Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

dengan

HIPERTENSI

Oleh
Adelia Rani Permatasari (1501460021)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG
TAHUN 2018
KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing
mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau
lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau
adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam
peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau
lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup
dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu
sama lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan
budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap
anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama.
2. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan
Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
1. Tahap I
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga saat ini adalah membangun perkawinan yang saling
memuaskan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,
merencanakan keluarga berencana.
2. Tahap II
Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30 bulan) .
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk keluarga muda
sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,
memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran
orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga
besar masing-masing pasangan.
3. Tahap III
Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua berumur 2-6 tahun) .
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi kebutuhan anggota
keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara
tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang
sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma kehidupan,
mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan beragama,
memenuhi kebutuhan bermain anak.
4. Tahap IV
Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun). Tugas
perkembangan keluarga tahap IV, yaitu mensosialisasikan anak termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman
sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur,
memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
5. Tahap V
Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20 tahun). Tugas
perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu menyeimbangkan kebebasan dengan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan
kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua
dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan
tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
6. Tahap VI
Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama
sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah). Tahap ini adalah tahap keluarga
melepas anak dewasa muda dengan tugas perkembangan keluarga antara lain:
memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang
didapat dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk memperbaharui
dan menyelesaikan kembali hubungan perkawinan, membantu orang tua lanjut
usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
7. Tahap VII
Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan). Tahap keluarga
pertengahan dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir atau
kematian salah satu pasangan. Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki
usia 45-55 tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas
perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan
hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-anak,
memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh.
8. Tahap VIII
Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia. Dimulai dengan salah satu atau
kedua pasangan memasuki masa pensiun terutama berlangsung hingga salah satu
pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas
perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup yang
memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun, mempertahankan
hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan dan
mempertahankan ikatan keluarga antara generasi.
3. Tipe Keluarga
Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
1. Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak
yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
b) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu
orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.
c) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada
anak yang tinggal bersama mereka.
d) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
e) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri
tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
f) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota
yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
2. Keluarga non tradisional
a) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
b) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak
c) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup
bersama sebagai pasangan yang menikah
d) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan
monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber
dan mempunyai pengalaman yang sama.
Menurut Allender dan Spradley (2001)
1. Keluarga tradisional
a) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri,
dan anak kandung atau anak angkat
b) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
paman, dan bibi
c) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak
d) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak
kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.
e) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja
f) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.
2. Keluarga non tradisional
a) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah
b) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah
c) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam
satu rumah tangga
Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan (2005)
1. Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
2. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan
hidup secara bersama-sama.
3. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga
atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan
(2005), yaitu:
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya
anak.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin
pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara
memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap
anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan,
dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan
rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
5. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan
etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila
ditemui data malaadapti pada keluarga.
Lima tugas keluarga yang dimaksud adalah:
5.1 Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi
keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala,
factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami
keluarga.
5.2 Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana
keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah
dirasakan keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang dihadapi,
adakah rasa takut terhadap akibat atau adakah sifat negative dari keluarga
terhadap masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yag
dilakukan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
5.3 Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan
perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta
sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
5.4 Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya
hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan
keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,
kekompakan anggota lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang
berdampak terhadap kesehatan keluarga.
5.5 Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,
seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan
keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan
kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik
yang dipersepsikan keluarga.

HIPERTENSI
1. Definisi
Hipertensi berasal dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi dan tensi yang
artinya tekanan darah. Menurut American Society of Hypertension (ASH),
pengertian hipertensi adalah suatu sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler
yang progresif, sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks dan saling
berhubungan (Sani, 2008).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik sama dengan atau lebih dari 140mmHg
dan tekanan diastolik sama dengan atau lebih dari 90mmHg (WHO, 1999). Pada
populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg. (Mansjoer Arief, 1999).
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder.
2.1 Hipertensi essensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas
susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na,
peningkatan Na dan Ca interseluler, dan faktor-faktor yang risiko seperti obesitas,
alkohol, merokok.
2.2 Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebab spesifiknya diketahui
seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hipertensi
aldosteronisme primer, dan sindrom chusing, feokromositoma, koarkfasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.
Tekanan sistolik dan diastolik dapat bervariasi pada tingkat individu.
Namun disepakati bahwa hasil pengukuran tekanan darah yang lebih besar dari
140/90 mmHg adalah hipertensi (WHO, 1999 dan JNC, 2007). Tabel
pengklasifikasian hipertensi dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 1 Klasifikasi Hipertensi menurut WHO
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Tingkat 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub grup : perbatasan 140-149 90-94
Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90
Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Tabel 2 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC7 (Joint National Committee 7)


Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastol (mmHg)

Normal <120 Dan <80


Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

3. Tanda dan Gejala


- Gelisah
- Nadi Cepat
- Sukar Tidur
- Sesak Nafas
- Sakit Kepala
- Lemah dan Lelah
- Rasa Pegal di bahu
- Jantung berdebar-debar
- Pandangan menjadi kabur
- Mata berkuna
4. Faktor Resiko Hipertensi
Faktor yang dapat dikendalikan atau dimodifikasi
- Keturunan/ genetik
- Usia
- Jenis kelamin
- Ras/ etnis
- Tipe Kepribadian
Faktor yang dapat dikendalikan atau dimodifikasi
- Makan berlebihan
- Obesitas
- Tidak berolahraga
- Merokok
- Minum alkohol
5. Bahaya Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, naik secara langsung
maupun secara tidak langsung. Kerusakan organ target yang umum ditemui pada
pasien hipertensi adalah:
a. Penyakit ginjal kronis
b. Jantung
- Hipertrofi ventrikel kiri
- Angina atau infark miokardium
- Gagal jantung
c. Otak
- Strok
- Transient Ischemic Attack (TIA)
d. Penyakit arteri perifer
e. Retinopati
Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ-organ
tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ,
atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor
ATI angiotensin II, stress oksidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide
synthase, dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam
dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ
target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi
transforming growth factor-β (TGF-β) (Yogiantoro, 2006). Hipertensi dapat
menimbulkan kerusakan organ tubuh, naik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Kerusakan organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi
adalah:
f. Penyakit ginjal kronis
6. Cara Pencegahan
Pencegahan Hipertensi dapat dilakukan sendiri dengan :
- Hindari Obesitas
- Hindari merokok
- Usahakan pikiran selalu tenang dan santai
- Berolahraga secara teratur
- Sering memakan buah-buahandansayuran
- Kurangi minuman yang mengandung kafein (Kopi)
- Hindari minuman beralkohol
- Kurangi makanan yang banyak mengandung garam (Asin)
- Rutin Kontrol ke tenaga kesehatan terdekat jika memang mempunyai riwayat
hipertensi
ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistimatis


untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga,melaksanakan asuhan keperawatan ,serta implementasi keperawatan
terhadap keluarga sesuai rencana yang telah direncanakan /dibuat serta
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan .
1. Pengkajian
a. Penjajakan pertama
Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui masalah yang
dihadapi oleh keluarga.
1) Pengumpulan data
Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah kesehatan
,status kesehatan, kesanggupan keluarga dalam memberikan perawatan pada
anggota keluarga .
a) Struktur dan sifat anggota keluarga
- Anggota –anggota keluarga dan hubungan dengan kepala keluarga.
- Data demografi : umur,jenis kelamin, kedudukan dalam keluarga.
- Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga.
- Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,patrikat berkumpul
atau menyebar.
- Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan.
- Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam perselisihan yang
nyata ataupun tidak nyata.
- Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan makan
dan penggunaan waktu senggang
b) Faktor sosial budaya dan ekonomi
- Pekerjaan
- Penghasilan
- Kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan primer
- Jam kerja ayah dan ibu
- Siapa yng menentukan keuangan dan penggunaannya
c) Faktor lingkungan : Perumahan (luas rumah, pengaturan dalam rumah,
persediaan sumber air, adanya bahan kecelakaan, pembuangan sampah),
macam lingkungan / daerah rumah, fasilitas social dan lingkungan,
fasilitas transportasi dan kesehatan
d) Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
- Upaya pencegahan terhadap penyakit
- Sumber pelayanan kesehatan
- Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan dari petugas kesehatan
- Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
e) Cara pengumpulan data
- Observasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara langsung
(keadaan fisik dari tiap anggota keluarga, komunikasi dari tiap
anggota keluarga, peran dari tiap anggota keluarga, keadaan rumah
dan lingkungan)
- Wawancara (aspek fisik, aspek mental, sosial budaya, ekonomi,
kebiasaan, lingkungan)
- Studi dokumentasi antara lain: perkembangan kesehatan anak, kartu
keluarga, catatan kesehatan lainnya
- Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan dan keperawatan antara lain : Tanda-tanda penyakit,
Kelainan organ tubuh,
2. Analisa data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh
keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan Typologi masalah dalam
family healt care.
Permasalahan dapat dikategorikan sebagai berikut :
1. Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya
penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi
kesehatan. Contoh  riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi,
masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet
2. Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan kesehatan.
Contoh adakah didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi,
siapakah yang menderita penyakit hipertensi
3. Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak dari indivdu atau
keluarga dalam hal penyesuaian maupun sumber daya mereka.
Contoh adakah anggota keluarga yang meninggal akibat hipertensi.
3. Penentuan prioritas masalah
Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan
sistim scoring berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai berikut
No Kriteria Skala Bobot Skoring Rasional

1. Sifat Masalah 1
- Aktual 3
- Resiko 2
- Potensial/ weliness 1
2. Kemungkinan Masalah 2
dapat diubah
- Mudah 2
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0
3. Potensial Masalah untuk 1
dicegah
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
4. Menonjolnya Masalah 1
- Segera 2
- Tidak perlu segera 1
- Tidak dirasakan 0
Total
Skoring :
1. Tentukan skor untuk tiap criteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot
3. Jumlahkanlah skor untuk semua criteria ,skor tertinggi 5 sama dengan seluruh
bobot
 Penjajakan pada tahap kedua
Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat melaksanakan tugas-
tugas kesehatan yang berhubungan dengan ancaman kesehatan,kurang /tidak sehat
dan krisis yamg dialami oleh keluarga yang didapat pada penjajakan tahap
pertama.
Pada tahap kedua menggambarkan ketidak mampuan keluarga untuk
melaklasanakan tugas-tugas kesehatan serta cara pemecahan masalah yang
dihadapi . Karena ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas
kesehatan dan keperawatan, maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan secara
umum pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi antara lain :
1. Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi
berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala hipertensi
2. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan
tindakan yang tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan bila terkena
hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan klien/keluarga tentang
manfaat berobat kesarana kesehatan
3. Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi ,cara perawatan dan sifat
penykit hipertensi
4. Keitdaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi
kesehatan keluarga berhubungan dengan tadak dapat melihat keuntungan dan
manfaat pemeliharaan lingkungan serta kitidaktahuan tentang usaha
pencegahan penyakit hipertensi.
5. Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat guna
memelihara kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien dan
keluarga tersedianya fasilitas kesehatan seperti JPS.,dana sehat dan tidak
memahami manfaatnya.
Adapun diagnosa keperawatan yang berhubungan pengaturan diet pada klien
hipertensi adalah :
1. Ketidaktahuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu penyebab
terjadinya hipertensi adalah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara
pengaturaan diet yang benar.
2. Ketidak sanggupan keluarga memilih tindakan yang tepat dalam pengaturan
diet bagi penderita hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang cara pengaturan diet yang benar.
3. Ketidakmampuan untuk penyediaan diet khusus bagi klien hipertensi
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang cara pengolahan
makanan dalam jumlah yang tepat.
4. Ketidakmampuan meenyediakan makanan rendah garam bagi penderita
hipertensi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kebiasaan sehari-
hari yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam
5. Ketidaktahuan menggunakan manfaat tanaman obat keluarga berhubungan
dengan kurangnya pengetahan tentang manfaat tanaman obat tersebut.
4. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Nasrul Effendi,1998 : 54 )
Rencana tindakan dari masing –masing diagnosa keperawatan khusus diet pada
klien hipertensi adalah :
A. Ketidakmampuan mengenal masalah nutrisi sebagai salah satu
penyebab terjadinya hipertensi berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang cara pengaturan diet yang benar.
 Tujuan
Keluarga mampu mengenal cara pengaturan diet bagi anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi.
 Kriteria hasil
- Keluarga mampu menyebutkan secara sederhana batas pengaturan diet bagi
anggota kelurga yng menderita hipertensi.
- Keluarga dapat memahami danmampu mengambil tindakan sesuai anjuran.
 Rencana tindakan
a. Beri penjelasan kepada keluarga cara pengaturan diet yang benar bagi
penderita hipertensi.
b. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga ,bagaiman caranya menyediakan
makan-makanan rendah garam bagi penderita hipertensi .
 Rasional
a. Dengan diberikan penjelasan diharapkan keluarga menimbulkan peresepsi
yang negatip sehingga dapat dijadikan motivasi untuk mengenal masalah
khususnya nutrisi untuk klieh hiperetensi
b. Dengan diberikan penjelasan keluarga mampu menyajikan makanan yang
rendah garam.
B. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan untuk mengatur diet
terhadap anggota keluarga yang menderita hipertensi berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang manfaat dari
pengaturan diet
 Tujuan
Keluarga dapat memahami tentang manfaat pengaturan diet untuk klien
hipertensi
 Kriteria hasil
- Keluarga mampu menjelaskan tentang manfaat pengaturan diet bagi klien
hiperetensi
- Keluarga dapat menyediakan makanan khusus untuk klien hipertensi
 Rencana tindakan
a. Beri penjelasan kepada keluarga tentang manfaat pengaturan diet untuk klien
hipertensi.
b. Beri penjelasan kepada keluarga jenis untuk klien hipertensi.
 Rasional
a. Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mampu melaksanakan cara
pengaturan diet untuk klien hipertensi
b. Keluarga diharapkan mengetahui jenis makanan untuk penderita hipertensi.
C. Ketidakmampuan keluarga untuk menyediakan diet khusus bagi
penderita hipertensi berhubungan kurangnya pengetahuan tentang cara
pengolahan makanan dalam jumlah yang benar
 Tujuan
Keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita hipertensi.
 Kriteria hasil
- Kilen dan keluarga mampu menyediakan diet khusus untuk penderita
hipertensi. - Keluarga mampu menyajikan makanan dalam jumlah yang tepat
bagi klien hipertensi.
 Rencana tindakan
a. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga cara pengolahan makanan
untuki klien hipertensi.
b. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jumlah makanan yang dikonsumsi
oleh klien hipertensi.
c. Beri contoh sederhana kepada klien dan keluarga untuk memnbuat makanan
dengan jumlah yang tepat.
 Rasional
a. Dengan diberikan penjelasan diharapkanklien dan keluarga dapat cara
pengolahan makanan untuk klien hipertensi.
b. Diharapkan klien dapat mengkonsumsi makanan sesuai yang dianjurkan.
c. Dengan diberikan contoh sederhana caara membuat makanan dalam jumlah
yang tepat kilen dan keluarga mampu menjalankan /melaksanakaannya
sendiri.
D. Ketidakmampuan menyediakan makanan rendah garam bagi penderita
hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kebiasaan
sehari-hari yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
garam
 Tujuan
Seluruh anggota keluarga membiasakan diri setiap hari mengkonsumsi
makanan yang rendah garam.
 Kriteria Hasil
- Klien dan keluarga dapat menjelaskan manfaat makanan yang rendah
garam
- Klien dan keluarga dapat menjelaskan jenis makanan yang banyak
mengandung garam.
- Klien dan keluarga mau berubah kebiasaan dari mengkonsumsi makanan
yang banyak mengandung garam.
 Rencana Tindakan
a. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga tentang pengaruh garan terhadap
klien hipertensi.
b. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga jenis makana yang banyak
mengandung garam.
c. Beri motivasi kepada klien dan keluarga bahwamereka mampu untuk
merubah kebiasaan yang kurang baik tersebut yang didasari padea niat dan
keinginan untuk merubah.
 Rasional
a. Diharapkan klien dan keluarga memahami dan mengerti tentang pengaruh
garam terhadap klien hipertensi
b. Diharapkan klien dan keluarga dapat menghindari makanan yang banyak
mengandung garam.
c. Dengan diberi motivasi diharapkan klien dan kelarga mau merubah sikapnya
dari yang tidak sehat menjadi sehat
E. Ketidakmampuan menggunakan sumber pemanfaatan tanaman obat
keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan guna dari tanaman
obat keluarga
 Tujuan
Diharapkan klien dan keluarga mampu memanfaatkan sumber tanaman obat
keluarga.
 Kriteria hasil
Klien dan keluarga dapat menyebutkan tanaman obat yang dapat membantu
untuk pengobatan hipertensi
 Rencana tindakan
a. Beri penjelasan kepada klien dan keluarga manfaat Toga.
b. Beri penjelasan kepada klien keluarga macam dan jenis tumbuhan /tanaman
yang dapat membantu menurunkan tekanan darah
c. Anjurkan kepada kepada klien dan keluarga agar berusaha memiliki tanaman
obat keluarga .
 Rasional
a. Agar klien dan keluarga dapat memahami manfaat Toga.
b. Klien dan keluarga dapat mengetahui jenis tanaman yang dapat menurunkan
tekanan darah.
c. Dengan memiliki Toga sendiri klien dapat mengkonsumsi tanaman obat
tersebut kapan saja diperlukan.
5. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang menderita
hipertensi sesuai rencana yang telah disusun.
Pada peleksanaan asuhan keperawatan keluarga dapat dilaksanakan antara lain :
- Deteksi dini kasus baru
- Kerja sama lintas program dan lontas sektoral
- Melakukan rujukan
- Bimbingan dan penyuluhan.
( Pedoman Kerja Puskesmas, 1992 :6)
6. Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (out put ) dan
penilaian selalu berkaitan dengan tujuan.Evaluasi juga dapat meliputi penilaian
input dan porses.
Evaluasi sebagai suatu proses yang dipusatkan pada beberapa dimensi ;
 Bila evaluasi dipusatkan pada tujuan kita memperhatikan hasil dari tindakan
keperawatan.
 Bila evaluasi digunakan pada ketepatgunaan (effisiensi ),maka dimensinya
dapat dikaitkaan dengan biaya.,waktu,tenaga dan bahan.
 Kecocokan (Apprioriatenes ) dari tindakan keperawatan adalah kesanggupan
dari tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah.
 Kecukupan (Adecuacy) dari tindakan keperawatan (Family Healt
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.
Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran, EGC.
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition.
Oxford: Oxford University Press.
Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga. Malang:Buntara Media.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika.
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Pt Grasindo.
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam. Ed 2. Jakarta: Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai