id
Abstract
Diskusi terkait lelang jabatan mengemuka ke ranah public belakangan ini terkait dengan
kebijakan Jokowi/Ahok Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta yang berencana akan
melelang jabatan Camat dan Lurah di Ibukota Jakarta. Bagaimana kebijakan itu dilakukan
dalam rangka reformasi birokrasi untuk memperkecil praktek korupsi, kolusi dan nepotisme
sekaligus untuk melakukan rekrutmen pejabat public yang memiliki kapasitas kompetensi dan
profesionalitas yang dibutuhkan sesuai dengan standar kompetensi jabatan.
Key Word : Lelang jabatan, fit and proper test dan kebijakan public.
Pendahuluan
Istilah lelang jabatan semakin populer di tengah masyarakat, dalam beberapa waktu
belakangan ini. Terlebih ketika pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta
Jokowi/Ahok berencana melakukan lelang jabatan untuk lurah dan camat. Berbagai tanggapan
muncul, mulai dari yang mendukung, mempertanyakan sampai yang menolak kebijakan itu.
Diantara yang mendukung adalah Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi (Menpan RB) Azwar Abubakar. Menpan RB tersebut mengatakan dengan promosi
secara terbuka, kita akan mendapatkan pejabat struktural yang profesional, memiliki
kompetensi tinggi, berkinerja baik, berintegritas, dan sesuai harapan organisasi.
Sedangkan,yang mempersoalkan antara lain Anggota Fraksi Demokrat DPRD DKI Jakarta
Ahmad Husin Alaydrus yang mengatakan bahwa, pelaksanaan lelang jabatan camat dan lurah
itu tidak berpayung hukum secara benar. Bila Pemprov DKI Jakarta tetap melaksanakannya,
maka produk yang dihasilkan akan cacat hukum. “Jangan sampai tujuan memperbaiki
aparat birokrasi justru lari dari koridor aturan berlaku”. Imbuhnya.
(http://birokrasi.kompasiana.com/2013/04/11/lelang-jabatan-jokowi-melanggar-uu-549966.html )
Dari berbagai pendapat yang mengemuka di ranah public, kajian berikut ini mencoba
mengkaji bagaimana konsepsi lelang jabatan dari sudut kebijakan public, apa tujuan dan
manfaatnya serta bagaimana kendala dalam penerapannya
http://sumut.kemenag.go.id
Lelang jabatan atau sering disebut dengan istilah job tender sebenarnya bukan hal baru
dalam perspekif administrasi publik. Dalam konsep New Public Management (NPM), lelang
jabatan sudah dikenalkan dan dipraktekkan di negara-negara Barat, dengan istilah yang
berbeda-beda. Tujuannya adalah untuk memilih aparatur yang memiliki kapasitas, kompetensi
dan integritas yang memadai untuk mengisi posisi/jabatan tertentu sehingga dapat menjalankan
tugas yang lebih efektif dan efisien Lelang jabatan merupakan salah satu cara untuk
memperkecil potensi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) karena rekrutmen jabatan dilakukan
secara transparan, menggunakan indikator tertentu dan dilakukan oleh pihak yang netral dan
kompeten melakukan seleksi.
Proses lelang jabatan atau lebih tepat disebut promosi jabatan sebetulnya memiliki
dasar hukum yang sangat kuat. Dalam Undang Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah sudah diatur mengenai wewenang kepala daerah untuk menentukan
struktur Organisasi Pemerintahan Daerah (OPD) dan pengisian jabatannya. Undang Undang
Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 8 Tahun 1974
Tentang Pokok Pokok Kepegawaian juga sudah mengatur tentang persyaratan pengisian
jabatan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pada pasal 17 ayat 2 disebutkan bahwa
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan. berdasarkan
prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang
ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin,
suku, agama, ras atau golongan.
Untuk menjamin terpilihnya orang-orang yang profesional dan kompeten sesuai dengan
standar kompetensi jabatan, maka Jokowi/Ahok melakukannya dengan promosi terbuka.
Sebetulnya konsep lelang jabatan tidak jauh berbeda dengan fit and proper test. Namun
demikian, gebrakan ini cukup menyita perhatian publik, bahkan menjadi topik aktual beberapa
media massa bulan terakhir ini. Isu ini semakin menarik karena banyak orang yang kurang
memahami istilah lelang jabatan. Ada persepsi bahwa lelang jabatan sama seperti lelang atau
tender dalam proses pengadaan barang dan jasa. Bahkan ada pula menduga bahwa, lelang
jabatan akan membuka celah munculnya KKN seperti halnya dalam praktek lelang pengadaan
barang dan jasa di lingkungan pemerintahan. Padahal sejatinya lelang jabatan justru bisa
memperkecil potensi KKN karena dilakukan secara transparan, menggunakan indikator tertentu
dan dilakukan oleh assesment centre.
http://sumut.kemenag.go.id
Sejalan dengan hal tersebut diatas, Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB) telah meluncurkan program Grand Design Reformasi
Birokrasi yang dipertajam dengan rencana aksi 9 (Sembilan) Program Percepatan Reformasi
Birokrasi dan salah satu diantaranya adalah Program Sistem Promosi PNS secara terbuka.
Program ini bertujuan untuk menjamin tersedianya para pejabat struktural yang memiliki
kompetensi jabatan sesuai kompetensi dan persyaratan yang diperlukan oleh jabatan tersebut.
Untuk mencapai hal ini, perlu diadakan promosi jabatan structural berdasarkan sistem merit dan
terbuka, dengan mempertimbangkan kesinambungan karier PNS yang bersangkutan.
Untuk melakukan promosi jabatan struktural atau pengisian lowongan jabatan dilakukan
secara terbuka. Proses promosi jabatan dilakukan dengan tahapan: Pertama; pengumuman
secara terbuka kepada instansi lain dalam bentuk surat edaran melalui papan
pengumuman,dan/atau media cetak, media elektronik (termasuk media on-line/internet) sesuai
dengan anggaran yang tersedia. Setiap pegawai yang telah memenuhi syarat administratif
berupa tingkat kepangkatan dan golongan, diperbolehkan mendaftarkan diri untuk mengisi
lowongan yang tersedia Kedua, mekanisme seleksi/ penilaian kompetensi manejerial dan
kompetensi bidang (substansi tugas) Penilaian kompetensi manejerial dilakukan dengan
menggunakan metodologi psikometri, wawancara kompetensi dan analisa kasus dan
presentasi. Sedangkan penilaian kompetensi bidang dilakukan dengan metode tertulis dan
wawancara (Standar kompetensi Bidang disusun dan ditetapkan oleh masing-masing instansi
sesuai kebutuhan jabatan dan dapat dibantu oleh assessor. Ketiga, Panitia Seleksi
mengumumkan hasil dari setiap tahap seleksi secara terbuka melalui papan pengumuman,
dan/atau media cetak, media elektronik (termasuk media online/internet).
tersedia. Penilaian akan dilakukan oleh tim penyeleksi yang keputusannya ditentukan oleh
Walikota. Sedangkan pelaksanaan fit and prover test dilakukan tim dari Universitas Udayana
Denpasar. Hasil dari fit and prover test akan diberikan kepada Bupati untuk proses selanjutnya.
Sisi positif dari kebijakan ini diharapkan membawa dampak sebagai berikut; Pertama;
mendapatkan outcome yang positif yaitu terangkatnya PNS yang memiliki kompetensi dan
profesionalitas yang memadai sesuai dengan jabatannya sekaligus memiliki hati nurani yang
bersih atau paling tidak memiliki rekam jejak yang baik. Kita masih percaya masih ada PNS
yang memiliki jiwa pengabdian dan ketulusan kepada bangsa dan Negara ini. Menteri PAN dan
RB, Azwar Abubakar mengakui, melalui promosi secara terbuka, kita akan mendapatkan
pejabat struktural yang profesional, memiliki kompetensi tinggi, berkinerja baik, berintegritas,
dan sesuai harapan organisasi. ”Dengan kata lain kita akan mendapatkan pejabat struktural
terbaik diantara yang baik,” ujarnya pada acara ”Dialog Kebangsaan” di RRI Jakarta Rabu,
(27/02) (http://www.menpan.go.id/berita-terkini/928-lelang-jabatan-siapa-takut)
Kedua, dengan adanya fit and proper test persaingan positif akan terbuka. Ada logika
yang mengatakan bahwa tidak ada kualitas yang lahir tanpa sebuah persaingan. Tentu dengan
adanya persaingan mendorong semangat bagi peningkatan kualitas, kinerja dan disiplin PNS.
Selama ini PNS yang duduk dalam jabatan tertentu masih banyak yang belum teruji
kualitasnya. Disamping itu budaya birokrasi kita masih mengindikasikan adanya keterkaitan
emosional dan ekonomis tertentu dalam mendudukkan seseorang dalam jabatan. Keterkaitan
emosional seperti adanya kedekatan secara kekerabatan, organisasi kemasyarakatan maupun
organisasi kemahasiswaan sehingga seseorang mendapat kesempatan untuk dipromosikan
dalam jabatan. Keterkaitan secara ekonomis terkait dengan jual beli jabatan untuk
mendapatkan keuntungan ekonomi dan politik tertentu.
http://sumut.kemenag.go.id
Ketiga, bagi pejabat Pembina kepegawaian dan pejabat eselon I, II yang berwewenang
dalam member mandat bagi PNS dalam jabatan tertentu, lelang jabatan dapat bermanfaat
untuk menghindarkan diri dari intervensi berbagai fihak yang berusaha menempatkan
“orangnya” dalam jabatan strategis di lingkungan masing-masing. Jabatan politik dan kepartaian
saat ini memiliki bargaining position untuk mempengaruhi keputusan pejabat public, karena
memang atasan pejabat public secara structural adalah pejabat politik (menteri, gubernur dan
seterusnya)
Kelima, bagi masyarakat, ini adalah kesempatan terbaik untuk membuktikan apakah
kinerja pelayanan publik akan semakin baik? Secara teori tentu iya, namun apakah
kenyataannya akan berbanding lurus dengan konsep teoritisnya. Tentu peran aktif masyarakat
juga menjadi faktor penting bagi peningkatan kualitas pelayanan publik. Untuk itu, mestinya hal
ini juga dibarengi dengan upaya pengawasan masyarakat yang jauh lebih intens agar pejabat
yang telah diseleksi lebih fokus pada kerja pelayanan masyarakat.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan proses assessment tidak berhasil,
antara lain. Pertama, mekanisme seleksi pastilah memakan waktu yang relative lama dan biaya
yang besar. Proses seleksi pastilah melibatkan berbagai lembaga terkait seperti Badan
Kepegawaian Negara, Kemenpan dan RB dan Perguruan tinggi. Disamping proses seleksi
tentu harus melewati prosedur standar bagi setiap daerah, ini menyebabkan proses asssesmen
berjalan relative lama. Lain lagi kalau kita hitung biaya penyelenggaraannya. Mengingat jabatan
eselon di setiap level itu sangat banyak, mulai jabatan eselon I, II, II dan IV yang kosong akibat
mutasi atau pensiun setiap bulannya pastilah biayanya juga besar.
Kedua, mekanisme seleksi juga tidak menjamin hasilnya baik, mengingat pengalaman
bernegara kita ada saja oknum-oknum yang diberi kepercayaan tertentu kurang amanah.
http://sumut.kemenag.go.id
Assessor Centre bisa saja tidak memberi nilai secara objektif karena ada kepentingan tertentu,
baik kepentingan diri sendiri maupun kepentingan orang lain secara tidak sah. Budaya birokrasi
kita belum menunjukkan perubahan perilaku yang berintegritas dan layak dipercaya.
Kesimpulan
Lelang jabatan adalah bentuk dari promosi jabatan yang dilakukan secara transparan
dan selektif. Transparan karena dilakukan secara terbuka dan setiap orang yang memiliki syarat
administratif berupa tingkat kepangkatan dan golongan, diperbolehkan mendaftarkan diri untuk
mengisi lowongan yang tersedia. Selektif karena proses pelaksanaannya dilakukan uji
kompetensi ataupun fit and proper test. Lelang jabatan memiliki nilai fositif dalam rangka
reformasi birokrasi yaitu untuk merekrut ataupun menempatkan pejabat eselon yang memiliki
kompetensi dan profesionalitas yang memadai. Namun disisi lain kita berharap bahwa
assesmen centre dapat bekerja secara professional. Sebab kalau tidak assesment centre dapat
memperpanjang jalur birokrasi sekalugus memperluas kesempatan untuk melakukan KKN
Daftar Pustaka
1. Prof. Dr. Yeremias T. Keban, SU, MURP, Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Penerbit
Gaya Media, 2008
2. Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 8
Tahun 1974 Tentang Pokok Pokok Kepegawaian
3. http://birokrasi.kompasiana.com/2013/04/11/lelang-jabatan-jokowi-melanggar-uu-549966.html
4. http://www.tempo.co/read/news/2013/03/05/214465118/Lelang-Jabatan-Akan-Dimulai-April-2013
5. http://www.beritasatu.com/megapolitan/97230-akan-ada-pusat-penilaian-untuk-lelang-
jabatan.html
6. http://www.menpan.go.id/berita-terkini/928-lelang-jabatan-siapa-takut
7. http://www.tenderindonesia.com/tender_home/innerNews2.php?id=18955&cat=CT0023
8. http://samarinda.lan.go.id/promosi_terbuka_jabatan_struktural_150.htm