Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu yang sakral, karena jika orang tua, guru atau

pendidik lainnya salah dalam mendidik anak didiknya, maka hal semacam itu

sangat mempengaruhi pada masa depan anak didik tersebut. Maka oleh

karenanya dalam pendidikan khususnya pendidikan Islam ada yang namanya

Wewenang dan Tanggung Jawab yang harus diketahui oleh para pendidik agar

supaya bisa dikatakan sukses dalam mendidik anak didiknya. Sehingga masa

depan mereka bagus. Banyak orang mengelak bertanggung jawab, karena

memang lebih mudah menggeser tanggung jawabnya, daripada berdiri dengan

berani dan menyatakan dengan tegas bahwa, “Ini tanggung jawab saya!” Banyak

orang yang sangat senang dengan melempar tanggung jawabnya ke pundak orang

lain.

Oleh karena itulah muncul satu peribahasa, “lempar batu sembunyi

tangan”. Sebuah peribahasa yang mengartikan seseorang yang tidak berani

bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri, sehingga dia membiarkan orang

lain menanggung beban tanggung jawabnya. Bisa juga diartikan sebagai

seseorang yang lepas tanggung jawab, dan suka mencari “kambing hitam” untuk

menyelamatkan dirinya sendiri dari perbuatannya yang merugikan orang lain.


Banyak kejadian di negeri kita ini, yang di sebabkan oleh orang yang tidak

bertanggung jawab,malah sering di menangkan atau di berikan bantuan yang

berlebihan oleh lingkungannya dengan sangat tidak masuk akal. Sungguh sangat

menyedihkan. Di masa ini, kita memiliki banyak orang yang mengelak

bertanggung jawab, karena mereka ingin mendapatkan keuntungan dari sikapnya

ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja wewenang dalam pendidikan Islam ?

2. Bagaimana tanggung jawab pendidikan dalam Islam ?

3. Bagaimana tanggung jawab diri sendiri terhadap pendidikan ?

4. Bagaimana tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan Islam ?

5. Bagaimana tanggung jawab sekolah terhadap pendidikan Islam ?

6. Bagaimana tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan Islam ?

7. Bagaimana tanggung jawab pemerintah terhadap pendidikan Islam ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa saja wewenang dalam pendidikan Islam

2. Untuk mengetahui tanggung jawab pendidikan dalam Islam

3. Untuk mengetahui tanggung jawab diri sendiri terhadap pendidikan

4. Untuk mengetahui tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan Islam

5. Untuk mengetahui tanggung jawab sekolah terhadap pendidikan Islam

6. Untuk mengetahui tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan Islam

7. Untuk mengetahui tanggung jawab pemerintah terhadap pendidikan Islam


BAB II

PEMBAHASAN

A. Wewenang dalam Pendidikan Islam

Menurut, Lubis Secara etimologis, istilah kewenangan berasal dari kata

wewenang. Sedang menurut Bagir Manan istilah wewenang dengan kekuasaan

Macht itu berbeda. Kekuasaan menurutnya hanya digambarkan hak untuk berbuat

atau tidak berbuat. Sedangkan wewenang memiliki pengertian yang lebih luas

meliputi hak dan kewajiban. Secara teoritik, mengenai kewenangan dapat dilihat

pendapat H.D. Stout (Ridwan HR 2006 : mengatakan :

”Wewenang merupakan pengertian yang berasal dari hukum organisasi

pemerintahan, yang dapat dijelasakan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang

berkenan dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek

hukum publik di dalam hubungan hukum public”

Pendidikan merupakan sesuatu yang niscaya dalam kehidupam manusia.

Tanpa pendidikan, manusia akan mengembangkan potensi kemanusiaannya

secara sembarangan, tanpa arah dan tujuan yayg jelas.Demikian pentingnya

pendidikan dalam kehidupan manusia, sehingga pendidikan saat ini menjadi

barang yang mahal.Pendidikan telah di sadari secara benar sebagai wewenang dan

tanggung jawab untuk memanusiakan manusia. Mansoour Fakih secara tegas

berpandangan, setiap kegiatan politik, ekonomi, maupun social yang bertujuan

untuk menghalangi, ataupun akan menyebabkan anggota masyarakat tidak


mendapat pendidikan, maka hal ini bisa di kategorikan sebagai pelanggaran hak

asasi manusia

Untuk itu di perlukan pengertian, pemahaman, dan kesadaran bahwa

pendidikan adalah wewenang dan tanggung jawab, maka pendidikan dengan

sendirinya akan mengalami kemajuan dan perkembangan yang signifikan baik

dari segi aspek software ( tujuan, kurikulum dan prosesnyaa ) maupun dari

perangkat hardware ( unsure sarana dan prasarana serta unsure – unsure

humanismenya.

Menurut F.P.C.L Tonnaer dalam Ridwan HR:

”Kewenangan pemerintah dalam kaitan ini dianggap sebagai kemampuan

untuk melaksanakan hukum positif, dan dengan begitu, dapat diciptakan

hubungan hukum antara pemerintah dengan warga Negara). Dalam Negara

hukum, wewenang itu berasal dari peraturan pemerintah.”

B. Tanggung Jawab Pendidikan dalam Islam

Pertanggungjawaban bukanlah satu paham Barat, melainkan satu paham

yang Islami. Ada sebagian orang yang gemar mengaitkan apapun yang disukainya

kepada Barat dan menganggapnya sebagai produk pemikiran Barat. Tanggung

jawab pendidikan di selenggarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum

mendidik ialah membantu anak didik di dalam mengembangkan dan menetapkan

sesuatu yang baik atau bermanfaat. Bantuan atau bimbingan itu di lakukan dalam

pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat

dalam linkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.


Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut mas'uliyyah.

Tanggung jawab artinya ialah bahwa setiap manusia apapun statusnya pertama

harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang mendorongnya dalam berperilaku,

bertutur kata, dan merencanakan sesuatu. Apakah perilaku itu berlandaskan akal

sehat dan ketakwaan, atau malah dipicu oleh pemujaan diri, hawa nafsu, dan

ambisi pribadi. Jika manusia dapat menentramkan hati nuraninya dan merespon

panggilan jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti bisa bertanggungjawab

kepada yang lain

Allah SWT berfirman; (QS. Al-Isra’ : 36)

“ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan

tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu

akan diminta pertanggungan jawabnya.Mata yang Anda miliki sehingga Anda

dapat melihat dan mengindentifikasi sesuatu, kemudian telinga yang Anda miliki

sehingga Anda dapat mendengarkan kebaikan untuk ditransformasikan ke dalam

hati dan fisik Anda, serta kalbu yang Anda miliki sehingga Anda dapat

merasakan, memutuskan, dan menjatuhkan pilihan dimana esensi manusia

terletak pada kalbunya, semua ini adalah sarana yang telah dianugerahkan Allah

SWT dan kelak akan diminta pertanggungjawabannya"

Rasulullah SAW bersabda

"‫ُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسؤ ُْو ٌل َع ْن َر ِعيَّتِه‬


Artinya:

"Kamu semua adalah pemelihara, dan setiap kamu bertanggungjawab atas

peliharaannya”

Kita semua bertanggungjawab. Hanya saja, semakin luas pengaruh pena,

kata-kata, dan keputusan seseorang pada kehidupan manusia, semakin besar

tanggung jawab yang dipikulnya. Sebab itu, para pejabat tinggi negara, para

pimpinan tiga lembaga tinggi negara, begitu pula pemimpin tertinggi revolusi

Islam (Rahbar) hingga seluruh eselon pejabat dan jajaran direksi memiliki

tanggung jawab besar atas segala tindakan, keputusan, dan statemen masing-

masing. Inilah tanggung jawab dalam ajaran Islam dimana kita semua harus

menaruh komitmen padanya. Perkataan orang yang bertanggungjawab berbeda

dengan perkataan orang yang tidak memiliki rasa tanggung jawab.

Keputusan orang yang penuh rasa tanggung jawab juga berbeda dengan

keputusan orang yang tidak memiliki rasa tanggung jawab. Sebagai pejabat, kita

semua harus berhati-hati atas pernyataan dan keputusan kita. Rasa tanggung

jawab inilah yang membuat jabatan layak dihormati. Pejabat dihormati oleh

masyarakat adalah karena setiap tindakan dan keputusannya harus terdorong oleh

tanggung jawab yang diembannya. Orang yang memiliki rasa tanggung jawab

memang patut untuk dihormati. Dan segala sesuatu akan menjadi pelik jika

dipegang oleh orang yang tidak memiliki rasa tanggung jawab.


C. Tanggung Jawab Diri Sendiri Terhadap Pendidikan

Pendidikan Islam menggunakan tanggung jawab sebagai dasar untuk

menentukan pengertian pendidik, sebab pendidikan merupakan kewajiban agama,

dan kewajiban hanya di pikulkan kepada orang yang telah dewasa. Kewajiban itu

pertama bersifat personal, dalam arti setiap orang bertanggung jawab atas

pendidikan dirinya sendiri, kemudiaan bersifat social, dalaqm arti setiap orang

bertanggung jaawab atas pendidikan orang lain. Begitu memasuki usia dewasa,

setiap orang menjadi manusia yang bertanggung jawab atas semua perbuatan

yang di lakukan. Ia harus tahu tentang nilai dirinya, baik tentang apa yang telah di

perbuatnya maupun tentang balasan yang akan di terimanya pada hari akhir.

Oleh Karena tanggung jawab itu maka setiaporang dewasa wajib mendidik

dirinya sendiri, membimbing dan menuntunnya kejalan kebaaikan melalui

pendidika Islam. Sejauh mana ia menjalankan kebaikan, sejauh itu pula nilai

dirinya. Apabila ia membawa dirinya kejalan kejahatan maka ia akan dimintai

pertanggung jawaban. Jadi sangat jelas bahwa tanggung jawab diri sendiri

terhadap pendidikan Islam adalah agar bisa mendidik diri sendiri agar senantiasa

menjadi insane kamil dengan cara seperti terus belajar dan mengamalkan

ilmunya.

D. Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Pendidikan Islam

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak–anak mereka,

karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian

bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Pada


umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari

kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan

karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemunkinan alami

membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya

pergaulan dan hubungan secara timbal balik antara orang tua dan anak.

Orang tua memiliki tanggung jawab yang sangat besar terselenggaranya

pendidikan. Bahkan di tangan orang tualah pendidikan anak dapat terselenggara.

Allah berfirman:

“ Hai orang-orang yang beriman, periliharalah dirimu dari api neraka. “ (QS.

At-Tahrim: 6)

Rasulullah SAW . bersabda:

” Kewajiban orang tua kepada anaknya yaitu memberi nama yang bagus,

mengajari sopan santun, baca tulis, berenang dan memanah serta

mengawinkannya apabila ia telah dewasa.” (HR. Hakim)

Dari kedua naas tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa orang tua

berkewajiban menyelenggarakan pendidikan untuk anaknya. Dengan demikian

orang tua memikul beban tanggung jawab penuh terhadap pendidikan anak. Ia

tidak dapat melepaskan begitu saja beban kepada orang lain, dengan jalan

menyerahkan tugas ini kepada sekolah atau pemimpin-pemimpin masyarat.

Sekolah dan pemimpin masyarakat hanya menerima limpahan tugas dari orang

tua saja, tetapi di luar limpahan tersebut orang tua masih memiliki tanggung

jawab yang besar bagi pendidikan anaknya.


Adapun tanggung jawab penddidikan Islam yang menjadi beban orang tua

antara lain:

1) Memelihara dan membesarkan anak, inilah bentuk yang paling sederhana

dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alamia untuk

mempertahankan kelangsungan manusia

2) Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmania maupun rohaniah dari

berbagi gangguan penyakit da dari penyelewengan kehidupan dari tujuan

hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang di anutnya.

3) Memberi pengajaran dalam arti yang luas, sehingga anak memperoleh untuk

memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang

dicapainya.

4) Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan

dan tujuan hidup muslim

Melihat lingkungan tanggung jawab pendidikan Islam yang meliputi

kehidupan dunia dan akhirat dalam arti yang luas dapatlah diperkirakan bahwa

para orang tua tidak mungkin dapat memikulnya sendiri secara sempurna, lebib-

lebih dalam masyarakat yang senangtiasa berkembang maju. Hal ini bukanlah

merupakan aib karena tanggung jawab tersebut tidaklah harus sepenuhnya

dipikul orang tuah secara sendiri-sendiri, sebab mereka, sebagai manusia

mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Namun demikian patutlah diingatkan

bahwa setiap orang tua tidak dapat mengelakkan tanggung jawab itu. Artinya
pada akhirnya, betapapun juga, tanggung jawab pendidikan itu berada dan

kembali atau berpulang kepada orang tua juga.

Dengan ada keterbatasan-keterbatasan baik dari segi waktu kempuannya

maka orang tua dapat menyerahkan sebagian dari tugas dan tanggung jawab itu

kepada sekolah atau pemimpin-pemimpin masyarakat.

E. Tanggung Jawab Sekolah Terhadap Pendidikan Islam

Yang dimaksud dengan sekolah di sini ialah lembaga yang

menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran secara formal. Karena itu istilah

sekolah di sini termasuk di dalam madrasah. Tanggung jawab orang tuia sebagai

pendidik utama pada akhirnya memberikan tanggung jawabnya kepada pihak

sekolah. Sekolah sengaja di bangun untuk tempat pendidikan kedua setelah

keluarga. Sekolah berfungsi melanjutkan keluarga dengan guru sebagai ganti

orang tua yang harus di taati. Seperti halnya orang tua, sekolah juga memiliki

tujuan sebagai pemenuhan dari tanggung jawabnya kepada anak didik.

Adapun tanggung jawab sekolah antara lain:

1. Melanjutkan pendidikan yang telah di berikan oleh orang tua.

2. Memberikan pendidikan ilmu pengetahuan dan di barengi dengan pendidikan

agama. Selanjutnya Zakiah Drajat mengatakan bahwa di sekolah guru merasa

tanggung jawab terhadap pendidikan otak murid-muridnya. Ajaran Islam

memerintahkan bahwa guru tidak hanyalah mengajar tetapi juga mendidik. Ia

harus memberi contoh dan menjadi teladan bagi muridnya dan dalam segala
mata pelajaran ia dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak sesuai dengan

ajaran Islam.

Sekolah didirikan bukan atas dasar hubungan darah antara guru da siswa,

tetapi berdasarkan hubungan yan bersifat formal (kedinasan). Karena itu siswa

mengikuti pendidikan di sekolah bukan atas dasar dorongan yang bersifat

kodrati, melainkan atas dasar dorongan kebutuhan tuntutan kemajuan zaman.

Hubungan guru dengan murid bersifat formal, Karena itu tidak seakrab hubungan

di dalam kehidupan keluarga karena dalama lingkungan terakhir ini hubungan

bersifat kodrati. Sekolah menyelenggarakan pendidikan karena mendapatkan

limpahan sebagian dari tugas dan tanggung jawab orang tua untuk

menyelenggrakan pendidikan.

Guru adalah pendidik professional, karenanya secara implicit ia telah

merelakan dirinya menerima daqn memikul sebagian tanggung jawab pendidikan

yang terpikul di pundak para orang tua. Agama Iswlam sangat menghargai

orang-orang yang berilmu pengetahuan, sehingga mereka sajalah yang pantas

mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup. Untuk menjadi seorang guru yang

dapat mempengaruhi anak didik kearah kebahagiaan dunia dan akhirat

sesungguhnya tidaklah ringan, artinya ada syarat-syarat yang harus di penuhi.

1. Takwa kepada Allah sebagai syarat menjadi guru.

Guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan Islam, tidak mungkin mendidik

anak agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya.

Sebab guru adalah teladan bagi muridnya.


2. Berilmu sebagai syarat untuk menjadi guru.

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti bahwa pemiliknya

telah mempunyai ilmu pengetahuan. Dalam keadaan normal ada patokan

bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik mutu pendidikan dan pada

gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat.

3. Sehat jasmani sebagai syarat menjadi guru.

Kesehatan jasmani merupakan salah satu syarat bagi mereka yang ingin

melamar menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular umpamanya

sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Dan jelas bahwa guru yang sakit-

sakitan terpaksa absen dan tentunya merugikan anak-anak.

4. Berkelakuan baik sebagai syarat menjadi guru.

Budi pekerti guru sangat penting dalam pendidikan watak guru. Guru harus

menjadi suri teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Guru yang tidak

berakhlak baik tidak mungkin di percayakan pekerjaan mendidik. Adapun

akhlak guru tersebut adalah:

a) Mencintai jabatannya sebagai guru

b) Bersikap adil terhadap sesama muridnya

c) Berlaku sabar dan tenang

d) Guru harus berwibawa

e) Guru harus gembira

f) Guru harus bersifat manusiawi


F. Tanggung Jawab Masyarakat Terhadap Pendidikan Islam

Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Secara

sederhana masyarakat dapat di artikan sebagai kumpulan individu dan kelompok

yang diikat oleh kesatuan Negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat

mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan system kekuasaan tertentu.

Masyarakat besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak,

terutama terhadap pemimpin masyaraakat atau penguasa yang ada di dalamnya.

Pemimpin masyarakat muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak di didik

menjadi anggota yang taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam

lingkunya keluarganya, anggota sepermainannya, kelompok kelasnya dan

sekolahnya. Bila anak telah dewasa di harapkan menjadi anggota yang baik pula

sebagai warga desa, warga kota dan warga Negara.

Terdapat sejumlah lembaga kemasyarakatan atau kelompok social yang

mempunyai peranan dan fungsi edukatif yang besar, di antaranya:

1. Kelompok sebaya

Yang di maksud kelompok sebaya adalah suatu kelompok yang terdiri dari

orang-orang yang bersamaan usianya. Terdapat beberapa fungsi kelompok

sebaya terhadap anggotanya antara lain:

a) Mengajarkan berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain

b) Memperkenalkan kehidupan masyarakat yang lebih luas

c) Menguatkan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat


d) Memberikan pengetahuan yang tidak bisa di berikan oleh keluarga secara

memuaskan. Misalnya pengetahuan mengenai cara citarasa berpakaian

dan jenis tingkah laku tertentu.

2. Organisasi kepemudaan

Organisasi kepada umumnya mempunyai prinsip dasar yang sama yakni

menyalurkan hasrat berkelompok dari pemuda kepada hal-hal yang berguna.

Di samping penambahan pengetahuan dan keterampilan, organisasi

kepemudaan tersebut membantu proses sosialisasi serta mengembangkan

aspek afektif dari kepribadian.

3. Organisasi keagamaan

Peranan organisasi keagamaan pada umumnya sangat penting karena

berkaitan dengan keyakinan agama. Karena semua organisasi keagamaan

memounyai keinginan untuk melestarikan keyakinan agama anggota-

anggotanya, maka organisasi tersebut menyediakanprogram pendidikan bagi

anak-anak, seperti:

a) Mengajarkan keyakinan serta praktek-praktek keagamaan dengan cara

memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi mereka.

b) Mengajarkan tingkah laku dan prinsip moral yang sesuai dengan

keyakinan-keyakinan agamanya.
Pendidikan dari masyarakat artinya pendidikan harus memberikan jawaban

bagi kebutuhan masyarakat itu sendiri. Pendidikan oleh masyarakat artinya

bahwa masyarakat bukanlah merupakan objek pendidikan untuk melaksanakan

kemauan Negara atau suatu kelompok semata-mata, tetapi partisipasi yang aktif

dari masyarakat, di mana masyarakat mempunyai peranan di dalam setiap

langkah program pendidikannya.

G. Tanggung Jawab Pemerintah Terhadap Pendidikan Islam

Pasal 31 amandemen UUD 1945 ayat (1) menyatakan “ setiap warga

Negara berhak mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya “

Rasulullah Saw bersabda “ Imam (khalifah) adalah pengurus rakyat dan ia akan di

mintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya “ (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Banyak di antara kita yang tidak menyadari bahwa di sekeliling kita masih

banyak orang yang mengalami tuna aksara. Mereka adalah orang-orang yang

tidak pernah mengenyam bangku pendidikan sama sekali atau pernah bersekolah

di sekolah dasar namun tidak dapat melanjutkan pendidikannya lagi, karena

kondisi yang memaksanya harus meninggalkan bangku pendidikan karena faktor

ekonomi.

Besarnya tanggung jawab sekolah terhadap pendidikan merupakan hal

yang tidak dapat di pungkiri lagi. Namun dalam hal ini pemerintahlah yang harus

pertama kali memberikan perhatiannya jika rakyat atau khususnya generasi yang

merupakan ujung tombak kemajuan bangsa tidak di perhatikan kesejahteraanya

maka kemajuan itu tidak akan terwujud. Hafsoh Fadiyah mengatakan bahwa
dalam islam pemerintah adalah penanggung jawab atas segala hal yang

menyangkut hajat hidup orang banyak (sebagai pelayan umat, bukan majikan

yang menindas ).

Sekalipun pemerintah sudah merencanakan pendidikan dasar gratis untuk

sekolah dasar, namun pendidikan itu tetap tesasa mahal lagi bagi anak yang di

lahirkan dari keluarga yang tidak mampu secara financial. Karena untuk sekolah

mereka membutuhkan alat tulis dan seragam sekolah yang tidak gratis, yang

seharusnya bisa mereka dapatkan dari dana bantuan operasional sekolah yang

banyak di selewengkan oleh pihak sekolah. Tanggung jawab pemerintah ialah

membebaskan seluruh biaya yang menyangkut tentang pendidikan generasi

seterusnya.

Pemerintah dalam hal ini mempunyai peranan untuk memimpin, mengatur,

membimbing dan menunjukkan arah proses pendidikan yang harusw terjadi

dalam keseluruhan lembaga yang terdapat di masyarakat.

Kewajiban utama pemerintah agar masyarakat berkualitas, berakhlak dan

bermoral melalui pendidikan adalah:

1. Melakukan pelayanan pendidikan

2. Meningkatkan aksen pendidikan

3. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan

4. Memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh masyarakat untuk dapat

menimba ilmu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan sebagai perwujudan, bila di laksanakan secara wajar akan

melahirkan manusia-manusia yang tercerahkan, baik secara intelektual maupun

secara mora spiritual. Bilamana pendidikan kita artikan seabagai latihan mental,

moral dan fisik (jasmaniah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk

melaksanakan tugas kewajiban dan tanggun jawab dalam masyarakat selaku

hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian)

serta menanamkan rasa tanggung jawab.

Tujuan dan sasaran pendidikan berbeda-beda menurut pandangan hidup

masing-masing pendidik atau lembaga pendidikan. Tanggung jawab pendidikan

ada beberapa tingkatan, yaitu orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah.

Adapun wewenang pendidikan islam yaitu kekuasaan yang sah di miliki oleh

seseorang untuk memerintah orang ainberbuat atau tidak berbuat. Wewenang

adaah hak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, agar tercapai tujuan

tertentu.

B. Saran

Dengan terselesaikannya makalah ini dapat kita ambil peajaran bahwa

pentingnya untuk mengetahui wewenang dan tanggung jawab dalam pendidikan

islam.kritik dan saran yang membangun tentunya sangat di harapkan untuk

kesempurnaan makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

Mujib, Abdul, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2006

Drajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1991

Uhbiyati, nur, Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Pelajar, 1997

Basri, Hasan, Fisafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2009

Ramayulis, Haji, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kaam Mulia, 2002

Anda mungkin juga menyukai