Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan hasil survei World Health Organization (WHO) pada tahun
2010 tentang prevalensi insufisiensi aktivitas fisik global, didapatkan 23% orang
dengan usia di atas 18 tahun ternyata kurang aktif beraktivitas (20% pada pria dan
27% pada wanita). Perkiraan kasar WHO (crude estimate) menunjukkan sekitar
22,8% penduduk Indonesia kurang beraktivitas fisik (24,4% pada pria dan 21,1%
pada wanita).1 Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan
hampir separuh proporsi penduduk kelompok umur ≥10 tahun dengan perilaku
sedentari 3 ̶ 5,9 jam (42%), sedangkan sedentari ≥6 jam per hari meliputi hampir
satu dari empat penduduk. Di Kalimantan Tengah, proporsi penduduk yang
kurang aktif adalah 25,3% dengan perilaku sedentari 3 – 5,9 jam per hari sebesar
42,3% dan perilaku sedentari ≥6 jam per hari sebesar 13,9%.2 European Society of
Cardiology (ESC) Guidelines merekomendasikan agar orang dewasa untuk semua
usia dapat menyisakan 2,5 ̶ 5 jam per minggu untuk beraktivitas fisik atau latihan
aerobik dengan intesitas sedang, atau 1 ̶ 2,5 jam per minggu untuk latihan fisik
dengan intensitas berat. Aktivitas fisik kurang dari 600 MET/menit/minggu
merupakan penyebab dari 17% kematian kardiovaskular di Argentina pada tahun
2010. Aktivitas fisik kurang dari 600 MET/menit/minggu merupakan penyebab
20% kematian akibat penyakit jantung iskemik dan 13% kematian akibat stroke.3
Center for Disease Control and Prevention (CDC) dan The American
College of Sports Medicine (ASCM) mengklasifikasikan intensitas olahraga
menjadi lima macam, yaitu sangat ringan, ringan sedang, berat, dan sangat berat.4
Sebagai salah satu bentuk latihan aerobik, jogging merupakan pilihan yang cukup
diminati saat ini. Selain karena persiapan dan perlengkapannya yang minimalis,
hasil yang didapatkan juga maksimal. Jogging pada intensitas 40-55% dari denyut
jantung maksimal (maximum heart rate atau MHR) lebih efektif dalam membakar
lemak. Pada orang yang jogging dengan 40% MHR akan membakar 400 kalori,
70% berasal dari lemak dan sisanya karbohidrat.5 Studi yang dilakukan oleh Unit

1
2

Penelitian Epidemiologi Bispebjerg University Hospital di Copenhagen dengan


periode follow-up selama 35 tahun menunjukkan bahwa jogging meningkatkan
usia survival sebesar 6,2 tahun pada pria dan 5,6 tahun pada wanita yang
melakukan jogging secara aktif.6
Akhir-akhir ini, sebagai usaha tambahan dalam menurunkan berat badan,
orang-orang yang melakukan jogging (jogger) melapisi diri mereka dengan
pakaian berbahan kain parasut. Salah satu pakaian yang dimaksud adalah jaket
parasut yang termasuk dalam running jacket. Tujuannya adalah untuk mencegah
hilangnya panas yang dihasilkan tubuh secara cepat sehingga jumlah keringat
yang dihasilkan lebih banyak. Hal ini menyebabkan peningkatan suhu tubuh yang
berujung pada perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Berbeda
dengan tubuh atlet yang telah mengalami aklimatisasi, tubuh orang-orang yang
tidak rutin berolahraga akan mengalami masalah keseimbangan cairan dan
elektrolit.7
Berkeringat merupakan proses fisiologis normal dalam menjaga
homeostasis cairan tubuh. Keringat adalah cairan hipotonik yang berisi natrium
dan klorida, serta kalium pada orang yang berkeringat berlebihan. Kalium
merupakan kation intrasel terbanyak (98% kalium total dalam tubuh). Konsentrasi
kalium intrasel berada pada kisaran 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel
berkisar antara 4 ̶ 5 mEq/L (sekitar 2% kalium total). Gangguan keseimbangan
kalium dibagi menjadi dua, yaitu hipokalemia (<3,5 mEq/L) dan hiperkalemia
(>5,3 mEq/L). Kekurangan ion kalium dapat menyebabkan denyut jantung
melambat. Peningkatan kalium 3-4 mEq/L dapat menyebabkan aritmia dan pada
konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat menyebabkan fibrilasi atrium.8
Latihan aerobik dengan intensitas sedang, seperti jogging akan memicu
sekresi keringat sebagai respon fisiologis tubuh. Penggunaan jaket parasut saat
jogging yang menjadi trend belakangan ini dapat mempengaruhi konsentrasi
elektrolit dalam darah, salah satunya konsentrasi kalium. Oleh karena itu, perlu
dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan jaket parasut
pada latihan aerobik intensitas sedang (jogging) terhadap konsentrasi kalium
serum pada mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya.
3

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana konsentrasi kalium serum sebelum melakukan latihan aerobik
intensitas sedang menggunakan jaket parasut pada mahasiswa laki-laki
Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya?
b. Bagaimana konsentrasi kalium serum setelah melakukan latihan aerobik
intensitas sedang menggunakan jaket parasut pada mahasiswa laki-laki
Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya?
c. Bagaimana pengaruh penggunaan jaket parasut pada latihan aerobik
intensitas sedang terhadap konsentrasi kalium serum pada mahasiswa laki-
laki Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan konsentrasi kalium
serum pada latihan aerobik intensitas sedang menggunakan jaket parasut.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsentrasi kalium serum sebelum melakukan latihan aerobik
intensitas sedang menggunakan jaket parasut pada mahasiswa laki-laki
Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya.
b. Mengetahui konsentrasi kalium serum setelah melakukan latihan aerobik
intensitas sedang menggunakan jaket parasut pada mahasiswa laki-laki
Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya.
c. Menganalisis pengaruh penggunaan jaket parasut pada latihan aerobik
intensitas sedang terhadap konsentrasi kalium serum pada mahasiswa laki-
laki Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Ilmiah
Penelitian ini dapat memberikan informasi bahwa penggunaan jaket
parasut pada latihan aerobik intensitas sedang dapat menyebabkan perubahan
konsentrasi kalium serum.
4

1.4.2 Manfaat Praktis


Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi baru dan bahan pustaka
tambahan bagi instansi terkait dan masyarakat bahwa jaket parasut aman atau
tidak jika digunakan pada latihan aerobik intensitas sedang (misalnya pada
jogging).

Anda mungkin juga menyukai