PENDAHULUAN
Banyak Pederita asma yang mengeluhkan gejala pada malam hari, serangan di
malam hari tersebut biasa disebut asma nokturnal. (Purwaningsih,2014). Gejala asma
nokturnal berupa batuk, mengi, sesak di dada dan napas pendek disertai bunyi
mengi/wheezing (Wang, 2010). Hampir 75 % penderita asma terbangun dari tidurnya
akibat timbulnya gejala malam dan sekitar 40 % merasakan gejala malam tiap hari
(Anggraini, 2013). Cochrane dan Clark dalam Wong (2010) melaporkan bahwa 68%
dari kematian disebabkan oleh asma di rumah sakit London terjadi antara tengah
malam sampai jam 08.00.
Gejala penyakit asma yang sering muncul pada malam hari dapat berpengaruh
negatif terhadap kesehatan fisik dan mental. Salah satu dampak negatif yang sering
muncul akibat gejala asma adalah cemas (Purwaningsih, 2014). Cemas dapat
didefinisikan sebagai situasi yang dirasa tidak menyenangkan dan ditakuti oleh fisik
yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam (Tumigolong,2016).
Kecemasan yang muncul terhadap munculnya gejala asma pada malam hari
akan sangat berpengaruh terhadap kualitas tidur pasien (Anggraini, 2013). Kualitas
tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang
diperlukan untuk dapat tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti
kedalaman dan kepulasan tidur (Bussye, 2013). Kualitas tidur seseorang dikatakan
baik apabila tidak mengalami masalah dalam tidur. Penderita asma banyak
mengeluhkan gejala pada malam hari yang menyebabkan kualitas tidur menurun.
Kualitas tidur yang menurun dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan
fisiologi dan psikologi. Dampak fisiologi meliputi penurunan aktivitas sehari-hari,
perasaan lelah, lemah, penurunan daya tahan tubuh dan gangguan tanda-tanda vital.
Dampak psikologi meliputi depresi, cemas dan kurang konsentrasi (Potter & Perry,
2010).
Berdasarkan hasil studi literatur peneliti menemukan bahwa sebagian besar
penderita asma cenderung memiliki masalah gangguan kecemasan. Penderita asma
merasa cemas dengan keadaan yang mereka alami. Penderita asma mengeluhkan
cemas dan takut pada saat terjadi serangan asma, sehingga dengan kondisi itu kualitas
tidur penderita asma tidak terpenuhi secara optimal. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara tingkat
kecemasan dengan kualitas tidur pada penderita asma untuk mendukung penelitian
sebelumnya.
Bussye DJ, Reynold CF, Monk TH, Berman SR, Kuffer DJ. (2013). The Pittsburgh sleep
quality index: a new instrument for psychiatric and research. Tersedia dari: URL:
HYPERLINK http://sakai.ohsu.ed/acces/content/brodym/N547A
%20spring08/apendix/PSQI.doc
Gisella Tesalonika Tumigolung., L. K. (2016). HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN
DENGAN SERANGAN ASMA PADA PENDERITA ASMA DI
KELURAHANMAHAKERET BARAT DAN MAHAKERET TIMUR KOTA
MANADO. e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 2,, 1-6.
Potter dan Perry. (2010). Fundamental keperawatan buku 3. Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika
Riskesdas. (2013). RISET KESEHATAN DASAR 2013. Retrieved 9 22, 2017, from
http://www.depkes.go.id: http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas%202013.pdf