Anda di halaman 1dari 12

Vol. 12, No.

2, Desember 2011 ISSN 1411 – 4283

Jurnal Farmasi Indonesia

PHARMACON
Pharmaceutical Journal of Indonesia

Terbit dua kali setahun, setiap Juni dan Desember

Susunan Pengurus:

Penanggung Jawab : Dr. Muhammad Da’i, M.Si., Apt.


Ketua Penyunting : Peni Indrayudha,M.Biotech., Apt.
Sekretaris Penyunting : Ratna Yuliani, M.Biotech.,st.
Penyunting Ahli : Prof. Dr. Achmad Mursyidi, M.Sc., Apt.
Prof. Dr. Achmad Fudholi, DEA., Apt.
Prof. Dr. M.Kuswandi, SU., M.Phil.,Apt.
Prof. Dr. Subagus Wahyuono, M.Sc., Apt.
Penyunting Pelaksana : Nurcahyanti W., M.Biomed., Apt.
Ratna Yuliani.M.Biotech.st.
Arifah Sri Wahyuni, M.Si., Apt.
Distribusi & Pemasaran : Abdul Shomad
Kesekretariatan : Triyono,A.Md.
Periode penerbitan : 2 kali setahun
Volume pertama : Juni 2000

Pharmacon, merupakan jurnal ilmiah yang memuat naskah hasil


penelitian, survey dan telaah pustaka bidang kefarmasian, kesehatan,
biologi molekuler dan lingkungan hidup.

Alamat Redaksi:
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I Pabelan Kartosuro Sukoharjo
Telp. (0271) 717417 Ext. 167, 168, 175 Fax. (0271) 715448
E-mail: pharmacy@ums.ac.id
CATATAN REDAKSI

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Segala puji syukur hanyalah milik Allah SWT. Tak terasa Pharmacon kembali menyapa
pembaca pada edisi kali ini. Pharmacon Volume 12 No 2 berisi artikel dengan beragam topik
penelitian. Pharmacon ini diawali dengan artikel tentang hasil penelitian formulasi suspensi
eritromisin dan aktivitas antibakteri pada jeruk purut. Disusul dengan tulisan bertemakan uji
sitotoksik dari senyawa turunan kurkumin. Artikel tentang uji antibakteri juga terdapat pada edisi
kali ini.
Kupasan mengenai toksisitas kombinasi tiga tanaman obat berkhasiat dan isolasi flavonoid
dari Dewandaru menutup edisi kali ini. Semoga Pharmacon semakin bermanfaat. Kritik dan saran
dari pembaca selalu kami nantikan.
Selamat membaca

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Redaksi

i
Vol. 12, No. 2, Desember 2011 ISSN 1411 – 4283

Jurnal Farmasi Indonesia

PHARMACON
Pharmaceutical Journal of Indonesia

DAFTAR ISI

Catatan Redaksi i

Daftar Isi ii

Uji Stabilitas Fisik dan Daya Antibakteri Suspensi Eritromisin Dengan 44 - 49


Suspending Agent Pulvis Gummi arabici
Ika Ristia Rahman, Ika Trisharyanti Dian Kusumowati, Peni Indrayudha, Anita
Sukmawati

Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut (Citrus hystrix) Terhadap 50 - 54
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
Ratna Yuliani, Peni Indrayudha, dan Septi Sriandita Rahmi

PGV-0 And PGV-1 Increased Apoptosis Induction Of Doxorubicin On MCF-7 55 - 59


Breast Cancer Cells
Adam Hermawan, Aditya Fitriasari, Sendy Junedi, Muthi Ikawati, Sari Haryanti, Barinta
Widaryanti, M Da’i and Edy Meiyanto

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Psidium guajava L, Melaleuca 60 - 64


leucadendron L, Capsicum frutescens L, dan Anethum graveolens L Dengan
Metode DPPH Beserta Penetapan Kadar Fenolik Totalnya
Rosita Melannisa, Ika Trisharyanti D.K., Andi Suhendi, Muhammad Da’i, Arief Ilham
Kusuma Atmaja

Daya Antibakteri Fraksi Etanol Temu Kunci (Boesenbergia pandurata) Terhadap 65 - 68


Salmonella typhi dan Streptococcus hemolytic α non pneumonia
Mariska Sri Harlianti, Kuswandi, Susi Iravati

Uji Toksisitas Akut Dari Kombinasi Ekstrak Herba Meniran (Phyllanthus niruri 69 - 72
auct. Non L.), Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Dan Biji Jinten Hitam
(Nigella sativa L.)
Muhtadi, Andi Suhendi, Nurcahyanti W., dan EM. Sutrisna

Isolasi Dan Identifikasi Flavonoid Dari Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.) 73 - 81
Andi Suhendi, Landyyun Rahmawan Sjahid, Dedi Hanwar

ii
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI
DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.)

ISOLATION AND IDENTIFICATION OF FLAVONOIDS FROM


DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) LEAF

Andi Suhendi*, Landyyun Rahmawan Sjahid, Dedi Hanwar


Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta
andfa@yahoo.com

ABSTRAK

Dewandaru (Eugenia uniflora L.) secara tradisional digunakan sebagai penurun panas dan
sakit perut. Penelitian membuktikan aktivitas biologis dewandaru sebagai antibakteri, antidiabetes,
dan antioksidan. Senyawa yang diduga bertanggungjawab adalah flavonoid. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui jenis senyawa flavonoid yang terdapat dalam daun dewandaru
(Eugenia uniflora L.). Ekstraksi dilakukan dua tahap yaitu tahap penghilangan lemak dengan
metode sokletasi menggunakan pelarut kloroform dan tahap kedua maserasi dengan etanol 70%.
Ekstrak difraksinasi dengan etil asetat dan air, kemudian fraksinya diperiksa dengan KLT
menggunakan fase gerak asam asetat 15% dan BAW. Fraksi etil asetat diisolasi dengan KLT
preparatif. Bercak pita yang memiliki harga Rf dan warna yang sama dengan deteksi awal diambil
dan disari. Kemudian dianalisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis, pereaksi diagnostic
NaOH, NaOAc, H3BO3, AlCl3, HCl, KLT dua dimensi, hidrolisis isolat fraksi etil asetat. Berdasarkan
pergeseran panjang gelombang spektra UV-Vis dengan dan tanpa pereaksi diagnostik serta uji
KLT didapatkan struktur parsial yang diduga kuat 5,7,3’,4’-tetra hidroksi flavonol atau kuersetin.

Kata Kunci : dewandaru (Eugenia uniflora L.), flavonoid, KLT, spektrofotometer UV-Vis.

ABSTRACT

Dewandaru (Eugenia uniflora L.) traditionally used as antipyretic and stomachache. Based
on research it is also has the effect as antibacterial, anti diabetic, and antioxidant. The chemical
compounds which responsible are flavonoids. This research is conducted to know flavonoid
compound in dewandaru (Eugenia uniflora L.) leaf. Dewandaru (Eugenia uniflora L.) leaf dust be
defatted by chloroform then be macerated by ethanol 70%. Extract thick in fractionation with ethyl
acetate and water, and flavonoids examined using TLC by acetic acid 15% and BAW as mobile
phase. An ethyl acetate fraction was separated in BAW with Rf 0.75 is yellow gloomy fluorescence
under UV366 nm before steam of ammonia and become yellow after steam of ammonia was
selected. Ethyl acetate fraction isolated with preparative thin layer chromatography. Spot have the
same value of Rf and colour with early detection taken. The spot dissolved by methanol and
analyzed with two dimensional TLC and determined by spectrophotometer and diagnostic reagent
NaOH, NaOAc, H3BO3, AlCl3, dan HCl. Based on spectra profile with and without diagnostic
reagent and TLC assay the partial structure of isolate is strongly suspected 5,7,3’,4’-tetra hydroxyl
flavonol or quercetin.

Key Word : dewandaru (Eugenia uniflora L.), flavonoids, TLC, UV-Vis spectrophotometer.

PENDAHULUAN antosianin (Einbond et al, 2004; Hutapea, 91).


Daun dan buah dewandaru secara Kandungan yang lebih spesifik adalah miristin,
empiris digunakan sebagai obat penurun panas kuersetin (Schmeda-Hirschmann et al, 1987;
dan sakit perut (Morton, 1987). Aktivitas Haron et al, 1992) dan kaemferol (Haron et al.,
biologis ekstrak dewandaru diantaranya adalah 1992)
antibakteri (Khotimah, 2004) dan antioksidan Isolasi dilakukan untuk mendapatkan
(Einbond et al, 2004). Daun dewandaru dapat isolat-isolat suatu senyawa atau sehingga
berfungsi sebagai antiradikal yang disebabkan dapat mempermudah untuk melakukan
karena adanya senyawa flavonoid (Reynertson identifikasi senyawa-senyawa yang terdapat
and Kennelly, 2001; Utami, dkk., 2005). dalam simplisia. Identifikasi terhadap isolate
Kandungan kimia dewandaru adalah saponin, diperlukan untuk mengetahui jenis senyawa
tannin, vitamin C, senyawa atsiri seperti sineol, flavonoid.
sitronela, sesquiterpen, flavonoid, dan

73 PHARMACON, Vol. 12, No. 2, Desember 2011, Suhendi,A. et al. (73-81)


METODE PENELITIAN Kemurnian isolat flavonoid yang
Alat : perangkat penyari soxhlet, heating diperoleh, diperiksa menggunakan kromatografi
mantel, vacuum dryer, rotary evaporator lapis tipis dua dimensi. Isolat ditotolkan pada
(Hunderbolt co.), corong buchner, cawan salah satu ujung plat KLT fase diam selulosa
porselen, perangkat KLT, spektrofotometer UV dengan jarak elusi 10x10 cm dan dielusi
mini 1240 Shimadzu (Shimadzu co.), mini spin, dengan fase gerak asam asetat 15% dan
v
corong pisah, alat-alat gelas. dilanjutkan dengan BAW (4:1:5 /v lapisan atas).
Bahan : serbuk daun dewandaru, kloroform p.a Adanya bercak tunggal menunjukkan bahwa
(E. Merck), etanol 70 % p.a (Bratachem), isolat telah murni.
metanol p.a (E. Merck), aquadest, pereaksi
sitroborat, etil asetat p.a (E. Merck), asam Identifikasi Isolat Flavonoid (Mabry et al,
v
asetat 15% /v p.a. (E. Merck), BAW (Butanol- 1970; Markham, 1988)
Asam asetat-Air, 4:1:5 lapisan atas), uap Tahap I
ammonia, natrium asetat (NaOAc) p.a (Merck), Larutan isolat dalam metanol dituang ke kuvet
natrium hidroksida (NaOH) 2N, alumunium (2-3 ml larutan sampel) direkam spektranya
klorida (AlCl3) p.a. (Sigma co.), asam klorida pada λ 200-500 nm.
(HCl) 2N, asam borat (H3BO3) p.a (E. Merck), Tahap II :
kertas saring, alumunium foil, tabung effendorf. Larutan isolat dalam metanol ditambah 3 tetes
larutan NaOH 2N, dicampur, direkam
Jalan Penelitian spektranya. Setelah 5 menit dilakukan
Sebanyak 50 gram serbuk daun perekaman kembali untuk mengetahui
dewandaru ditimbang, diawalemakkan kemungkinan terjadinya dekomposisi flavonoid.
menggunakan alat soxhlet dengan penyari Tahap III :
kloroform paling sedikit 2x sirkulasi dan Larutan isolat flavonoid dalam metanol
ditambah batu didih untuk meratakan panas. ditambah 3 tetes AlCl3, dicampur, direkam
Penyarian dilakukan hingga penyari yang spektranya.
terkumpul di tampungan (sifon) tidak berwarna Tahap IV :
lagi. Serbuk diambil dan dikeringkan. Larutan tahap III ditambah 3 tetes HCl,
Serbuk dimaserasi dengan etanol 70% selama dicampur, direkam spektranya.
3 hari dan dilakukan remaserasi hingga penyari Tahap V :
jernih. Ekstrak disaring dan diuapkan dengan Larutan isolat dalam metanol ditambah NaOAc,
rotary evaporator dan vacuum dryer hingga dicampur, direkam spektranya.
menjadi kental. Tahap VI :
Ekstrak kental ditambah 15 mL air dan Larutan tahap V ditambah asam borat (H3BO3),
dipartisi dengan 15 mL etil asetat. Fraksi dicampur, direkam spektranya.
dilakukan beberapa kali, fraksi air dan etil Larutan isolat dalam metanol diuapkan
asetat dipisahkan dan dikumpulkan menjadi hingga volume 2 ml dan dihidrolisis dengan HCl
o
satu. 2N, direfluks pada suhu 100 C selama 1 jam.
Masing-masing fraksi ditotolkan pada plat Setelah dingin, difraksinasi dengan etil asetat.
KLT fase diam selulosa dan dielusi dengan Hasil fraksinasi diuapkan, dilarutkan dalam
v
asam asetat 15% /v dan BAW (Butanol:Asam metanol dan digunakan untuk uji aglikon
asetat glasial:Air, 4:1:5 lapisan atas). Fase dengan ditotolkan pada plat KLT fase diam
gerak yang baik untuk pemisahan flavonoid selulosa dan dilakukan kromatografi dengan
digunakan untuk langkah berikutnya. Deteksi fase gerak BAW disamping larutan isolat yang
awal adanya flavonoid dilakukan di bawah belum dihidrolisis. Selanjutnya bercak dideteksi
UV366 nm sebelum dan sesudah diuapi menggunakan UV366 nm sebelum dan sesudah
ammonia. Setelah uap ammonia hilang, diuapi ammonia (Markham, 1988).
kemudian disemprot dengan pereaksi sitroborat Data berupa Rf, warna bercak
o
dan dipanaskan pada 110 C selama 5 menit, kromatografi lapis tipis dan spektra pergeseran
dilihat dibawah UV366 nm. panjang gelombang dengan spektrofotometer
Fraksi yang terdeteksi bercak flavonoid UV-Vis dianalisis berdasarkan pustaka acuan.
dilanjutkan isolasi dengan KLT preparatif, yaitu
KLT yang penotolannya berbentuk pita, dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
fase gerak BAW. Bercak yang berfluoresensi Proses isolasi suatu senyawa tertentu
kuning redup pada UV366 nm dan berwarna dipengaruhi oleh tahap ekstraksi. Ekstrak yang
kuning saat diuapi ammonia, dikerok, dihasilkan dari proses awal harus menghasilkan
dikumpulkan kemudian diekstraksi dengan kelompok senyawa yang dituju, dalam hal ini
pelarut metanol. Kemudian disentrifugasi senyawa-senyawa polar. Oleh Karena itu
dengan 3500 rpm selama 10 menit untuk proses ekstraksi dilakukan dua tahap yaitu
memisahkan isolat dengan serbuk selulosa. penghilangan senyawa yang tidak diharapkan

PHARMACON, Vol. 12, No. 2, Desember 2011, Suhendi,A. et al. (73-81) 74


adalah senyawa non polar, eliminasi dilakukan sederhana dan mudah adalah metode partisi.
dengan sokletasi menggunakan pelarut Pelarut etil asetat digunakan untuk menarik
kloroform. Tahap kedua ekstraksi yang senyawa flavonoid semi polar dan air
ditujukan untuk mengambil senyawa polar digunakan untuk menarik senyawa polar. Uji
dengan optimal dan etanol 70% merupakan kualitatif terhadap fraksi menunjukkan bahwa
pelarut yang polar akan menyari dengan baik fraksi air tidak terdeteksi flavonoid dan fraksi etil
senyawa yang diharapkan. asetat mengandung flavonoid yang ditandai
Fraksinasi merupakan tahap kedua dengan adanya spot kuning redup yang
dalam proses isolasi. Fraksinasi yang brfluoresensi kuning lemah (Gambar 1).

UV366 nm NH4OH + UV366 nm


Keterangan :
A : Fraksi Air
B : Fraksi Etil Asetat

Fg : As.Aset 15% Fg : BAW Fg : As.Aset 15% Fg : BAW

Gambar1- Kromatogram Uji Kualitatif

Berdasarkan Gambar 1, didapatkan (Rf 0,75) lebih tinggi dibandingkan pemisahan


pemisahan yang baik dengan fase gerak BAW dengan fase gerak asam asetat 15% (Rf
(4:1:5 lapisan atas). Hal ini terlihat dari Rf hasil 0,125).
pemisahan flavonoid dengan fase gerak BAW

Gambar2- Kromatogram Preparatif Setelah Diuapi Ammonia

Hasil elusi fraksi etil asetat denganKLT Identifikasi dilakukan dengan


preparatif didapatkan dua bercak yang memiliki pengamatan perubahan panjang gelombang
flavonoid positif Rf 0,75 dan Rf 0,625 (Gambar pada spektra flavonoid menggunakan
2). Intensitas warna yang lebih kuat adalah spektrofotometer UV-Vis. Spektra flavonoid
bercak dengan Rf 0,75, sehingga bercak ini terdiri dari dua absorbsi maksimal yaitu pada
dilanjutkan untuk proses berikutnya. Bercak range 240-285 nm (pita I) dan pada range 300-
pada Rf 0,75 dievaluasi kemurniannya dengan 550 nm (pita II). Sedangkan untuk mengetahui
menggunakan KLT dua dimensi. Hasil yang adanya gugus tambahan yang melekat pada
diperoleh menunjukkan adanya bercak tunggal gugus utama flavonoid digunakan pereaksi
menunjukkan bahwa isolat telah murni. diagnostik yang memiliki reaksi khusus
sehingga dapat diketahui berdasar pergeseran
Identifikasi Isolat Flavonoid panjang gelombang (λ) maksimalnya.

75 PHARMACON, Vol. 12, No. 2, Desember 2011, Suhendi,A. et al. (73-81)


264 nm
1.662 A
344 nm
0.907 A

Gambar 3-Spektra Awal Isolat Flavonoid

Berdasarkan Gambar 3, didapatkan umumnya senyawa flavonol akan mengalami


bahwa isolat flavonoid memperlihatkan spektra pergeseran batokromik karena memiliki gugus
awal yang terletak pada 344 nm (pita I) dan 264 hidroksil. NaOH bereaksi dengan mengionisasi
nm (pita II) yang menunjukkan gugus utama semua gugus hidroksil bebas yang terdapat
berupa flavon atau flavonol 3-OH tersubstitusi. dalam senyawa flavonoid.
Keberadaan gugus hidroksi dikonfirmasi
dengan pereaksi diagnostik NaOH 2N. Pada

307 nm
351 nm
1.072 A
1.039 A

Gambar 4- Spektra Pergeseran λ Setelah Penambahan NaOH 2N

Berdasarkan Gambar 4, terbukti terjadi cukup kuat pada cincin A yang ditunjukkan oleh
pergeseran batokromik pada semua pita. pergeseran batokromik yang cukup besar (43
Namun letak gugus hidroksil pada posisi nm) pada pita II dan terdapat pula gugus
dimana belum dapat dipastikan karena hidroksil pada cincin B yang ditunjukkan oleh
pergeseran yang terjadi belum mencapai range pergeseran batokromik walaupun tidak terlalu
yang ditentukan. Tetapi dari hasil tersebut besar.
dapat diperkirakan adanya gugus hidroksil yang

340 nm
1.076 A

Gambar 5- Spektra Pergeseran λ Setelah Penambahan NaOH 2N, 5’

PHARMACON, Vol. 12, No. 2, Desember 2011, Suhendi,A. et al. (73-81) 76


Reaksi isolat dengan pereaksi diagnostic pada penambahan HCl akan mengurai kembali
NaOH ditunggu selama 5 menit untuk untuk kompleks karena Al tak stabil yang terbentuk
mengetahui adanya dekomposisi flavonoid pada o-di OH. Spektra (gambar 6)
yang ditunjukkan dengan penurunan memperlihatkan bahwa terjadi pergeseran
absorbansi. Tetapi dari spectra yang tampak batokromik pita I sebesar 65 nm pada
pada Gambar 5, tidak dapat diketahui hasilnya penambahan AlCl3 yang menunjukkan adanya
karena pita II tidak teramati. kompleks yang terbentuk dari hidroksi keton
Pereaksi diagnostik lainnya adalah AlCl3 (3-OH dengan atau tanpa 5-OH) dan atau o-di
yang akan membentuk kompleks dengan orto OH.
dihidroksi maupun hidroksi keton. Sedangkan

273 nm
1.870 A

409 nm
0.703 A

Gambar 6- Spektra Pergeseran λ Setelah Penambahan AlCl3

272 nm
1.960 A

388 nm
0.719 A

Gambar 7- Spektra Pergeseran λ Setelah Penambahan AlCl3/HCl

Sedangkan pada reaksi penambahan Pereaksi diagnostik selanjutnya adalah


HCl terjadi pergeseran hipsokromik pita I NaOAc yang hanya bereaksi dengan
sebesar 21 nm dari penambahan AlCl3, mengionisasi gugus hidroksil flavonoid yang
menunjukkan adanya kompleks yang terurai. paling tahan asam yaitu gugus 7-OH. Gugus 7-
Hasil tersebut menunjukkan adanya gugus o-di OH akan terionisasi menjadi 7-ONa dan
OH. Dari hasil tersebut juga dapat diketahui menyebabkan terjadinya pergeseran
bahwa di dalam struktur terdapat gugus 3-OH batokromik.
dan atau 5-OH yang ditunjukkan pergeseran
batokromik pada penambahan AlCl3/HCl
dibandingkan dengan spektra awal sebesar 44
nm pada Gambar 7.

77 PHARMACON, Vol. 12, No. 2, Desember 2011, Suhendi,A. et al. (73-81)


269 nm
1.739 A
313 nm
1.012 A 365 nm
0.790 A

Gambar 8- Spektra Pergeseran λ Setelah Penambahan NaOAc

Berdasarkan spektra yang tampak pada penambahan NaOAc untuk mengetahui adanya
Gambar 8 dapat diketahui bahwa terjadi gugus peka basa, yaitu gugus o-diOH yang
pergeseran batokromik pada pita II sebesar 5 terletak jauh dari gugus karbonil (gugus keton
nm yang menunjukkan adanya gugus 7-OH. pada cincin C) jika kekuatan absorbansi
Spektra yang direkam setelah lima menit berkurang.

269 nm
1.739 A
315 nm
1.021 A 366 nm
0.791 A

Gambar 9- Spektra Pergeseran λ Setelah Penambahan NaOAc, 5’

Diketahui dari spektra pada Gambar 9 bahwa membentuk kompleks lebih kuat untuk
tidak ada penurunan absorbansi, berarti tidak mendeteksi adanya gugus o-diOH, seperti yang
terdapat gugus peka basa. Namun hasil ini dijelaskan pada Gambar10.
kurang spesifik karena peran asam borat dalam

Gambar 10- Mekanisme Reaksi Pereaksi diagnostik NaOAc, H3BO3, AlCl3 (Nikolovska-Čoleska, Ţ., et all, 1995)

PHARMACON, Vol. 12, No. 2, Desember 2011, Suhendi,A. et al. (73-81) 78


Penambahan H3BO3 (asam borat) akan adanya gugus o-diOH pada cincin B.
menjembatani kedua gugus hidroksil pada Penambahan asam borat dilakukan setelah
gugus o-diOH sehingga terbentuk kompleks penambahan natrium asetat karena reaksinya
borat. Spektra gambar 10 tampak pergeseran lebih kuat sehingga dapat lebih memantapkan
batokromik pita I sebesar 28 nm menunjukkan ada/tidaknya dan letak gugus o-diOH.

262 nm
1.625 A
372 nm
0.942 A

Gambar 11- Spektra Pergeseran λ Setelah Penambahan NaOAc/H3BO3

Isolat dihidrolisis untuk memastikan dihidrolisis pada UV366 nm (Rf 0,75) baik
apakah flavonoidnya terikat gula atau tidak. sebelum maupun setelah diuapi ammonia,
Hasil elusi pada Gambar 12, walaupun terjadi namun tidak dapat dipastikan adanya gugus
perubahan harga Rf isolat terhidrolisis (Rf 1,0) gula dalam isolat karena selisih harga Rf yang
lebih tinggi daripada isolat yang belum kecil.

UV366 NH4OH + UV366

Keterangan :
A : isolat belum dihidrolisis
B : isolat terhidrolisis

Gambar 12- Kromatogram Uji Aglikon

79 PHARMACON, Vol. 12, No. 2, Desember 2011, Suhendi,A. et al. (73-81)


Hasil ini ditetapkan berdasarkan OH
kepolaran dan kelarutan isolat terhadap fase
gerak, dimana suatu aglikon jauh lebih non OH
polar daripada glikosidanya sehingga akan
terelusi lebih cepat dengan perbedaan harga Rf
yang sangat jauh. Rekapitulasi perubahan λ HO O
tersaji pada tabel 1.
Berdasarkan hasil spektra UV dan
kromatogram tersebut di atas, dapat diduga
kuat bahwa salah satu jenis flavonoid yang OH
terdapat dalam daun dewandaru yaitu 5,7,3’,4’-
tetra hidroksi flavonol atau kuersetin (Gambar OH O
13). Hasil ini sejalan dengan penelitian
Rattmann et al (2012) yang menyatakan bahwa Gambar 13. Struktur dari 5,7,3’,4’-Tetra Hidroksi Flavonol
ekstrak etanol 70% mengandung glikosida atau Kuersetin
myrcetine dan quercetine.

Tabel 1- Rekapitulasi Perubahan λ Beserta Perkiraan Gugus pada Struktur Flavonoid dengan Pereaksi diagnostik
λ maks (nm)
Pergeseran λ
Larutan metanol Absorbansi Perkiraan Gugus (Marby et al,1970; Markham, 1998)
Pita I Pita II Pita I Pita II
344 264
Isolat Flavonoid Flavonol 3-OH tersubstitusi atau Flavon
0.907 1.662
351 307 +7 +43
+ NaOH 2N Ada OH
1.039 1.072
340 -4 -
+ NaOH 2N (5’) - -
1.076
365 269 +21 +5
+ NaOAc 7-OH
0.790 1.739
366 269 +22 +5
+ NaOAc (5’) Tidak terdapat gugus peka basa (6,7 atau 7,8 atau 3,4’- diOH)
0.791 1.739
372 262 +28 -2
+ NaOAc/H3BO3 o-di OH pada cincin B
0.942 1.625
409 273 +65 +9
+ AlCl3 Ada o-di OH
0.703 1.870
388 272 +44 +8
+ AlCl3/HCl 3-OH dengan atau tanpa 5-OH
0.719 1.960

KESIMPULAN uniflora L.) adalah 5,7,3’,4’-tetra hidroksi


Salah satu senyawa flavonoid yang flavonol atau kuersetin.
terdapat dalam daun dewandaru (Eugenia
DAFTAR PUSTAKA
Einbond, L.S., Reynertson, K.A., Luo, X., Basile, M.J., dan Kennelly, E.J., 2004, Anthocyanin
Antioxidant from Edible Fruits, Food Chem, 23-28.

Haron, N.W., Moore, D.M., Harborne, J.B., 1992, Distribution and Taxonomic Significance of
Flavonoids in The Genus Eugenia (Myrtaceae), Biochemical Systematics and Ecology, 20, 226-
268 cit : Reynertson, K.A., 2007, Phytochemical Analysis of Bioactive Constituents From Edible
Myrtaceae Fruits, Dissertation, The City University of New York.

Hutapea, J.R., 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia III, 45, Depkes RI, Jakarta.

Khotimah, K.D.S., 2004, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kloroform dan Metanol Daun Dewandaru
(Eugenia uniflora L.) Terhadap Staphylococcus aereus, Shigella dysentriae, dan Eschericia coli,
Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Mabry, T.J., Markham, K.R., dan Thomas, M.B., 1970, The Systematic Identification of Flavonoid,
3-56, 165-171, Spinger-Verlag, New York, Heidelberg, Berlin.

Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata,
19-21, 31, 41-47, 65-75, Penerbit ITB, Bandung.

PHARMACON, Vol. 12, No. 2, Desember 2011, Suhendi,A. et al. (73-81) 80


Morton, J.F., 1987, Surinam cherry, (online), http://www.hort.purdue.edu/ newcrop/default.html,
diakses tanggal 16 Maret 2007.

Nikolovska-Čoleska, Ţ., Dorevski, K., Klisarova, L., Šuturkova-Milošević, L., 1995, Identification of
Phenolic Constituents Isolate from Macedonian Propolis, Bulletin of the Chemists and
Technologists of Macedonia, Vol. 14, No. 1, 13 -17.

Reynertson, K.A. and Kennelly, E.J., 2001, Antioxidant Polyphenols from Fruits of the Myrtaceae: A
Chemotaxonomic and Ethnomedical Approach to Discovery, Building Bridges with Traditional
nd
Knowledge II, The Society for Economic Botany, 42 Annual Meeting and The International
Society for Ethnopharmacology, Honolulu.

Schmeda-Hirschmann, G., Theoduloz, C., Franco, L., Ferro, E., Rojas de Arias, A., 1987,
Preliminary Pharmacological Studies on Eugenia uniflora Leaves: Xanthine Oxidase Inhibitory
Activity. Journal of Ethnopharmacology, 21, 183-186 cit : Reynertson, K.A., 2007, Phytochemical
Analysis of Bioactive Constituents From Edible Myrtaceae Fruits, Dissertation, The City University
of New York.

Utami, W., Da’I, M., dan Sofiana., 2005, Aktivitas Penangkap Radikal dengan Metode DPPH serta
Penetapan Kandungan Fenol dan Flavonoid dalam Ekstrak Kloroform, Ekstrak Etil Asetat, Ekstrak
Etanol Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.), Pharmacon, Vol 6, No.1, 5-9

81 PHARMACON, Vol. 12, No. 2, Desember 2011, Suhendi,A. et al. (73-81)

Anda mungkin juga menyukai