OLEH :
AHMAD FAUZI
14901.04.17003
2.1 Anatomi
Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus,
membentuk skeleton dari leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang
cranium, costadan sternum). Fungsi vertebra yaitu melindungi medulla spinalis
dan serabut syaraf,menyokong berat badan dan berperan dalam perubahan posisi
tubuh. Vertebra padaorang dewasa terdiri dari 33 vertebra dengan pembagian 5
regio yaitu 7 cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal.
Tulang belakang merupakan suatu satu kesatuan yang kuat diikat olehligamen
di depan dan dibelakang serta dilengkapi diskus intervertebralis yangmempunyai
daya absorbsi tinggi terhadap tekanan atau trauma yang memberikan sifatfleksibel
dan elastis. Semua trauma tulang belakang harus dianggap suatu traumahebat
sehingga sejak awal pertolongan pertama dan transpotasi ke rumah sakit
harusdiperlakukan dengan hati-hati. Trauma tulang dapt mengenai jaringan lunak
berupaligament, discus dan faset, tulang belakang dan medulla spinalis. Penyebab
traumatulang belakang adalah kecelakaan lalu lintas (44%), kecelakaan olah
raga(22%), terjatuh dari ketinggian(24%), kecelakaan kerja.
Anatomi Servical
Secara anatomi vertebra servikalis dibagi menjadi dua daerah: daerah servikal
atas (CV1 dan CV2) dan daerah servikal bawah (CV3 sampai CV7). Diantara
ruas-ruas tersebut, ada tiga ruas servikal yang memiliki struktur anatomi yang
unik. Ketiga ruas telah diberi nama khusus, antara lain CV1 disebut atlas, CV2
disebut axis, dan CV7 disebut prominens vertebra. Sedangkan Vertebra servikalis
3-6 disebut vertebra servikalis tipikal karena vertebra servikalis ini memiliki ciri-
ciri umum vertebra servikalis.
a. Vertebra Servikalis 1 (Tulang Atlas)
Vertebra servikalis pertama dikenal sebagai atlas dimana berperan sebagai
pendukung seluruh tengkorak. Atlas berbeda dengan vertebra servikalis
lainnya karena tidak mempunyai korpus sehingga bentuknya hampir seperti
cincin. Atlas tidak mempunyai prosesus spinosus namun memiliki tuberkulum
posterior yang kecil yang berguna agar pergerakan kepala atau kranium lebih
bebas. Atlas berbentuk cincin atau lingkaran yang dibagi dua yaitu lengkung
depan disebut arkus anterior dan lengkung belakang disebut arkus posterior.
Terlihat massa yang agak lebar pada pertemuan arkus anterior dan arkus
posterior dan disebut massa lateralis. Tiap massa lateralis di bagian atas
terdapat permukaan berbentuk oval dan konkaf disebut fovea artikularis
superior dan permukaan ini bersendi dengan tulang kranium. Di bagian bawah
tiap massa terdapat fasies artikularis yang bersendi dengan vertebra servikalis
2 (Epistropheus). Di bagian samping massa lateralis terdapat prosesus
transversus dan foramen transversum.
b. Vertebra Servikalis 2 (Axis/Epistropheus)
Axis adalah yang terbesar dari semua vertebra servikalis. Kepala berputar
di sekitar tulang axis. Terdapat penonjolan tulang keatas dari permukaan
atas korpus disebut dens epistropheus atau disebut juga prosesus odontoid
(odontoid process). Prosesus odontoid mirip dengan gigi. Permukaan
depan dan belakang dari dens didapati permukaan persendian disebut
fasies artikularis anterior dan posterior. Pada tulang ini prosesus
transversus tidak jelas.
c. Vertebra Servikalis 3-6 ( Vertebra Servikalis Tipikal)
Vertebra servikalis 3-6 disebut vertebra servikalis tipikal karena vertebra
servikalis ini memiliki ciri-ciri umum vertebra servikalis. Ciri-ciri umum
vertebra servikalis antara lain memiliki tubuh yang kecil dan korpus yang
pendek, berbentuk persegi empat dengan sudut agak bulat jika dilihat dari
atas, tebal korpus bagian depan dan bagian belakang sama, di ujung
prosesus spinosus memecah dua atau bifida. Prosesus tranversusnya
berlubang-lubang karena memiliki foramen tempat lewatnya arteri
vertebralis.
6. Ekstensi Sprain
Mekanisme cedera pada cedera jaringan lunak yang terjadi bila leher
tiba-tiba tersentak kedalam hiperekstensi. Biasanya cedera ini terjadi setelah
tertabrak dari belakang, bdan terlempar ke depan dan kepala tersentak
kebelakang. Terdapat ketidaksesuaian mengenai patologi yang tepat tetapi
kemungkinan ligament longitudinal anterior meregang atau robek dan diskus
mungkin juga rusak.
Pasien mengeluh nyeri dan kekauan pada leher, yang refrakter dan
bertahan selama setahun atau lebih lama. Keadaan ini sering disertai dengan
gejala lain yang lebih tidak jelas, misalnya nyeri kepala, pusing, depresi,
penglihatan kabur dan rasa baal atau parastesia pada lengan. Biasanya tidak
terdapat tanda-tanda fisik, dan pemeriksaan dengan sinar-X hanya
memperlihatkan perubahan kecil pada postur. Tidak ada bentuk terapi yang
telah terbukti bermanfaat, pasien diberikan analgetik dan fisioterapi.
1) Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap
besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2) Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan,
dan kepadatan atau kekerasan tulang.
Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan
membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh
aktivitas sel-sel tulang.
4) Stadium IV-Konsolidasi
Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah
menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan
osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur dan tepat
dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen
dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu
beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
5) Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama
beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses
resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih
tebal diletakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak
dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk
struktur yang mirip dengan normalnya.
2.6 Manifestasi Klinis Fraktur Cervical
Menurut Hudak & Gallo menifestasi klinis trauma servikal adalah sebagai
berikut:
Lesi C1-C4
Pada lesi C1-C4. Otot trapezius, sternomastoid dan otot plastisma masih
berfungsi. Otot diafragma dan otot interkostal mengalami partalisis dan tidak
ada gerakan (baik secara fisik maupun fungsional0 di bawah transeksi spinal
tersebut. Kehilangan sensori pada tingkat C1 malalui C3 meliputi daerah
oksipital, telinga dan beberapa daerah wajah. Kehilangan sensori
diilustrasikan oleh diagfragma dermatom tubuh.
Pasien dengan quadriplegia pada C1, C2, atau C3 membutuhkan perhatian
penuh karena ketergantungan pada semua aktivitas kebutuhan sehari-hari
seperti makan, mandi, dan berpakaian. quadriplegia pada C4 biasanya juga
memerlukan ventilator mekanis tetapi mengkn dapat dilepaskan dari ventilator
secara. intermiten. pasien biasnya tergantung pada orang lain dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari meskipun dia mungkin dapat makan
sendiri dengan alat khsus.
Lesi C5
Bila segmen C5 medulla spinalis mengalami kerusakan, fungsi diafragma
rusak sekunder terhadap edema pascatrauma akut. paralisis intestinal dan
dilatasi lambung dapat disertai dengan depresi pernapasan. Ekstremitas atas
mengalami rotasi ke arah luar sebagai akibat kerusakan pada otot
supraspinosus. Bahu dapat di angkat karena tidak ada kerja penghambat
levator skapula dan otot trapezius. setelah fase akut, refleks di bawah lesi
menjadi berlebihan. Sensasi ada pada daerah leher dan triagular anterior dari
daerah lengan atas.
Lesi C6
Pada lesi segmen C6 distres pernafasan dapat terjadi karena paralisis
intestinal dan edema asenden dari medulla spinalis. Bahu biasanya naik,
dengan lengan abduksi dan lengan bawah fleksi. Ini karena aktivitasd tak
terhambat dari deltoid, bisep dan otot brakhioradialis.
Lesi C7
Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma dan
aksesori untuk mengkompensasi otot abdomen dan interkostal. Ekstremitas
atas mengambil posis yang sama seperti pada lesi C6. Fleksi jari tangan
biasnya berlebihan ketika kerja refleks kembali.
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang
dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan
darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah sesak.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur,
yang nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien.
Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya
bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena.
Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa
diketahui luka kecelakaan yang lain.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan
memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit paget’s yang
menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung.
Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya
osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses
penyembuhan tulang.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti
diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan
kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
6) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat .
7) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakutan akan terjadinya kecacatan
pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk
membantu penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi
kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat
mengganggu metabolisme kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa
mengganggu keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga atau
tidak.
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan
sehari-harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien
bisa membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium
atau protein dan terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor
predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga
obesitas juga menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
c) Pola Eliminasi
Perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola
eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi,
kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada
kesulitan atau tidak
Pengkajian Sekunder
a) Exposure
Adanya deformitas tulang belakang
b) Five Intervensi
- Hasil AGD menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya ventilasi
- CT Scan untuk menentukan tempat luka atau jejas
- MRI untuk mengidentifikasi kerusakan saraf spinal
- Foto Rongen Thorak untuk mengetahui keadaan paru
- Sinar – X Spinal untuk menentukan lokasi dan jenis cedera tulang
(Fraktur/Dislokasi)
b) Give Comfort
Kaji adanya nyeri ketika tulang belakang bergerak
d) Head to Toe
- Leher : Terjadinya perubahan bentuk tulang servikal akibat cedera
- Dada : Pernapasa dangkal, penggunaan otot-otot pernapasan, pergerakan
dinding dada, bradikardi, adanya desakan otot diafragma dan interkosta
akibat
cedera spinal
- Pelvis dan Perineum : Kehilangan control dalam eliminasi urin dan feses,
terjadinya gangguan pada ereksi penis (priapism)
-Ekstrimitas : terjadi paralisis, paraparesis, paraplegia atau
quadriparesis/quadriplegia
e) Inspeksi Back / Posterior Surface
- Kaji adanya spasme otot, kekakuan, dan deformitas pada tulang belakang
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan pola napas
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
3) Nyeri akut
Daftar Pustaka