Anda di halaman 1dari 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu istilah pasti memuat suatu definisi, tetapi setiap pembaca
kadang mengalami kendala dalam menarik suatu definisi. Definisi yang baik
harus memenuhi syarat-syarat sesuai kaidah yang ditentukan.
Pencarian kesimpulan yang benar harus berlangsung menurut prosedur
atau kaidah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika
dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan
ilmiah dapat dijadikan dua jenis penalaran yaitu penalaran deduktif dan
penlaran induktif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian definisi ?
2. Apa macam-macam definisi ?
3. Apa saja kah yang menjadi syarat-syarat definisi ?
4. Apa pengertian Penalaran ?
5. Apa saja prinsip-prinsip penalaran ?

C. Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
2. Menambah wawasan pengetahuan mengenai difinisi dan penalaran

Program Studi Bimbingan dan Konseling IKIP PGRI MADIUN


2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Definisi berasal dari kata Latin definire yang berarti menandai batas-batas
pada sesuatu, menentukan batas, memberi ketentuan atau batasan arti. Jadi
definisi adalah sebuah pernyataan yang membuat penjelasan tentang arti
sesuatu term (istilah). Definisi terdiri dari dua bagian, yakni bagian pangkal
disebut definiendum yang berisi istilah yang harus diberi penjelasan, dan
bagian pembatas disebut definiens yang berisi uraian mengenai arti dari
bagian pangkal.

B. Macam-Macam Definisi
Secara garis besar definisi dibedakan antara tiga macam, yaitu definisi
nominalis, definisi realis dan definisi praktis. (Noor Ms Bakry, 1983) :
1. Definisi Nominalis
Definisi nominalis ialah menjelaskan sebuah kata dengan kata
lain yang lebih umum dimengerti. Definisi nominalis ada enam
macam yaitu :
a. Definisi sinonim, yakni penjelasan dengan memberikan
persamaan kata dengan kata yang lebih dimengerti.
b. Definisi simbolis, yakni penjelasan dengan memberikan
persamaan pernyataan bentu simbol-simbol.
c. Definisi etimologis, yakni penjelasan dengan memberikan asal
usulnya kata.
d. Definisi semantis, yakni penjelasan tanda dengan suatu arti
yang telah terkenal.
e. Definisi stipulatif, yakni penjelasan dengan cara pemberian
nama atas dasar kesepakatan.
f. Definisi denotatif, yakni penjelasan istilah denan cara
menunjukan atau memberikan contoh suatu benda atau hal
yang termasuk dalam cakupan istilah.

Program Studi Bimbingan dan Konseling IKIP PGRI MADIUN


3

2. Definisi Realis
Definisi realis adalah penjelasan tentang hal yang ditandai oleh
sesuatu term. Definisi realis ada dua macam :
1. Definisi esensial, yakni penjelasan dengan cara menguraikan
bagian-bagian yang menyusun suatu hal. Definisi esensial
dapat dibedakan antara :
a. Definisi analitis, yakni menunjukan bagian-bagian sesuatu
benda yang mewujudkan esensinya.
b. Difinisi konotatif, yakni menunjukan isi dari suatu term
yang terdiri atas genus dan diferensia. Definisi ini disebut
juga definisi esensial metafisik.
2. Definisi deskriptif, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan
sifat-sifat yang dimiliki oleh hal yang didefinisikan. Definisi ini
dibedakan antara :
a. Definisi aksidental, penjelasan dengan cara menunjukan
jenis dari halnya dengan sifat-sifat khusus yang menyertai
hal tersebut, atau dengan rumusan lain, yakni penjelasan
yang disusun dari genus propium.
b. Definisi kausal, penjelasan dengan cara menyatakan
bagaimana sesuatu hal terjadi atau terwujud.
3. Definisi Praktis
Definisi prakis adalah penjelasan tentang hal sesuatu ditinjau
dari segi penggunaan dan tujuanya yang sederhana. Definisi praktis
ada tiga macam :
a. Definisi operasional, yakni penjelasan suatu term dengan cara
menegaskan langkah-langkah pengujian khusus yang harus
dilaksanakan atau dengan metode pengukuran serta
menunjukan bagaimana hasil yang dapat diamati.
b. Definisi persuasif, yakni penjelasan dengan cara merumuskan
suatu pernyataan yang dapat memperngaruhi orang lain.
c. Definisi fungsional, yakni penjelasan sesuatu berdasarkan guna
atau tujuan.

Program Studi Bimbingan dan Konseling IKIP PGRI MADIUN


4

C. Syarat-Syarat Definisi

Sebuah definisi harus menyatakan ciri-ciri hakiki dari apa yang


didefinisikan, yakni menunjukkan pengertian umum yang meliputinya beserta
ciri pembedanya yang penting.

1. Sebuah definisi harus merupakan suatu kesetaraan arti dengan yang


didefinisikan, maksudnya tidak terlampau luas dan tidak terlampau
sempit. Definisi terlampau luas akan mengakibatkan kesalahan yang
disebut terlalu berlebihan. Akan tetapi tidak boleh juga definisi
terlampau sempit karena mengakibatkan kesalahan yang disebut
definisi yang terlampau sempit.
2. Sebuah definisi tidak boleh berputar-putar memuat secara langsung
atau tidak langsung objek yang didefinisikan. Pelanggaran terhadap
ketentuan ini mengakibatkan terciptanya definisi yang disebut
sirkuler, yaitu definisi yang melingkar atau definisi yang berputar-
putar
3. Sebuah definisi sedapat mungkin harus dinyatakan dalam bentuk
rumusan yang positif, yakni tidak boleh dinyatakan secara negatif
jika dapat dinyatakan dengan kata-kata positif. Pelanggaran terhadap
ketentuan ini mengakibatkan kesalahan yang disebut definisi negatif.
4. Sebuah definisi harus dinyatakan secara singkat dan jelas terlepas
dari rumusan yang kabur atau bahasa kiasan, karena maksud
membuat definisi adalah memberi penjelasan serta menghilangkan
makna ganda. Pelanggaran terhadap ketentuan ini akan
mengakibatkan terjadinya definisi yang kabur.

D. Penalaran
Penalaran adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari satu atau lebih
proposisi dibagi menjadi dua bagian :
a. Penalaran langsung adalah penalaran yang didasarkan pada sebuah
proposisi kemudian disusul proporsisi lain sebagai kesimpulan
denagan menggunakan term yang sama

Program Studi Bimbingan dan Konseling IKIP PGRI MADIUN


5

b. Penalaran tidak langsung adalah penalaran yang didasarkan pada dua


proposisi atau lebih kemudian disimpulkan.

E. Prinsip-Prinsip Penalaran
Perinsip penalaran menurut Aritoteles :
1. Prinsip identitas
Perinsip ini dalam istilah Latin ialah principium identitastis. Prinsip
identitas berbunyi :”sesuatu hal adalah sama dengan halnya”.
2. Prinsip kontradiksi
Prinsip kontradiksi berbunyi :’sesuatu tidak dapat sekaligus merupakan hal
itu dan bukan hal itu pada waktu yang bersamaan”.
3. Prinsip eksklusi tertii
Yakni prinsip penyisihan jalan tengah atau prinsip tidak ada kemungkinan
ketiga. Prinsip ini berbunyi :”sesuatu jika dinyatakan sebagai hal tertentu
atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga yang
merupakan atau bukan hal tertentu maka tidak ada kemungkinan ketiga
yang merupakan jalan tengah.

Program Studi Bimbingan dan Konseling IKIP PGRI MADIUN


6

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Definisi berasal dari kata Latin definire yang berarti menandai batas-batas
pada sesuatu, menentukan batas, memberi ketentuan atau batasan arti. Jadi
definisi adalah sebuah pernyataan yang membuat penjelasan tentang arti
sesuatu term (istilah).

Secara garis besar definisi dibedakan antara tiga macam, yaitu definisi
nominalis, definisi realis dan definisi praktis. (Noor Ms Bakry, 1983) :
1. Definisi Nominalis
2. Definisi Realis
3. Definisi Praktis

Penalaran adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari satu atau lebih
proposisi dibagi menjadi dua bagian :

1. Penalaran langsung
2. Penalaran tidak langsung

Program Studi Bimbingan dan Konseling IKIP PGRI MADIUN


7

Daftar Pustaka

Surajio. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta : Bumi Aksara.

https://id.m.wikipedia.org/wiki.filsafatilmu

Program Studi Bimbingan dan Konseling IKIP PGRI MADIUN

Anda mungkin juga menyukai