Anda di halaman 1dari 19

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN


TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Oleh:
WAHYU HUTRIA 16138157

Dosen:
Prof. Dr. Niswardi Jalinus, M.Ed.
Dr. Suartin, MT.

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2017

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 0


1. Keterkaitan antara kurikulum yang dimiliki oleh suatu sekolah dengan
proses pembelajaran yang seharusnya diselenggarakan adalah
Jawab :
Penjelasan hubungan antara kurikulum dan pembelajaran akan
memberikan membawa konsekuensi langsung pada perbedaan pengertian
antara perencanaan kurikulum dan perencanaan pembelajaran. Finch &
Crunkilton (1984 : 11) menggambarkan hubungan keduanya sebagai berikut :
Gambar 2 :
Possible Shared and Unique Aspects of Instructional Development
and Curriculum Development

Dari gambar di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : Jikalau ada


seorang guru merumuskan tujuan untuk mata pelajaran yang diampunya,
maka kegiatan tersebut diklasifikasikan sebagai pengembangan pembelajaran.
Di lain pihak apabila ada sekelompok guru yang merumuskan tujuan untuk
digunakan pada mata pelajaran dia sendiri atau bahkan untuk mata pelajaran -
mata pelajaran yang lainnya, maka kegiatan tesebut dinamakan kegiatan
pengembangan kurikulum.
Kurikulum merupakan komponen yang sangat penting bagi
berlangsungnya pendidikan. Kurikulum memuat komponen-komponen
seperti tujuan, isi, struktur program, organisasi dan proses belajar mengajar.

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 1


Sangat berkaitan dan saling berkaitan, karena kurikulum yang telah
dibuat merupakan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang
diselenggarakan di sekolah. Kaitan antara kurikulum dan pembelajaran
tergantung pada pelaksanaan di lapangan. Kurikulum dapat di katakan
sebagai pedoman bagi proses pembelajaran apabila dalam pelaksanaan
pembelajaran para pengajar benar-benar mengikuti haluan yang diinginkan
oleh kurikulum. Begitu juga sebaliknya, pembelajaran bisa memberikan
masukan pada penyempurnaan kurikulum yang selanjutnya apabila proses
evaluasi benar-benar berjalan dengan baik.
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak
terpisahkan, meski berada pada posisi yang berbeda. Artinya, pembelajaran
tanpa kurikulum sebagai rencana tidak akan efektif, atau bahkan bisa keluar
dari tujuan yang telah dirumuskan. Kurikulum tanpa pembelajaran, maka
kurikulum tersebut tidak akan berguna. Salah satu fungsi kurikulum ialah
sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang pada dasarnya kurikulum
memiliki komponen pokok dan komponen penunjang yang saling berkaitan
dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut.
Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang saling
berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu
komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Selain itu, Olivia menyatakan bahwa kurikulum berkaitan dengan apa


yang harus diajarkan, sedangkan pengajaran mengacu pada bagaimana cara
mengajarkannya. Walaupun antara pembelajaran dengan pengajaran dalam
hal ini memiliki perbedaan, namun keduanya memiliki kesamaan tolak ukur
dalam kasus ini, yaitu bagaimana mengajarkan. Hanya saja pengajaran lebih
terpusat pada guru sebagai pengajar, sedangkan pembelarajaran menekankan
pada penciptaan proses belajar antara pengajar dengan pelajar agar terjadi
aktivitas belajar dalam diri pelajar.

Belajar sebagai kegiatan inti dari pembelajaran memiliki arti modifikasi


atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Yang perlu digaris bawahi

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 2


pada kalimat tersebut adalah memperteguh kelakuan melalui pengalaman, ini
membuktikan bahwa belajar sebagai kegiatan inti pembelajaran dipengaruhi
oleh kurikulum yang notabenenya merupakan rancangan pengalaman belajar.

Persoalan yang timbul selanjutnya adalah bagaimana menyusun


kurikulum untuk kepentingan pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan
optimal. Hal ini berbenturan dengan fakta bahwa kurikulum telah dirancang
secara standar (standarized curriculum). Ini berarti bahwa kurikulum yang
sama digunakan digunakan pada setiap sekolah yang notabenenya masing-
masing sekolah tersebut memiliki masalah pelaksanaan pembelajaran yang
berbeda. Maka dari itu diperlukan pengembangan seperlunya yang
disesuaikan dengan kondisi disekolah. Hal ini bisa kita lihat pada perincian
RPP.

Dalam suatu pembelajaran tentunya kurikulum menjadi suatu hal yang


sangat penting dalam proses pembelajaran. Seharusnya di dalam penyusunan
kurikulum harus memperhatikan beberapa hal yang sangat penting beberapa
diantaranya perkembangan peserta didik, kemajuan IPTEK, kebutuhan dalam
masyarakat, sarana dan prasarana sekolah, dan sebagainya, yang mana hal
tersebut akan sangat memberikan pengaruh terhadap jalannya proses
pembelajaran yang nantiya juga akan juga berpengaruh kepada hasil yang di
peroleh siswa.

Sehingga dapat disimpulkan untuk mendapatkan proses pembelajaran


yang baik dan berimbas pada hasil yang diperoleh peserta didik maka
penyusunan kurikulumnya pun harus diperhatikan dengan baik pula, karena
kurikulum sebagai pedoman di dalam proses pembelajaran di sekolah,
kurikulumlah yang mengatur guru, siswa, kepala sekolah dan semua
pemangku kepentingan dalam pendidikan. Sehingga jalannya proses
pembelajaran tersebut berjalan secara terencana dan mengarah pada suatu
pencapaian yang maksimal sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang
telah ditetapkan pemerintah.

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 3


2. Isi dan maksud empat landasan dalam mengembangkan kurikulum,
yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis dan
landasan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah
Jawab :
1) Landasan Filosofis
Setiap manusia atau kelompok masyarakat secara filosofis memiliki
pandangan hidup yang berbeda sesuai dengan nilai-nilai yang dianut dan
dianggapnya baik.
Ada empat fungsi filsafat dalam pengembangan kurikulum adalah:
a. Pertama, filsafat dapat menentukan tujuan pendidikan. Tujuan
pendidikan hendaknya mencerminkan sistem nilai (value system)
yang dianut oleh masyarakat seperti yang dikatakan Sanjaya (2010:
44) ”Kurikulum pada hakikatnya berfungsi untuk mempersiapkan
anggota masyarakat yang dapat mempertahankan, mengembangkan,
dan dapat hidup dalam sistem nilai masyarakatnya
sendiri…….”.Tujuan pendidikan harus mencakup tiga hal yaitu:
autonomy, artinya memberikan kesadaran, pengetahuan, dan
kemampuan kepada individu dan masyarakat agar mereka dapat
menciptakan kehidupan yang lebih baik dan mandiri secara pribadi
maupun bermasyarakat. Equity, artinya memberikan kesamaan
pendidikan dasar yang memungkinkan seluruh warga negara
berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi dan budaya. Survival, artinya
pendidikan tidak hanya memberikan kesempatan bagi setiap bangsa
untuk melestarikan dan mewariskan budayanya kepada generasi
berikutnya tetapi juga memberikan pemahaman akan saling
ketergantungan antara manusia.
b. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau materi ajar yang akan
diberikan kepada peserta didik sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai.

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 4


c. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian
tujuan. Filsafat dapat dijadikan pedoman dalam merancang kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan sistem nilai masyarakat.
d. Keempat, melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan
tolak ukur keberhasilan proses pendidikan baik dalam bidang
pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
2) Landasan Psikologis
Secara psikologis, setiap manusia memiliki keunikan dan perbedaan
baik dalam segi minat, bakat, maupun potensi lainnya. Untuk itu,
pengembang kurikulum perlu memiliki pengetahuan baik tentang
psikologi perkembangan manusia atau individu maupun tentang psikologi
belajar.
a. Psikologi Perkembangan Manusia atau Individu
Secara garis besar Piaget membagi perkembangan intelektual
(kognitif) setiap individu kedalam empat fase, yakni fase sensori motor,
fase praoperasional, fase operasional konkret, dan fase operasional
formal.
 Fase sensorimotor (0 sampai 2 tahun)
Anak sejak lahir sampai dengan 0,5 tahun memahami objek
sekitarnya melalui sensori dan aktivitas motoriknya karena bulan
bulan pertama anak belum mampu bergerak dalam ruangan maka
anak mendapatkan pengalaman dari tubuh dan inderanya.
Kemampuan berbahasa pada fase ini belum muncul, interaksi
dengan lingkungan dilakukan melaui gerakan gerakan. Segala yang
dilakukan anak dengan gerakan adalah eksperimennya terhadap
lingkungan. Diperkirakan dengan semakin banyaknya pengalaman
anak yang diperolehnya dari eksperimen terhadap lingkungan,
maka akan semakin baik pula perkembangan intelektual anak
tersebut.

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 5


 Fase preoperasional (2 sampai 7 tahun)
Fase ini terbagi menjadi dua, yaitu sub tahap simbolis (2
sampai 4 tahun) dimana proses berpikir anak berpusat pada
penguasaan simbol simbol seperti bahasa dan gambar, dan sub
tahap intuitif (4 sampai 7 tahun) dimana anak menggunakan
penalaran primitif dan ingin tahu jawaban atas semuanya. Pada fase
ini, kemampuan anak untuk berbahasa sudah mulai berkembang.
Melaui pengalamannya anak dapat mengenal dan memberikan
objek dengan nama nama sesuai dengan gagasan yang dibuatnya
dalam otak. Anak dalam fase ini cenderung bersifat egocentric
artinya menganggap bahwa cara pandang orang lain sama dengan
dirinya.
 Fase operasional konkrit (7 sampai 11 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mampu menentukan urutan objek,
memahami hubungan hubungan logis, mengklasifikasi satu set
objek, mampu memecahkan masalah secara konkrit, conservation
atau pengekalan kuantitas suatu objek, dan mampu menerima sudut
pandang orang lain walaupun pendapat itu dianggapnya salah.
Kemampuan anak masih terbatas pada hal hal yang konkret dan
anak akan mengalami kesulitan memecahkan masalah tanpa
pengalaman langsung dengan objek konkret.
 Fase operasional formal (11 sampai 14 tahun ke atas)
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir tentang hal hal
yang abstrak, misalnya menjumlahkan angka dalam benaknya. Pola
pikir anak sudah sistematik dan meliputi proses proses yang
kompleks. Aktivitas proses berpikir pada fase ini mulai menyerupai
cara berpikir orang dewasa karena kemampuannya yang sudah
berkembang pada hal hal yang abstrak.
Baik tujuan maupun isi kurikulum harus mempertimbangkan
taraf perkembangan anak agar dapat berfungsi secara efektif.

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 6


b. Psikologi Belajar
Pengembangan kurikulum tidak terlepas dari teori belajar. Banyak
teori belajar yang mengatakan bahwa belajar adalah proses perubahan
tingkah laku. Namun demikian, teori tersebut berpangkal pada teori
tentang hakikat manusia. John Locke dan Leibnitz memiliki pandangan
yang berbeda tentang hakikat manusia.
Menurut Locke, manusia adalah organisme yang pasif. Manusia
serupa kertas putih yang kosong, hendak ditulisi apa kertas tersebut
tergantung kepada orang yang menulisnya. Dari pandangan Locke ini
lahirlah paham behavioristik elementeristik. Menurut aliran
behavioristik:
 belajar merupakan fenomena perilaku yang dapat diobservasi.
 belajar sebagai pembentukan atau perubahan tingkah laku yang
terutama disebabkan oleh faktor eksternal (stimulus)
 belajar terjadi karena adanya hubungan antara stimulus dan respon.
Teori ini juga kerap dikenal dengan teori Stimulus Respons
Sedangkan menurut Leibnits, manusia adalah organisme yang
aktif. Manusia bebas berbuat dan bebas melakukan pilihan dalam suatu
situasi. Titik pusat kebebasan adalah kesadarannya sendiri. Pandangan
hakikat manusia menurut Leibnits melahirkan aliran belajar kognitif
wholistik.
Pandangan kognitif menganggap belajar sebagai proses aktif
dimana peserta didik bukan hanya menerima pengetahuan tetapi juga
menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki untuk memecahkan
masalah dan mencapai wawasan baru. Menurut pandangan kognitif, hal
yang paling penting adalah pengetahuan karena pengetahuan
merupakan modal awal dalam pembelajaran dan membimbing ke proses
belajar berikutnya. Dengan pengetahuan dasar yang baik maka proses
belajar dan mengingat akan lebih mudah. Belajar merupakan kegiatan
mental yang tidak dapat dilihat tetapi merupakan penggerak utama
dalam perubahan tingkah laku.

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 7


Adanya perbedaan pendapat tentang teori belajar dapat memberi
masukan bagi pengembang kurikulum dalam mengembangkan
kurikulum yang efektif.
3) Landasan Sosiologis
Sekolah diharapkan dapat mendidik siswa agar siap berperan aktif
dalam masyarakat. Dengan kata lain, sekolah harus memberikan
pengalaman belajar yang bermafaat bagi siswa dalam kehidupannya
bermasyarakat. Untuk mencapai tujuan itu, tentu saja kita kembali kepada
kurikulum yang menjadi pedoman dalam proses pendidikan di sekolah.
Sesuai dengan prinsip relevansi, kurikulum harus mampu menjawab
tuntutan atau kebutuhan masyarakat.
Dalam proses pengembangan dan penyusunan kurikulum yang
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat inilah perlu dipertimbangkan
berbagai hal yang berkaitan dengan asas sosiologis maksudnya adalah
kekuatan sosial yang dapat mempengaruhi kurikulum.
Masyarakat bersifat dinamis yaitu selalu mengalami pergerakan dan
perkembangan kompleks yang berdampak pada perubahan pada sistem
nilai, pola kehidupan, struktur sosial, kebutuhan, dan tuntutan masyarakat.
Karena hal hal tersebut, muncul berbagai tuntutan terhadap
penyelenggaraan dann praktik pendidikan. Tuntutan dan masukan yang
berbeda dari berbagai golongan masyarakat memberikan kesulitan bagi
pengembang kurikulum dalam menyusun kurikulum yang menjawab
semua tuntutan tersebut. Dalam konteks ini, pengembang kurikulum perlu
menjalankan peran kritis dan evaluatifnya dalam menentukan muatan
kurikulum yang dianggap layak untuk dipelajari oleh peserta didik.
Dalam konteks dasar sosiologis, hal hal di atas merupakan hal hal
yang sangat penting untuk dipahami oleh pengembang kurikulum.
4) Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kemajuan IPTEK sebagai bahan pertimbangan penyusunan
kurikulum. Hal penting yang perlu diperhatikan dan diantisipasi oleh para
pengembang kurikulum sehubungan dengan perubahan yang terjadi di

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 8


masyarakat adalah mengenai perubahan pola hidup dan perubahan sosial
politik.
Perubahan pola hidup dapat dilihat dari perbedaan pola kerja, pola
hidup yang bergantung pada hasil hasil teknologi, pola hidup dalam sistem
perekonomian baru. Kondisi seperti ini memiliki konsekuensi terhadap
cara dan strategi pengajaran yang dipersiapkan oleh lembaga pendidikan.
Kurikulum didesain agar mampu membentuk manusia yang produktif,
tidak gagap teknologi, dan memperkenalkan peserta didik pada fenomena
fenomena baru yang akan ditemukannya di lingkungan.
Kehidupan sosial politik Indonesia yang pada masa Orde Baru
berkembang pada pola yang kaku dan bersifat linier berdampak pada
sistem pendidikan yang sentralistis dan dibawah pengaruh penguasa.
Kurikulum kurang berperan sebagai alat pembebasan pendapat dan
pencerahan karena digunakan untuk membentuk manusia yang memiliki
pola pikir yang seragam dan tunduk dan patuh terhadap kekuasaan.
Dengan munculnya era reformasi, kurikulum dirancang untuk
menciptakan manusia yang kritis dan demokratis. Dikeluarkanlah Undang
Undang No 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan tentang
Perimbangan Pembagian Keuangan. Undang Undang ini memberi
kewenangan seluruh urusan pemerintahan termasuk bidang pendidikan dan
kebudayaan yang semula berada pada pemerintah pusat kepada
pemerintahan daerah.
Sehubungan dengan hal itu maka pengembang kurikulum dalam
melaksanakan tugasnya harus melakukan hal hal sebagai berikut:
a. mempelajari dan memahami kebutuhan masyarakat seperti yang
dirumuskan dalam undang undang, keputusan pemerintah, peraturan
peraturan daerah, dan lain sebagainya.
b. menganalisis budaya masyarakat tempat sekolah berada,
c. menganalisis kekuatan serta potensi daerah, dan
d. menganalisis syarat dan tuntutan tenaga kerja.

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 9


Dalam konteks dasar iptek, hal hal di atas merupakan hal hal yang
sangat penting untuk dipahami oleh pengembang kurikulum.

3. Karakteristik dasar dari kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan


adalah orientasi, justifikasi dan fokus. Pengertian dan ruang lingkup
dari masing-masing karakteristik tersebut adalah
Jawab:
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan merupakan sistem yang tidak
terpisahkan dari sistem pendidikan secara menyeluruh. Meskipun demikian,
kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan memiliki karakteristik dan
kekhususan tersendiri yang membedakannya dengan sub sistem pendidikan
yang lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi, dan
tujuan pendidikannya saja, tetapi terlihat dari aspek lainnya yang berkaitan
dengan aspek perencanaan kurikulum . Karakteristik – karakteristik dasar dari
kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan. Walaupun pendidikan teknik
dan kejuruan termasuk di dalam kerangka pendidikan secara menyeluruh,
namun kurikulum tersebut memiliki karakteristik yang membedakannya
dengan yang lain. Karakteristik itu adalah sebagai berikut :

1) Orientasi
Kurikulum teknik dan kejuruan berorientasi pada produk/ lulusan/
tamatan. Walaupun fokus utama dari pendidikan kejuruan adalah untuk
memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk mencapai pemasukan
kurikulum, hasil utama adalah mencapai lebih jauh dibandingkan proses
pendidikan itu sendiri.
Keberhasilan utama dari kurikulum pendidikan teknologi dan
kejuruan, bukan saja diukur dari pencapaian hasil belajar berupa
kelulusan, tetapi pada kemampuan para lulusan kelak di dunia kerja.
Asumsi tersebut dilandasi oleh pemikiran bahwa sifat pendidikan
kejuruan yang merupakan pendidikan untuk penyiapan tenaga kerja, Jadi,
kurikulum ruang lingkupnya tersebut berorientasi pada proses

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 10


(pengalaman dan kegiatan di dalam sekolah) dan produk/ hasil (efek dari
pengalaman dan kegiatan dalam bentuk siswa).
2) Justifikasi
Kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan didasarkan pada
identifikasi kebutuhan berbagai jenis pekerjaan yang ada di lapangan.
Inilah yang menjadi alasan mengapa pendidikan teknologi dan kejuruan
perlu ”diselenggarakan”. Justifikasi / alasan keberadaan pendidikan
teknologi dan kejuruan didasari oleh asumsi adanya kebutuhan tenaga
kerja di lapangan. Oleh karena itu, yang dimaksud justifikasi di sini
adalah justifikasi untuk eksistensi. Pendidikan teknologi kejuruan ”tidak
layak ada” jika di lapangan tidak dibutuhkan tenaga kerja yang akan
dididik di sekolah tersebut. Kurikulum teknik dan kejuruan adalah
berdasarkan identifikasi pekerjaan yang dibutuhkan dalam wilayah
tertentu. Kebutuhan ini bukan merupakan perasaan yang umum; dia
mengklarifikasi pertanyaan mengenai tuntutan pekerja dalam pekerjaan
yang dipilih atau lapangan pekerjaan. Jadi, justifikasi kurikulum, melebar
dari ruang lingkup sekolah ke dalam sebuah komunitas. Sebagaimana
kurikulum berorientasi pada siswa, dukungan untuk kurikulum
memberikan kesempatan pekerjaan bagi mereka yang telah
menyelesaikan sekolah.
3) Fokus
Fokus kurikulum pendidikan teknik dan kejuruan tidak terbatas
pada pengembangan pengetahuan dalam area tertentu. Dia lebih
berkaitan dengan membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan,
keahlian, sikap, dan nilai yang berkontribusi dalam sikap siswa yang
mampu bekerja. Kurikulum kejuruan dan teknik juga terfokus pada mata
pelajaran terpadu seperti matematika, keahlian berkomunikasi, dan ilmu
alam yang diterapkan dalam pembelajaran kejuruan dan teknik. Fokus
kurikulum pendidikan teknologi dan kejuruan tidak hanya pada aspek
skill /psikomotorik seperti yang dipahami sebagian masyarakat, akan
tetapi kurikulum membantu siswa untuk mengembangkan diri dalam

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 11


seluruh aspek yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang
tujuan akhirnya untuk memberikan kontribusi untuk keberhasilan sebagai
”pekerja” atau dengan kata lain siswa dididik untuk memiliki
kemampuan yang komprehensif dan simultan sehingga mampu menjadi
pekerja yang ”produktif”. Mengembangkan salah aspek saja bertentangan
dengan hakikat anak didik sebagai suatu totalitas pribadi. Jadi, ruang
lingkup kurikulum berorientasi pada pengembangan pemahaman dan
pengetahuan siswa.

4. Model pengembangan kurikulum menurut Finch (1984) ada empat


yaitu, akademik; eksperimen; teknik; dan prakmatis. Jelaskan prinsip
pengembangan kurikulum menurut masing-masing model ini, dan
jelaskan model mana yang akan dipilih jika diminta untuk
mengembangkan kurikulum di sekolah
Jawab :
Model Desain Pengembangan Kurikulum di Pendidikan Teknologi
Kejuruan, Gay dalam Finch (1984) mengemukakan ada empat model desain
dalam proses perencanaan kurikulum yaitu academic model, experiential
model, pragmatic model, dan technical model.
a. Academic Model / Theoretical Model : Model akademik memanfaatkan
logika ilmiah sebagai basis dalam penetapan kurikulum. Kurikulum
dikembangkan berdasarkan pendekatan struktur yang sesuai dengan
disiplin ilmu atau disiplin ilmu untuk membentuk isi kurikulum. Model
ini cocok untuk para calon-calon profesional dalam suatu bidang tertentu.
b. Experiential Model : berorientasi pada ”learned centered and activity-
oriented” person and process oriented. Model ini cocok untuk
pengembangan individu/guru
c. Pragmatic Model : memandang perencanaan kurikulum selalu dikaitkan
dengan konteks lokal/ daerah. Kondisi sosial –politik mendominasi
kegiatan perencanaan kurikulum, dimana proses perencanaan kurikulum
harus disesuaikan dengan kondisi lokal tidak boleh keluar dari ”school

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 12


setting”. Model ini cocok relevan untuk diterapkan dalam konteks
pelatihan bisnis atau industri.
d. Technical Model : dalam model ini pembelajaran dipandang sebagai suatu
”sistem”. ”Sistem” dapat dipahami terdiri dari bagian-bagian yang saling
berhubungan. Sebuah sistem akan efektif dan efisien apabila dikontrol
dengan manajemen yang bagus. Dalam model ini, komponen-komponen
seperti analisis kebutuhan, perumusan tujuan yang spesifik, pemilihan
materi, metode, dan penetapan evaluasi merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan satu sama lain.
Model mana yang akan dipilih jika diminta untuk mengembangkan
kurikulum di sekolah adalah “Technical Model” Model ini cocok diterapkan
untuk proses belajar mengajar dalam pendidikan teknologi dan kejuruan
karena pada model ini sistem pengembangannya tersistem dan pada saat
perencanaan kurikulum kita bias menganalisis komponen-komponen
kurikulum berupa kebutuhan, rumusan, tujuan, materi, metode dan cara
mengevaluasi kurikulum. Model ini sangat cocok dengan kurikulum
pendidikan teknologi kejuruan yang mana pada pengembangannya harus
memperhatikan kompenen tersebut.
6. Banyak model pengembangan kurikulum menurut para ahli
diantaranya Tyler, Taba, Olivia dan lain-lain. Pilih salah satu model
yang dipahami kemudian tuliskan langkah-langkah pengembangan
menurut model tersebut dan jelaskan
Jawab :
Salah satu model pengembangan yang dipahami adalah Tyler. Ralp W.
Tyler (Sukamto, 1988 : 46) yang mengemukakan empat pertanyaan dalam
pengembangan kurikulum:
1) Apakah tujuan pendidikan yang ingin dicapai di sekolah ?
Berbicara tentang tujuan pendidikan yang akan dicapai siswa perlu
mendapat kesepakatan dari pengembang kurikulum. Tahap yang
dilakukan untuk pengembangan kurikulum pendidikan teknologi dan

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 13


kejuruan diperlukan melalui analisis tugas, analisis pekerjaan, dan
analisis tugas atau pekerjaan yang berhubungan dengan jabatan.
a. Mempelajari siswa (the learners) sebagai sumber tujuan. Hal—hal
yang perlu dikaji berkaitan dengan siswa adalah minat, kesiapan, dan
kebutuhan mereka.
b. Mempelajari kehidupan kontemporer di luar sekolah (masyarakat).
c. Penentuan tujuan berdasarkan tinjuan filosofis, hal ini dilakukan
dengan maksud untuk menentukan “the nature of good life and good
society”.
d. Penentuan tujuan berdasarkan tinjauan psikologis
2) Pengalaman belajar macam apakah yang harus disediakan untuk dapat
mencapai tujuan pendidikan tersebut ?
Setelah dianalisis, maka pengembang kurikulum akan dapat
mengidentifikasi pengalaman belajar apa yang diperlukan agar
dapat mengarahkan aktivitas belajar peserta didik lebih optimal.
Dikemukakan oleh Curtish R. Finch and John R. Grunkilton (1984 : 32)
dalam pengembangan kurikulum bahwa awalnya difokuskan sebagai
berikut : ”The development phase focuse on relating objectives to
sound learning principles, identifying the learning guidelines necessary
for optimum learning, and specifying activities that should take place in
the learning enviroment” . Jadi, fokus awal adalah bagaimana tujuan
akan dicapai dengan memperhatikan prinsip-prinsip belajar bagi peserta
didik, mengidentifikasi pembelajaran optimal yang diperlukan dengan
memperhatikan lingkungan belajar agar mahasiswa melakukan aktivitas
belajar.
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berbuat(mempraktekkan) tingkah laku yang menjadi tujuan
b. Pengalaman belajar harus menyenangkan siswa
c. Siswa harus terlibat dalam beberapa pengalaman belajar, sehingga
siswa dapat belajar sesuai dengan berbagai cara, atau dapat belajar
sesuai dengan gaya belajar masing-masing

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 14


d. Pengalaman belajar yang disediakan dapat menghasilkan beberapa
kemampuan, yaitu keterampilan berfikir, memperoleh informasi,
mengembangkan sikap social, mengembangkan minat
3) Bagaimanakah pengalaman-pengalaman belajar tersebut dapat
diorganisasikan dengan efektif ?
Teori pengembangan kurikulum, khususnya untuk kurikulum
pendidikan teknologi dan kejuruan, tidak terlepas dari teori psikologi
belajar dan teori-teori belajar. Teori belajar yang berhubungan dengan
pengembangan kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai salah
satu perwujudan identifikasi dan sintesis bentuk-bentuk pengalaman
pendidikan yang diharapkan mampu mencapai tujuan pendidikan :
Macam cara atau strategi mengajar dan pengorganisasian materi,
baik dalam bentuk kurikulum maupun rincian silabus dengan
pengembangan teknologi pengajarannya telah berhasil dikembangkan
para ahli pendidikan dalam rangka mencari alternatif jawaban untuk
pertanyaan ketiga (Sukamto, 1988 : 48)
4) Bagaimanakah caranya untuk mengetahui bahwa tujuan pendidikan
tersebut telah dicapai?
Pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan Tyler merupakan
persoalan yang tidak mudah untuk dicari pemecahannya. Menurut
Sukamto (1988 : 47) bahwa : Kontroversi tentang apa yang harus
menjadi tujuan pendidikan di sekolah ini dapat dilihat misalnya pada
harus ditambahkannya mata pelajaran baru di suatu kurikulum lembaga
pendidikan manakala pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu
secara persuasif memandang perlu dimasukkan menjadi bahan pelajaran
di sekolah. Dari pertanyaan Tyler ini banyak strategi untuk
mengoperasionalkan tujuan pendidikan tersebut, ada yang
menjabarkannya dari pemikiran filsafat, studi tentang kehidupan
masyarakat kontemporer. Untuk pengembangan kurikulum pendidikan
teknologi dan kejuruan seperti telah disebutkan terdahulu yaitu dimulai
dari pendekatan fungsional seperti analisis tugas (task analysis), analisis

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 15


pekerjaan (job analysis) dan analisis pekerjaan yang berhubungan dengan
jabatan (occupational analysis). Menganalisis tugas-tugas tersebut
merupakan contoh konkrit bagaimana tujuan pendidikan ditentukan dari
jabaran kehidupan kontemporer, yang dalam kaitan ini dengan bidang
pekerjaan yang relevan. Apabila kita mempergunakan pendekatan
kompetensi berarti secara ideal ditetapkan faktor-faktor yang harus
dikuasai oleh seorang teknisi tertentu, yang nantinya akan dicari
implikasinya untuk isi pengajaran dan strategi untuk mencapainya.
Pertanyaan dari Tyler tersebut ternyata banyak mendorong para
ahli pendidikan, sehingga pemikiran-pemikiran itu berpengaruh untuk
teori dan praktek pendidikan, dengan masing-masing pakar mempunyai
warna dan rasional masing-masing. Proses pengembangan kurikulum
akan merupakan rangkaian langkah-langkah yang kompleks yang
keputusan satu aspek akan mempengaruhi aspek yang lain, sehingga
antara yang satu dan yang lainnya akan saling berhubungan. Selanjutnya
merintis ke arah proses pengembangan kurikulum menggunakan
pendidikan sistem, yang setiap langkah dalam proses tersebut semua
komponen yang ada perlu dipertimbangkan dengan seksama.
Pengembangan kurikulum model Tyler ini mungkin yang terbaik,
dengan penekanan khusus pada fase perencanaan. Walaupun Tyler
mengajukan model pengembangan kurikulum secara komprehensif tetapi
bagian pertama dari modelnya(seleksi tujuan) menerima sambutan yang
hangat dari pada pendidikan.
Langkah – langkah Pengembangan Kurikulum :

Langkah 1: Tyler merekomendasikan, bahwa perencana kurikulum agar


menindetifikan tujuan umum( tentative general objectives ) dengan
mengumpulkan data dari tiga sumber, yaitu : kebutuhan peserta didik,
masyarakat( fungsi yang diperlukan ), dan subject matter.

Langkah 2 : Setelah mengidentifikasikan beberapa buah tujuan umum,


perencana merifinenya dengan cara menyaring melalui dua saringan,

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 16


yaitu filosofi pendidikan dan psikologi belajar. Hasilnya akan menjadi
tujuan pembelajaran khusus dan menyebutkan juga pendidikan sekolah
dan filosofi masyarakat sebagi saringan pertama untuk tujuan ini.

Selanjutnya perlu disusun garis-garis besar nilai-nilai yang didapat dan


mengilustrasikan dengan memberi teknan pada empat tujuan demokratis.
Untuk melaksanakan penyaringan, para peserta didik harus menjelaskan
prinsip-prinsip belajar yang baik, dan psikologi belajar membeirkan ide
melaksanakan kegiatan secara efisien. Tyler pun menyarankan agar
pendidikan memberi perhatian kepada cara belajar yang dapat :

· Mengembangkan kemampuan belajar


· Menolong dalam memperoleh informasi
· Mengembangkan sikap masyarakat
· Mengembangkan minat
· Mengembangkan sikap kemasyarakatan

Langkah 3 : menyelaksi pengalaman belajar yang menunjang pencapaian


tujuan. Penentuan pengalaman belajar harus mempertibangkan persepsi
dan pengalaman yang telah dimiliki oleh peserta didik.

Langkah 4: Mengorganisasikan pengalaman belajar ke dalam unit-unit


dan menggambarkan barbagai prosedur evaluasi.

Langkah 5: Mengarahkan dan mengurutkan pengalaman-pengalaman


belajar dan mengaitkan dengan evaluasi terhadap keefektifitan
perencanaan dan pelaksanaan.

Langkah 5: Evaluasi pengalaman belajar. Evaluasi merupakan komponen


penting dalam pengembangan kurikulum.

Sehubungan dengan hal tersebut Tyler (1949) memperingatkan agar


dibedakan antara konten ( isi) pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar
dengan pengalaman belajar, karena pengalaman belajar merupakan
pengalaman yang diperoleh dan dialami anak-anak didik sebagai hasil

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 17


belajar dan interaksi mereka dengan konten(isi) dan kegiatan belajar.
Untuk mengembangkan pengalaman belajar yang mereka peroleh harus
bermuara pada pemberian pengalaman para belajar yang dirancang
dengan baik dan dilaksanakan dengan benar. Dari beberapa konsepsi
kurikulum diatas kelihatan bahwa kurikulum dapat dilihat dari segi yang
sempit atau dari segi yang luas (sebagai pengalaman yang diperoleh di
sekolah atau diluar sekolah).

UAS Pengembangan Kurikulum PTK – Wahyu Hutria 16138157 Page 18

Anda mungkin juga menyukai