Anda di halaman 1dari 8

Studi Literatur

TRANSMISSION ASSESSMENT JKMA


SURVEY SEBAGAI SALAH SATU Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
diterbitkan oleh:
LANGKAH PENENTUAN ELIMINASI Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
FILARIASIS p-ISSN 1978-3833
8(2)85-92
Diterima Oktober 2013 @2014 JKMA
Disetujui Desember 2013 http://jurnal.fkm.unand.ac.id/index.php/jkma/
Dipublikasikan 1 April 2014

Fauziah Elytha1
1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Padang

Abstrak
Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular yang mengenai saluran dan kelenjar limfe dise­
babkan oleh cacing filarial dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat kronis dan bila tidak diobati
dapat menimbulkan cacat menetap, berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin pada perempuan
maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung ke­
pada orang lain sehingga menjadi beban masyarakat. Data WHO menunjukkan bahwa didunia terdapat
1,3 miliar penduduk yang berada dinegara berisiko tertular filariasis, dan lebih dari 60 % negara-negara
tersebut berada di Asia Tenggara. Dengan berbagai akibat tersebut, saat ini penyakit kaki gajah telah
menjadi salah satu penyakit yang diprioritaskan untuk dieliminasi.Telah disusun rencana aksi Nasional
yang sistematis untuk menanggulangi hal tersebut yaitu dengan menetapkan dua pilar kegiatan yang akan
ditempuh yaitu Memutuskan mata rantai penularan dengan Pemberian Obat Massal Pencegahan Filaria­
sis (POMP filariasis) di daerah endemis dengan menggunakan Diethyl Carbamazine (DEC) 6 mg/kg berat
badan yang dikombinasikan dengan albendazole 400 mg sekali setahun dan dilakukan minimal 5 tahun
berturut turut . Setelah 5 tahun menjalani pengobatan masal filariasis maka dilakukan evaluasi microfilaria
dalam darah melalui survey darah jari (SDJ) dan Transmission Assesment Surveys(TAS) pada anak sekolah,
sedangkan untuk kasus klinis dilakukan perawatan kasus akut maupun kasus klinis kronis.
Kata Kunci : Filariasis, Eliminasi, TAS, Survey Darah Jari

TRANSMISSION ASSESSMENT SURVEY AS ONE STEP DETERMINATION OF


ELIMINATION FILARIASIS
Abstract
Filariasis or elephantiasis is an infectious disease of the tract and lymph nodes caused by filarial worms
and transmitted by mosquitoes. The disease is a chronic (chronic) and if not treated can lead to permanent
disability, such as enlargement of the legs, arms and genitals in both women and men. As a result, the pa­
tient can not work optimally even his life depends on someone else to become a burden on society. WHO
data With a wide range due to the current disease elephantiasis has become one of the priority diseases
for elimination .The National action plan for the systematic overcome it is to set the two pillars of the ac­
tivities that will be pursued That Decided transmission chain with Multiple Drug Administration Obat of
Prevention (POMP filariasis) in endemic areas using Diethyl Carbamazine (DEC) 6 mg / kg of body weight
in combination with albendazole 400 mg once a year and made ​​at least 5 consecutive years. After 5 years of
mass treatment of filariasis then be evaluated through a survey of microfilaria in the blood of finger blood
(SDJ) and Transmission Assessment Surveys (TAS) in school children, whereas clinical cases performed for
treatment of clinical cases of acute and chronic cases.(1) Shows that there are 1.3 billion people in the world
who are at risk of contracting filariasis country, and more than 60% of the countries in Southeast Asia.
Keywords : filariasis, Elimination, TAS, Finger Blood Survey

Korespondensi Penulis:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand, Jalan Perintis Kemerdekaan no. 94, Padang, Sumatera Barat
Email : elytha12@gmail.com

85
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas | April 2014 - September 2014 | Vol. 8, No. 2, Hal. 85-92

Pendahuluan taranya sudah terinfeksi dan 40 juta orang


Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah sudah menunjukkan gejala klinis berupa pem­
penyakit menular yang mengenai saluran bengkakan organ tubuh di kaki dan lengan
dan kelenjar limfe disebabkan oleh cacing fi­ (Lymphoedema) atau anggota tubuh lainnya.(2)
larial dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit Selain itu, data WHO menunjukkan sekitar
ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak 66% yang berisiko infeksi hidup di wilayah
mendapatkan pengobatan dapat menimbul­ Asia Tenggara WHO dan 33% di Afrika.(1)
kan cacat menetap, berupa pembesaran kaki, Di wilayah Afrika sebesar 85% ( 39 dari
lengan dan alat kelamin baik pada perempuan 46 negara) endemis filariasis limfatik dengan
maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak populasi berisiko 396 juta di tahun 2008, di
dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya wilayah Amerika 7 negara endemis filariasis
tergantung kepada orang lain sehingga menja­ limfatik dengan 12 juta orang berisiko. Di
di beban keluarga, masyarakat dan Negara.(1) wilayah bagian timur Mediterania ada 3 negara
Data WHO menunjukkan bahwa di­ endemis yaitu Mesir, Sudan, Yaman dengan 12
dunia terdapat 1,3 miliar penduduk yang be­ juta orang beresiko, dimana hampir 510.000
rada dinegara berisiko tertular filariasis, dan orang dirawat pada tahun 2008. Di wilayah
Asia Tenggara sekitar 66% dari populasi global
lebih dari 60 % negara-negara tersebut berada
berisiko filariasis limfatik yang terdiri 9 negara
di Asia Tenggara. (WHO dalam Kemenkes RI,
endemis dengan 426 juta orang yang meneri­
2010). Dengan berbagai akibat tersebut, saat
ma perawatan.(3)
ini penyakit kaki gajah telah menjadi salah
Hampir seluruh wilayah Indonesia ada­
satu penyakit yang diprioritaskan untuk dieli­
lah daerah endemis filariasis, terutama wilayah
minasi. Diprakarsai oleh WHO sejak 1999,
Indonesia Timur yang memiliki prevalensi le­
pada tahun 2000 diperkuat dengan keputusan
bih tinggi. Sejak tahun 2000 hingga 2009 dil­
WHO dengan mendeklarasikan “The Global
aporkan kasus kronis filariasis sebanyak 11.914
Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a
kasus yang tersebar di 401 kabupaten/kota.
Public Health Problem by the Year 2020”.(1)
Hasil laporan kasus klinis kronis filariasis dari
Indonesia sepakat untuk ikut serta da­
kabupaten/kota yang ditindaklanjuti dengan
lam Eliminasi Filariasis Global yang ditandai
survey endemisitas filariasis, sampai dengan ta­
dengan pencanangan dimulainya eliminasi
hun 2009 terdapat 337 kabupaten/kota ende­
filariasis di Indonesia oleh Menteri Kesehatan
mis dan 135 kabupaten/kota non endemis.(1)
pada tanggal 8 April 2002 di Desa Mainan,
Filariasis disebabkan oleh infeksi Nema­
Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Musi
toda (Cacing Gelang) dari keluarga Filariodidea,
Banyuasin, Sumatera Selatan. Pemerintah te­ ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk (Cu­
lah menetapkan Program Eliminasi Filariasis lex, Anopeheles, Mansonia dan Aedes). Ada tiga
sebagai salah satu prioritas nasional pembe­ jenis cacing filaria: Wuchereria bancrofti, Bru­
rantasan penyakit menular sesuai dengan Pera­ gia malayi dan Brugia timori. Dari ketiga jenis
turan Presiden Republik Indonesia nomor 7 cacing filaria penyebab filariasis, Brugia malayi
tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan mempunyai penyebaran paling luas di Indone­
Jangka Menengah Nasional tahun 2004 - sia. Brugia timori hanya terdapat di Indonesia
2009, Bab 28, D.5. Selain itu diterbitkan Surat Timur yaitu: di Pulau Timor, Flores, Rote,
Edaran Mendagri No.443.43/875/SJ tentang Alor dan beberapa pulau kecil di Nusa Teng­
Pedoman Pelaksanaan Pengobatan Massal Fil­ gara Timur. Sedangkan Wuchereria bancrofti ter­
ariasis dalam rangka Eliminasi Filariasis di In­ dapat di Pulau Jawa, Bali, NTB dan Papua.(4)
donesia, sehingga diharapkan komitmen dari Cacing dewasa masuk kedalam sistem
pemerintah, provinsi dan kabupaten/kota limfatik dan mengganggu sistem kekebalan
akan semakin meningkat (2) tubuh. Mereka tinggal selama 6-8 tahun dan
Sebanyak 1,3 miliar penduduk yang be­ selama hidup menghasilkan jutaan mikrofi­
rada di 83 negara beresiko tertular filariasis. laria (larva kecil) yang beredar dalam darah.
Diperkirakan lebih dari 120 juta orang dian­ Filariasis limfatik ditularkan oleh berbagai je­
nis nyamuk misalnya dengan nyamuk Culex,

86
Elytha | TAS Sebagai Salah Satu Langkah Penentuan Eliminasi Filariasis

tersebar luas di seluruh daerah perkotaan dan langsung selama 3-36 bulan. Meski terkesan
semi-perkotaan; Anopheles terutama di daerah gampang sekali tertular oleh nyamuk, namun
pedesaan, dan Aedes, terutama di pulau-pu­ pada kenyataannya diperlukan ratusan hingga
lau endemik di Pasifik. Anak dari cacing de­ ribuan gigitan nyamuk hingga bisa menyebab­
wasa berupa mikrofilaria bersarung, terdapat kan penyakit filarial.(5)
di dalam darah dan paling sering ditemukan Cacing jantan dan betina hidup di salu­
di aliran darah tepi. Mikrofilaria ini muncul ran dan kelenjar limfe, bentuknya halus seperti
di peredaran darah enam bulan sampai satu benang dan berwarna putih susu. Cacing beti­
tahun kemudian dan dapat bertahan hidup na mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung.
hingga 5-10 tahun. Pada Wuchereria bancrofti, Mikrofilaria ini hidup di dalam darah dan
mikrofilaria berukuran 250-300 x 7-8 mikron. terdapat di aliran darah tepi pada waktu-wak­
Sedangkan pada Brugia malayi dan Brugia
tu tertentu saja yang mempunyai periodisitas.
timori, mikrofilaria berukuran 177-230 mikron.
Gambar
(5) 1. Penyebaran Kasus Filariasis di Indonesia
Pada umumnya, Microfilaria W. bancrofti bersi­
fat periodisitas nokturna, artinya mikrofilaria
Saat ini telah diketahui ada 23 spesies
hanya terdapat di dalam darah tepi pada waktu
nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Manso­
malam. Pada siang hari, mikrofilaria terdapat
nia dan Armigeres yang dapat berperan sebagai
di kapiler dalam paru, jantung, ginjal dan se­
vektor filariasis. Tetapi vektor utamanya ada­
bagainya.(5)
lah Anopheles farauti dan Anopheles punctulatus.
Di daerah perkotaan, parasit ini ditu­
Wuchereria bancrofti tipe urban ditemukan di
larkan oleh nyamuk Culex quinquefasatus. Di
kota-kota besar.(2)
pedesaan vektornya berupa nyamuk Anopheles
Hasil penelitian menyebutkan bahwa be­
atau nyamuk Aedes. Daur hidup parasit ini me­
berapa spesies dari genus Anopheles disamping
merlukan waktu yang panjang. Masa pertum­
berperan sebagai vektor malaria juga dapat ber­
buhan parasit di dalam nyamuk kurang lebih
peran sebagai vektor filariasis. Spesies nyamuk
2 minggu. Pada manusia, masa pertumbuhan
mempunyai tempat perindukan berbeda-beda
belum diketahui secara pasti tetapi diduga ku­
misalnya: di rawa-rawa, air kotor (comberan),
rang lebih 7 bulan, sama dengan masa pertum­
air sawah, air laguna. Nyamuk dapat bersifat
buhan parasit ini di dalam Presbytis cristata (lu­
antropofilik (menyukai darah manusia), zoofilik
tung). Microfilaria yang terisap oleh nyamuk,
(menyukai darah hewan) dan zooantropofilik
melepaskan sarungnya di dalam lambung,
(menyukai darah hewan maupun manusia), ek­
menembus dinding lambung dan bersarang di
sofagik (menggigit diluar rumah) dan endofagik
antara otot-otot toraks. Mula-mula parasit ini
(menggigit di dalam rumah). Tempat beristi­
memendek, bentuknya menyerupai sosis dan
rahat nyamuk juga berbeda-beda tergantung
disebut larva stadium I. Dalam waktu kurang
spesiesnya.(5)
lebih seminggu, larva ini bertukar kulit, tum­
Larva infektif yang disebut mikrofilaria
buh menjadi lebih gemuk dan panjang disebut
memiliki panjang sekitar 200-250 µm serta leb­
larva stadium II. Pada hari kesepuluh dan se­
ar 5-7 µm yang bersarung. Bedanya diantara W.
lanjutnya, larva bertukar kulit sekali lagi, tum­
bancrofti, B.malayi, dan B.timori, hanya B.timori
buh makin panjang dan lebih kurus disebut
yang sarungnya tidak menyerap pewarna seh­
larva stadium III.(5)
ingga tidak kelihatan bersarung di mikroskop.
Gerakan larva stadium III sangat aktif.
Juga yang membedakan ketiga spesies ini, pada
Bentuk ini bermigrasi, mula-mula ke rongga
spesies Brugia, terdapat inti tambahan teruta­
abdomen kemudian ke kepala dan alat tusuk
ma di ujung ekor serta karakteristik lain seper­
nyamuk. Bila nyamuk sedang aktif mencari
ti jarak mulut, panjang tubuh.
darah akan terbang berkeliling sampai adanya
Perkembangan dari larva muda hingga
rangsangan hospes yang cocok diterima oleh
menjadi larva infektif di dalam tubuh nyamuk
alat penerima rangsangannya. Rangsangan ini
berlangsung selama 1-2 pekan sedangkan dari
akan memberi petunjuk pada nyamuk untuk
mulai masuknya larva dari nyamuk ke tubuh
mengetahui dimana adanya hospes kemudian
manusia hingga menjadi cacing dewasa ber­

87
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas | April 2014 - September 2014 | Vol. 8, No. 2, Hal. 85-92

baru menggigit. Bila nyamuk yang mengan­ serologis deteksi antibodi, deteksi antigen
dung larva stadium III bersifat infektif dan beredar dengan teknik ELISA Sandwich meng­
mengigit manusia, maka larva tersebut secara gunakan antibodi monoclonal (Harrison, 2008),
aktif masuk ke dalam tubuh hospes dan bersa­ Immuno Chromatographic Test (ICT Filariasis)
rang di saluran limfe setempat. Di dalam tubuh merupakan cara diagnosis filariasis paling
hospes, larva mengalami dua kali pergantian sensitif pada saat ini (Soeyoko, 1998), deteksi
kulit, tumbuh menjadi larva stadium IV, lalu DNA dengan metoda Polymerase Chain Reaction
stadium V dan cacing dewasa.(7). Siklus ini yang (PCR) dan lymphangiography.(7)
berterusan sehingga semakin banyak menderi­ Intervensi yang efektif dan penggunaan
ta filariasis dan manusia merupakan definitive sumber daya yang efisien melalui upaya yang
host.(5) sistematis dan strategis akan menghasilkan
Penyakit Filariasis mempunyai gejala dan penghematan bagi negara. Untuk itu dibutuh­
tanda klinis akut dan dan kronis.(6) Gejala dan kan suatu rencana yang sistematis di tingkat
Tanda Klinis Akut meliputi demam berulang Nasional untuk menanggulangi hal tersebut
selama 3 – 5 hari. Demam dapat hilang bila yaitu dengan menetapkan dua pilar kegiatan
istirahat dan timbul lagi setelah bekerja berat. yang akan ditempuh dengan memutuskan
Pembengkakkan kelanjar getah bening (tanpa mata rantai penularan dengan Pemberian
ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak (lim­ Obat Massal Pencegahan Filariasis (POMP
fadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan filariasis) di daerah endemis dengan menggu­
sakit. Radang saluran kelenjar getah bening nakan DEC 6 mg/kg berat badan yang dikom­
yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari binasikan dengan albendazole 400 mg sekali
pangkal ke arah ujung kaki atau lengan. Abses setahun dan dilakukan minimal 5 tahun. (8)
filarial terjadi akibat seringnya pembengkakan Perawatan kasus filariasis dilakukan baik
kelenjar getah bening, dapat pecah dan menge­ kasus klinis akut maupun kasus klinis kronis.
luarkan nanah serta darah. Pembesaran tung­ Penanggulangan dan eliminasi penyakit kaki
kai, lengan, buah dada, kantong buah zakar gajah saat ini telah menjadi perhatian peme­
yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas rintah dan merupakan salah satu program pe­
(limfedema dini) ngendalian penyakit bersumber binatang yang
Gejala dan Tanda Klinis Kronis meliputi harus terus diupayakan secara lebih sistematis
pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada dan berkelanjutan. Untuk itulah Kementerian
tungkai, lengan, buah dada, atau buah zakar. Kesehatan membuat program kerja lima tahu­
Gejala klinis filariasis limfatik disebabkan oleh nan (2010-2014) dan estimasi kebutuhan biaya
mikrofilaria dan cacing dewasa baik yang hi­ agar tujuan dan sasaran bisa tercapai sesuai
dup maupun yang mati. Mikrofilaria biasanya harapan dan mampu memberikan kontribusi
tidak menimbulkan kelainan tetapi dalam mencapai eliminasi filariasis di dunia.(8)
keadaan tertentu dapat menyebabkan occult fi­ Pemeriksaan klinis merupakan cara di­
lariasis. Gejala yang disebabkan oleh cacing de­ agnosis paling cepat dan murah tapi gejala
wasa menyebabkan limfadenitis dan limfagitis klinis filariasis sangat bervariasi, mempunyai
retrograd dalam stadium akut, disusul dengan spektrum sangat luas dan sangat tergantung
obstruktif menahun. masing-masing individu dan spesies penye­
Cara diagnosis penyakit filariasis di an­ babnya. Penderita tidak menunjukkan gejala
taranya adalah pemeriksaan klinis, pemerik­ sama sekali (asimtomatik), atau menunjukkan
saan langsung darah segar ujung jari, peme­ gejala-gejala akut dan ada yang berkembang
riksaan darah jari/vena dengan pewarnaan, menjadi kronik. Gejala-gejala klinis seperti
pemeriksaan darah dengan Quantitatif Buffy demam, limfadenitis, limfangitis desendens, ab­
Coat (QBC), pemeriksaan ultrasound (Filaría ses, funikulitis, epididimitis dan orkitis sifatnya
Dance Sign) terutama untuk evaluasi hasil pe­ sementara dan dapat sembuh spontan tanpa
ngobatan dan hanya dapat digunakan untuk pengobatan serta dapat terjadi berulangulang.
infeksi filaria oleh W. bancrofti, pemeriksaan Gejala akut (demam) biasanya muncul jika

88
Elytha | TAS Sebagai Salah Satu Langkah Penentuan Eliminasi Filariasis

penderita bekerja berat (kelelahan) dan segera Indonesia melalui Kementerian Keseha­
hilang setelah istirahat penuh. Limfadenitis dan tan RI telah melakukan kesepakatan bahwa
limfangitis dapat timbul pada sistem limfe di­ filariasis harus dieliminasi di muka bumi ini
mana saja, tetapi kebanyakan di daerah lipat pada tahun 2020. Dalam program tersebut
paha kemudian menjalar ke arah distal (desen­ diatas disepakati bahwa pemberantasan filari­
dens) terlihat sepert tali berwarna merah dan asis limfatik menggunakan metoda yang sama
terasa nyeri. (9) di semua negara endemis. Program eliminasi
Gejala kronik seperti sikatrik, hidrokel filariasis di Indonesia ini menerapkan strate­
testis dan elephantiasis sifatnya menetap. Pada gi Global Elimination Lymphatic Filariasis dari
filariasis bancrofti dapat terjadi elephantiasis WHO. Strategi ini mencakup pemutusan ran­
pada seluruh kaki atau lengan sedangkan pada tai penularan filariasis melalui POMP filariasis
filariasis malayi atau timori hanya terjadi elefan­ di daerah endemis filariasis dengan menggu­
tiasis di bawah lutut. Di daerah endemik fila­ nakan DEC yang dikombinasikan dengan al­
riasis munculnya gejala-gejala klinis bervariasi, bendazole sekali setahun minimal 5 tahun, dan
ada yang cepat, ada yang lambat sampai beber­ upaya mencegah dan membatasi kecacatan
apa tahun, tetapi ada yang tidak menunjukkan dengan penatalaksanaan kasus klinis filariasis,
gejala klinis sama sekali sepanjang hidupnya baik kasus akut maupun kasus kronis.(1)
walaupun sudah terinfeksi filaria.(9) Tujuan umum dari program eliminasi
Penduduk berasal dari daerah non-en­ filariasis adalah agar filariasis tidak lagi menja­
demis filariasis apabila terkena infeksi pada di masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
umum­ nya akan menunjukkan gejala-gejala pada tahun 2020. Sedangkan tujuan khusus
akut, munculnya lebih cepat daripada pen­ program adalah menurunnya angka mikrofi­
duduk asli dan penderita tampak sakit lebih laria menjadi kurang dari 1% di setiap kabu­
berat. Diagnosis filariasis berdasarkan pemer­ paten/kota, mencegah dan membatasi kecacat­
iksaan klinis memang murah dan cepat, na­ an karena filariasis.
mun banyak kelemahannya karena sebagian Adapun pelaksanaan program eliminasi
besar penderita walaupun telah terinfeksi fila­ ini dilaksanakan dengan justifikasi, yaitu: Per­
ria tidak menunjukkan gejala klinis sama seka­ tama, penyebaran filariasis di 337 kabupaten/
li (asimtomatik) terutama pada penduduk asli, kota sampai dengan Januari 2010 dengan in­
sehingga diperlukan konfirmasi cara diagnosis dikasi angka mikrofilaria lebih besar dari 1%
lainnya. Pemeriksaan klinis dapat dimanfaat­ dapat dicegah penularannya pada penduduk
kan untuk dengan cepat memperkirakan atau yang tinggal di daerah endemis dengan melak­
menentukan tingkat endemisitas suatu dae­ sanakan Pengobatan Masal Pencegahan Filari­
rah, karena berdasarkan pengalaman beberapa asis (POMP Fil) POMP filariasis setahun sekali
kali penelitian dapat disimpulkan bahwa jika selama minimal lima tahun berturut-turut.
diantara 1000 penduduk ditemukan seorang POMP filariasis yang akan dilaksanakan harus
dapat memutus rantai penularan filariasis, se­
menderita elephantiasis dapat diperkirakan
hingga dapat menurunkan prevalensi mikrofi­
ada 10 penderita menunjukkan gejala klinis
laria lebih kecil dari 1%.(1)
akut dan kurang lebih terdapat 100 penderi­
Kedua, minimal 85% dari penduduk be­
ta yang didalam darahnya terdapat mikrofila­
risiko tertular filariasis di daerah yang teriden­
ria (10%). Keadaan ini menyebabkan daerah
tifikasi endemis filariasis harus mendapat
tersebut dengan cepat dapat diperkirakan ting­
POMP filariasis. Untuk itu POMP filariasis
kat endemisitasnya, yaitu 10%.(9)
harus diarahkan berdasarkan prioritas wilayah
Hasil pemeriksaan klinis merupakan pe­
menuju eliminasi filariasis tahun 2020.(1)
tunjuk awal ditemukannya daerah endemik fi­
Ketiga, penyebaran kasus dengan mani­
lariasis baru, dan hasil temuan ini harus segera
festasi kronis filariasis yang berjumlah 11.914
dilanjutkan dengan pemeriksaan darah ujung
di 401 kabupaten/kota dapat dicegah dan
jari untuk menentukan angka mikrofilaria di
dibatasi dampak kecacatannya dengan pena­
daerah tersebut dengan pasti.(9)
talaksanaan kasus klinis baik melalui basis ru­

89
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas | April 2014 - September 2014 | Vol. 8, No. 2, Hal. 85-92

mah sakit maupun komunitas yaitu Community gan). Darah yang keluar pertama dihapus den­
Home Based Care.(RAN). (1) gan alkohol swab, kemudian darah diteteskan
Pelaksanaan POMP filariaris dilaku­ sebanyak tiga tetes (diperkirakan 20 µl) pada
kan dengan berbasis kabupaten/kota. Walau­ slide, dilebarkan dengan menggunakan ujung
pun sudah berbasis kabupaten/kota, upaya slide sehingga membentuk sediaan darah tebal
program tersebut belum dapat menjangkau berbentuk oval berukuran 1 x 2 cm. Sediaan
seluruh penduduk di wilayah kabupaten/ darah tersebut dikeringkan selama satu malam
kota tersebut. Pola program semacam ini ti­ dengan menyimpan di tempat yang aman dari
daklah efisien dan tidak efektif karena tetap serangga dan keesokan harinya dihemolisis
terdapat risiko penularan (re-infeksi) karena dengan air selama beberapa menit sampai
belum seluruh penduduk terlindungi. Untuk warna merah hilang, lalu dibilas lagi dengan
itu, pelaksanaan POMP filariasis perlu diren­ air dan dikeringkan. Kemudian diwarnai de­
canakan secara komprehensif dan mencakup ngan Giemsa sediaan dibilas dengan air bersih
seluruh wilayah endemis di Indonesia.(2) dan dikeringkan. Untuk mewarnai 500 se­
Untuk penanggulangan filariasis ini diaan darah dibutuhkan larutan Giemsa 100
dilakukan program eliminasi filariasis yaitu ml. Setelah kering sediaan diperiksa di bawah
program pemutusan mata rantai penular­ mikroskop dengan pembesaran rendah (10x10)
an fi­lariasis sehingga tidak ditemukan lagi untuk menentukan jumlah mikrofilaria dan
penderita baru. Program Eliminasi Filariasis pembesaran tinggi (10x40) untuk menentukan
merupakan salah satu program nasional yang jenis/spesiesnya. Hasil dicatat pada formulir.
memprioritaskan pemberantasan penyakit Bila hasil survey darah jari ditemukan micro­
menular sesuai dengan Peraturan Presiden Re­ filaria rate > 1 % maka daerah tersebut harus
publik Indonesia nomor 7 tahun 2005 tentang dilkukan MDA(10) .
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Na­ Transmission Assessment Survey (TAS)
sional tahun 2004-2009.(2) adalah survey untuk menilai apakah serang­
Survei darah jari merupakan survey en­ kaian MDA telah berhasil mengura­ ngi
demisitas filariasis. Survei ini dilakukan pada prevalensi infeksi ke tingkat yang sama
daerah yang ditemukan kasus klinis filarial. dengan atau di bawah cut- off ambang ba­
Sasaran survey darah jari adalah usia 13 tahun tas kritis untuk berbagai spesies vektor dan
keatas yang bertempat tinggal disekitar pende­ kompleks , dan untuk memutuskan apakah
rita .Pengambilan spesimen darah jari dilaku­ MDA dapat distop.(11)
kan mulai pukul 20.00 s/d 24.00 WITA, di­ Tujuan dari TAS untuk memberikan pe­
mana cacing filaria di Indonesia mempunyai tunjuk sederhana, bahwa prevalensi filariasis
periodisitas mikrofilaria malam hari. Persia­ limfatik pada anak-anak berusia 6-7 tahun be­
pan pengambilan darah jari yang dilakukan rada di bawah ambang batas yang telah diten­
melalui beberapa tahapan yaitu di dahului tukan ; untuk menjadi dasar agar POMP Fil­
dengan mempersiapkan peralatan survey. ariasis (MDA) dapat dihentikan. Pelaksanaan
Memberikan penyuluhan melalui pemutaran Tas Survei dilakukan pada daerah endemis
film dokumenter tentang filariasis di lokasi yang telah 5 tahun berturut turut melalukan
SDJ. Registrasi setiap orang yang akan diam­ pengobatan massal pencegahan filariasis de­
bil darahnya. Pengambilan darah jari, Slide ngan cakupan 65 %.(11)
yang sudah bersih dari lemak atau kotoran, Empat langkah program berurutan un­
diberi nomor dengan spidol waterproof sesuai tuk menghilangkan filariasis limfatik melalui
dengan nomor penduduk yang telah didaftar MDA: (11)
dalam formulir pencatatan survey. Ujung jari a. Pemetaan distribusi geografis penyakit;
kedua atau keempat dibersihkan dengan al­
b. Mengelola MDA untuk setidaknya 5 tahun
cohol swab, setelah kering ditusuk tegak lurus
alur garis pada jari tangan dengan blood lancet untuk mengurangi jumlah mikrofilaria
sehingga darah keluar (dengan penekanan rin­ yang beredar dalam darah ke tingkat yang

90
Elytha | TAS Sebagai Salah Satu Langkah Penentuan Eliminasi Filariasis

mungkin akan mencegah vektor nyamuk pada tanggal 8 April 2002 di Desa Mainan,
menularkan infeksi; Kecamatan Banyuasin III, Kabupaten Musi
Banyuasin, Sumatera Selatan. Pemerintah tel­
c. Melaksanakan pengawasan setelah peng­
ah menetapkan Program Eliminasi Filariasis
hentian MDA; sebagai salah satu prioritas nasional pembe­
d. Mengkonfirmasikan gangguan transmisi rantasan penyakit menular sesuai dengan Pera­
di tingkat nasional. turan Presiden Republik Indonesia nomor 7
Persyaratan Survey Tas:(11) tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional tahun 2004 - 2009,
a. Minimal telah melakukan Pengobatan
Bab 28, D.5 (4)
Masal Pencegahan Filariasis 5 tahun ber­ Daerah endemis fialria harus melak­
turut turut. sanakan MDA dengan pengobatan Massal
b. Cakupan minimal setidaknya cakupan Pencegahan filariasis selama 5 tahun berturut
turut. Transmission Assesmen Survey merupa­
melebihi 65 % dalam total populasi unit.
kan salah satu penentu apakah suatu daerah
c. Prevalensi infeksi di sentinel dan situs telah dapat mencapai eliminasi dan menghen­
spot- check adalah di bawah 1 % ( untuk tikan pemberian MDA.
kehadiran mikrofilaria ) atau di bawah 2 % Disarankan pelaksanaan Transmission
Assesment Survey perlu disosialisasikan kepa­
( untuk kehadiran antigen menggunakan
da kabupaten kota dan diikuti dengan survei
uji immunochromatographic (ICT)). darah jari,karena penentuan endemis menggu­
nakan survei darah jari sedangkan hasil pem­
Monitoring dilakukan dengan survey berian POMP filariasis dievaluasi dengan TAS.
darah jari. Hasil survei darah jari tahun keli­
ma akan diteruskan dengan survei penilaian Daftar Pustaka
penularan (TAS) pada anak sekolah. Survei 1. Depkes RI. Pedoman Pengobatan Massal
penularan ini dilakukan pada murid SD usia Penyakit Kaki Gajah (Filariasis). Buku 4.
6-7 tahun dengan pengambilan darah. Jika Jakarta; Ditjen PPM & PL. 2002
survei penilaian penularan (TAS) hasilnya 2. Depkes RI. Lampiran Keputusan Ment­
didapatkan microfilaria < 1 % atau antigen < eri Kesehatan RI No.1582/Menkes/SK/
2% berarti tidak terjadi transmisi baru, maka XI/2005; 2005
kabupaten bisa menghentikan POMPFil.(11) 3. WHO. Epidemiology Lymphatic Filariasis.
Tahun 2013 [Online]. Dari :http://www.
Kesimpulan who.int. [28 September 2013].
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah 4. Kemenkes RI. Rencana Nasional Program
penyakit menular yang mengenai saluran Eliminasi Filariasis diIndonesia. Subdit
dankelenjar limfe disebabkan oleh cacing fi­ Filariasis dan Schistomiasis. Jakarta; Dit­
larial dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit jen PP & PL. 2010
ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak 5. Depkes RI. Epidemiologi Filariasis. Ditjen
mendapatkan pengobatan dapat menimbul­ PPM & PL. Jakarta; 2006
kan cacat menetap, berupa pembesaran kaki, 6. Depkes RI. Pedoman Promosi Kesehatan
lengan dan alat kelamin baik pada perempuan dalam Eliminasi Filariasis. Jakarta; Ditjen
maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak PPM & PL. 2006
dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya 7. Michael. Filariasis di Indonesia. Buletin
tergantung kepada orang lain sehingga menja­ Jendela Epidemiologi Vol 1 Tahun 2006;
di beban keluarga, masyarakat dan Negara.(1) 2006
Indonesia sepakat untuk ikut serta da­ 8. Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiolo­
lam Eliminasi Filariasis Global yang ditandai gi Penularan, Pencegahan & Pemberan­
dengan pencanangan dimulainya eliminasi tasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008
filariasis di Indonesia oleh Menteri Kesehatan

91
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas | April 2014 - September 2014 | Vol. 8, No. 2, Hal. 85-92

9. Wahyono, Tri Yunis Miko. Analisis Epide­


miologi Deskriptif Filariasis di Indonesia.
Buletin Jendela Epidemiologi, Volume 1,
Juli 2010
10. Kadir,A. Survei Darah Jari (SDJ)(SDJ) ,BT­
KLPP Banjar Baru, Juni 2011 [Online]
http://www.bbtklppbjb.freeiz.com/1_41
[30 Maret,2014]
11. 11.WHO,Transmission Assesment Survey
in the Global Program Elimenate Lym­
phatic Filariasis,WHO 2011

92

Anda mungkin juga menyukai