Abstract
21st century learning requires the use of computer technology to improve the quality of learning, including
physics learning at senior high school level. Problem solving skills and scientific attitude are important in
physics learning based on the 21st century learning framework and Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI) Level 2. This paper purposed to explain the scaffolding theory and it is innovation in physics
learning to produce physics instructional media as an effort to improve problem solving skills and scientific
attitude of students. Physics learning innovation by developing physics scaffolding based on computer. Physics
scaffolding based computer called physics e-scaffolding developed with multi representation so as to enhance
students problem solving skills and scientific attitude. Improving problem solving skills, e-scaffolding physics
arranged components: 1) problems; 2) resources; 3) related case; 4) scaffolding; 5) community. During the
ongoing process of problem solving involves cognitive, mental and emotional students and is able to change
the attitudes and views on physics, so the students scientific attitude will be increase.
PENDAHULUAN
Pendidikan bersifat dinamis selalu perkembangan seseorang saat ini (Slavin, 2000).
berkembang dan bersesuaian dengan kebutuhan Kesulitan yang dialami peserta didik dalam
dan tuntutan perkembangan zaman. menyelesaikan permasalahan disebabkan tugas
Menghadapi era pasar bebas ASEAN, pendidikan yang diberikan berada jauh di atas tingkatan
memiliki peran penting dalam mempersiapkan ZPD-nya. Untuk meningkatkan kemampuan
peserta didik Indonesia agar memiliki sejumlah memecahkan masalah dan pemahaman konsep
kompetensi yang diperlukan bagi kehidupan dan fisika peserta didik perlu mendapatkan bantuan
karirnya (Peraturan Menteri Pendidikan dan kognitif.
Kebudayaan Nomor 69, 2013). Kompetensi yang Scaffolding merupakan bantuan yang
diupayakan dalam pendidikan berdasarkan diberikan oleh teman sebaya atau orang dewasa
kemampuan abad XXI meliputi life and career yang lebih kompeten, dalam memberikan
skills, learning and innovation skills, dan sejumlah bantuan kepada peserta didik selama
information media and technology skills tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian
(Partnership for 21st Century, 2008). mengurangi bantuan dan memberikan
Kompetensi yang harus dimiliki peserta kesempatan kepada peserta didik untuk
didik Indonesia berdasarkan permendikbud mengambil tanggung jawab yang semakin besar
nomor 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar segera setelah ia mampu melakukannya sendiri.
dan Struktur Kurikulum SMA/MA dan Kerangka Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk,
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke
diantaranya adalah problem solving skill dan dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan
sikap ilmiah. Physics problem solving skill tidak contoh, dan lain-lain yang memungkinkan
hanya diperlukan ketika peserta didik menjalani peserta didik tumbuh mandiri. Scaffolding juga
program belajar di sekolah tetapi, sebagian dapat diterapkan dalam model, strategi,
besar bidang pekerjaan mensyaratkan perangkat, media maupun desain lingkungan
pekerjanya memiliki kemampuan memecahkan belajar yang memungkinkan peserta didik
masalah yang tinggi (Heller & Heller, 2010). mendapatkan bantuan dalam menyelesaikan
Sikap ilmiah perlu dikembangkan dalam tugasnya.
pembelajaran fisika sebagai dasar lulusan dalam Perkembangan ilmu pengetahuan dan
mengintegrasikan pengetahuannya dengan teknologi mendorong terjadinya reformasi pada
aspek sosial. Sikap ilmiah merupakan faktor bidang pendidikan dalam pemanfaatan teknologi
penting yang diterapkan dalam kehidupan untuk membantu peserta didik. Teknologi
sehari-hari dan karir peserta didik di masa komputer/software dapat diterapkan sebagai
depan (Sekar & Mani, 2013). scaffolding dalam pembelajaran (Davis & Linn,
Pembelajaran fisika secara efektif terjadi 2000; Reiser et al., 2001; Akaygun & Jones, 2013;
apabila peserta didik belajar menyelesaikan Lakkala, Muukkonen, & Hakkarainen, 2005).
tugas-tugas yang belum dipelajari namun masih Salah satu inovasi dalam pembelajaran fisika
berada dalam jangkauan kemampuannya. Zone adalah e-scaffolding fisika dengan multi
of proximal development (ZPD) merupakan representasi untuk meningkatkan problem
tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat solving skill dan sikap ilmiah siswa.
METODE PENELITIAN
dikumpulkan untuk membentuk kerangka teori yang digunakan untuk meningkatkan problem
e-scaffolding fisika sebagai media pembelajaran solving skill dan sikap ilmiah siswa.
memperoleh pengetahuan secara kualitatif dan aktivitas (Coltman, et al., 2002). Sedangkan non
logis terhadap fenomena alam yang dihadapi dan human based scaffolding dapat berbentuk
mengintepretasikan pengetahuan yang dimiliki scaffolding tool seperti flash card, dan scaffolding
ke dalam representasi gambar dan diagram. strategy seperti prompt atau question stem
Representasi gambar/diagram memberikan (Davis, 2003).
pemahaman fisika secara kualitatif dan lebih ICT dapat diterapkan secara inovatif
bermakna bagi peserta didik (Rosengrant, et al., dalam setiap aktivitas belajar mengajar untuk
2009). mengembangkan proses ilmiah,
mengembangkan pemahaman konsep, dan
B. Scaffolding mendorong sikap positif terhadap ilmu
ZPD merupakan konsep dasar dari pengetahuan (Suartama & Tastra, 2014).
gagasan scaffolding (Daniels, 2001). Pada Suartama dan Tastra (2014) membagi fungsi
awalnya scaffolding diperkenalkan sebagai pembelajaran elektronik terhadap kegiatan
bantuan yang diberikan orang dewasa kepada pembelajaran di kelas menjadi tiga macam yaitu:
anak-anak untuk memperoleh pengetahuan atau suplemen, komplemen, subtitusi. Scaffolding
pemecahan masalah dalam lingkungan berbasis ICT berfungsi sebagai komplemen yang
pembelajaran informal (Reiser, 2002). mampu memberikan bantuan yang cukup dalam
Scaffolding selanjutnya disesuaikan dengan pembelajaran, memungkinkan peserta didik
peserta didik lebih luas dengan tujuan berhasil dalam problem solving tugas yang
pembelajaran yang lebih beragam dalam kompleks, dan memperluas jangkauan
pendidikan formal (Beed et al., 1991; Dennen, pengalaman dari apa yang sudah dipelajari
2004). Scaffolding diterapkan sebagai teknik (Davis & Linn, 2000; Edelson, et al., 1999;
mengubah level bantuan disepanjang proses Guzdial, 1994; Quintana, et al., 1999).
pembelajaran oleh guru atau teman sebaya yang Pengembangan dan penerapan teknologi
memiliki pemahaman lebih (Santrock, 2011). baru dalam bidang pendidikan, seperti teknologi
Scaffolding merupakan dukungan bagi komputer, berimplikasi pada penerapan
peserta didik baik pada ranah kognitif maupun scaffolding berbasis teknologi komputer sebagai
afektif (Bean & Stevens, 2002; Dennen, 2004). media pembelajaran (Chang et al., 2001; Davis &
Pada ranah kognitif scaffolding diterapkan dalam Linn, 2000). Inovasi scaffolding berbasis ICT
memfokuskan peserta didik pada informasi yang berdasarkan konsep e-learning menghasilkan e-
relevan atau aspek penting dalam sebuah scaffolding sebagai media pembelajaran
masalah, mengembangkan higher order (Phumeechanya & Wannapiroon, 2013; Galea, et
thingking, dan menyajikan strategi untuk al., 2007). Penggunaan media e-scaffolding
memecahkan masalah. Sedangkan pada ranah memiliki keuntungan mampu memanfaatkan
afektif scaffolding menciptakan suasana yang berbagai multimedia yang memungkinkan untuk
jauh dari ancaman, lingkungan belajar yang memenuhi kebutuhan gaya belajar peserta didik
menyenangkan, dimana peserta didik mencapai dan tingkat perkembangan peserta didik yang
tujuan pembelajaran yang semula tidak dapat berbeda. E-scaffolding dapat diolah dengan
diselesaikannya sehingga peserta didik akan desain visual yang menarik sehingga
merasa nyaman dan menimbulkan sikap positif meningkatkan minat siswa dalam belajar.
terhadap pembelajaran (Bean & Stevens, 2002).
Scaffolding dibedakan menjadi dua C. Problem Solving Skill
berdasarkan pelakunya, yaitu human based Jonassen (2004) menyebutkan problem
scaffolder dan non human based scaffolding. adalah sesuatu yang tidak diketahui dari
Human based scaffolder berperan dalam beberapa konteks, kedua problem solving
menyusun model tugas, memanajemen berkaitan dengan menemukan atau
lingkungan pembelajaran, dan memantau menyelesaikan sesuatu yang tidak diketahui dan
12
Affa Ardhi Saputi / Unnes Physics Education Journal 5 (2) (2016)
harus memiliki nilai sosial, budaya atau kognitif dalam problem solving yang dapat
intelektual. Problem dibedakan berdasarkan diperlukan dalam model story problem adalah:
pengetahuan yang diperlukan untuk 1) defining the problem: problem scemas; 2)
menyelesaikannya. Problem disusun analogically comparing problems; 3)
berdasarkan empat cara: structuredness understanding causal relationship in problems; 4)
(problem disusun secara terstruktur), complexity questioning strategies for supporting problem
(problem mengandung banyak konsep), solving; 5) modelling problem; dan 6) arguing to
dynamicity (problem yang diberikan bersifat learn to solve problems.
dinamis atau tidak berhenti pada satu solusi),
dan domain specificity atau abstracness (problem Structural
yang diberikan spesifik pada satu bidang modeler
tertentu) (Jonassen, 2004).
Case as
Mayer dan Wittrock (1996) menyatakan problem to
Case as Situational
bahwa problem solving merupakan suatu proses Compare to solve
analogue model
kognisi untuk mencapai tujuan ketika metode s
tertentu dan cara seseorang merespon kepada abstrak. Dalam fisika banyak bentuk diagram
orang lain, objek, atau peristiwa. yang sering digunakan (sesuai konsep), antara
National Curriculum Council (Bundu, lain: diagram gerak, diagram bebas benda (free
2006) sikap ilmiah yang sangat penting body diagram), diagram garis medan (field line
dimiliki peserta didik pada semua tingkatan diagram), diagram rangkaian listrik (electrical
pendidikan sains yaitu: 1) ingin tahu; 2) circuit diagram), diagram sinar (ray diagram),
mengharagai/ jujur; 3) menerima diagram muka gelombang (wave front diagram),
ketidakpastian; 4) refleksi kritis dan hati-hati; 5) diagram komputer keadaan (energy state
tekun, ulet, dan tabah; 6) kreatif untuk diagram) (Smaldino, et al., 2008).
penemuan baru; 7) berpikir terbuka; 8) sensitif
terhadap lingkungan sekitar, dan 9) bekerjasama F. E-Scaffolding sebagai Media
dengan orang lain. Pembelajaran dengan Multiple
Representasi
E. Multiple Representasi E-scaffolding sebagai media pembelajaran
Penggunaan representasi dengan harus memenuhi beberapa aspek pembelajaran
berbagai cara atau mode representasi untuk elektronik. Pengembangan media pembelajaran
menemukan konsep dan menyelesaikan elektronik harus memenuhi aspek materi, aspek
permasalahan disebut multiple representasi tampilan/layout, dan aspek pedagogi (Suartama
(Kozma, 2003; Kohl & Finkelstein, 2008). & Tastra, 2014). Pengembangan media
Penggunaan multi representasi dalam pembelajaran e-scaffolding perlu ditentukan
pempelajaran mampu meningkatkan ruang lingkup (Reiser B. J., 2004; Quintana, et al.,
kemampuan memecahkan masalah dan 2004), tingkatan (Collins, 2006), dan
membentuk pemahaman konsep yang baik interaktivitas dari media yang dikembangkan
(Ainsworth, 2006). Multi representasi tepat (Lajoie, 2005; Oblinger, 2004). Ketika peserta
diterapkan dalam pembelajaran fisika karena didik mulai mencoba untuk menjawab
membantu memahami permasalahan fisika, pertanyaan-pertanyaan mereka melalui
membangun jembatan antara representasi interaksi dengan media pembelajaran e-
verbal dan matematis, dan memberikan scaffolding, desain media dikembangkan
gambaran kepada siswa terhadap simbol sehingga memungkinkan peserta didik untuk
matematis yang diberikan. terlibat dalam penyelidikan produktif. Desain
Pada dasarnya fisika merupakan ilmu media yang perlu diperhatikan adalah: 1) tata
pengetahuan yang bersifat kualitatif. Seiring letak (Mayer, 2009); 2) representasi
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan (Podolefsky, et al., 2009); 3) umpan balik (Pea R.
teknologi fisika berkembang menjadi ilmu yang D., 2004; Quintana, et al., 2004); 4) jangkauan
bersifat kuantitatif. Untuk memahami fisika interaksi (Pea R. D., 2004; Podolefsky, et al.,
secara kuantitatif diperlukan matematika 2010); dan 5) kasus spesifik yang menarik.
sebagai alatnya. Beberapa ahli menyatakan Berdasarkan uraian di atas e-scaffolding
bahawa representasi matematis merupakan yang dikembangkan harus memuat
suatu pendekatan yang penting untuk permasalahan yang harus dipecahkan peserta
memahami fisika (Greca & Moreira, 1997; Albe, didik. Permasalahan itu berupa story problem. E-
et al., 2001; Sherin, 2001). scaffoldig juga harus kaya materi yang menarik
Pemahaman kualitatif terhadap fisika dan dapat diakses oleh peserta didik untuk
dapat menggunakan representasi menambah pengetahuan dan antusias siswa
gambar/diagram. Suatu konsep akan menjadi terhadap fisika. Resources berisi link-link
lebih jelas ketika dapat direpresentasikan dalam ataupun materi terkait yang dapat digunakan
bentuk gambar. Gambar dapat membantu peserta didik sebagai sumber belajar sesuai
memvisualisasikan sesuatu yang masih bersifat dengan ruang lingkup yang telah ditentukan.
15
Affa Ardhi Saputi / Unnes Physics Education Journal 5 (2) (2016)
Aplikasi dan analogi yang menarik dalam merupakan struktur scaffolding yang dapat
kehidupan sehari-hari disampaikan untuk diberikan kepada peserta didik dalam
menjembatani peserta didik selama proses menyelesaikan permasalahan fisika. Untuk
problem solving berlagsung. Related case berisi meningkatkan rasa ingin tahu, terbuka dan
contoh aplikasi permasalahan dalam kehidupan bekerjasama diperlukan suatu forum untuk
sehari-hari. antar peserta didik saling berdiskusi. Community
merupakan wadah ataupun ruang yang dapat
Klasifikasi materi digunakan peserta didik untuk saling bertukan
pendapat atau berdiskusi.
Verbal Problem Penerapan e-scaffolding fisika dengan
multi representasi diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan problem solving
Set Identifier
siswa yaitu: 1) define the problem; 2) explore the
problem; 3) plan the solution; 4) implement the
Structural Situational Model plan; 5) check the solution; dan 6)
Model (Representasi
evaluate/reflect. Selama proses problem solving
gambar/diagram)
Equation Builder berlangsung peserta didik akan menggunakan
(Representasi Solution sikap ilmiah yang dimilikinya, sehingga sikap
matematis) Graph ilmiah peserta didik dapat meningkat yaitu
Gambar 2. Struktur Scaffolding pada Story sikap: 1) ingin tahu; 2) mengharagai/ jujur; 3)
Problem menerima ketidakpastian; 4) refleksi kritis dan
Scaffolding berupa bantuan yang dapat hati-hati; 5) tekun, ulet, dan tabah; 6) kreatif
diakses oleh pserta didik untuk menyelesaikan untuk penemuan baru; 7) berpikir terbuka; 8)
berbagai problem yang diberikan harus sensitif terhadap lingkungan sekitar, dan 9)
dijabarkan secara jelas dan detail. Gambar 2 bekerjasama dengan orang lain.
16
Affa Ardhi Saputi / Unnes Physics Education Journal 5 (2) (2016)
DAFTAR PUSTAKA
Adair, Jhon. 2007. Decision Making & Problem Coltman, P., Petyaeva, D., & Anghileri, J. (2002).
Solving Strategies. London: Kogan Page. Scaffolding learning through meaningful tasks
and adult interaction. Early Years, 22(1), 39-
Ainsworth, S. 2006. DeFT: A Conceptual 49.
Framework for Considering Learning with
Multiple Representations. Learning and Daniels, H. 2001. Vygotsky and Pedagogy. New
Instruction 16 (3), 183-198. York: Routledge/Falmer.
Davis, E. A. 2003. Prompting middle school
Akaygun, S., & Jones, L. L. 2013. How Does Level science students for productive reflection:
of Guidance Affect Understanding When Generic and directed prompts. The Journal of
Students Use a Dynamic Simulation of Liquid- the Learning Sciences, 12(1), 91-142.
Vapor Equilibrium? In I. Devetak, & S. A.
Glazar, Active Learning and Understaing in the Davis, E. A., & Linn, M. C. 2000. Scaffolding
Chemistry Classroom. Springer. Students' Knowledge Integration: Prompts for
Reflection in KIE. International Journal of
Albe, V., Venturini, P., & Lascours, J. 2001. Science Education, 22(8), 819-837.
Electromagnetic Concepts in Mathematical
Representation of Physics. Journal of Science Dennen, V. P. 2004. Cognitive Apprenticeship in
Education and Technology, Springer Verlag Educational Practice: Research on Scaffolding,
(Germany), 2001, 10 (2), pp. 197-203. Modeling, Mentoring, and Coaching as
Instructional Strategies. In D. H. Jonassen
Angelo, Thomas A., & Cross, K. P. 1993. Classroom (Ed.), Handbook of Research on Educational
Assessment Techniques - A Handbook for Communications and Technology (2nd ed., pp.
College Teachers (2nd ed.). San Francisco: 813-828). Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum.
Jossey-Bass.
Edelson, D. C., Gordin, D. N., & Pea, R. D. 1999.
Bean, T. W., & Stevens, L. P. 2002. Scaffolding Addressing The Challenges of Inquiry-Based
reflection for preservice and inservice Learning Through Technology and
teachers. Reflective Practice, 3(2), 205-218. Curriculum Design. The Journal of the
Learning Sciences, 8, 391-450.
Beed, P. L., Hawkins, E. M., & Roller, C. M. 1991.
Moving Learners Toward Independence: The Gagne, R. 1985. The Conditions of Learning (4th
Power of Scaffolded Instruction. The Reading ed.). New York: Holt, Rinehart & Winston.
Teacher, 44(9), 648-655.
Galea, V., Stewart, T.. & Steel, C.H. 2007. Challenge
Bundu,.P. 2006. Penilaian Keterampilan Proses FRAP: An E-learning Tool Used to Scaffold
dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran Sains Authentic Problem-Solving Processes. In ICT:
SD. Jakarta: Depdiknas. Providing Choices for Learners and Learning.
Proceedings Ascilite Singapore 2007.
Chang, K. E., Sung, Y. T., & Chen, S. F. 2001.
Learning Through Computer-Based Concept Greca, I., and Moreira, M. A. 1997. The kind of
Mapping with Scaffolding Aid. Journal of mental representation models, propositions
Computer Assisted Learning, 17(1), 21-33. and images used by college physics students
regarding the concept of field. International
Chiapetta, L.E., & Koballa, R.T. 2010. Science Journal of Science Education 19: 711–724.
Instruction in The Middle and Secondary
Schools Developing Fundamental Knowledge Guzdial, M. 1994. Software-Realized Scaffolding
and Skills. New York: Pearson Education, Inc. to Facilitate Programming for Science
Learning. Interactive Learning Environments,
Collins, A. 2006. Cognitive Apprenticeship. In R. 4, 1-44.
Sawyer (Ed.), The Cambridge Handbook of the
Learning Sciences. Cambridge: Cambridge Heller, K., & Heller, P. 1999. Problem-Solving
University Press. Labs. Introductory Physics I Mechanics.
17
Affa Ardhi Saputi / Unnes Physics Education Journal 5 (2) (2016)
Jonassen, D.H., 2004. Learning to Solve Problems Pea, R. D. 2004. The social and technological
An Instructional Design Guide. San Fransisco: dimensions of scaffolding and related
Pfeiffer. theoretical concepts for learning, education,
and human activity. The Journal of the
Kohl, P. B. & Finkelstein, N. D. 2008. Patterns of Learning Sciences, 13(3), 423-451.
multiple representation use by experts and
novices during physics problem solving. Phumeechanya, N., & Wannapiroon, P. 2013.
Physical Review Special Topics - Physics Development of a Ubiquitous Learning System
Education Research 4 (1), 010111. with Scaffolding and Problem-Based Learning
Model to Enhance Problem-Solving Skills and
Kozma, R. B. 2003. The material features of ICT Literacy. International Journal of e
multiple representations and their cognitive Education, e-Business, e-Management and e-
and social affordances for science Learning, Vol. 3, No. 3, June 2013.
understanding. Learning and Instruction 13
(2), 205-226. Podolefsky, N. S., Perkins, K. K., & Adams, W. K.
2009. Computer simulations to classrooms:
Lajoie, S. P. 2005. Extending the Scaffolding tools for change. Physics Education Research
Metaphor. Instructional Science, 33.5(6), 541- Conference. AIP.
557.
Podolefsky, N. S., Perkins, K. K., & Adams, W. K.
Lakkala, M., Muukkonen, H., & Hakkarainen, K. 2010. Factors promoting engaged exploration
2005. Patterns of scaffolding in computer with computer simulations. Physical Review
mediated collaboratire inquiry. Mentoring & Special Topics-Physics Education Research,
Tutoring: Partnership in Learning, 13(2), 281- 6(2), 020117.
300.
Pretz, J.E., Naples, A., & Sternberg, R.J. 2003.
Martin, R, Sexton, C, Franklin, T & Gerlovich, J. Recognizing, Defining, and Representing
2005. Teaching Science for All Children. Problems dalam Davidson & Sternberg (Eds).
Boston: Pearson Education, Inc. The Psychology of Problem Solving.
Cambridge: Cambridge University Press.
Mayer, R. E. 2009. Multimedia Learning.
Cambridge: Cambridge University Press. Quintana, C., Eng, J., Carra, A., Wu, H.-K., &
Soloway, E. 1999. Symphony: A case study in
Mayer, R.E. and Wittrock, M.C. 1996. Problem extending learner-centered design through
Solving Transfer. In D.C. Berliner and R.C. process space analysis. The Proceedings of CHI
Calfee (Eds.). Handbook of educational 99 Conference on Human Factors in Computing
psychology (pp.47-62). New York: Simon & Systems, (pp. 473-480).
Schuster Macmillan.
18
Affa Ardhi Saputi / Unnes Physics Education Journal 5 (2) (2016)
19