Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA

1. Definisi
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya
yang normal melalui sebuah defek congenital atau yang didapat (Long, Barbara. C,
2008).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui
lubang (Oswari, E, 2007).
Hernia adalah penonjolan isi perut dari normal melalui lubang congenital atau
didapat (Juraidi, Purnawan, 2009).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan, atau struktur melewati
dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian – bagian tersebut
(Nettina, 2008).
Hernia adalah protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, R dan Jong, Wim
de, 2008).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia merupakan
penonjolan sebuah organ, jaringan, atau struktur melalui defek econgnital atau
didapat.
2. Etiologi
Menurut Giri Made Kusla (2009) hal – hal yang menyebabkn terjadinya
hernia adalah :
1. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Pasien – pasien penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang
dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan
penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
2. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi.
Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena
faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang
sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya
peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari
otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
3. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran
prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis
inguinalis.
4. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan
tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan
lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot
abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada
bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna,
sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui
kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar
kemungkinan ia akan mengalaminya lagi. (Giri Made Kusala, 2009).

3. Klasifikasi
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam, sifat
dan proses terjadinya.
1. Macam-macam hernia menurut letaknya :
a. Inguinal
Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
1) Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati
korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Hal ini umumnya terjadi pada
pria dari pada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini
dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut
bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan
atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul
kembali.
2) Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan
otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek.
Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi
pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut
direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun
anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan
timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai
ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat
dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada
anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena
besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi
ireponibilis.
b. Femoral :
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita
dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi
dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
c. Umbilikal :
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan
wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya
yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti
infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
d. Incisional :
batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
2. Macam-macam Hernia berdasarkan terjadinya:
a. Hernia bawaan atau kongenital Patogenesa
b. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
3. Macam-macam Hernia menurut sifatnya :
a. Hernia responsibel/reducible,
yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia iresponsibel,
yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong
hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena
fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
c. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer =
penjara),
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi
kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.Secara klinis
“hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan
gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia
strangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di
dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit.
Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat
pertolongan segera.

4. Manifestasi klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang terseringtampak benjolan di
lipat paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual.
3. Terdapat gejala mual dan mutah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis stargulata perasaan sakit akan bertambah hebar
serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan dibawah sela paha.
6. Hernia diafragmatik menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sesak nafas.
7. Bila pasien mengejan, batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
5. Patofisiologi
Menurut Syamsuhidayat (2009), hernia inguinalis dapat terjadi karena
anomali kongenital atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap
usia. Lebih banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus
yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu,
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya
prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan
kelemahan otot dinding perut karena usia.Kanalis inguinalis adalah kanal yang
normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui
kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri
turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila
kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis
lateralis kongenital (Erfandi, 2009).Pada orang tua kanalis inguinalis telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot
dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus
Iliofemoralis setelah apendiktomi(Erfandi, 2009).
6. Pathway

Obesitas batuk, kongenital,


mengedan, pengangkatan beban

Tekanan intra abdomen meningkat

Rusaknya integritas dinding otot perut

Organ terdorong keluar melalui defek

Hernia Mengeluarkan zat-zat proteolitik


(Bradakini,histamine, Respon nyeri Nyeri
prostaglandin)

Hernia umbikalis Hernia para Hernia Hiatus hernia Hernia insisional


kongenital umbikalis inguinalis
Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia
keluar melalui melewati dinding memasuki celah memasuki memasuki celah
umbikalis abdomen inguinal rongga thorak bekas insisi

Terdorong lewat dinding posterior


canalis inguinal yang lemah

Benjolan pada regio inguinal

Abdomen Pembedahan Cemas


terdesak

Mual, muntah Pemasangan Insisi bedah Dampak anestesi


elektroda

Asupan nutrisi kurang Terputusnya kontinitas


Posisi tidak jaringan
tepat
Ekstremitas bawah
Ketidakseimbang
tidak dapat
an nutrisi kurang Resiko Mengeluarkan zat-zat Luka terbuka digerakkan
dari kebutuhan injury proteolitik
tubuh (Bradakini,histamine,
prostaglandin) Port de entry
Hambatan
kuman
mobilitas fisik
Respon nyeri
Resiko infeksi

Nyeri

Kerusakan
integritas kulit
7 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan diameter
Dengan inspeksi, adanya benjolan pada umbilikus dan terlihat cukup jelas.
2. Pemeriksaan lab:
a. Darah lengkap: Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran
diferensial.
b. Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih
3. Pemeriksaan rontgen
a. Rontgen abdomen, untuk mendeteksi penyebab lain
b. Rontgen dada, untuk mengesampingkan pneumonia

8. Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Istirahat baring
d. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja
untuk mencegah sembelit.
e. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola,
minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada
pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan
kompres es diatas hernia. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu
enam jam harus dilakukan operasi segera.
3. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioraphy.
a. Herniotomy
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong
b. Hernioraphy
Pada hernioplasti/hernioraphy dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode
hernioplastik seperti metode Bassini, atau metode McVay. Bila defek
cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan
sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup
defek.

9. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis
incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian

a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk,
mengemudi dan waktu lama, membutuhkan papan/ matras
yang keras saat tidur, penurunan rentang gerak daan
ekstremitas pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu
melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : atropi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan
dalam berjalan.
b. Eliminasi
Gejala : konstipasi dan adanya inkontinensia/ retensi urine.
c. Integritas ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah
pekerjaan, financial, atau keluarga.
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga.
d. Neurosensori
Gejala : kesemuttan, kekakuan, kelemahan dari tangan/ kaki.
Tanda : penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia,
nyeri tekan, penurunan persepsi nyeri.
e. Makanan/ cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna.
Tanda : membran mukosa kering, turgor kulit buruk, kering/ kulit
bersisik.
f. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/ batuk, merokok.
g. Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau yang semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak
ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/
lengan, kaku pada leher.
Tanda : perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang –
pincang, nyeri palpasi.
h. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : penggunaan obat analgesic, antiinflamasi, obat yang dijual
bebas, atau obat – obatan rekreasional, penggunaan
alcohol.
i. Pemeriksaan penunjang
1) Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/
obstruksi usus.
2) Hitung darah lengkap dan erum elektrolit dapat menunjukan
hemokonsentrasi (peningkatan Ht), peningkatan leukosit, dan
ketidakseimbangan elektrolit.
J. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
a. Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah
berbaring.
b. Hernia inguinal
1. Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
2. Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
c. Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang
merupakan tojolan lanjutandari hernia inguinalis lateralis.
d. Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
e. Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
f. Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
g. Hernia perineum : benjolan di perineum.
2. Palpasi
a.Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah
medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
b.Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral
titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis
lateralis.
c.Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan
di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia
inguinalis medialis.
1. Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera,
tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia
yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau
ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih
berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau
samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum
pubikum.
2. Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum
inguinal
3. Hernia inkarserata : nyeri tekan.
3.Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
2. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
6. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
7. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
berhubungan dengan anoreksi(NANDA, 2011).
3. Intervensi keperawatan

No Dx keperawatan Tujuan/kriteria hasil Intervensi


1 Ansietas NOC : NIC :
berhubungan 1.Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
dengan 2.Koping (penurunan
Faktor keturunan, Setelah dilakukan asuhan kecemasan)
Krisis selama ……………klien 1.Gunakan
situasional, Stress, kecemasan teratasi dgn pendekatan yang
perubahan kriteria hasil: menenangkan
status kesehatan, 1. Klien mampu 2.Nyatakan dengan
ancaman mengidentifikasi dan jelas harapan
kematian, perubahan mengungkapkan gejala terhadap pelaku
konsep cemas pasien
diri, kurang 2. Mengidentifikasi, 3.Jelaskan semua
pengetahuan dan mengungkapkan dan prosedur dan apa
hospitalisasi menunjukkan tehnik yang dirasakan selama
DO/DS: untuk mengontol prosedur
1. Insomnia cemas 4.Temani pasien untuk
2. Kontak mata kurang 3. Vital sign dalam batas memberikan
3. Kurang istirahat normal keamanan dan
4. Berfokus pada diri 4. Postur tubuh, ekspresi mengurangi takut
sendiri wajah, bahasa tubuh 5.Berikan informasi
5. Iritabilitas dan tingkat aktivitas faktual mengenai
6. Takut menunjukkan diagnosis, tindakan
7. Nyeri perut berkurangnya prognosis
8. Penurunan TD dan kecemasan 6.Libatkan keluarga
denyut untuk
nadi mendampingi klien
9.Diare, mual, 7.Instruksikan pada
kelelahan pasien untuk
10.Gangguan tidur menggunakan tehnik
11.Gemetar relaksasi
12.Anoreksia, mulut 8.Dengarkan dengan
kering penuh perhatian
13.Peningkatan TD, 9.Identifikasi tingkat
denyut kecemasan
nadi, RR 10.Bantu pasien
14. Kesulitan bernafas mengenal situasi yang
-15. Bingung menimbulkan
16.Bloking dalam kecemasan
pembicaraan 11.Dorong pasien
17.Sulit berkonsentrasi untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
12.Kolaborasi
pemberian obat anti
cemas
2. Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Thermoregulasi 1. Monitor suhu
1.penyakit/ trauma Setelah dilakukan sesering mungkin
2.peningkatan tindakan 2. Monitor warna dan
metabolisme keperawatan suhu kulit
3.aktivitas yang selama………..pasien 3. Monitor tekanan
berlebih menunjukkan : darah, nadi dan RR
4.dehidrasi Suhu tubuh dalam batas 4. Monitor penurunan
DO/DS: normal dengan kreiteria tingkat kesadaran
1. kenaikan suhu hasil: 5.Monitor WBC, Hb,
tubuh diatas rentang 1. Suhu 36 dan Hct
normal – 37C 6.Monitor intake dan
2.serangan atau 2. Nadi dan output
konvulsi (kejang) RR dalam rentang 7.Berikan anti piretik:
3.kulit kemerahan normal 8. Kolaborasi
4. pertambahan RR 3. Tidak ada pemberian Antibiotik
5. takikardi perubahan warna kulit 9.Selimuti pasien
6. Kulit teraba dan tidak ada pusing, 10. Berikan cairan
panas/ hangat intravena
11.Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
12.Tingkatkan
sirkulasi udara
13.Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
14.Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
15.Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
16.Monitor hidrasi
seperti turgor kulit,
kelembaban membran
mukosa)
3 Nyeri NOC : NIC :
akut berhubungan 1.Pain Level, 1.Lakukan pengkajian
dengan: 2. pain control, nyeri secara
Agen injuri (biologi, 3. comfort level komprehensif
kimia, Setelah dilakukan termasuk lokasi,
fisik, psikologis), tinfakan karakteristik, durasi,
kerusakan keperawatan selama …. frekuensi, kualitas
jaringan Pasien tidak mengalami dan faktor presipitasi
DS: nyeri, dengan kriteria 2.Observasi reaksi
1.Laporan secara verbal hasil: nonverbal dari
DO: 1.Mampu mengontrol ketidaknyamanan
1.Posisi untuk menahan nyeri 3.Bantu pasien dan
nyeri (tahu penyebab nyeri, keluarga
2.Tingkah laku berhati- mampu menggunakan untukmencaridanmene
hati tehnik nonfarmakologi mukandukungan
3.Gangguan tidur (mata untuk mengurangi nyeri, 4. Kontrol lingkungan
sayu, mencari bantuan) yang dapat
tampak capek, sulit atau 2. Melaporkan bahwa mempengaruhi nyeri
gerakan kacau, nyeri seperti suhu ruangan,
menyeringai) berkurang dengan pencahayaan dan
4.Terfokus pada diri menggunakan kebisingan
sendiri manajemen nyeri 5.Kurangi faktor
5.Fokus menyempit 3.Mampu mengenali presipitasi nyeri
(penurunan persepsi nyeri 6. Kaji tipe dan
waktu, (skala, intensitas, sumber nyeri untuk
kerusakan proses frekuensi dan tanda Menentukanintervensi
berpikir, nyeri) 7.Ajarkan tentang
penurunan interaksi 4.Menyatakan rasa teknik non
dengan nyaman farmakologi:
orang dan lingkungan) setelah nyeri berkurang napas dala, relaksasi,
6.Tingkah laku 5.Tanda vital dalam distraksi, kompres
distraksi, rentang hangat/ dingin
contoh : jalan-jalan, normal  Berikan analgetik
menemui orang lain 6.Tidak mengalami untuk mengurangi
dan/atau aktivitas, gangguan tidur nyeri
aktivitas 8.Tingkatkan istirahat
berulang-ulang) 9. Berikan informasi
7.Respon autonom tentang nyeri seperti
(seperti penyebab nyeri,
diaphoresis, perubahan berapa lama nyeri
tekanan darah, akan
perubahan berkurang dan
nafas, nadi dan dilatasi antisipasi
pupil) ketidaknyamanan
8.Perubahan autonomic dari prosedur
dalam tonus otot 10.Monitor vital sign
(mungkin sebelum dan sesudah
dalam rentang dari pemberian analgesik
lemah pertama kali
ke kaku)
9.Tingkah laku
ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
10.Perubahan dalam
nafsu
makan dan minum
4 Gangguan pola tidur NOC: NIC :
berhubungan dengan: 1.Anxiety Control Sleep Enhancement
1.Psikologis : usia tua, 2. Comfort Level 1.Determinasi efek-
kecemasan, agen 3. Pain Level efek medikasi
biokimia,suhu tubuh, 4. Rest : Extent and terhadap pola tidur
pola aktivitas,depresi, Pattern 2.Jelaskan pentingnya
kelelahan, takut, 5. Sleep : Extent ang tidur yangadekuat
kesendirian. Pattern 3.Fasilitasi untuk
2.Lingkungan: Setelah dilakukan mempertahankan
kelembaban,kurangnya tindakan keperawatan aktivitas sebelum tidur
privacy/kontroltidur, selama …. gangguan (membaca)
pencahayaan, medikasi pola tidur pasien teratasi 4.Ciptakan lingkungan
(depresan,stimulan),keb dengan kriteria hasil: yang nyaman
isingan. 6.Jumlah jam tidur 5.Kolaborasi
Fisiologis : Demam, dalam batas normal pemberian obat tidur
mual, posisi,urgensi 7. Pola tidur,kualitas
urin. dalam batas normal
DS: 8. Perasaan fresh
1.Bangun lebih sesudah
awal/lebihlambat tidur/istirahat
2.Secara verbal 9. Mampumengidentifika
menyatakan tidak fresh si halhal
sesudah tidur yangmeningkatkan tidur
DO :
1.Penurunan
kemampuanfungsi
2.Penurunan proporsi
tidurREM
3.Penurunan proporsi
padatahap 3 dan 4 tidur.
4.Peningkatan proporsi
pada tahap 1 tidur
5.Jumlah tidur kurang
darinormal sesuai usia

5 In`toleransi aktivitas NOC : NIC :


Berhubungan dengan : 1. Self Care :ADLs 1.Observasi adanya
1.Tirah Baringatau 2. Toleransiaktivitas pembatasanklien
imobilisasi 3. Konservasienergi dalam melakukan
2.Kelemahan Setelah dilakukan aktivitas
menyeluruh tindakankeperawatan 2.Kaji adanya faktor
3.Ketidakseimbangan selama ….Pasien yangmenyebabkan
antara suplaioksigen bertoleransi terhadap kelelahan
dengankebutuhan. aktivitas dengan Kriteria 3. Monitor nutrisi dan
Gaya hidup yang Hasil : sumberenergi yang
dipertahankan. 1.Berpartisipasi dalam adekuat
DS: aktivitas fisiktanpa 4. Monitor pasien
1.Melaporkan secara disertaipeningkatan akan adanyakelelahan
verbal adanyakelelahan tekanandarah, nadi dan fisik dan emosi
atau kelemahan. RR secaraberlebihan
2.Adanya dyspneu 2. Mampumelakukan 5. Monitor respon
atau ketidaknyamanan aktivitassehari-hari kardiovaskulerterhada
saat beraktivitas. (ADLs) secaramandiri p aktivitas (takikardi,
DO : 3. Keseimbang disritmia,
1.Respon abnormal an aktivitas dan istirahat sesak nafas,diaporesis,
dari tekanan darah atau pucat,
nadi terhadap aktifitas perubahan
2.Perubahan ECG : hemodinamik)
aritmia, iskemia 6.Monitor pola tidur
dan lamanya
tidur/istirahat pasien
7.Kolaborasikan
dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalam
Merencanakan
pasienprogran terapi
yang
tepat.
8.Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
9.Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang sesuai
dengankemampuan
fisik, psikologi dan
sosial
10Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan
untuk aktivitas yang
diinginkan
11.Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan
aktivitasseperti kursi
roda,
krek
12.Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk
membuatjadwal
latihan diwaktu luang
14.Bantupasien/keluar
ga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
15.Sediakan
penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
16.Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
17.Monitor respon
fisik, emosi, sosial
dan spiritual
6 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
Berhubungan dengan: 1.Fluid balance 1.Pertahankan catatan
1. Kehilangan volume 2. Hydration intake danoutput yang
cairansecara aktif 3. Nutritional Status : akurat
2. Kegagalan Foodand Fluid Intake ·2.Monitor status
mekanisme pengaturan Setelah dilakukan hidrasi ( kelembaban
DS : tindakankeperawatan membran mukosa,
1.Haus selama…..defisit volume nadi adekuat,tekanan
DO: cairanteratasi dengan darah ortostatik ), jika
1.Penurunan turgor kriteriahasil: diperlukan
kulit/lidah 1. Mempertahankan 3.Monitor hasil lab
2.Membran urineoutput sesuai yang sesuaidengan
mukosa/kulitkering denganusia dan BB, BJ retensi cairan (BUN ,
3.Peningkatan denyut urinenormal, Hmt ,osmolalitas urin,
nadi,penurunan tekanan 2.Tekanan darah, nadi, albumin, totalprotein )
darah,penurunanvolume suhu tubuh dalam batas 4.Monitor vital sign
/tekanan nadi normal setiap 15menit – 1jam
4.Pengisian vena 3.Tidak ada tanda tanda 5.Kolaborasi
menurun dehidrasi, Elastisitas pemberian cairan IV
5.Perubahan status turgor kulit baik, 6.Monitor status
mental membran mukosa nutrisi
6.Konsentrasi urine lembab, tidak ada rasa 7.Berikan cairan oral
meningkat haus yang berlebihan 8.Berikan penggantian
7.Temperatur tubuh 4. Orientasi terhadap nasogatrik
meningkat waktu dan tempat baik sesuai output (50 –
8.Kehilangan berat 5.Jumlah dan 100cc/jam)
badansecara tiba-tiba iramapernapasan dalam 9.Dorong keluarga
9.Penurunan urine batas normal untuk membantu
output 6. Elektrolit, Hb, Hmt pasien makan
10.HMT meningkat dalam batas normal 10.Kolaborasi dokter
11.Kelemahan 7. pH urin dalam batas jika tanda cairan
normal berlebih muncul
8. Intake oral dan meburuk
intravena adekuat 11.Atur kemungkinan
tranfusi
12.Persiapan untuk
tranfusi
13.Pasang kateter jika
perlu
14.Monitor intake dan
urin outputsetiap 8
jam
7 Ketidakseimbangan NOC: 1.Kaji adanya alergi
nutrisikurang dari 1.Nutritional status: makanan
kebutuhantubuh Adequacy of nutrient 2.Kolaborasi dengan
Berhubungan dengan : 2.Nutritional Status : ahli gizi
Ketidakmampuan untuk foodand Fluid Intake untukmenentukan
memasukkan atau 3.Weight Control jumlah kalori dan
mencernanutrisi oleh Setelah dilakukan nutrisi yang
karena faktorbiologis, tindakankeperawatan dibutuhkan pasien
psikologis selama….nutrisi kurang 3.Yakinkan diet yang
atauekonomi. teratasi dengan indikator: dimakan mengandung
DS: 1.Albumin serum tinggi serat untuk
1.Nyeri abdomen 2.Pre albumin serum mencegah konstipasi
2.Muntah 3.Hematokrit 4.Ajarkan pasien
3.Kejang perut 4.Hemoglobin bagaimana membuat
4.Rasa penuh tiba-tiba 5.Total iron binding catatan makanan
setelah makan Capacity harian.
DO: 6.Jumlah limfosit 5.Monitor adanya
1.Diare penurunan BB dan
2.Rontok rambut yang gula
berlebih darah
3.Kurang nafsu makan 6.Monitor lingkungan
4.Bising usus berlebih selama makan
5.Konjungtiva pucat 7.Jadwalkan
6.Denyut nadi lemah pengobatan
dantindakan
tidakselama jam
makan
8. Monitor turgor kulit
9.Monitor kekeringan,
rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar
Ht
10.Monitor mual dan
muntah
11.Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringanjaringan
konjungtiva
12.Monitor intake
nuntrisi
13.Informasikan pada
klien dan keluarga
tentang manfaat
nutrisi
14.Kolaborasi dengan
dokter tentang
kebutuhan suplemen
makanan seperti
NGT/ TPN sehingga
intake cairan yang
adekuat dapat
dipertahankan.
15.Atur posisi semi
fowler atau fowler
tinggi
selama makan
16.Kolaborasi
pemberan anti emetik
17.Anjurkan banyak
minum
18.Pertahankan terapi
IV line
19.Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonikpapila lidah
dan
DAFTAR PUSTAKA

Black, J dkk. 2008. Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania : W.B Saunders

Brunner & Suddarth. 2009. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall, 2009, Rencana Asuhan dan Dokumentasi keperawatan.


Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2008. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik.
Jakarta : EGC

Doengoes, Marrilyn. E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :
EGC

Engram, Barbara. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume I.


Jakarta : EGC

Girl, Made Kusala, Farid Nur Mantu. 2009. Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak-
anak, Laboratorium Ilmu Bedah. Ujung Pandang : Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin

Long, Barbara C. 2008. Perawatan Medikal Bedah Volume 2. Bandung : Yayasan


Alumni Pendidikan Keperawatan

Mansjoer, Arief. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Nettina, S. M. 2005. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC

Oswari, E. 2009. Bedah dan Keperawatannya. Jakarta : PT Gramedia

Tucker, Susan Martin. 20009. Standar Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai