Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN MANAJEMEN DESEMBER 2017

MANAJEMEN HIPERTENSI

OLEH

Nama : Indra Anwari Rukman


Stambuk : N 111 16 086

PEMBIMBING:
dr. Sumarni, Sp.GK, M.Kes

PEMBIMBING LAPANGAN
dr. Sherly. A. Ponga

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia saat ini menghadapi pergeseran pola penyakit dari penyakit
menular menjadi penyakit tidak menular (PTM). Peningkatan pevelensi PTM
menjadi akibat gaya hidup tidak sehat, yang di pacu oleh urbanisasi, modernisasi
dan globalisasi. Bertabahnya usia harapan hidup sejalan dengan perbaikan sosio-
ekonomi dan pelayanan kesehatan , membawa konsekuensi peningkatan penyakit
degeneratif. [1]

Menurut catatan badan kesehatan dunia World Health Organization


(WHO) satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, dua pertiga di antaranya
berada di Negara berkembang yang berpenghasilan rendah-sedang. Prevalensi
hipertensi akan terus meningkattajam, dipredisikan pada tahun 2025 nanti sekitar
29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi. Hipertensi telah
mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, [1]

Hasil riset kesehatan dasar (Rikesdes) 2007 menunjukkan di perkotaan,


kematian akibat Stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9%,
sedangkan di perdesaan sebesar 11,5%. Hal tersebut menunjukkan PTM
(utamanya Stroke) menyerang usia produktif. Sementara itu prevalensi PTM
lainnya cukup tinggi, yaitu: hipertensi (31,7%), arthritis (30.3%), penyakit jantung
(7.2%), dan cedera (7,5%). Secara global PTM penyebab kematian nomor satu
setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah
penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah,
seperti:Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Gagal jantung atau Payah Jantung,
[3]
Hipertensi dan Stroke.

Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular.


Diperkirakan telah menyebabkan 4.5% dari beban penyakit secara global, dan
prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara
maju.Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung.
Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal
ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap
tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka kunjungan ke
dokter, perawatan di rumah sakit dan / atau penggunaan obat jangka panjang. [4]

Dalam populasi, risiko menjadi hipertensi bagi seorang individu dengan


riwayat hipertensi keluarga diperkirakan bisa sampai empat kali lebih tinggi dari
rata-rata [6]

Di kota palu, angka kejadian hipertensi masuk dalam 10 besar penyakit


tidak menular dengan penderta terbanyak. Pada tahun 2014 tercatat sebanyak
8.361 penderita hipertensi. Kemudian kembali naik pada tahun 2015 dengan 8.397
penderita hipertensi dan angka tersebut naik secara signifikan menjadi 8.752
penderita. [6]

Gambaran kejadian Hipertensi di pusekesmas pantoloan sampai saat ini


masih cukup tinggi dalam kasus penyakit tidak menular (PTM). Dimana
didapatkan kunjungan kasus baru pada semester 1 tahun 2017 hipertensi
menduduki peringkat pertama PTM dengan 115 kasus baru. pada kunjungan kasus
lama, hipertensi masih menempati peringkat pertama dengan 603 kasus. Serta
kasus kematian akibat hipertensi menempati peringkat ketiga dengan 3 kasus
kematian. Hal ini yang menjadi dasar mengapa penulis ingin membahas tentang
manajemen hipertensi di puskesmas pantoloan.
2.1.Gambaran Umum UPTD Urusan Puskesmas Pantoloan
Puskesmas Perawatan Pantoloan merupakan Puskesmas yang
keberadaannya sekitar 23 km di kelurahan Pantoloan kecamatan Tawaeli. Letak
Puskesmas Pantoloan kurang lebih 23 km sebelah utara kota Palu. Batas wilayah
Puskesmas Pantoloan yaitu : Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan lambara
dan kelurahan panau, sebelah selatan berbatasan dengan desa wani kecamatan
tana ritovea, sebelah barat berbatasan dengan teluk Palu, dan sebelah timur
berbatasan dengan kecamatan Parimo. Ada pun wilayah kerja Puskesmas
Perawatan Pantoloan memiliki luas wilayah 50,85 km2, yang terdiri dari 3
kelurahan yaitu Kelurahan Pantoloan, Kelurahan Pantoloan Boya dan Kelurahan
Baiya.10

Pada tahun 2014, jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Perawatan


Pantoloan telah mencapai 14.073 jiwa. Secara umum, keadaan sosial ekonomi
masyarakat hampir rata-rata berpenghasilan kecil. Sebagian besar mata pencarian
masyarakat adalah petani, buruh, nelayan, pedagang dan sebagian kecil pegawai
negeri. Dari jumlah penduduk wilayah Puskesmas Perawatan Pantoloan kelurahan
Baiya 5.140 jiwa, kelurahan Pantoloan 5.740 jiwa, kelurahan Pantoloan Boya
3.193 jiwa, dan hampir semua menggunakan kartu BPJS. Sarana dan transportasi
sudah cukup memadai, beberapa kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pantoloan
mempunyai jalan yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk kendaraan
umum, sehingga hal ini bukan merupakan hambatan dalam pelayanan kesehatan
secara. menyeluruh 10

Puskesmas Pantoloan memiliki bangunan rawat inap dengan jumlah


ruangan : 5 ruang rawat inap, 1 ruang bersalin, 1 ruang unit gawat darurat dan 1
kamar jaga petugas. Terdapat gedung rawat jalan dengan 4 ruang yaitu poli
dewasa, poli anak, poli gigi dan poli KIA/KB serta ruangan lain seperti ruang
P2M, ruang bendahara, ruang apotik, ruang TU, ruang laboratorium, ruang
kesling, kasir ruang tamu, dan ruang pertemuan. 10
Puskesmas pantoloan juga memiliki beberapa sumber daya manusia (SDM
yang menjadi penunjang penting dalam menjalankan program maupun dalam
melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Berikut data SDM yang
dimiliki oleh puskesmas Pantoloan :

No. Sumber Daya Manusia Jumlah

1. Kepala Puskesmas 1 Orang

2. Dokter Umum 2 Orang

3. Dokter Gigi 1 Orang

4. Perawat Gigi 1 Orang

5. Bidan 20 Orang

6. Perawat 21 Orang

7. Sanitarian 8 Orang

8. Apoteker 1 Orang

9. Asisten Apoteker 1 Orang

10. Analis Kesehatan 1 Orang

11. Administrator Kesehatan 1 Orang

12. Nutrisionis 1 Orang

13. Pengemudi 1 Orang

.
Sarana dan transportasi sudah cukup memadai, beberapa kelurahan di
wilayah kerja Puskesmas Pantoloan mempunyai jalan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk kendaraan umum, sehingga hal ini bukan
merupakan hambatan dalam pelayanan kesehatan secara. menyeluruh 10

4.1 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan laporan manajemen ini antara lain;


1. Sebagai syarat penyelesaian tugas di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat
2. Sebagai evaluasi keberhasilan pelaksanaan program manajemen gizi buruk
di Puskesmas Pantoloan

3.1 Identifikasi Masalah


Pada laporan manajemen ini, permasalahan terkait program penanggulangan
hipertensi yang akan dibahas antara lain :
1. Menentukan Prioritas Masalah
2. Menentukan Akar Penyebab Masalah
3. Menentukan Alternatif Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi

A. Definisi

Penyakit Hipertensi atau yang lebih dikenal penyakit darah tinggi


adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang adalah ~140 mm
Hg (tekanan sistolik) dan/ atau ~90 mmHg (tekanan diastolik) ( Joint
National Committe on Prevention Detection, Evaluation, and Treatment
of High Pressure VII,2003).1
Nilai yang lebih tinggi (sistolik ) menunjukan fase darah yang
dipompa oleh jantung, nilai yang lebih rendah ( diastolik ) menunjukan
fase darah kembali ke dalam jantung.1

B. Klasifikasi Hipertensi

Pada tahun 2003, JNC -VII membuat pembagian hipertensi. kemudian


pada tahun 2017 American Heart Association membuat klasifikasi
terbaru. berikut anjuran frekuensi pemeriksaan tekanan darah
sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini4
C. Epidemiologi

Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah,


yang cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya,
terjadi pada manusia yang setengah umur (Iebih dari 40 tahun). Namun
banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal
ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya. Boedi Darmoyo
dalam penelitiannya menemukan bahwa antara 1,8% -28,6% penduduk
dewasa adalah penderita hipertensi. Prevalensi hipertensi di seluruh
dunia diperkirakan antara 15-20%. Pada usia setengah baya dan muda,
hipertensi ini lebih banyak menyerang pria daripada wanita. Pada
golongan umum 55 -64 tahun, penderita hipertensi pada pria dan wanita
sama banyak. Pada usia 65 tahun ke atas, penderita hipertensi wanita
lebih banyak daripada pria. Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa
tingginya tekanan darah berhubungan erat dengan kejadian penyakit
jantung. Sehingga, pengamatan pada populasi menunjukkan bahwa
penurunan tekanan darah dapat menurunkan terjadinya penyakit jantung.
4
D. Faktor Risiko

Faktor-faktor risiko penyakit jantung koroner sebagai akibat dari


penyakit hipertensi yang ditangani secara baik dibedakan menjadi 2
kelompok , yaitu :4

a) Faktor risiko yang tidak dapat diubah


Faktor risiko tidak dapat diubah yang antara lain umur, jenis kelamin
dan genetik. Hipertensi adalah faktor risiko yang paling sering dijumpai.
1. Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya
umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi
hipertensi di kalangan usia lanjujt cukup tinggi, yaitu sekitar 40%,
dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. Pada usia lanjut, hipertensi
terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik.
Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik sebagai bagian
tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya
hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur,
disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar,
sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah
menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah
sistolik. Penelitian yang dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta,
Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar terhadap usia
lanjut (55-85 tahun), didapatkan prevalensi hipertensi sebesar 52,5%.6
2. Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih
banyak yang menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan
rasio sekitar 2,29 untuk peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga
memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah
dibandingkan dengan wanita Namun, setelah memasuki menopause,
prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia 65
tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan
dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. Penelitian di
Indonesia prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada wanita. 6
3. Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan)
juga mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi
primer (esensial). Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-
faktor lingkungan lain, yang kemudian menyebabkan seorang menderita
hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan
garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila kedua orang
tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-
anaknya dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka
sekitar 30% akan turun ke anak-anaknya. 6

b) Faktor Risiko Yang Dapat Diubah

Faktor risiko penyakit jantung koroner yang diakibatkan perilaku tidak


sehat dari penderita hipertensi antara lain merokok, diet rendah serat,
kurang aktifitas gerak, berat badan berlebih/kegemukan, konsumsi
alkohol, Hiperlipidemia/ hiperkolesterolemia, stress dan konsumsi garam
berlebih, sangat erat berhubungan dengan hipertensi. 2

1. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang
dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu
perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam
meter (Kaplan dan Stamler, 1991). Kaitan erat antara kelebihan berat
badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi.
Berat badandan indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung dengan
tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah
penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh
lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orangorang
gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya
normal. Sedangkan, pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20 -33%
memiliki berat badan lebih (overweight). Penentuan obesitas pada orang
dewasa dapat dilakukan pengukuran berat badan ideal, pengukuran

persentase lemak tubuh dan pengukuran IMT. 2

2. Psikososial dan Stress

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa


marah,dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut
lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika
stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis. Gejala yang
muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag. Diperkirakan,
prevalensi atau kejadian hipertensi pada orang kulit hitam di Amerika
Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih disebabkan
stress atau rasa tidak puas orang kulit hitam pada nasib mereka. Stress
adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya transaksi antara
individu dengan lingkungannya yang mendorong seseorang untuk
mempersepsikan adanya perbedaan antara tuntutan situasi dan sumber
daya (biologis, psikologis, dan sosial) yang ada pada diri seseorang
(Damayanti, 2003). Peningkatan darah akan lebih besar pada individu
yang mempunyai kecenderungan stress emosional yang tinggi (Pinzon,
1999). Dalam penelitian Framingham dalam Yusida tahun 2001 bahwa
bagi wanita berusia 45-64 tahun, sejumlah faktor psikososial seperti
keadaan tegangan, ketidakcocokan perkawinan, 5

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang


dihisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri,dan mengakibatkan proses
artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi autopsi, dibuktikan
kaitan erat tekanan ekonomi, stress harian, mobilitas pekerjaan, gejala
ansietas dankemarahan terpendam didapatkan bahwa hal tersebut
berhubungan dengan pening-katan tekanan darah dan manifestasi klinik
penyakit kardiovaskuler apapun. Studi eksperimental pada laboratorium
animals telah membuktikan bahwa faktor psikologis stress merupakan
faktor lingkungan sosial yang penting dalam menyebabkan tekanan darah
tinggi, namun stress merupakan faktor risiko yang sulit diukur secara
kuantitatif, bersifat spekulatif dan ini tak mengherankan karena
pengelolaan stress dalam etikologi hipertensi pada manusia sudah
kontroversial. 5

3. Merokok

Ada keterkaitan antara kebiasaan merokok dengan adanya


artereosklerosis pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga
meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke
otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi semakin
meningkatkan risiko kerusakan pada pernbuluh darah arteri. 4

4. Olah Raga
Olah raga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan
darah dan bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang
tertentu dengan melakukan olah raga aerobik yang teratur dapat
menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat badan turun. 3

5. Konsumsi Alkohol Berlebih

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah


dibuktikan. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih
belum jelas. Namun, diduga peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan
volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan
tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara
tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa
efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol
sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya. Di negara barat seperti
Amerika, konsumsi alkohol yang berlebihanberpengaruh terhadap
terjadinya hipertensi. Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh
asupan alkohol yang berlebihan di kalangan pria separuh baya.
Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini menyebabkan hipertensi
sekunder di kelompok usia ini. 3

6. Konsumsi Garam Berlebihan


Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik
cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan
volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus hipertensi primer
(esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah dengan mengurangi
asupan garam. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram atau
kurang, ditemukan tekanan darah rata-rata rendah, sedangkan pada
masyarakat asupan garam sekitar.7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih
tinggi. 6
7. Hiperlipidemia/Hiperkolesterolemia
Kelainan metabolisme lipid (Iemak) yang ditandai dengan
peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LOL dan/atau
penurunan kadar kolesterol HOL dalam darah. Kolesterol merupakan
faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan
peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah
meningkat. 2

E. Identifikasi Tanda Dan Gejala Hipertensi

Keluhan-keluhan yang tidak spesifik pada penderita hipertensi antara


lain: 2
1. Sakit kepala
2. Gelisah
3. Jantung berdebar-debar
4. Pusing
5. Penglihatan kabur
6. Rasa sakit didada
7. Mudah lelah, dan lain-lain.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai sebagai berikut
1) Gangguan Penglihatan 2) Gangguan Saraf 3) Gangguan jantung 4)
Gangguan Fungsi Ginjal 5) Gangguan Serebral ( otak ) yang
mengakibatkan kejang dan perdarahan pembuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma. 6

Metode Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Indeks Massa Tubuh


Indeks massa tubuh (IMT) adalah hasil pembagian berat badan
dalam kilogram dengan tinggi badan kuadrat dalam meter ( BB kg / TB 2
m ). Kriteria pengelompokan Indeks massa tubuh ( IMT )

Kurang : < 18,5

Normal : 18,25 -24,9

Lebih 25 -27

Obesitas : > 27

2. Pemeriksaan Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah yang umum dilakukan menggunakan


alat tensi meter yang dipasang 1dihubungkan pada lengan pasien dalam
keadaan duduk bersandar, berdiri atau tiduran. Tekanan darah diukur
dalam posisi duduk atau berdiri, penurunan lengan dari posisi hampir
mendatar ( setinggi jantung ) ke posisi hampir vertikal dapat
menghasilkan kenaikan pembacaan dari kedua tekanan darah sistolik dan
diastolik. 5
Untuk mencegah penyimpangan baeaan sebaiknya pemeriksaan
tekanan darah dapat dilakukan setelah orang yang akan diperiksa
beristirahat 5 menit. Bila perlu dapat dilakukan dua kali pengukuran
selang waktu 5 sampai 20 menit pada sisi kanan dan kiri. Ukuran manset
dapat mempengaruhi hasil. 3
Sebaiknya lebar manset 2/3 kali panjang lengan atas. Manset
sedikitnya harus dapat melingkari 2/31engan dan bagian bawahnya harus
2 em di atas daerah lipatan lengan atas untuk meneegah kontak dengan
stetoskop. 3
Balon dipompa sampai di atas tekanan sistolik, kemudian dibuka
perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg per denyut jantung.
Tekanan sistolik dicatat pada saat terdengar bunyi yang pertama (
Korotkoff I ), sedangkan tekanan diastolik dicatat apabila bunyi tidak
terdengar lagi ( Korotkoff V ). 3

F. Tatalaksana Hipertensi
BAB III
PEMBAHASAN

Kerangka konsep pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak


menular didasari oleh kerangka dasar bloom, bahwa derajat kesehatan
dipengaruhi oleh faktor keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan
kesehatan. Kebijakan Pencegahan dan penanggulangan PTM ini ditujukan
pada penyakit-penyakit yang mempunyai faktor resiko yang sama yaitu :
jantung, stroke, hipertensi, diabetes militus, penyumbatan saluran napas
kronis.
Memacu kemandirian masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan PTM untuk nmenurunkan kejadian penyakit tidak menular
(PTM) dan meningkatkan kualitas hidup sehat masyarakat yang berada di
semua tatanan. Dengan cara menghilangkan atau mengurangi faktor resiko
PTM dan memperhatikan faktor lain yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Departemen kesehatan, melalui Pusat promosi kesehatan memfokuskan pada
:
 Meningkatkan upaya kesehatan melalui promotif dan preventif
baik Pusat maupun Propinsi dan Kabupaten.
Melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor resiko yang
utama yaitu : rokok, aktifitas fisik dan diet seimbang.
 Melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM.
Mencoba mempersiapkan strategi penanganan secara nasional
dan daerah terhadap diet, aktivitas fisik, dan rokok.
1. Input
Man
Dalam hal ini Man merupakan SDM yang bertanggung jawab atas
terlaksananya program PTM khususnya dalam hal hipertensi. Saat
ini, SDM yang bertanggung jawab atas program PTM di Puskesmas
pantoloan masih sangat kurang. Hal ini menyebabkan munculnya
kendala pada saat pelaksanaan program tersebut.
Money
Program ini tidak mengalami kendala dalam proses pendanaan
Method
Program penanggulangan hipertensi di Puskesmas Pantoloan
dikelola oleh seorang penanggungjawab yang bekerjasama dengan
dokter-dokter yang ada di puskesmas Pantoloan Adapun program
kerja yang dilakukan di Puskesmas Pantoloan terkait dengan
penanggulangan hipertensi antara lain:

a. Penemuan subjek
Penemuan subjek di puskesmas Pantoloan dilaksanakan secara
aktif dan pasif. Secara pasif, pasien ditemukan karena datang ke
puskesmas atas kemauan sendiri atau saran orang lain dan
dicurigai sebagai penderita hipertensi. Dan secara aktif pasien
ditemukan pada saat dilakukannya posyandu lansia.
b. Diagnosis
Penegakan diagnosis hipertensi di puskesmas Pantoloan
berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan saat pasien
datang berobat ke poliklinik. Yaitu dengan cara mengukur
tekanan darah menggunakan alat spygmomanometer. Jika
didapatkan tekanan darah menurut pedoman JNC VII yakni
tekanan darah sistol dan diastol 121-139 mmHg dan 81-89
mmHg di katakan pre hipertesni , untuk tekanan darah sistol
dan diastol 140-159 mmHg dan 90-99 mmHg di katakan
hipertensi stage 1 dan untuk tekanan darah sistol dan diastol >
160 mmHg dan > 100 mmHg di katakan hipertensi stage 2
c. Pengobatan
Pasien yang terjaring dan telah didiagnosis dengan hipertensi
maka akan diterapi dengan pemberian obat penurun tekanan
darah yang tersedia di Puskesmas. Pasien diedukasi tentang
jenis obat, waktu minum obat.
d. Promosi kesehatan
Promosi kesehatan tentang Hipertensi dilakukan pada saat
melakukan kegiatan kunjungan rumah pada ,posyandu lansia,
senam lansia dan Prolanis. Salah satu bentuk promosi kesehatan
yaitu dengan membagikan pamflet tentang penyakit Hipertensi
dan menjelaskannya kepada masyarakat.
e. GERMAS (Gerakan Masyarakat Sehat)
GERMAS adalah gerakan bersama yang memiliki beberapa
tujuan mulai menurunkan beban penyakit menular dan penyakit
tidak menular, baik kematian maupun kecacatan; menghindarkan
terjadinya penurunan produktivitas; menurunkan beban
pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit
dan pengeluaran kesehatan.
Material
Tidak ada kendala dalam pengadaan alat dan bahan pada program
PTM khususnya hipertensi
Machine
Tidak ada kendala dalam pendistribusian alat dan bahan dalam
menjalankan program ini, semua akomodasi dalam kegiatan program
menggunakan kendaraan operasional puskesmas pantoloan.
2. Proses
Planning
Perencanaan program telah diatur dalam Rencana Usulan
Kegiatan dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan.
Organizing

Pelaksanaan program dipipimpin langsung oleh kordinator


manajemen PTM dibantu dan oleh beberapa staff, dalam
pelaksanaannya ada beberapa kendala seperti tidak seimbangnya
jumlah petugas dan jumlah peserta sehingga hal tersebut berdampak
pada kurangnya efisiensi pelaksanaan program tersebut

Actuating

Pengunjung datang secara langsung ke Puskesmas atau berdasarkan


rujukan Posbindu/Posyandu Lansia yang tentunya telah terdiagnosa
Hipertensi setelah dilakukan pemeriksaan. Setelah dipuskesmas
pasien diperiksa kembali oleh dokter yang bertugas di Poli. Setelah
dipastikan pasien mengalami hipertensi, maka akan diberikan terapi
untuk mengontrol tekanan darah dan dilakukan konseling kepada
pasien mengenai pola hidup yang sehat.

Controlling
Dalam proses follow up, pasien disarankan untuk rutin
memeriksakan tekanan darahnya di puskesmas maupun posyandu.
Namun seiring dengan perjalanan proses pemantauan tersebut, ada
beberapa kendala yang ditemukan yaitu kurangnya kesadaran pasien
untuk memeriksakan tekanan darahnya serta kurangnya kepatuhan
dalam meminum obat serta belum tidak terbiasa untuk menjalankan
pola hidup sehat

3. Output
Output yang diharapkan dari program Manajemen PTM khususnya
hipertensi yaitu menurunnya angka kejadian hipertensi di wilayah
kerja puskesmas pantoloan. Namun, berdasarkan laporan beberapa
bulan terakhir terus terjadi peningkatan angka kejadian hipertensi.
Hal ini diduga terjadi akibat beberapa faktor seperti SDM yang
kurang memadai, ketidakpatuhan pasien untuk minum obat serta
kurangnya kesadaran untuk menjalankan pola hidup yang sehat.
BAB IV
PENUTUP

4.1.Kesimpulan
1. Dalam menjalankan kegiatan program kerja penanggulangan hipertensi
di Puskesmas Pantoloan hampir seluruh program kerja penanggulangan
hipertensi di Puskesmas Pantoloan telah dilakukan tanpa ada hambatan.
2. Permasalahan yang menjadi kendala dalam menjalankan program
penanggulangan hipertensi di Puskesmas Pantoloan adalah kepatuhan
pasien dalam menjalani pengobatan yang akan berlangsung seumur
hidupnya, kurangnya SDM dalam memonitoring pasien hipertensi, dan
tidak adanya kesadaran untuk menjalani pola hidup sehat
4.1.Saran
1. Lebih sering melakukan kegiatan penyuluhan berupa penyuluhan
perorang untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya berobat
secara rutin
2. Meningkatkan kegiatan promosi kesehatan mengenai faktor resiko
hipertensi seperti penanggulangan masalah rokok, peningkatan gizi
seimbang (diet untuk hipertensi) dan peningkatan aktivitas fisik.
3. Kegiatan penemuan pasien harus lebih sering dilakukan secara aktif
untuk menjaring pasien-pasien yang tidak terdeteksi dengan penjaringan
pasif.
4. Jumlah sumber daya manusia dalam hal ini petugas program
penanggulangan hipertensi harus ditambah agar dapat disebar ke seluruh
wilayah kerja Puskesmas Pantoloan
DAFTAR PUSTAKA

1. Kemenkes,2013 Pedoman Teknis Penemuan Dan Tatalaksan Hipertens Di


rektorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular , Republik Indonesia Jakarta

2. Kemenkes,2013 Pedoman Teknis Penyelanggaraan Pengendalian Penyakit


Tidak Menular Di Puskesmas

3. Kemenkes,2014. Pusat Data Dan Informasi , Jakarta Selatan

4. Muchid et al, 2006.Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi. Bina


Farmasi Kemenkes. Jakarta.

5. Tim Penyusun. 2017. Profil Kesehatan Puskesmas Pantoloan Tahun 2016.


Dinas Kesehtan Kota Palu.

6. Zades dkk, 2012Infuence Of Family Hypertension On Blood Pressure Serum


Cholestrol High Density Lipoprotein Cholestrol In General Population ,
Departemen Of Zoology, Rtm Nagpur Universuty Campus , India Vol 3/Issue
1/Jan – Mar 2012

Anda mungkin juga menyukai