Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 9 bulan menurut kalender Internasional (Wiknjosatro, 2007:286). Kehamilan
merupakan hal fisiologis yang terjadi pada seorang wanita. Meskipun demikian, semua
jenis kehamilan memiliki resiko terjadinya komplikasi pada masa persalinan atau bahkan
masa kehamilan itu sendiri.
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada umur
kehamilan cukup bulan (> 37 minggu), presentasi bokong merupakan malpresentasi yang
paling sering dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi bokong
berkisar antara 25-30%, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala
setelah umur kehamilan 34 minggu. Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan letak kepala. Angka kematian prenatal dengan
persalinan letak sungsang mempunyai presentase 16,8-38,5 % di Indonesia.
Manajemen presentasi bokong mengalami perubahan yang mengarah kepada
semakin dipilihnya cara persalinan bedah sesar dibandingkan vaginal. Pada tahun 1990
sebanyak 90% kasus presentasi bokong dilahirkan secara bedah sesar, sedangkan pada
tahun 1970 hanya sebanyak 11,6 %. Kecendrungan tersebut sangat berkaitan dengan bukti-
bukti yang menunjukkan hubungan cara persalinan dengan resiko kematian atau
morbiditas perinatal.

1.2 Tujuan Penulis


1.2.1 Tujuan umum
Tujuan umum penyusunan adalah :
1. Memahami dan mengetahui tentang kehamilan letak sungsang.
2. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik pada kasus kehamilan
letak sungsang.
3. Mahasiswa mampu melakukan penanganan dan penatalaksaan yang tepat pada
kasus kehamilan letak sungsang.

1
1.2.2 Tujuan Khusus
Memberikan informasi kepada pembaca tentang kehamilan letak sungsang.

1.2.3 Ruang lingkup penulis


Penulis membatasi dan berpedoman kepada buku terbitan fakultas kedoteran

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi penulis
1. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang kehamilan letak sungsang.
2. Sebagai laporan kasus yang menyajikan analisis kasus tentang kehamilan letak
sungsang.
3. Untuk memenuhi tugas case report session kepanitraan klinik di bagian obstetri dan
gynekologi dalam RSUD Solok 2017.

1.3.2 Manfaat bagi pembaca


Dengan ada nya pembahasan mengenai kehamilan letak sungsang di harap kan kepada
pembaca agar lebih tertarik untuk mengetahui tentang kehamilan letak sungsang sebagai
kompetensi dokter umum.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi letak sungsang

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri, atau janin terletak pada posisi aksis
longitudinal dengan kepala di fundus uteri.

Gambar 2.1 Letak Sungsang

2.2 Epidemiologi
Angka kejadian persalinan sungsang bervariasi. Scheer & Nubar melaporkan 16% kejadian
letak sungsang pada usia kehamilan 32 minggu, menurun hingga 7% pada usia kehamilan 38
minggu dan 5% pada usia kehamilan 40 minggu. Letak sungsang banyak terdapat pada kehamilan
muda dan lebih banyak pada primigravida. Beberapa peneliti lain seperti Greenhill
melaporkan kejadian persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%. Di Parkland Hospital
3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak
sungsang. Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada tahun 2003-2007
didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%

3
2.3 Etiologi
Letak sungsang biasanya terjadi karena kegagalan versi spontan menjadi presentasi kepala
pada kehamilan aterm atau pada persalinan prematur sebelum versi kepala terjadi.
Beberapa faktor predisposisi pada letak sungsang :
1) Umur kehamilan kurang bulan (premature). Semakin mendekati hari persalinan,
janin akan berputar lagi menjadi letak kepala. Jika persalinan yang tidak
diharapkan terjadi, janin tidak akan mendapat kesempatan untuk membalik
posisinya.
2) Terdapat plasenta previa
Memungkinkan janin memiliki ruang yang lebih untuk melakukan pergerakan di dalam
uterus.
3) Keadaan janin :
a. Makrosemia
b. Hidrosefalus
Pembesaran kepala dari janin membuat janin sulit untuk melakukan putaran akhir
menjadi presentasi kepala.
4) Keadaan ketuban
a. Polihidroamnion
Jumlah cairan ketuban yang berlebihan memungkinkan janin melakukan terlalu
banyak gerakan.
b. Oligohidroamnion
Jumlah cairan ketuban yang terlalu sedikit mungkin mengahambat perputaran akhir
dari janin menjadi presentasi kepala.
5) Keadaan kehamilan
a. Gemelli
Karena terbatasnya ruang di uterus.
b. Multipara
Multipara dapat menyebabkan regangan maupun elastisitas uterus menurun,
merupakan faktor predisposisi persalinan dengan letak sungsang.
6) Keadaan tali pusat pendek
7) Memiliki riwayat persalinan letak sungsang sebelumnya , kemungkinan adanya kelainan
dari bentuk uterus.
8) Kelainan bentuk uterus seperti uterus bikornus dan uterus septum.
9) Tumor pelvis mungkin menghambat pergerakan janin sehingga membuatnya terjebak
dalam presentasi bokong.

4
2.4 Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang, ataupun letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan
demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak
sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala.

2.5 Klasifikasi letak sungsang


Klasifikasi letak sungsang yaitu:
1) Presentasi bokong murni (frank breech)
Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujung kaki
setinggi bahu atau kepala janin.
2) Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)
Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna dan di
samping bokong dapat diraba kedua kaki.
3) Presentasi bokong kaki tidak sempurna (incomplete breech)
Yaitu letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki
yang lain terangkat ke atas.
4) Letak kaki (footling breech/incomplete breech),
Yaitu salah satu atau kedua kaki terletak sebagai bagian yang terendah.

5
Gambar 2.2 Klasifikasi letak sungsang

2.6 Diagnosis

Diagnosis letak sungsang umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan berdasarkan


keluhan subjektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang telah dilakukan.
Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut terasa penuh di
bagian atas dan gerakan anak lebih banyak dibawah rahim. Dari riwayat kehamilan
mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang. .
Berdasarkan pemeriksaan Leopold akan teraba bagian keras, bulat, dan melenting
pada fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian-
bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Di atas simfisis, akan teraba bagian yang besar
lunak dan noduler. Bunyi jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

6
Gambar 2.3. Pemeriksaan Luar

Pada pemeriksaan dalam, jika pembukaan sudah besar dapat teraba tiga tonjolan
tulang, yaitu kedua tubera ossis ischii dan ujung os sacrum, sedangkan os scrum dapat
dikenal sebagai tulang yang meruncing dengan deretan prosesus spinosus ditengah-tengah
tulang tersebut.
Antara tiga tonjolan tulang tadi dapat diraba anus dan genitalia anak. Persentasi
bokong harus dibedakan dari muka karena pada letak muka jika caput succedaneum besar,
muka dapat disangka bokong karena kedua tulang pipi dapat menyerupai tubera ossis
ischii, dagu menyerupai ujung os sacrum, sedangkan mulut di sangka anus, yang
menentukan ialah bentuk os sacrum yang mempunyai deretan prosesus spinosus yang
disebut krista sakralis medialis. Pada letak bokong kaki, teraba kaki di samping bokong.
Perbedaan kaki dan tangan :
1. Pada kaki ada calcaneus, jadi ada tiga tonjolan tulang, yaitu mata kaki dan
calcaneus, sedangkan pada tangan hanya ada mata dipergelangan tangan.
2. Kaki tidak dapat diluruskan terhadap tungkai, selalu ada sudut.
3. Jari kaki jauh lebih pendek dari telapak kaki.

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan menggunakan Rontgen dan USG.


Namun karena adanya faktor resiko paparan radiasi maka USG lebih sering digunakan
pada saat ini. Dengan menggunakan USG dapat diketahui presentasi, letak dan habitus dari
bayi, adanya kehamilan multipel, lokasi dari plasenta dan volume cairan amnion.

7
2.7 Penatalaksanaan
a. Dalam kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari kausa dari pada letak sungsang yakni
dengan USG, seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda, kelainan
uterus. Jika tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau
dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi)
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada umumnya
versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar janin
masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu 38 versi luar sulit dilakukan
karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang. Sebelum
melakukan versi luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut jantung janin
harus dalam keadaan baik. Kontraindikasi untuk melakukan versi luar: panggul sempit,
perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa. Keberhasilan versi luar
35-86%. Peningkatan keberhasilan terjadi pada multiparitas usia kehamilan, frank breech,
letak lintang.

b. Dalam persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan
kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama hendaknya
ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi secsio, seperti kesempitan
panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam rongga panggul.
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka
penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan
pervaginam atau perabdominal (secsio caesaria). Pervaginam dilakukan jika tidak ada
hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong. Syarat persalinan pervaginam pada
letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau letak bokong (frank breech), pelvimetri,
klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat secsio caesaria dengan
indikasi CPD, dan kepala fleksi.

Mekanisme persalinan letak sungsang:

- Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring
- Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi dalam
sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.

8
- Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga distansia
bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.

- Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion


- Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk persalinan
trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.

- Jika bokong tidak mengalami kemajuan selama kontraksi berikutnya,


episiotomi dapat dilakukan dan bokong dilahirkan dengan traksi kebawah
perut.

9
- Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu.
Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.

- Jika kaki janin telah keluar, penolong dapat menyusupkan tangan sepanjang
kaki anterior dan melahirkan kaki dengan fleksi dan abduksi sehingga bagian
badan lainnya dapat dilahirkan.

- Bahu janin mencapai pelvic ‘gutter’ (jalan sempit) dan melakukan putar paksi
dalam sehingga diameter biacromion terdapat pada diameter anteroposterior
diameter pelvic luar.

10
- Secara stimulan, bokong melakukan rotasi anterior 900. Kepala janin kemudian
masuk ke tepi pelvic, sutura sagitalis berada pada tepi diameter transversal.
Penurunan ke dalam pelvic terjadi dengan fleksi dari kepala.

2.8 Cara persalinan letak sungsang pervaginam

Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang harus


dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his adekuat
dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram. Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat
persalinan pervaginam tidak dapat dihindarkan yaitu ibu memilih persalinan pervaginam,
direncanakan bedah sesar tetapi terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat,
persalinan terjadi di fasilitas yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi
bokong yang tidak terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran janin kedua pada kehamilan
kembar. Persalinan pervaginam tidak dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi
persalinan pervaginam bagi ibu dan janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala janin dan
berat bayi > 3600 gram, tidak adanya informed consent, dan tidak adanya petugas yang
berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan.

A. Persalinan spontan (spontaneous breech)

Yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri (cara bracht). Pada
persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan pertama yaitu fase lambat, fase
cepat, dan fase lama.

1) Fase lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusar merupakan fase yang tidak
berbahaya.
2) Fase cepat : dari lahirnya pusar sampai mulut, pada fase ini kepala janin masuk PAP,
sehingga kemungkinan tali pusat terjepit
3) Fase lama : lahirnya mulut sampai seluruh bagian kepala, kepala keluar dari ruangan
yang bertekanan tinggi (uterus) ke dunia luar yang tekanannya lebih rendah sehingga
kepala harus dilahirkan perlahan-lahan untuk menghindari pendarahan intrakranial.

Berikut ini prosedur melahirkan secara bracht :


1. Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper.
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva saat bokong mulai
membuka vulva, disuntikkan 2-5 unit oksitosin intramuskulus. Dilakukan episiotomi.

11
3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkram dengan cara Bracht, yaitu kedua ibu
jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari-jari lain memegang panggul.
4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih dahulu.
5. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan rotasianterior,
yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan ini disesuaikan dengan gaya
berat badan janin. Bersamaan dengan hiperlordosis, seorang asisten melakukan
ekspresikriste ller. Maksudnya agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga fase cepat
dapat diselesaikan. Menjaga kepala janin tetap dalam posisi fleksi, dan menghindari
ruang kosong antara fundus uterus dan kepala janin, sehingga tidak terjadi lengan
menjungkit.
6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut-turut lahir pusar, perut, bahu, lengan, dagu,
mulut dan akhirnya seluruh kepala.
7. Janin yang baru lahir diletakkan diperut ibu.

Gambar 2.4 Persalinan secara bracht

B. Manual aid (partial breech extraction)

Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga
penolong. Indikasi : jika persalinan secara bracht mengalami kegagalan misalnya terjadi
kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala. Tahapannya :

12
1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu sendiri.
2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik
(Deventer), Mueller, Louvset, Bickenbach.
3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid and Martin
Winctel, Prague Terbalik, Cunan Piper.

a) Cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara klasik:
1. Prinsip-prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena lengan belakang
berada di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru kemudian melahirkan lengan
depan di bawah simpisis tetapi jika lengan depan sulit dilahirkan maka lengan
depan diputar menjadi lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah
belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan.
2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada pergelangan kakinya
dan dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan
dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai fossa cubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah
mengusap muka janin.
4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti
dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung
janin mendekati punggung ibu.
5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan

Gambar 2.5 Pengeluaran lengan secara Klasik

6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi lengan belakang.
Gelang bahu dan lengan yang sudah lahir dicengkram dengan kedua tangan
penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari tangan penolong terletak di
punggung dan sejajar dengan sumbu badan janin sedang jari-jari lain mencengkram

13
dada. Putaran diarahkan ke perut dan dada janin sehingga lengan depan terletak di
belakang kemudian lengan dilhirkan dengan cara yang sama.

b) Cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara Mueller:
Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan ekstraksi, baru
kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. Tahapannya:
1. Bokong janin dipegang secara femuro-pelviks, yaitu kedua ibu jari
penolongdiletakkan sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada crista illiaca
dan jari-jari lain mencengkram paha bagian depan. Badan janin ditarik curam ke
bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak dibawah simpisis, dan lengan
depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya.
2. Setelah bahu depan dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang
secara femuro-pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke belakang lahir. Bila bahu
belakang tak lahir dengan sendirinya, maka lengan belakang dilahirkan dengan
mengait lengan bawah dengan kedua jari penolong.

Gambar 2.6 Pengeluaran lengan secara Muller

Keuntungan : Tangan penolong tidak masuk jauh ke dalam jalan lahir sehingga bahaya
infeksi minimal.

c) Cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara Louvset :
Prinsipnya : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil
dilakukan traksi awam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada dibelakang
akhirnya lahir dibawah simpisis. Tahapannya:
1. Badan janin dipegang secara femuro-pelviks dan sambil dilakukan traksi curam ke
bawah, badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi
bahu depan. Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi ke arah

14
yang berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya bolak-balik sehingga
bahu belakang tampak di bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.

Gambar 2.7 Pengeluaran lengan secara lovset

d) Cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara Mauriceau:
1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam jalanlahir.
Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari ke 4
mencengkram fossa kanina, sedangkan jari lain mencengkeram leher. Badan anak
diletakkan di atas lengan bawah penolong, seolah-olah janin menunggang kuda.
Jari telunjuk dan jari ke 3 penolong yang lain mencengkeram leher janin dari arah
punggung.
2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil
seorangasisten melakukan ekspresikriste ller. Tenaga tarikan terutama dilakukan
oleh tangan penolong yang mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika
suboksiput tampak di bawah simpisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung,
mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya lahir seluruh kepala janin.

Gambar 2.8 Penurunan kepala secara Mauriceau

C. Full Extraction

Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Ekstraksi


sungsang dilakukan jika ada indikasi dan memenuhi syarat untuk mengakhiri persalinan

15
serta tidak ada kontra indikasi. Indikasi ekstraksi sungsang yaitu gawat janin, tali pusat
menumbung, persalinan macet.

a) Cara ekstraksi bokong


1. Lakukan periksa dalam vagina untuk memastikan titik penunjuk (os sacrum).
2. Jari telunjuk tangan operator yang berhadapan dengan os sacrum dikaitkan pada
lipat paha depan janin. Kemudian dilakukan ekstraksi curam ke bawah.
3. Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari telunjuk tangan operator
yang lain dipasang pada lipat paha belakang untuk membantu traksi sehingga
bokong berada di luar vulva.
4. Arah ekstraksi berubah ke atas untuk mengeluarkan trokanter belakang.
5. Ekstraksi kemudian mengikuti putaran paksi dalam.
6. Bila pusat sudah berada di luar vulva, dikendorkan.
7. Ekstraksi diteruskan dengan cara menempatkan kedua tangan pada bokong janin
dengan kedua ibu jari berada di atas sacrum dan jari-jari kedua tangan berada di
atas lipat paha janin.
8. Ekstraksi dilakukan dengan punggung janin di depan, kemudian mengikuti putaran
paksi dalam bahu, salah satu bahu akan ke depan.
9. Setelah ujung tulang belikat terlihat dilakukan periksa dalam vagina untuk
menentukan letak lengan janin, apakah tetap berada di depan dada, menjungkit atau
di belakang tengkuk. Pada ekstraksi bokong sampai tulang belikat sering
diperlukan bantuan dorongan kristeller.

b) Cara ekstraksi kaki :


1. Bila kaki masih terdapat di dalam vagina, tangan operator yang berada pada posisi
yang sama dengan os sacrum dimasukkan dalam vagina untuk menelusuri bokong,
paha sampai lutut guna mengadakan abduksi paha janin sehingga kaki janin keluar.
Selama melakukan tindakan ini, fundus uteri ditahan oleh tangan operator yang
lain.
2. Bila satu atau dua kaki sudah berada di luar vulva, maka dipegang dengan dua
tangan operator pada betis dengan kedua ibu jari berada punggung betis. Lakukan
traksi ke bawah. Setelah lutut dan sebagian paha keluar, pegangan dialihkan pada
paha dengan kedua ibu jari pada punggung paha.
3. Dilakukan traksi ke bawah lagi (operator jongkok) dengan tujuan menyesuaikan

16
arah traksi dengan sumbu panggul ibu.
4. Kedua tangan penolong memegang betis anak dengan meletakkan kedua ibu jari
dibelakang betis sejajar dengan sumbu panjangnya dan jari-jari lain didepan tulang
kering. Dengan pegangan ini dilakukan traksi curam bawah pada kaki sampai
pangkal paha lahir
5. Pegangan kini dipindahkan keatas setinggi mungkin dengan kedua ibu jari
dibelakang paha pada sejajar sumbu panjangnya dan jari lain didepan paha.
6. Dengan pegangan ini pangkal paha ditarik curam bawah sampai trochanter depan
lahir
7. Kemudian dilakukan traksi curam atas pada pangkal paha untuk melahirkan
trochanter belakang sehingga akhirnya seluruh bokong lahir
8. Setelah bokong lahir, dilakukan pegangan femuropelvik dan dilakukan traksi curam
dan selanjutnya untuk menyelesaikan persalinan bahu dan lengan serta kepala
seperti yang sudah dijelaskan.

2.9 Persalinan Letak Sungsang Perabdominal


Beberapa kriteria yang dipakai pegangan bahwah letak sungsang harus
perabdominal adalah:
1. Primigravida
2. Nilai sosial tinggi
3. Riwayat persalinan yang buruk
4. Janin besar, lebih dari 3,5-4 kg
5. Dicurigai kesempitan panggul
6. Prematuritas

Tabel 2.1 Kriteria persalinan pervaginam atau seksio sesaria pada letak sungsang
Persalinan Pervaginam Seksio Sesaria

- Letak sungsang bokong murni - Berat janin >3500 gr atau <1500 gr

- Umur kehamilan ≥34 minggu - Ukuran pelvis yang sempit atau

Perbatasan

- Taksiran berat badan janin 2000 – - Kepala janin yang defleksi atau

17
3500 gr Hiperekstensi

- Kepala janin fleksi - Pecah ketuban yang lama

- Ukuran pelvis yang memadai - Bagian bawah janin yang tidak

Engaged

- Tidak ada indikasi ibu maupun anakuntuk - Primi tua


seksio sesaria

- Janin yang prematur (umur

kehamilan 25-34 minggu)

- Presentasi kaki

Selain kriteria diatas, kita juga perlu menilai skor Zatuchni-Andros yang berisi
penilaian dari 6 variabel klinis yang dibuat pada saat pasien masuk rumah sakit untuk
prediksi keberhasilan letak sungsang pervaginam.
Zatuchni dan Andros telah membuat suatu indeks prognosis untuk menilai lebih
tepat apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominal sebagai berikut :

Tabel 2.2. Zatuchni and andros score

0 1 2
Paritas Primigavida Multigravida
Umur kehamilan ≥ 39 mgg 38 mgg ≤ 37 mgg
Taksiran berat janin > 3650 gr 3630 gr – 3176 gr < 3176 gr
Pernah letak sungsang Tidak 1x 2x atau lebih
Pembukaan serviks ≤ 2 cm 3cm ≥ 4cm
Station -3 atau lebih tinggi -2 -1 atau lebih
rendah

Penggunaan skor Zatuchni-Andros


 Bila skornya 4, lakukan seksio sesarea
 Bila skor 5, persalinan pervaginam
 Bila TBBA 3500 gr, lakukan seksio sesarea

18
2.10. Komplikasi Persalinan Letak Sungsang

 Anoksia
Kompresi dan prolaps pada tali pusat mungkin berhubungan dengan persalinan
letak sungsang terutama pada letak sungsang presentasi bokong-kaki dan letak kaki.
Kompresi dari tali pusat yang prolaps dapat terjadi selama kontraksi uterus yang
menyebabkan deselerasi yang sedang sampai berat dari denyut jantung yang pada
akhirnya akan menyebabkan anoksia atau kematian janin.

 Luka persalinan
Insidensi terjadinya trauma lahir selama persalinan letak sungsang pervaginam 13
kali lebih tinggi dibanding presentasi kepala. Jenis luka perinatal yang pernah dilaporkan
selama persalinan sungsang diantaranya robeknya tentorium cerebelum, sefal hematom,
brachial palsy, fraktur tulang panjang dan rupturnya otot sternocleidomastoideus.
Persalinan sungsang pervaginam juga penyebab utama perlukaan terhadap kelenjar
adrenal, hepar, anus, genital, tulang belakang dan sendi panggul bayi.

 Prolaps tali pusat

Hal ini mungkin terjadi pada complete, footling maupun kneeling breech. Hal ini
disebabkan bagian terendah dari bayi tidak semua mengisi ruangan saat pembukaan
serviks. Saat cairan ketuban pecah, tali pusat akan mudah turun dan terkompresi sehingga
menyebabkan penurunan jumlah oksigen yang masuk ke janin. Kejadian prolaps ini hanya
0,5% pada posisi frank breech, 4-6% pada complete breech dan 15-18% pada incomplete
breech.

Gambar 2.9. Prolaps tali pusat

2.11 Prognosis
Bagi ibu pada letak sungsang tidak banyak berbeda dengan prognosis pada letak
kepala, mungkin ruptur perineum lebih sering terjadi. Sebaliknya, prognosis bagi anak

19
dengan letak sungsang lebih buruk terutama jika anaknya besar dan ibunya seorang
primigravida. Kematian anak dengan letak sungsang kurang lebih 14%, jika kematian
karena prematuritas dikurangi, kematian anak dengan letak sungsang tetap 3 kali lebih
besar daripada kematian anak letak kepala.
Penyebab kematian anak pada letak sungsang :
1. Setelah tali pusat lahir, kepala anak mulai masuk kedalam rongga panggul, sehingga tali
pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga, bahwa kepala harus lahir
dalam 8 menit setelah tali pusat lahir, supaya anak dapat lahir selamat.
2. Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan dengan
cepat.
3. Dapat terjadi kerusakan tulang belakang karena tarikan badan anak.
4. Pada letak sungsang lebih sering terjadi tali pusat menumbung, karena bagian depan
anak kurang baik menutup bagian bawah rahim.
Selain itu, angka kesakitan pada bayi juga tinggi, karena mungkin terjadi fraktur
dari humerus atau clavicula pada waktu melahirkan lengan, paralisis lengan karena
tekanan atau tarikan pada pleksus brachialis pada waktu melahirkan kepala dengan cara
Mauriceau. .

20
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. LR
Umur : 26 tahun
Pekerjaan : Ibu RumahTangga
No MR : 147612
Alamat : Simpang Rumbio
Tgl. Masuk : 24 September 2017

3.2 Anamnesa
a. Keluhan utama
Seorang pasien wanita umur 26 tahun datang ke IGD RSUD Solok pada
tanggal 24 September 2017 jam 05.00 atas rujukan dari Bidan dengan
diagnosis G1PoAoHo Parturient aterm 37-38 minggu Kala II Janin Hidup
Tunggal Intrauterin letak sungsang kaki.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (+) sejak 14 jam sebelum masuk rumah
sakit.
- Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan (+) sejak 14 jam yang lalu
- Keluar air-air yang banyak dari kemaluan (+) sejak 2 jam, membasahi kain
panjang
- Keluar darah yang banyak dari kemaluan (-)
- Tidak haid sejak ± 9 bulan yang lalu
- HPHT : 5 Januari 2017
- TP : 12 Oktober 2017
- Gerak anak dirasakan sejak ± 4 bulan yang lalu
- ANC : kontrol ke bidan 3 kali pada usia kehamilan 2,5, 8 bulan
- RHM : Mual (-), muntah (-), perdarahan (-)
- RHT : Mual (-), muntah (-), perdarahan (-)
- Riwayat menstruasi : menarche usia 12 tahun, siklus haid teratur 1x28 hari,
lamanya 5-6 hari, 3-4 kali ganti pembalut per hari, nyeri saat haid (-).

21
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM dan
hipertensi
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, penyakit
menular, maupun kejiwaan.
e. Riwayat Perkawinan
1 kali menikah pada november 2016
f. Riwayat Kehamilan/Abortus/Persalinan : 1/ 0 / 0
- Hamil sekarang
g. Riwayat Kontrasepsi
Tidak ada
h. Riwayat Imunisasi
TT 1 kali tahun 2016
i. Riwayat pendidikan
SMA
j. Riwayat pekerjaan
Ibu rumah tangga

3.3 Pemeriksaan Fisik


- Keadaan umum : Sedang
- Kesadaran : CMC
- Tinggi Badan : 158 cm
- Berat Badan sebelum hamil : 40 Kg
- Berat Badan sesudah hamil : 45 Kg
- BMI : 18,07 (normoweight)
- Vital sign :
TekananDarah : 130/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Nafas : 21 x/menit
Temperatur : 37 0C
- Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik

22
- Leher :
• Inspeksi : JVP 5-2 cmH2O,
• Kelenjar tiroid tidak tampak membesar
• Palpasi : Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
• Kelenjar Getah Bening tidak teraba membesar
- Toraks :
Cor
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
• Perkusi : batas jantung dalam batas normal
• Auskultasi : reguler, bising (-)
Pulmo
• Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris kiri = kanan
• Palpasi : Fremitus normal kiri = kanan
• Perkusi : Sonor kiri = kanan
• Auskultasi : Vesikuler normal +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
- Abdomen : Status Obstetricus
- Genitalia : Status Obstetricus
- Ekstremitas : Edema -/-, RF +/+, RP -/-

Status Obstetrikus :

- Muka : Chloasma gravidarum (+)


- Mammae : Membesar, tegang, areolla dan papilla hiperpigmentasi,
colostrum (-).
- Abdomen
Inspeksi : Tampak membuncit sesuai dengan usia kehamilan preterm,
Linea mediana hiperpigmentasi, striae (-), sikatrik (-)
Palpasi :
L1 : TFU 3 jari dibawah processus xyphoideus, teraba
massa keras ,bulat.
L2 : Teraba tahanan terbesar janin di sebelah kanan.
Teraba bagian kecil janin di sebelah kiri ibu.
L3 : Teraba massa, lunak, noduler, terfiksir.

23
L4 : Divergen
TFU : 28 cm
TBA : 2635 gr
His : (+) 3-4 x/40”/Kuat.
Perkusi : Tympani
Auskultasi : BU (+) N
DJJ : 150 – 155 kali/menit.
- Genitalia
Inspeksi : Tampak satu kaki dengan jari jari kaki,

VT : Ø lengkap
Ketuban (-), Sisa kehijauan
Teraba satu kaki dengan jari jari kaki

UPD : Promontorium Sulit dinilai.

 Linea inominata sulit dinilai

 Dinding samping panggul sulit dinilai

 Os Sakrum sulit dinilai.

 Spina ischiadika sulit dinilai.

 Os coccygeus sulit dinilai.

 Arcus pubis sulit dinilai.

UPL : DIT dapat dilalui oleh satu tinju orang dewasa


> 10,5 cm.

UPD dan UPL : sulit ditentukan.

24
3.4 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
Hemoglobin : 13,0 gr/dL.
Leukosit : 16410 /mm3.
Hematokrit : 36,8 %.
Trombosit : 176.000/mm3.
HBsAg : negatif.
HIV : negatif
PT : 11,1’
APTT : 30,0’

3.5 Diagnosa :
G1PoAoHo Parturient aterm 37-38 minggu Kala II
Janin Hidup Tunggal Intrauterin letak sunsang kaki
3.6 Sikap
- Kontrol keadaan umum, tanda-tanda vital, His dan denyut jantung janin.
- Informed consent
- IVFD RL 500cc
- inj. ceftriaxon (skin test)
- DC cateter
- konsul anastesi
- persiapan OK
3.7 Rencana :
SCTPP CITO
3.8 Laporan Operasi

Tanggal 25 April 2017 (06.30 WIB)

 Pasien tidur telentang diatas meja operasi


 Dilakukan spinal anestesi
 Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik di lapangan operasi
 Dipasang duk steril
 Dilakukan insisi secara linea mediana abdomen , dibuka lapis demi lapis
peritonium dibuka

25
 Tampak uterus anomali uni cornu gravid sesuai palpasi dari luar
 Uterus di insisi T terbalik ( ┴ ) pada Segmen Bawah Rahim
 Tampak ketuban (-) , sisa kehijauan
 Bayi dilahirkan dengan cara mengekstraksi kaki
 Lahir bayi dengan JK= Laki- Laki, BB=2680 gram, PB= 48 cm, A/S: 1/2,, anus=
(+), tali pusat: segar
 Plasenta dilahirkan lengkap dengan tarikan ringan, lahir plasenta 1 buah utuh,
ukuran 15x13x2,5 cm, berat ± 350 gram, panjang tali pusat ± 48 cm
 Uterus dijahit 2 lapis, plica dijahit 1 lapis, dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
 Operasi selesai, perdarahan selama operasi ± 250 cc
 Kondisi pasien pasca tindakan baik

A:/ P1A0H1 post SCTPP a.i Kala II+ Letak sungsang kaki

Sikap :
 Kontrol KU, VS, PPV, dan kontraksi
 mobilisasi bertahap
 breast care
 vulva higine

Th :

 IVFD RL 500 cc + oxitocin 1 ampul + methergin 1 amp/ 28 tpm


 Cefadroxil 2x500 mg (po)
 Asam mefenamat 3x500 mg (po)
 SF 1x 300 mg (po)
 Vitamin C 3x50 mg (po)

26
KALA IV

Jam Waktu TD Nadi Nafas Suhu TFU Kontraksi Kandung Darah


ke uterus kemih (duk)
1 07.15 120/70 82x 19 36,50 Setinggi pusat Baik 200 -

07.30 100/70 83x 19 36,50 Setinggi pusat Baik 50 -

07.45 100/70 82x 19 36,50 Setinggi pusat Baik 50 -

08.00 110/70 82x 19 36,60 1 jari bpst Baik 100 -

2 08.30 110/70 80x 19 36,60 1 jari bpst Baik 100 -

09.00 110/70 80x 19 36,50 2 jari bpst Baik 50 -

3.9 Follow Up

25 September 2017 (Pukul 07.00 WIB)

S:/ - Nyeri bekas luka operasi (+)

- Demam (-)

- BAK (+)

- BAB (-)

- ASI (+)

O/ Ku : Sedang

Kes : CMC

TD : 120 /70 mmHg

Nadi : 88x/menit

Nafas : 20 x/menit

27
Suhu : 36,5 o C

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Abdomen :

Inspeksi : Perut tampak sedikit membuncit, luka operasi tertutup perban

Palpasi : FUT 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, NT(+), NL (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) Normal

Genitalia :

Inspeksi : V/U tenang, PPV (-), Lokia rubra (+)

A/ P1A0H1 post SCTPP a.i Kala II + letak sungsang kaki + nifas hari ke 2

Sikap/

- Kontrol KU, VS, PPV, dan kontraksi


- mobilisasi bertahap
- breast care
- vulva higine

Th/

- Cefadroxil 2x 500 mg (po)


- Asam mefenamat 3x500 mg (po)
- SF 1x 300 mg (po)
- Vitamin C 3x50 mg (po)

26 September 2017 (Pukul 07.00 WIB)

S:/ - Nyeri bekas luka operasi (+)


- Demam (-)
- BAK (+)
- BAB (-)
- ASI (+)

28
O:/ Ku : Sedang
Kes : CMC
TD : 120 /80 mmHg
Nadi : 93x/menit
Nafas : 18 x/menit
Suhu : 36,5 o C
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Abdomen :

Inspeksi : Perut tampak sedikit membuncit, luka operasi tertutup perban

Palpasi : FUT 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, NT(+), NL (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) Normal

Genitalia :

Inspeksi : V/U tenang, PPV (-), Lokia rubra (+)

A:/ P1A0H1 post SCTPP a.i Kala II + letak sungsang kaki + nifas hari ke 3

Sikap :

- Kontrol KU, VS, PPV, dan kontraksi


- mobilisasi bertahap
- breast care
- vulva higine

Th/ :

- Cefadroxil 2x 500 mg (po)


- Asam mefenamat 3x500 mg (po)
- SF 1x 300 mg (po)
- Vitamin C 3x50 mg (po)

Rencana : Pasien boleh pulang

29
BAB IV
ANALISIS KASUS

Laporan kasus ini membahas seorang pasien berusia 26 tahun dirawat di ruang
persalinan Rumah Sakit Umum Daerah Solok pada tanggal 24 September 2017 pukul
05.00 WIB. Pasien didiagnosis dengan G1PoAoHo Parturient aterm Kala II Janin Hidup
Tunggal Intrauterin letak sungsang kaki. Sebagai panduan untuk diskusi mengenai sasaran
ilmiah yang komprehensif secara akademis maka kita akan membahas beberapa
pertanyaan rujukannya sebagai berikut:
1. Apakah diagnosa pasien ini sudah benar?
2. Apakah pengelolaan pasien ini sudah tepat?
3. Apakah penyebab presentasi sungsang pada pasien ini?
Diskusi berdasarkan pertanyaan adalah:
1. Apakah diagnosa pasien ini sudah benar?
Dari hasil anamnesis pasien ini adalah nulipara, tidak haid sejak 9 bulan yang
lalu dengan HPHT 5 Januari 2017 dan TP 12 Oktober 2017. Pada pemeriksaan fisik, perut
tampak membuncit sesuai dengan usia kehamilan aterm, fundus uteri teraba 3 jari dibawah
pusat, tinggi fundus uteri adalah 28 cm, USG tidak dilakukan.
Dari anamnesis, kami menemukan bahwa pasien datang ke rumah sakit atas
rujukan dari Bidan dengan diagnosis G1PoAoHo Parturient aterm 37-38 minggu Kala II
Janin Hidup Tunggal Intrauterin letak sunsang kaki, dengan keluhan nyeri pinggang
menjalar ke ari-ari (+) sejak 14 jam sebelum masuk rumah sakit, keluar lendir bercampur
darah dari kemaluan (+) sejak 14 jam, keluar air-air yang banyak dari kemaluan (+) sejak 2
jam, membasahi satu buah kain panjang, keluar darah yang banyak dari kemaluan (-).
Pada pemeriksaan fisik abdomen, Leopold I fundus uteri teraba 3 jari dibawah
pusat dan didapatkan massa bulat, keras yang digambarkan sebagai kepala, sedangkan
pada Leopold II teraba tahanan terbesar janin di sebelah kanan ibu dan bagian-bagian kecil
janin disebelah kiri ibu, pada Leopold III ditemukan massa besar, lunak, noduler dan
terfiksir yang menggambarkan sebagai bokong, Leopold IV ditemukan divergen, kontraksi
uterus yang memadai yaitu 3-4x / 40 "/ kuat. Kemudian, dari auskultasi ditemukan denyut
jantung janin setinggi umbilikus yaitu 150-155x/menit. Dari VT didapatkan pembukaan
lengkap, ketuban (-), sisa kehijauan, teraba satu kaki dengan jari jari kaki. Ini berarti
bahwa pasien sudah masuk kala 2 dan siap untuk bersalin. Dari anamnesis dan

30
pemeriksaan fisik tersebut dapat disimpulkan pasien ini mengalami kehamilan tunggal
dengan malpresentasi yaitu letak sungsang kaki.
Prediksi berat badan janin yang diukur dari tinggi fundus uteri adalah 2635 gram.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, diagnosis pasien
ini sudah benar yaitu G1PoAoHo Parturient aterm 37-38 minggu Kala II Janin Hidup
Tunggal Intrauterin letak sungsang kaki.

2. Apakah pengelolaan pasien ini sudah tepat?


Kehamilan pasien ini diakhiri dengan SC. Persalinan sesar itu sendiri dilakukan
pada keadaan berikut: janin besar, panggul sempit yang ditentukan secara klinis atau
dengan pelvimetri CT, kepala yang hiperekstensi. presentasi sungsang yang tidak lengkap
atau footling, permintaan sterilisasi, kurangnya operator berpengalaman.
Menurut Komar A. Syamsudin 2004 dan Current Obs / Gyn 2006, Sectio sesarea
dilakukan pada presentasi sungsang: malformasi panggul (panggul sempit / patologis),
macrosomia dan hidrosefalus (primipara dengan berat janin lebih dari 3500 gram,
multipara dengan berat badan janin lebih dari 4000 gram), riwayat persalinan sunsang,
kelainan pada rahim, hipertensi pada kehamilan (preeklamsia berat, eklampsia), prematur
ruptur of membrane (PROM), hiperekstensi kepala, keadaan darurat neonatal, retardasi
pertumbuhan intra uterin, prematuritas, kontraindikasi persalinan pervaginam. Skor
Zatuchni-Andros pasien ini adalah 5 (lima): usia gestasi nulipara, kehamilan 37-38
minggu, tidak ada riwayat kelahiran sungsang sebelumnya, prediksi berat < 3176 gram,
pembukaan lengkap.

3. Apa penyebab letak sungsang pada pasien ini?


Penyebab letak sunsang pada pasien ini adalah terdapatnya kelainan pada
uterusnya yaitu tampak uterus anomali uni cornu. Faktor-faktor selain kelainan pada uterus
yang menjadi predisposisi letak sungsang meliputi prematur, janin besar, oligohidramnion,
polihidramion, gemeli, hidrosefalus, riwayat persalinan sungsang, plasenta previa, tali
pusat pendek atau lilitan tali pusat dan tumor pelvis.

31
BAB V
KESIMPULAN

Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan


kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri, atau janin terletak
pada posisi aksis longitudinal dengan kepala di fundus uteri.
Etiologi dari letak sunsang meliputi prematur, janin besar, oligohidramnion,
polihidramion, gemeli, hidrosefalus, riwayat persalinan sungsang, plasenta previa, tali
pusat pendek atau lilitan tali pusat dan tumor pelvis, kelainan pada uterus.
Letak sunsang diklasifikasikan menjadi: presentasi bokong murni (frank breech),
presentasi bokong kaki sempurna (complete breech), presentasi bokong kaki tidak
sempurna (incomplete breech), letak kaki (footling breech/incomplete breech),
Diagnosis letak sunsang ditegakkan berdasarkan anamesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan pervaginam atau perabdominal
(secsio caesaria) yang dapat ditentukan berdasarkan skor Zatuchni-Andros.
Persalinan letak sunsang dapat menyebabkan Peningkatan morbiditas dan
mortalitas perinatal selama proses persalinan, berat bayi lahir rendah (BBLR) pada
persalinan preterm, anoksia, pertumbuhan terhambat, prolapsus tali pusat, kelainan pada
janin, luka persalinan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: Williams Obstetric.
22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publishing Division, 509-536.

Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. 2000. Malpresentation In : Obstetrics normal and
problem pregnancies. 3rd ed. New York : Churchill Livingstone. Ltd, 478-490

Winjosastro, hanifa, dkk. 2006. Letak sungsang dalam: Ilmu kebidanan, edisi ke enam.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, 606-622.

33

Anda mungkin juga menyukai