terjadinya penurunan produktivitas; menurunkan beban
pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit
dan pengeluaran kesehatan.
Material
Tidak ada kendala dalam pengadaan alat dan bahan pada program
PTM khususnya hipertensi
Machine
Tidak ada kendala dalam pendistribusian alat dan bahan dalam
menjalankan program ini, semua akomodasi dalam kegiatan program
menggunakan kendaraan operasional puskesmas pantoloan.
2. Proses
Planning
Perencanaan program telah diatur dalam Rencana Usulan
Kegiatan dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan.
Organizing
Actuating
Controlling
Dalam proses follow up, pasien disarankan untuk rutin
memeriksakan tekanan darahnya di puskesmas maupun posyandu.
Namun seiring dengan perjalanan proses pemantauan tersebut, ada
beberapa kendala yang ditemukan yaitu kurangnya kesadaran pasien
untuk memeriksakan tekanan darahnya serta kurangnya kepatuhan
dalam meminum obat serta belum tidak terbiasa untuk menjalankan
pola hidup sehat
3. Output
Output yang diharapkan dari program Manajemen PTM khususnya
hipertensi yaitu menurunnya angka kejadian hipertensi di wilayah
kerja puskesmas pantoloan. Namun, berdasarkan laporan beberapa
bulan terakhir terus terjadi peningkatan angka kejadian hipertensi.
Hal ini diduga terjadi akibat beberapa faktor seperti SDM yang
kurang memadai, ketidakpatuhan pasien untuk minum obat serta
kurangnya kesadaran untuk menjalankan pola hidup yang sehat.
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
1. Dalam menjalankan kegiatan program kerja penanggulangan hipertensi
di Puskesmas Pantoloan hampir seluruh program kerja penanggulangan
hipertensi di Puskesmas Pantoloan telah dilakukan tanpa ada hambatan.
2. Permasalahan yang menjadi kendala dalam menjalankan program
penanggulangan hipertensi di Puskesmas Pantoloan adalah kepatuhan
pasien dalam menjalani pengobatan yang akan berlangsung seumur
hidupnya, kurangnya SDM dalam memonitoring pasien hipertensi, dan
tidak adanya kesadaran untuk menjalani pola hidup sehat
4.1.Saran
1. Lebih sering melakukan kegiatan penyuluhan berupa penyuluhan
perorang untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya berobat
secara rutin
2. Meningkatkan kegiatan promosi kesehatan mengenai faktor resiko
hipertensi seperti penanggulangan masalah rokok, peningkatan gizi
seimbang (diet untuk hipertensi) dan peningkatan aktivitas fisik.
3. Kegiatan penemuan pasien harus lebih sering dilakukan secara aktif
untuk menjaring pasien-pasien yang tidak terdeteksi dengan penjaringan
pasif.
4. Jumlah sumber daya manusia dalam hal ini petugas program
penanggulangan hipertensi harus ditambah agar dapat disebar ke seluruh
wilayah kerja Puskesmas Pantoloan
DAFTAR PUSTAKA