HERNIA
1. Definisi
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya
yang normal melalui sebuah defek congenital atau yang didapat (Long, Barbara. C,
2008).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui
lubang (Oswari, E, 2007).
Hernia adalah penonjolan isi perut dari normal melalui lubang congenital atau
didapat (Juraidi, Purnawan, 2009).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan, atau struktur melewati
dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian – bagian tersebut
(Nettina, 2008).
Hernia adalah protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, R dan Jong, Wim
de, 2008).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia merupakan
penonjolan sebuah organ, jaringan, atau struktur melalui defek econgnital atau
didapat.
2. Etiologi
Menurut Giri Made Kusla (2009) hal – hal yang menyebabkn terjadinya
hernia adalah :
1. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Pasien – pasien penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya
procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang
dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan
penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan
peningkatan tekanan dalam rongga perut (Giri Made Kusala, 2009).
2. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi.
Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena
faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang
sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya
peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari
otot yang lemah tersebut (Giri Made Kusala, 2009).
3. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran
prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis
inguinalis.
4. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan
tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan
lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot
abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
8. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada
bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna,
sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui
kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar
kemungkinan ia akan mengalaminya lagi. (Giri Made Kusala, 2009).
3. Klasifikasi
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam, sifat
dan proses terjadinya.
1. Macam-macam hernia menurut letaknya :
a. Inguinal
Hernia inguinal ini dibagi lagi menjadi :
1) Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan melewati
korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Hal ini umumnya terjadi pada
pria dari pada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini
dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum. Benjolan tersebut
bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan
atau mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul
kembali.
2) Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan
otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek.
Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi
pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenital. Hernia ini disebut
direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun
anulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan
timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai
ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat
dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada
anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur. Karena
besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi
ireponibilis.
b. Femoral :
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita
dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hampir tidak dapat
dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada insiden yang tinggi
dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
c. Umbilikal :
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan
wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah sebelumnya
yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah pascaoperasi seperti
infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau kegemukan.
d. Incisional :
batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan parut yang lemah.
2. Macam-macam Hernia berdasarkan terjadinya:
a. Hernia bawaan atau kongenital Patogenesa
b. Hernia dapatan atau akuisita (acquisitus = didapat)
3. Macam-macam Hernia menurut sifatnya :
a. Hernia responsibel/reducible,
yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia iresponsibel,
yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga. Ini
biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peri tonium kantong
hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena
fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
c. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer =
penjara),
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi
kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.Secara klinis
“hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan
gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia
strangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen di
dalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit.
Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat
pertolongan segera.
4. Manifestasi klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang terseringtampak benjolan di
lipat paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual.
3. Terdapat gejala mual dan mutah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis stargulata perasaan sakit akan bertambah hebar
serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan dibawah sela paha.
6. Hernia diafragmatik menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sesak nafas.
7. Bila pasien mengejan, batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
5. Patofisiologi
Menurut Syamsuhidayat (2009), hernia inguinalis dapat terjadi karena
anomali kongenital atau sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap
usia. Lebih banyak pada laki-laki ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus
yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu,
diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya
prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan
kelemahan otot dinding perut karena usia.Kanalis inguinalis adalah kanal yang
normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui
kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah
skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus
vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri
turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila
kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus
terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis
lateralis kongenital (Erfandi, 2009).Pada orang tua kanalis inguinalis telah
menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot
dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus
Iliofemoralis setelah apendiktomi(Erfandi, 2009).
6. Pathway
Nyeri
Kerusakan
integritas kulit
7 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan diameter
Dengan inspeksi, adanya benjolan pada umbilikus dan terlihat cukup jelas.
2. Pemeriksaan lab:
a. Darah lengkap: Peningkatan jumlah sel darah putih dengan pergeseran
diferensial.
b. Urinalis untuk mendeteksi adanya infeksi saluran kemih
3. Pemeriksaan rontgen
a. Rontgen abdomen, untuk mendeteksi penyebab lain
b. Rontgen dada, untuk mengesampingkan pneumonia
8. Penatalaksanaan Medis
1. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Istirahat baring
d. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja
untuk mencegah sembelit.
e. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola,
minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Reposisi
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada
pasien anak-anak. reposisi dilakukan secara bimanual.
Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan
kompres es diatas hernia. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu
enam jam harus dilakukan operasi segera.
3. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip
dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioraphy.
a. Herniotomy
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai
kelehernya. Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat setinggi
mungkin lalu dipotong
b. Hernioraphy
Pada hernioplasti/hernioraphy dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti mencegah terjadinya residif. Dikenal berbagai metode
hernioplastik seperti metode Bassini, atau metode McVay. Bila defek
cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan
sintesis seperti mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup
defek.
9. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut :
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis
incarcerata.
3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh
darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah
dan obstipasi.
6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1.Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk,
mengemudi dan waktu lama, membutuhkan papan/ matras
yang keras saat tidur, penurunan rentang gerak daan
ekstremitas pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu
melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda : atropi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan
dalam berjalan.
b. Eliminasi
Gejala : konstipasi dan adanya inkontinensia/ retensi urine.
c. Integritas ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah
pekerjaan, financial, atau keluarga.
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga.
d. Neurosensori
Gejala : kesemuttan, kekakuan, kelemahan dari tangan/ kaki.
Tanda : penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia,
nyeri tekan, penurunan persepsi nyeri.
e. Makanan/ cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna.
Tanda : membran mukosa kering, turgor kulit buruk, kering/ kulit
bersisik.
f. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/ batuk, merokok.
g. Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau yang semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak
ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/
lengan, kaku pada leher.
Tanda : perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang –
pincang, nyeri palpasi.
h. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : penggunaan obat analgesic, antiinflamasi, obat yang dijual
bebas, atau obat – obatan rekreasional, penggunaan
alcohol.
i. Pemeriksaan penunjang
1) Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/
obstruksi usus.
2) Hitung darah lengkap dan erum elektrolit dapat menunjukan
hemokonsentrasi (peningkatan Ht), peningkatan leukosit, dan
ketidakseimbangan elektrolit.
J. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
a. Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah
berbaring.
b. Hernia inguinal
1. Lateralis : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong.
2. Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
c. Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang
merupakan tojolan lanjutandari hernia inguinalis lateralis.
d. Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
e. Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
f. Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
g. Hernia perineum : benjolan di perineum.
2. Palpasi
a.Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan
lalu pasien disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah
medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
b.Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral
titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai nernia inguinalis
lateralis.
c.Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis
inguinalis) ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan
di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia
inguinalis medialis.
1. Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba
pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera,
tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera. Kantong hernia
yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau
ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih
berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau
samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis.
lipat paha dibawah ligamentum inguina dan lateral tuberkulum
pubikum.
2. Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum
inguinal
3. Hernia inkarserata : nyeri tekan.
3.Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
4. Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus (hernia inkarserata).
2. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury biologis
4. Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan rasa nyaman
5. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan
6. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
7. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
berhubungan dengan anoreksi(NANDA, 2011).
3. Intervensi keperawatan
Black, J dkk. 2008. Medical Surgical Nursing, edisi 4. Pensylvania : W.B Saunders
Carpenito, Lynda Juall. 2008. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik.
Jakarta : EGC
Girl, Made Kusala, Farid Nur Mantu. 2009. Hernia Inguinalis Lateralis pada Anak-
anak, Laboratorium Ilmu Bedah. Ujung Pandang : Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin